I. PENDAHULUAN 1 Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah yang cukup ideal untuk pengembangan Agribisnis Sapi Bali karena didukung oleh beberapa faktor antara lain: 1. Dukungan Suberdaya Alam : agro-ekosistem didominasi oleh lahan kering termasuk padang penggembalaan. Padang rumput yang mencukupi, belum lagi potensi limbah tanaman pangan, dedak padi dan jagung sebagai sumber pakan penguat juga lebih dari cukup, bahkan banyak diantarpulaukan. 2. Dukungan Sumberdaya Ternak : dalam perjalanan waktu hampir satu abad sapi Bali tetap eksist di Bumi NTB. Hal ini menunjukkan bahwa sapi Bali sudah sesuai atau cocok (adaptif) dengan kondisi agro ekosistem di NTB. 3. Dukungan Sumberdaya Manusia : secara tradisional ternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem usaha tani yang tidak terpisahkan dengan kehidupan petani. Perilaku seperti ini tidak lepas dari tujuan petani memelihara sapi yaitu sebagai
tabungan (yang paling utama), sebagai tenaga kerja pengolahan lahan, sebagai sumber penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, untuk biaya naik haji dan sebagai sumber penghasilan setengah tahunan (penggemukan) serta alas an-alasan lain. 4. Dukungan Ketersediaan Teknologi: teknologi untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi Bali cukup tersedia, baik untuk pembibitan maupun penggemukan, baik berupa paket teknologi maupun komponen teknologi. 5. Permintaan Pasar: pasar untuk sapi sangat baik, permintaan dari dalam maupun dari luar negeri terus meningkat. Pemotongan ternak yang tercatat selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan. 6. Peternakan Rakyat: sifat dari pemeliharaan ternak sapi di Indonesia pada umumnya dan di NTB pada khususnya adalah peternakan rakyat yang bersifat usaha sambilan, dengan kepemilikan rata-rata di Pulau Sumbawa 13ekor/orang, sedangkan di Pulau Lombok 2ekor/orang. 2
II. MEMILIH BAKALAN 3 Memilih bakalan yang tepat untuk digemukkan merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan usaha penggemukan sapi. Beberapa kriteria sapi bakalan adalah: Sapi jantan Umur > 2,5 tahun (Minimal Gigi Tetap 2 Pasang) Memenuhi tanda sapi Bali Normal Sehat/tidak sakit, tenang,tidak mudah terkejut dan tidak liar Tidak cacat
4 Tulang/rangka besar Kepala pendek/persegi Leher pendek Kurus tapi sehat (tidak sakit) Akan lebih baik kalau mengetahui Bapaknya (dari keturunan yang baik) Nafsu makan tinggi Contoh Bakalan untuk digemukkan
III. PENDUGAAN UMUR 5 Untuk mengetahui umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi. Pada prinsipnya taksiran umur dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi sendiri terbagi tiga periode yakni periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetap serta periode keausan gigi tetap. 1. Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 1 tahun 2. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 1-1,5 tahun 3. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 2-2,5 tahun 4. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 3-3,5 tahun
5. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 4 tahun 6. Sapi yang memiliki gigi tetap sudah aus semua pada rahang bawah mempunyai usia diatas 4 tahun. 6 Pendugaan umur sapi berdasarkan pertumbuhan gigi
7 IV. MANAJEMEN PAKAN PENYEDIAAN a. Yang paling tradisional adalah ambil dari alam (ngarit/ngawis) b. Paling dianjurkan adalah menanam. Salah satu teknologinya adalah dengan Sistem Tiga Strata (3S) yaitu : Strata pertama: dengan menanam rumput-rumputan ( Rumput Setaria, Rumput Raja, Rumput Gajah dan lain-lain, dan legume merambat/legume herba (Arachis, Centro, Clitoria dan lain lain). Digunakan untuk penyediaan pakan musim hujan (Desember Mei). Strata kedua : dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti Gamal, Lamtoro, Turi, Banten, Kelor dan lain-lain. Digunakan untuk pakan di musim pertengahan (Juni September).
Strata ketiga: dengan menanam hijauan pohon seperti Nangka, Waru, Beringin dan lain-lain. Digunakan pada puncak musim kemarau (Oktober-November) c. Memanfaatkan limbah pertanian (Jerami, berangkasan kulit kacang-kacangan dll), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa dll). d. Mengawetkan : Dalam bentuk kering ( Hay) dan bentuk segar ( Silase) Sumber gizi atau nutrisi yang dibutuhkan ternak bersumber dari : Hijauan (rumput, legum, daun-daunan), limbah tanaman (jerami), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa), ransum jadi/pabrik 8 Setaria Beberapa jenis rumput untuk pakan di musim hujan Clitoria
9 Turi Gamal Kelor Lamtoro Beberapa jenis semak atau pohon kecil untuk pakan di musim pertengahan
10 KEBUTUHAN PAKAN (NUTRISI) Kandungan Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan sekitar 10 % dari komposisi pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering pakan. PEMBERIAN 1. Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan, konsentrat, pakan tambahan/suplemen,probiotik ) 2. Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari Hijauan (Gamal,Rumput Gajah,dll), makanan Penguat seperti dedak,ampas tahu,dll. 3. Jumlahnya (Hijauan minimal 10 15 % dari Berat Badan (BB) + Pakan penguat 1-2% BB + Pakan Tambahan/probiotik/UMB). 4. Porsi Rumput : Legum = 60 : 40 % atau 75 : 25 % tergantung dari ketersediaan legum. Artinya kalau berat badan awal 200 kg, perkiraan kebutuhan hijauan 10-15 % dari BB,
maka diperlukan 20 30 kg hijauan terdiri dari 12 18 kg rumput + 8 12 kg legum/ekor/hari atau 15 22,5 kg rumput + 5 7,5 kg legum/ekor/hari. 5. Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak padi, Ampas tahu, bungkil kelapa dll) sekitar 1 2 % dari BB, artinya 2 4 kg/ekor/hari 6. Pemberian pakan pelengkap (probiotik, sumber mineral/urea Molases Blok/Urea Mineral Molases Blok) tergantung jenis produknya. Untuk beberapa merk probiotik biasanya cukup dengan 1 sendok makan per ekor per hari. 7. Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 3 kali sehari semalam). Hindari pemberian sekaligus karena akan banyak tersisa/terbuang. 11
Pengawetan Hijauan Makanan Ternak (HMT) Pengawetan yang dapat dilakukan dan kemungkinan dapat diadopsi oleh petanipeternak adalah pembuatan silase dan pembuatan hay. A. Pembuatan Silase Pembuatan silase di dalam tanah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : sebelumnya telah dibuatkan lubang pada tanah dengan kedalaman kurang lebih 1,5 m, diameternya kurang lebih 1,25 m dapat menampung sekitar 250 300 kg bahan pakan. Tempat Pembuatan : Tempat pembuatan silase disebut Silo Silo dapat berupa menara, sumur gali atau tumpukan hijauan yang disusun di atas permukaan tanah. 12
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silo adalah : Lokasi dekat kandang, pada tempat yang lebih tinggi agar tidak tergenang air. Dasar silo dibuat miring ke satu sisi untuk memperlancar drainase. Dasar silo dilapisi dengan plastik. Ukuran silo 1,8 m 1,2 m x 3 m x 1,5 m dengan kapasitas sekitar 3,5 ton Bahan : Pada prinsipnya semua jenis hijauan yang disenangi ternak dapat diawetkan menjadi silase. Gunakan hijauan yang tidak terlalu muda, tetapi jangan terlalu tua, yang baik adalah sebelum berbunga Kalau berupa batang panjang, maka perlu dipotong-potong 10-15 cm Kadar air perlu diturunkan dengan cara dikeringanginkan, atau dilayukan Sebagai pengawet, dapat digunakan dedak halus sebanyak 5% dari total bahan. 13
Cara Pembuatan 1. Masukkan bahan hijauan yang sudah dilayukan kedalam silo sambil diinjak-injak dengan ketinggian sekitar 30 cm (setinggi lapisan pertama). Taburkan dedak padi secara merata 2. Masukkan kembali bahan hijauan sambil diinjak-injak untuk membuat lapis kedua, kemudian taburkan dedak padi secara merata 3. Demikian seterusnya sampai sekitar 5-6 lapis 4. Selanjutnya ditutup rapat dengan plastik dan di timbun dengan tanah 5. Dengan cara ini silase dapat diawetkan dalam jangka lama (3 4 bulan) 14
15 3 m 1,8 m Skema silase Dedak 1,5 m Hijauan Alas Plastik 1,2m
16 Cara Pemberian Silase pada Ternak Ciri-ciri silase yang baik adalah : (1) Warna daun masih hijau, (2) Tekstur daun masih utuh seperti ketika dimasukkan, (3) Kadar amonia rendah (<10 persen) (4) ph daun sekitar 4-5. Pembongkaran silo (tempat membuat silase) dapat dilakukan setiap waktu setelah silase jadi (sekitar 20-30 hari). a. Ambil silase sesuai kebutuhan. Berikan pada ternak sekitar 10% dari berat badannya. b. Karena belum terbiasa, maka perlu dilatih terlebih dahulu. Jangan berikan hijauan lainnya c. Pemberian sedikit demi sedikit/berangsur angsur
B. Pembuatan Hay Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan dengan cara tertentu yang bertujuan untuk menekan kadar air serendah mungkin sehingga dapat disimpan dan tidak mengalami kerusakan selama penyimpanan, sebelum diberikan pada ternak. Hay umumnya diberikan kepada ternak sebagai pakan di musim kemarau pada saat produksi hijauan segar telah berkurang atau sulit diperoleh. Limbah pertanian seperti jerami padi, limbah kacang tanah, jagung, kacang hijau dan lainnya juga dapat dibuat hay. Pengeringan hijauan untuk dijadikan hay dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengeringan secara alamiah dan dengan menggunakan mesin. Pengeringan secara alami, yang dapat dilakukan dengan mengeringkan di bawah sinar matahari/dijemur secara langsung atau mengangin-anginkan di bawah naungan rumah, pepohonan, gedung dan lain-lain. Perhatikan agar tidak terkena hujan sehingga 17
mengakibatkan pembusukan dan rusaknya hijauan serta nilai gizinya menjadi sangat rendah yang tidak bermanfaat lagi bagi ternak. 18 Cara pengeringan dan penyimpanan jerami sebagai pakan kering (Hay)
Pengeringan dengan menggunakan mesin Pengeringan dengan cara ini oleh petani kita tidak dilakukan karena membutuhkan modal yang cukup besar, untuk membeli alat pengering/oven. 19 Cara Pemberian Hay pada Ternak Hay (hijauan kering) dapat diberikan langsung pada ternak. Khususnya pada ternak sapi pada daerah-daerah kering sudah terbiasa memakan pakan ini sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk beradaptasi. Kemungkinan bagi ternak sapi yang berasal daerah basah atau yang dipelihara pada sekitar daerah persawahan tidak terbiasa dengan pakan jenis ini sehingga butuh waktu dan latihan untuk dapat memakannya. Sediakan lebih banyak air minum untuk ternak yang diberi pakan hay karena ternak yang diberi pakan hay membutuhkan air minum yang lebih banyak.
20 V. PERKANDANGAN Untuk penggemukan prinsipnya bagaimana supaya ternak tidak banyak bergerak, kandang tidak perlu luas, cukup 1,15m x 2 m per ekor Lantai miring ke belakang Harus ada tempat pakan (prako) Harus selalu dalam keadaan bersih, tidak lembab. Kotoran dibersihkan/kumpulkan untuk kompos. Drainase sekitar kandang harus baik, tidak boleh ada genangan air sehingga kandang tidak lembab Ventilasi cukup untuk pencahayaan yang baik
21 Atap Prangko (Tempat Pakan) Gambar dan skema kandang yang dianjurkan Selokan Lantai Miring
22 VI. PEMELIHARAAN KESEHATAN RKANDANGAN 1. Diduga bahwa hampir semua sapi yang dipelihara secara tradisional pada kondisi petani sudah terserang penyakit cacingan. Oleh karenanya disarankan pada awal penggemukan agar sapi bakalan diberikan obat cacing, kemudian diulang kembali setiap 3 4 bulan. 2. Pemberian vitamin setiap tiga bulan atau sesuai keperluan misalnya pada saat pergantian musim. 3. Kandang harus dibersihkan setiap hari, tidak becek, tidak ada genangan air. 4. Sebaiknya dimandikan sambil badannya digosok-gosok. 5. Bila ternak sakit segera hubungi petugas kesehatan hewan atau dokter hewan terdekat 6. Mencegah lebih baik daripada mengobati
23 VII. LAMA PENGGEMUKAN 1. Untuk sapi Bali di tingkat petani umumnya penggemukan dilakukan selama 4 bulan, 6 bulan, 12 bulan bahkan ada yang lebih lama tergantung besarnya bakalan dan target yang ingin dicapai oleh peternak. Dalam hal ini dianjurkan paling lama 6 bulan saja. 2. Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) pada sapi Bali antara 0,4 0,8 kg/ekor/hari atau rata-rata 0,5 kg/ekor/hari, meskipun di tingkat petani lebih banyak yang kurang dari 0,4 kg/ekor/hari. 3. Dengan demikian kalau diambil angka rata-rata 0,5 kg/ekor/hari maka penggemukan selama 4 bulan (120 hari) akan mendapatkan Pertambahan Berat Badan sebanyak 60 kg/ekor, 6 bulan (180 hari) tambahan berat badan 90 kg dan 12 bulan tambahan 180 kg/ekor.
4. Menduga bobot badan sapi Bali Mengetahui bobot badan sapi paling akurat menggunakan timbangan, namun demikian jika tidak ada timbangan dapat dilakukan dengan mengukur Lingkar Dada menggunakan pita ukur. Caranya: ukur lingkar dada sapi (posisi dibelakang kaki depan) dengan tali ukur (meteran kain), kemudian cocokkan dengan tabel yang ada seperti terlihat pada gambar di bawah ini. 24 Cara Pengukuran Lingkar dada untuk memperkirakan berat badan Sapi Bali
25 Tabel berat badan sapi Bali Cara pembacaan tabel: Jika lingkar dada menunjukkan angka 155 cm, maka cari angka 150 pada sisi kiri tabel dan cari angka 5 pada sisi atas, kemudian ditarik garis sampai bertemu antara garis datar dengan garis menurun, maka ditemukan angka 224, artinya sapi dengan lingkar dada 155 cm memiliki bobot badan sekitar 224 kg.
26 VIII. PEMBUATAN KOMPOS T E M P A T Siapkan tempat yang dinaungi/bangunan sederhana atau permanent untuk tempat proses pembuatan kompos agar terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung. Ukuran tergantung kebutuhan dan tempat, misalnya luas 3 m x 12 m, dengan perincian seperti gambar di bawah ini: 3 m Bak 1 Bak 2 Bak 3 Bak 4 Bak 5 Bak 6 3 m mm 3 m mmm 1,5 m mmm 3 m mmm
Bak 1/Kolom 1 dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 3mx3mx1m merupakan tempat untuk menimbun dan mentiriskan kotoran sapi yang basah. Bak 2 sampai bak 5/Kolom 2 sampai kolom 5 dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 3mx1,5mx1 m merupakan tempat mencampur bahan kompos. Bak 6/Kolom 6 dengan ukuran yang sama dengan bak/kolom 1 merupakan tempat menimbun kompos yang sudah matang/jadi, dan siap digunakan atau dikemas. B A H A N Misalnya untuk campuran 1 ton bahan rinciannya sbb: a. Kotoran sapi kadar air 60 % : 80 bagian atau sekitar 825 kg b. Abu sekam : 10 bagian atau sekitar 100 kg c. Serbuk gergaji : 5 bagian atau sekitar 50 kg d. Kapur bangunan : 2 bagian atau sekitar 20 kg e. Pemacu MO/dekomposer/Stardec : 0,25 bagian atau ekitar 2,5kg 27
28 A L A T a. Cangkul b. Sekop c. Masker d. Sepatu boot e. Kereta dorong f. Ayakan/penyaring
29 CARA MEMBUAT a. Kumpulkan/timbun kotoran basah pada bak 1 selama sekitar seminggu sampai kandungan air sekitar 60%. b. Siapkan bahan-bahan lainnya: abu sekam, serbuk gergaji, kapur bangunan dan stardec sesuai porsi yang telah ditentukan. c. Masing-masing bahan dibagi menjadi 4 5 bagian. d. Campur merata semua bahan pada bak ke 2 misalnya pada hari Minggu dengan cara, ¼ atau 1/5 bagian pertama kotoran sapi dimasukkan pada bak 2, diikuti oleh ¼ atau 1/5 bagian pertama dari Stardec, abu sekam, serbuk gergaji dan kapur. Diikuti lapis kedua dengan urutan yang sama yaitu kotoran sapi,stardec, abu sekam serbuk gergaji dan kapur, demikian seterusnya sampai lapis ke 4 atau ke 5 hingga semua bahan habis. e. Seminggu kemudian/minggu ke dua pada hari Minggu, bahan pada bak 2 dipindahkan ke bak ke 3 menggunakan cangkul dan sekop. Pada saat ini suhu bahan cukup tinggi
mencapai 70 derajat C sampai akhir minggu ke dua.sementara bak ke 2 yang sudah kosong diisi lagi dengan bahan yang sama dengan cara yang sama. f. Seminggu kemudian bahan di bak ke 3 dipindah ke bak ke 4, bahan di bak ke 2 di pindah ke bak ke 3, demikian seterusnya sampai akhir minggu ke 4 atau bahan yang berada di bak ke 5 sudah matang/jadi dan siap diaplikasikan atau dikemas. g. Tanda-tanda kompos yang sudah matang/jadi adalah: (1). Warna coklat kehitaman, (2). Tidak bau, (3). Tidak panas. h. Kompos yang sudah matang ditimbun pada bak ke 6. Untuk menjaga kualitas, sebaiknya dilakukan penyaringan dengan ayakan tukang bangunan agar terbebas dari bahan yang tidak bermanfaat misal tali rafia, plastik dll. 30
31 Bak 1 Bak 2 Bak 3 Bak 4 Bak 5 Bak 6 Timbun kotoran sapi sampai kadar air 60% (sekitar 1 minggu) Kotoran Sapi Serbuk Gergaji Kapur Abu Sekam Dekom poser Pindah kan bahan pada bak 2 ke bak 3 pada minggu ke 2 Pindah kan bahan pada bak 3 ke bak 4 pada minggu ke 3 Pindah kan bahan pada bak 4 ke bak 5 pada minggu ke 4 Stock Kompos Siap Pakai 3 m mmm Skema perpindahan bahan kompos pada bak kompos
32 Tempat membuat kompos dan tempat penyimpanan kompos yang sudah jadi
Cara yang lebih sederhana: 1. Timbun kotoran segar campur dengan sisa-sisa makanan (tidak memakai formula di atas), tunggu selama satu minggu. 2. Dari bahan campuran di atas, misal sebanyak 1 ton, dicampur dengan kapur 20 kg (untuk menetralkan keasaman), dekomposer (stardec, EM4 dll) 2,5 kg, kemudian ditutup dengan terpal/dinaungi. 3. Seminggu kemudian diaduk merata, demikian seterusnya seminggu sekali diaduk sampai masuk minggu ke empat. Di akhir minggu keempat kompos sudah jadi/matang, siap digunakan. 33 Kompos yang sudah jadi dan siap dipasarkan
34 IX. ANALISA USAHA PENGGEMUKAN SAPI DATA PENGGEMUKAN: a. Lama penggemukan : 6 bulan (180 hari ) b. Bakalan : Sapi Bali jantan, umur sekitar 2 tahun, berat sekitar 200kg c. Pertambahan Berat Badan Harian : 0,5 kg/hari d. Jenis pakan : Rumput sekitar 10 % dari Berat Badan per ekor per hari dan Dedak padi sekitar 1 kg/ekor/hari e. Biaya pembuatan kandang Rp. 2.500.000, umur teknis 10 tahun (120 bulan, dapat digunakan untuk 20 kali periode penggemukan) f. Harga berat hidup sapi : Rp. 30.000,-/kg berat hidup g. Harga rumput : Rp.250,-/kg h. Harga dedak padi : Rp. 1000,-/kg
i. Tenaga Kerja : Rp. 5000/hari (kerja efektif sekitar 1,5 jam untuk memberi makan dan membersihkan kandang) ANALISA USAHA PER SATU PERIODE PENGGEMUKAN ( 6 bulan ) 1. Biaya Tetap a. Biaya kandang : 1/20 x Rp. 2.500.000,- = Rp. 125.000,- b. Harga sapi Bakalan = Rp.6.000.000,- c. Jumlah = Rp.6.125.000,- 2. Biaya tidak tetap a. Biaya Rumput : 180 hr x 20 kg x Rp.250,- = Rp 900.000,- b. Biaya dedak padi : 180 hr x 1 kg x Rp.1000,- = Rp. 180.000,- c. Biaya Tenaga Kerja: 180 hr x Rp. 5000,- = Rp. 900.000,- d. Obat-obatan = Rp. 25.000,- e. Biaya lain-lain = Rp. 50.000,- f. Jumlah = Rp.2.055.000,- 35
36 3. Produksi/Hasil a. Pertambahan Berat Badan : 180 hr x 0,5 kg: = 90 kg 90kg x Rp.30.000,- = Rp.2. 700.000,- b. Harga Jual Sapi = Rp.8. 700.000,- c. Produksi pupuk kotoran sapi: 180 harix10 kgx60% 1080 kg x Rp. 250,- = Rp. 270.000,- d. Jumlah Pendapatan = Rp.8. 970.000,- 4. Keuntungan Selama 6 bulan Harga Jual Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap = Rp. 8.970.000 Rp.6.125.000 Rp.2.055.000,- =Rp. 790.000,- Catatan : Jika mencari rumput dan memelihara dilakukan oleh petani, maka Uang yang diterima petani adalah dari pembayaran rumput + upah tenaga kerja + keuntungan = Rp.900.000 + Rp.900.000 + Rp.790.000= Rp. 2.590.000,-