BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO A. Gambaran Umum Rutan Medaeng Rumah tahanan negara kelas I Surabaya beralamat di Jalan Letnan Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo. Rumah tahanan negara kelas I Surabaya dibangun sejak tahun 1976 dan dibentuk berdasarkan surat keputusan menteri kehakiman Republik Indonesia tanggal 26 September 1985 Nomor : M. 01 PR. 07.03 tahun 1985, diresmikan pada tahun 1985. Bangunan ini semula dirancang untuk Lembaga Pemasyarakatan khusus anak, namun karena kebutuhan organisasi berubah fungsi untuk orang-orang yang melanggar hukum di wilayah Kotamadya Surabaya maka dinamakan Rumah Tahanan Negara kelas-i Surabaya atau lebih dikenal dengan sebutan Rutan Medaeng meskipun tempatnya berada di Kabupaten Sidoarjo. Rumah Tahanan Negara kelas I Surabaya berdiri pada ketinggian lebih dari 3 M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 25 sampai 30 Derajat celcius, dan tempatnya strategis dekat terminal Bungurasih dan pelabuhan udara Juanda Sidoarjo. Kondisi bangunan sudah mengalami beberapa kali renovasi yang berguna untuk menambah kekuatan fisik dan daya tampung-nya, namun fenomena sosial berjalan sangat cepat sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas tingkat kriminal yang berkembang pesat seiring dengan perkembangan 34
35 ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya pergeseran tata nilai sehingga mengakibatkan over kapasitas yang tidak bisa dihindari, karena kapasitas rutan Surabaya berdasarkan standar HAM adalah 504 orang sedangkan jumlah penghuni pada saat ini mencapai lebih dari 1800 orang tahanan dan narapidana. 1 Daftar jumlah penghuni Rutan Medaeng menurut jenis tindak pidana per Oktober 2008 No Jenis kejahatan Jumlah Penghuni Pria Wanita Total 1 Ketertiban 94-94 2 Kesusilaan 31-31 3 Perjudian 415 28 443 4 Pembunuhan 9 4 13 5 Penganiayaan 13-13 6 Pencurian 164 35 199 7 Perampokan 211 1 212 8 Pemerasan 16-16 9 Penggelapan 16 115 31 10 Penipuan 148 21 169 11 Penadahan 15-15 12 Narkotika 94 5 100 13 Psikotropika 385 40 425 14 Korupsi 5-5 15 Lain-lain 68 8 76 16 Penculikan 2-2 1 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Kelas I Surabaya oleh bapak Bambang Haryanto selaku Kasi pelayanan tahanan.
36 Kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam pembinaan dan pengarahan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam Rutan Medaeng adalah seorang Kepala Rumah tahanan, yang dibantu oleh staf-stafnya. Di bawah ini merupakan bagan struktur organisasi di Rutan Medaeng. KEPALA RUTAN KAUR T.U KAKP RUTAN KASI PENGELOLAAN KASI PELAYANAN TAHANAN PAM I PAM I PAM I PAM I KASUBSI UMUM KASUBSI KUKAP Kasubsi Administrasi & Perawatan KASUBSI Bankumluh KASUBSI BIMKEG
37 Penjelasan : KAUR TU : Kepala Urusan Tata Usaha. KAKP RUTAN : Kepala Kesatuan Pengamanan KASUBSI UMUM : Kepala Sub / Bagian Seksi Umum KASUBSI KUKAP : Kepala sub / bagian seksi keuangan dan perlengkapan KASUBSI BIMKEG : Kepala sub / bagian seksi bimbingan dan kegiatan PAM : Pengamanan KASI Pengelolaan : Kepala seksi pengelolaan Masing-masing seksi mempunyai tugas sebagai berikut : 1) KAUR TU mempunyai tugas dalam hal kesekretariatan, surat menyurat. 2) KAKP Rutan membawai regu PAM/pengamanan yang mempunyai tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Rutan Medaeng. 3) KASI Pengelolaan membawahi Kasubsi umum dan Kasubsi KUKAP. - Kasubsi umum mempunyai tugas untuk mengurusi kepegawaian kenaikan pangkat. - Kasubsi KUKAP mempunyai tugas melakukan pengurusan keuangan, dan perlengkapan di lingkungan Rutan Medaeng. 4) KASI pelayanan tahanan membawahi Kasubsi administrasi dan perawatan, Kasubsi Bankumluh, serta Kasubsi Bimkeg.
38 - Kasubsi administrasi dan perawatan bertugas untuk mengatur administrasi, juga kesehatan warga binaan pemasyarakatan di Rutan Medaeng. - Kasubsi bankumluh bertugas untuk mengatur kegiatan pembinaan warga binaan pemasyarakatan di rutan Medaeng. - Kasubsi bimkeg bertugas untuk mengurusi kegiatan keterampilan warga binaan di rutan Medaeng. 2 Di samping Kepala Rumah Tahanan Negara beserta staf-stafnya, sebagai pihak yang berwenang membina para narapidana dalam Rumah Tahanan Medaeng, partisipasi masyarakat merupakan pendukung keberhasilan pembinaan yang telah dilakukan oleh yang berwenang. B. Faktor Penyebab Adanya Cuti Bersyarat Di Rutan Medaeng Faktor utama penyebab adanya cuti bersyarat di Rutan Medaeng yaitu untuk mengurangi over kapasitas. Dengan dilaksanakannya cuti bersyarat maka dapat mendorong dan membangkitkan motivasi pada diri narapidana dan anak didik pemasyarakatan ke arah pencapaian tujuan pembinaan. Selain itu juga, memberikan kesempatan kepada narapidana dan anak didik pemasyarakatan untuk pendidikan dan keterampilan guna mempersiapkan hidup mandiri di tengah 2 Hasil Wawancara dengan kasubsi bantuan hukum dan penyuluhan Bpk. Ari Yuniato, pada tanggal 6 Januari, 2009
39 masyarakat setelah bebas menjalani pidana serta mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan pemasyarakatan. 3 C. Proses Pemberian Hak Narapidana Berupa Cuti Bersyarat Di Rutan Medaeng Narapidana yang ingin mendapatkan cuti bersyarat harus memenuhi persyaratan substantif dan administratif terlebih dahulu. Adapun persyaratannya telah dijelaskan sebelumnya dalam bab 2 mengenai tata cara pemberian cuti bersyarat di Rutan Medaeng merujuk pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2 PK 04-10 tahun 2007, adalah sebagai berikut : a. Tim Pengamat pemasyarakatan (TPP) Rutan setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari wali pemasyarakatan, mengusulkan pemberian cuti bersyarat kepada kepala Rutan. b. Apabila Kepala Rutan menyetujui usul TPP rutan selanjutnya meneruskan usul tersebut kepada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan. c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM dapat menolak atau menyetujui tentang usul cuti bersyarat setelah mempertimbangkan hasil 3 Hasil wawancara dengan staf bantuan hukum dan penyuluhan Bpk. Ariestanto, pada tanggal 24 Desember 2008
40 sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat. d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menolak tentang usul cuti bersyarat, maka dalam jangka waktu paling lama 14 hari terhitung sejak diterimanya usul tersebut memberitahukan penolakan itu beserta alasannya kepada kepala rutan. e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM menyetujui tentang usul cuti bersyarat maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menerbitkan keputusan tentang cuti bersyarat. f. Sebelum cuti bersyarat dilaksanakan Kepala Rutan berkewajiban memberikan petunjuk agar narapidana atau anak didik pemasyarakatan berperilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan. g. Menandatangani surat menjalani cuti bersyarat berdasarkan keputusan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat. h. Menyerahkan narapidana yang menjalani cuti bersyarat kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting lainnya. i. Kepala Rutan dan Kepala BAPAS setiap bulan melaporkan tentang pelaksanaan dan hasil evaluasi cuti bersyarat kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
41 j. Apabila narapidana atau anak didik pemasyarakatan dalam masa menjalani cuti bersyarat mengulang tindak pidana dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat maka kepala rutan dapat melakukan pencabutan sementara cuti bersyarat setelah diperoleh informasi mengenai alasan-alasan pencabutan. k. Sebelum dilakukan pencabutan tetap, Kepala Rutan berkewajiban melakukan pemeriksaan terhadap narapidana atau anak didik pemasyarakatan yang menjalani cuti bersyarat. l. Kepala Rutan melaporkan pencabutan kepada Kepala Direktur Jenderal pemasyarakatan yang dilengkapi dengan alasan-alasannya serta berita acara pemeriksaan. m. Kemudian pencabutan tetap cuti bersyarat dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat berdasarkan usul Kepala Bapas. Dalam pelaksanaan cuti bersyarat di Rutan Medaeng tidak semua berjalan dengan lancar. Tentunya pelaksanaannya ditemukan beberapa kendala-kendala sebagai-berikut : 1. Narapidana tidak memenuhi syarat 2. Narapidana tidak ikut program kegiatan 3. Narapidana pernah mendapat hukuman disiplin 4. Narapidana tidak menunjukkan kesadaran 5. Narapidana tidak memenuhi syarat administratif
42 6. Pernyataan ketidak sanggupan dari RT, RW dan lurah tidak ada. Artinya pihak RT, RW dan Lurah tidak menyanggupi atau tidak mengijinkan seseorang narapidana mendapatkan cuti bersyarat Dengan adanya kendala-kendala seperti ini, maka petugas Rutan Medaeng lebih meningkatkan pembinaannya terhadap narapidana agar narapidana bisa menjadi lebih baik lagi. Dalam pelaksanaan cuti bersyarat, meskipun tidak maksimal membantu mengurangi over kapasitas di Rutan Medaeng, namun dalam pelaksanaannya Rutan Medaeng merasakan manfaat dari cuti bersyarat, antara lain : 1. Dapat menghemat biaya 2. Program pembinaan bisa berjalan dengan efektif 3. Menyenangkan masyarakat. 4 D. Upaya Pembinaan Narapidana di Rutan Medaeng Sidoarjo 1. Pembinaan mental lewat pembinaan agama Sebagaimana jasmani, rohaniah pun juga membutuhkan santapan. Kebutuhan rohani bisa dipenuhi lewat agama, pendidikan baik formal maupun non formal. Tujuan daripada adanya rumah tahanan negara di samping memberikan balasan terhadap perbuatan yang telah dilakukan, juga membina dan mengarahkan narapidana untuk mengembalikan pada masyarakat yang 2009 4 Hasil wawancara dengan Kasubsi Bankumluh Bpk. Ari Yuniarto pada tanggal 7 Januari
43 sehat dan tidak mengulangi perbuatannya lagi, tujuan terebut tidak mungkin terwujud tanpa adanya kesadaran yang tertanam pada masing-masing individu. Cara untuk menumbuhkan kesadaran itu adalah dengan diberikannya pembinaan, kesadaran, serta pembinaan mental agama kepada mereka. Dalam pelaksanaan pembinaan agama, dalam hal ini pihak Rumah Tahanan Negara Medaeng bekerja sama dengan Lembaga Keagamaan yang disesuaikan dengan agama masing-masing warga binaan pemasyarakatan. Jenis kegiatan pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan : a. Agama Kristen / Katholik bekerjasama dengan 19 Gereja b. Agama Islam bekerjasama dengan 9 yayasan c. Agama Budha bekerjasama dengan 2 yayasan d. Agama Hindu bekerjasama dengan 1 yayasan Demikian pembinaan yang dilakukan lewat keagamaan yang dilaksanakan di dalam Rumah Tahanan Medaeng terhadap warga binaan pemasyarakatan, dengan harapan agar mereka bisa atau mau kembali menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Dalam mencapai tujuan pembinaan dengan sistem pemasyarakatan, Kepala Rumah Tahanan Negara Medaeng sebagai pemegang tertinggi mengutamakan pendekatan keagamaan dalam menempuh jalan atau memberikan pembinaan. Melalui pendekatan ini, maka agama dijadikan suatu prinsip dalam mengembangkan kehidupan berbangsa, bernegara dan
44 bermasyarakat sekaligus sebagai tolak ukur kebaikan atau kerusakan moral seseorang. 5 2. Pembinaan lewat kesenian, hiburan dan olahraga Mengenai pembinaan kesenian, rumah tahanan Medaeng mengadakan latihan band dan pentas seni kreativitas warga binaan pemasyarakatan setiap dua kali seminggu. Untuk hiburan bagi warga binaan diberikan nonton film bareng setiap 1 kali seminggu. Mengenai sarana olahraga, Rutan Medaeng menyediakan fasilitas yang cukup, memadai tinggal terserah para penghuninya saja mau menggunakan dan melaksanakan latihan. Sarana dan macam olah raga yang tersedia di dalam Rutan Medaeng, yaitu : a. Bola voli, badminton, tenis meja dan catur b. Senam aerobik setiap 3 kali seminggu c. Modern dance khusus untuk warga binaan wanita. 3. Pembinaan keterampilan Di bidang keterampilan warga binaan pemasyarakatan di bina secara langsung yakni disamping diberikan pengarahan juga langsung dipraktekkan dalam bentuk pekerjaan. Pembinaan keterampilan yang diberikan Rutan Medaeng, yaitu : Desember 2008 5 Hasil wawancara dengan kepala Sub Seksi Bankumluh Bpk. Ari Yuniarto pada tanggal 24
45 - Menjahit - salon - sablon - elektronik, dll. - perkayuan dan pengelasan 4. Pembinaan pendidikan Di bidang pendidikan, Rutan Medaeng mengadakan perpustakaan mini, kursus dasar bahasa Inggris dan mandarin, kursus dasar jurnalistik, serta kursus dasar komputer. 5. Pembinaan di bidang hukum a. Penyuluhan narkoba - Untuk warga binaan pemasyarakatan setiap satu kali seminggu - Untuk warga binaan pemasyarakatan wanita setiap sekali seminggu - Untuk warga binaan pemasyarakatan pria dewasa setiap sekali seminggu. b. Penyuluhan HIV / AIDS dilaksanakan seminggu sekali c. Penyuluhan hukum dilaksanakan sekali sebulan bekerja sama dengan advokat / Kanwil /LSM serta konsultasi hukum setiap hari jam kerja. E. Pelayanan kebutuhan material 1. Sandang dan pangan Sandang dan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap hidup manusia. Warga binaan pemasyarakatan yang kebebasannya di batasi dalam waktu tertentu karena kesalahannya atau perbuatannya menjadikan dirinya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
46 Keseluruhan warga binaan pemasyarakatan selama berada dalam lingkungan rumah tahanan negara merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam hal ini pelaksanaannya diserahkan kepada petugas rumah tahanan, dengan kata lain anggaran belanjanya bersumber dari pemerintah. Untuk kebutuhan sandang, diberikan satu setel pakaian bagi setiap warga binaan pemasyarakatan. Pakaian yang diberikan seragam yaitu warna biru muda. Dengan diberikannya pakaian yang mempunyai ciri tersendiri menunjukkan bahwa kehidupan rumah tahanan Medaeng tidak dibeda-bedakan satu sama lain. Begitu juga dengan pemenuhan akan minuman dan makanan, semua warga binaan pemasyarakatan diberi makanan dan minuman yang sama sebanyak tiga kali sehari tanpa dibedakan yang kaya, miskin, pejabat dan orang biasa. 2. Pelayanan kesehatan Kesehatan adalah faktor utama bagi orang yang akan menikmati hidup di dunia ini. Oleh karena itu, petugas Rutan Medaeng menyadari bahwa kesehatan warga binaan pemasyarakatan harus diperhatikan dan selalu diupayakan agar mendapatkan pelayanan yang secukupnya. Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang secukupnya, petugas Rutan Medaeng menyadari bahwa kesehatan warga binaan pemasyarakatan harus diperhatikan dan selalu diupayakan agar mendapatkan pelayanan yang secukupnya.
47
JADWAL KEGIATAN RUTIN DI RUMAH TAHANAN MEDAENG 48 JAM SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU MINGGU KETERANGAN 06.30 - pembukaan - pembagian cadong - Pembukaan - Pembagian cadong - Pembukaan - Pembagian cadong - Pembukaan pembagian cadong - Pembukaan - Pembagian cadong - Pembukaan - Pembagian cadong Pembukaan Pembagian cadong WBP = warga bina pemasyarakatan pembagian - Senam Cadong = 07.00 - Senam - Latihan bola- Senam - Senam - Olahraga bulu pembagian jatah voly, tenis tangkis dan meja, dan bulu tenis meja tangkis bagi WBP. 08.00 - Tamping dan - Tamping dan- Tamping dan- Tamping dan- Olahraga bulu pekerja mulai pekerja mulai pekerja mulai pekerja mulai tangkis dan aktifitas aktivis aktifitas beraktifitas tenis meja - Fiqih Islam - tajwid bagi bagi WBP anak oleh WBP anak takmir masjid - Kunjungan - Kunjungan - Kunjungan - Kunjungan - Kunjungan 09.00 s/d 10.30 - Kebaktian doa (bagi nasrani) - Konseling anak - Kebaktian do'a (bagi nasrani) - Ceramah agama Islam oleh ustadzah lathifah - Konseling anak - Kebaktian doa (bagi nasrani) - Pentas kreativitas WBP - Konseling anak - Ibadah raya (bagi nasrani) - penyuluhan atau konsultasi hukum - konseling anak - Ibadah raya (bagi nasrani) - Konsultasi hukum WBP Konseling anak - Tamping dan pekerja mulai aktifitas - Iqro' bagi WBP anak - Kunjungan - Ibadah rayat (bagi nasrani) - Konsultasi bagi hukum bagi WBP - Konseling anak 11.30 - Selesai kunjungan - Selesai kunjungan - Selesai kunjungan - Selesai kunjungan - Selesai kunjungan Selesai kunjungan 12.00 - Shalat dhuhur - Sholat dhuhur - Sholat dhuhur - Sholat dhuhur - Sholat dhuhur - Sholat dhuhur - Sholat dhuhur 12.30 - Pembagian - Pembagian - Pembagian - Pembagian Pembagian - Pembagian - Pembagian makan warga binaan pemasyarakatan.
cadong cadong cadong cadong cadong cadong cadong - Penutup - Penutupan - Pembukaan - Penutupan - Penutupan - Penutupan - Bahasa - Kursus bahasa Mandarin - Penyuluhan - Nonton film- Penyuluhan Inggris - Latihan band dan test bareng dn narkoba bagi 13.00 - Penutupan 14.30 Pembukaan Kunjungan - Pembukaan - Kunjungan HIV/AIDS (dari LSM Bina Hati) - Pembukaan - Kunjungan pengarahan bagi WBP anak - Pembukaan - kunjungan WBP dari LSM Yakita - pembukaan - kunjungan - pembukaan - kunjungan - pembukaan - kunjungan 49 15.00 - Sholat ashar - Sholat ashar - Sholat ashar - Sholat ashar - Sholat ashar - Kajian al- - Iqra' oleh- Kajian hadits- Ceramah - Kitab kunng Qur'an dari al- ustad Nur bagi Nabi dari agama Islam dari al-falah Falah WBP anak unsuri oleh Ustadz Surabaya Surabaya ridwan - Bola voli wanita - Bola voli wanita 16.00 - Pembagian - Pembagian - Pembagian - Pembagian - Pembagian cadong cadong cadong cadong cadong - Selesai - Selesai - Selesai Selesai - Selesai Kungjungan kunjungan kunjungan kunjungan kunjungan 17.00 Penutup - Penutup - Penutupan Penutupan 18.00 Yasin bagi WBP - Penutupan - Sholat ashar - Ceramah agama Islam ustadz Rou'uf - Pembagian cadong - Selesai kunjungan - Penutupan - Sholat ashar - Kajian agama - Kajian agama oleh Islam dari Unsuri Surabaya - Pembagian cadong - Selesai kunjungan - Penutupan
50 F. Upaya pembinaan narapidana yang mendapat cuti bersyarat di luar rumah tahanan Medaeng Pembinaan narapidana yang mendapatkan cuti bersyarat di luar rumah tahanan harus memenuhi prosedur yang telah dijelaskan di dalam bab 2 dan bab 3 terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan cuti bersyarat di luar rutan harus ada penjamin yang mampu memberikan pengawasan, pendidikan dan pengarahan kepada narapidana. Adapun yang dimaksud dari penjamin yaitu dari pihak keluarga terdekat, antara lain : - Penjamin satu tingkat ke atas dari narapidana, seperti : orang tua. - Penjamin satu tingkat ke bawah dari narapidana, seperti : anak - Penjamin satu tingkat ke samping dari narapidana, seperti : saudara kandung. Penjamin dari pihak keluarga harus diketahui oleh RT, RW, dan lurah setempat dengan diberi blanko dari petugas Rutan Medaeng. Apabila dari pihak RT dan RW tidak menyetujui di dalam pelaksanaan cuti bersyarat, maka narapidana tidak berhak mendapat cuti bersyarat dengan kata lain cuti bersyaratnya menjadi batal. 6 Pembinaan narapidana yang mendapatkan cuti bersyarat di luar rumah tahanan, di tempatkan di dalam keluarga narapidana sendiri artinya narapidana yang mendapatkan cuti bersyarat masih tetap berstatus sebagai narapidana, hanya tidak menjalani pidana di Rumah Tahanan, tetapi tinggal dalam keluarganya 6 Hasil wawancara dengan kasubsi bantuan hukum dan penyuluhan Bpk. Ari Yuniarto, pada tanggal 06 Januari, 2009
51 sampai habis masa pidananya. Selama tinggal di keluarganya, narapidana tersebut dapat melakukan semua aktifitasnya sebagai manusia pada umumnya, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, dengan mendapat bimbingan dari petugas Balai Pemasyarakatan. Setiap sebulan sekali baik dari penjamin maupun narapidana itu sendiri wajib lapor kepada petugas Balai Pemasyarakatan, karena perkembangan pembinaan dan kepribadian narapidana menjadi tugas dari petugas Bapas. Di samping itu juga, peran Kepala Desa dan masyarakat untuk membina dan memberikan informasi kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan tentang narapidana yang menjalani cuti bersyarat sangat diharapkan sekali, sebab setiap masukan, baik yang positif maupun negatif akan sangat berguna bagi perkembangan pembinaan narapidana itu sendiri. Bila seorang narapidana yang menjalani cuti bersyarat telah habis masa waktunya, maka narapidana beserta penjamin harus kembali lagi ke Rutan Medaeng untuk meminta surat lepas murni dari petugas Rutan Medaeng.