Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

dokumen-dokumen yang mirip
Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur)

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

SNI IEC 60969:2008. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Elektronika Untuk Keperluan Rumah Tangga

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Batang uji tarik untuk bahan logam

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Pupuk kalium klorida

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 1: Persyaratan umum

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-3: Persyaratan khusus untuk setrika listrik

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan. 1. Beaker Glass 2. Blender. 3. Micrometer 4. Wadah

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Katup tabung baja LPG

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Selang karet untuk kompor gas LPG

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton

KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGALISTRIKAN DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Semen beku Bagian 1: Sapi

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

Rambu evakuasi tsunami

Metode uji CBR laboratorium

Analisis kadar abu contoh batubara

PSN. Jajak Pendapat dan Pemungutan Suara dalam Rangka Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pedoman Standardisasi Nasional

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pasangan dinding

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Pupuk amonium sulfat

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Pupuk urea amonium fosfat

Cara uji berat jenis aspal keras

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

PERMEN ESDM NO.2 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA DI BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi

Perpustakaan perguruan tinggi

Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG KOMITE TEKNIS PERUMUSAN STANDAR NASIONAL INDONESIA INSULASI LISTRIK

Cara uji penetrasi aspal

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Cara uji daktilitas aspal

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

Pupuk kalium sulfat SNI

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

Kayu lapis Istilah dan definisi

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Pupuk amonium klorida

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran ICS 29.120.30 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi.....i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Bentuk dan ukuran...1 4.1 Kotak-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. dengan kontak pembumian samping...2 4.2 Tusuk-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. dengan kontak pembumian samping...3 4.3 Tusuk-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. untuk pemanfaat kelas 2...4 4.4 Tusuk-kontak dua kutub 2,5 A 250 Va.b. untuk pemanfaat kelas 2...5 4.5 Pengukur C1 dan C3...6 4.6 Pengukur C4...7 4.7 Pengukur C7...8 4.8 Pengukur C10...9 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran ini disusun untuk melengkapi SNI 04-3892.1-2001 dengan judul Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1: Persyaratan umum. Standar ini membahas khusus bentuk dan ukuran dari tusuk-kontak dan kotak-kontak yang disusun dengan mengacu standar-standar seperti yang tercantum pada acuan normatif standar ini. Standar ini dirumuskan oleh Panitia Teknik Peranti/Pemanfaat (PTPM) masa kerja tahun 2002 berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi. Ketika dalam taraf Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI), standar ini telah melalui proses/prosedur perumusan standar dan terakhir dibahas dalam Forum Konsensus XXI pada tanggal 27 Mei 2003 untuk mencapai mufakat. Dalam rangka mempertahankan mutu ketersediaan standar yang tetap mengikuti perkembangan, maka diharapkan masyarakat standardisasi ketenagalistrikan memberikan saran dan usul perbaikan demi kesempurnaan rancangan ini dan tak kalah pentingnya untuk revisi standar ini dikemudian hari. ii

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran 1 Ruang lingkup Standar ini berlaku untuk tusuk-kontak dan kotak-kontak magun (terpasang tetap) dan portable, dengan tegangan pengenal tidak lebih dari 250 V arus bolak balik (a.b.), arus tidak melebihi 16 A, frekuensi pengenal 50 Hz, digunakan untuk keperluan rumah tangga atau sejenisnya untuk pasangan dalam. Standar ini berlaku untuk jenis tertanam dan timbul. 2 Acuan normatif Standar ini merupakan bagian dari SNI 04-3892.1-2001. Dokumen normatif berikut berlaku sebagai acuan standar ini. Pada saat penerbitan standar ini, edisi yang tercantum masih berlaku. SNI 04-3892.1-2001, Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1 : Persyaratan umum. SNI 04-0225-2000, Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL) 2000. CEE Publ. 7, 1963, Plug-socket outlet for domestic and similar purpose. IEC 60884 1 (2002-06), Plug and socket outlet for household and similar purposes Part 1 : General requirements. 3 Istilah dan definisi Definisi pada SNI 04-3892.1-2001 dapat digunakan. 4 Bentuk dan ukuran Untuk bentuk dan ukuran dapat dilihat pada halaman berikut. 1 dari 9

4.1 Kotak-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. dengan kontak pembumian samping Keterangan gambar: A Pipa-pipa kontak yang dapat mengembang antara 3,5 mm dan 5,1 mm; diperkenankan bentukbentuk yang serupa dengan bentuk pipa; 1) Toleransi + 0,3 mm untuk bahan yang dicetak dan 0,5 mm untuk bahan keramik; 2) Panjang bagian lubang masuk yang berbentuk silindris untuk pin tusuk-kontak; 3) Ukuran ini berlaku pada kontak pembumian pada posisi bebas normalnya. Kondisi tersebut harus mengakibatkan gaya pegas yang cukup pada jarak pemisahan 33 mm; (C) Ukuran yang diberi kode C1, C2 dan seterusnya diperiksa dengan menggunakan pengukur (gauge). Toleransi pada setiap ukuran diperlihatkan hanya pada pengukurnya. Gambar 1 Ukuran dalam milimeter Kotak-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. dengan kontak pembumian samping Gambar di atas hanya tipikal dan tidak dimaksudkan untuk mengarahkan disain bentuk, kecuali untuk ukuran yang tercantum dalam gambar. 2 dari 9

4.2 Tusuk-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. dengan kontak pembumian samping Ukuran dalam milimeter Keterangan gambar: 1) Ukuran ini tidak boleh melebihi ukuran yang tercantum pada gambar dalam jarak 18 mm dari permukaan bagian muka tusuk-kontak; 2) Tepi sirip samping boleh terputus tetapi harus untuk sepanjang minimum 6 mm diukur dari permukaan bagian muka tusuk-kontak; (C) Ukuran yang bertuliskan C1, C2 dan seterusnya diperiksa menggunakan pengukur (gauge). Toleransi pada setiap ukuran digambarkan hanya sebagai petunjuk. Gambar 2 Tusuk-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. dengan kontak pembumian samping Bentuk dan panjang tusuk-kontak harus sedemikian sehingga memudahkan untuk memasukkan dan mencopot tusuk-kontak tersebut terhadap kotak-kontak sesuai dengan Gambar 1. Ujung pin harus dibulatkan, atau dibentuk tirus seperti diperlihatkan pada gambar rinci. Gambar di atas hanya tipikal dan tidak dimaksudkan untuk mengarahkan disain bentuk, kecuali untuk ukuran yang tercantum dalam gambar. 3 dari 9

4.3 Tusuk-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. untuk pemanfaat kelas 2 Keterangan gambar: 1) Ukuran ini tidak boleh melebihi ukuran yang tercantum pada gambar dalam jarak 18 mm dari permukaan bagian muka tusuk-kontak; (C) Ukuran yang bertuliskan C1, C2 dan seterusnya diperiksa menggunakan pengukur. Toleransi pada setiap ukuran digambarkan hanya sebagai petunjuk. Gambar 3 Tusuk-kontak dua kutub 16 A 250 Va.b. untuk pemanfaat kelas 2 Bentuk dan panjang tusuk-kontak harus sedemikian sehingga mudah ditarik dengan dari kotak-kontak sesuai dengan Gambar 1. Gambar di atas hanya tipikal dan tidak dimaksudkan untuk mengarahkan disain bentuk, kecuali untuk ukuran yang tercantum dalam gambar. 4 dari 9

4.4 Tusuk-kontak dua kutub 2,5 A 250 Va.b. untuk pemanfaat kelas 2 Keterangan gambar: A Selongsong insulasi, diijinkan tanpa selongsong insulasi dengan ukuran pin sama seperti tercantum pada B; B Pin logam; 1) Ukuran ini tidak boleh melebihi ukuran yang tercantum pada gambar dalam jarak 18 mm dari permukaan bagian muka tusuk-kontak; Untuk bentuk yang lain, ukuran ini digunakan sebagai batas maksimum. 2) Ukurannya adalah: 18 mm sampai dengan 19,2 mm pada bidang permukaan bagian muka tusuk-kontak; 17 mm sampai dengan 18 mm pada ujung pin. 3) Khusus untuk yang menggunakan selongsong insulasi, ukuran ini dapat dinaikkan sampai 4 mm, dengan jarak 4 mm dari permukaan bagian muka tusuk-kontak. Khusus untuk yang menggunakan selongsong insulasi, pin harus pejal. Gambar 4 Tusuk-kontak dua kutub 2,5 A 250 Va.b. untuk pemanfaat kelas 2 5 dari 9

Bentuk dan panjang tusuk-kontak harus sedemikian sehingga memungkinkan mudah ditarik dari kotak-kontak sesuai Gambar 1. Gambar di atas hanya tipikal dan tidak dimaksudkan untuk mengarahkan disain bentuk, kecuali untuk ukuran yang tercantum dalam gambar. 4.5 Pengukur C1 dan C3 Pengukur C1, untuk ukuran lubang masuk dari pin tusuk-kontak 1) Ukuran: - untuk penutup dari bahan keramik 6,0 +0,01-0,0 - untuk penutup lain 5,8 +0,01-0,0 Ukuran tersebut tidak boleh memungkinkan masuknya pengukur yang relevan ke lubang masuk tanpa gaya. 6 dari 9

4.6 Pengukur C4 Gambar 5 Pengukur C3, untuk pemeriksaan tusukkontak dua kutub Ukuran tersebut harus memungkinkan masuknya pin pada kedua sisi pengukur yang lengkap ke dalam kotak-kontak tanpa gaya Konstruksi pengukur C1 dan C3 Pengukur C4, untuk pemeriksaan tusuk-kontak dua kutub dengan kontak pembumian samping. Ukuran tersebut harus memungkinkan masuknya pin pengukur secara lengkap ke dalam kotak-kontak tanpa gaya. Gambar 6 Konstruksi pengukur C 4 7 dari 9

4.7 Pengukur C7 Gauge a * Toleransi C 7 A 5,45 + 0,02 C 7 B 5,60-0 C 7 C 5,75 C 7 D 5,95 * a adalah bukan merupakan angka untuk mengukur diameter tetapi agar pengukur tidak longgar pada jarak pipa Gambar 7 Pengukur C7, untuk jarak pada titik kontak pertama Pengukur C7 A sampai D dipilih yang paling akan masuk ke lubang masuk pin tusuk-kontak. Pin pendek tidak boleh mencapai tabung kontak tusuk-kontak dan pin panjang harus menyentuh tabung kontak ketika gauge secara sempurna dimasukkan. 8 dari 9

4.8 Pengukur C10 Gambar 8 Konstruksi pengukur C 10, untuk jarak antara pin Pengukur C10A harus melewati sisi luar pin tanpa gaya dan pengukur C10B harus melewati antar pin tanpa gaya. 9 dari 9

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id