I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

KAJIAN SUHU KRISTALISASI DAN KONSENTRASI ETANOL PADA KRISTALISASI MOLASE YANG DIJERNIHKAN ARTIKEL

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

KAJIAN KEMAMPUAN BENTONIT UNTUK DEKOLORISASI LlMBAH CAIR YANG MENGANDUNG MELANOIDIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Proses Pembuatan Madu

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim

KRISTALISASI. Teti Estiasih - THP - FTP UB 1

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PRINSIP DASAR KRISTALISASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BAHAN BAKU TETES MENGGUNAKAN PROSES FERMENTASI DAN PENAMBAHAN ASAM STEARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

I. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU

Revisi BAB I PENDAHULUAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang

Sulistyani M.Si

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman sering menggunakan pemanis sebagai

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Tebu sebaga bahan baku industri gula merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Menurut data dari Badan Statistik Nasional (BSN) pada tahun 2014 luas areal perkebunan tebu di Indonesia mencapai 473 hektar yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Industri gula berbahan baku tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat, sumber bahan baku bagi berbagai industri makanan dan sumber kalori yang relatif murah, hingga saat ini terdapat 63 pabrik gula dimana 58 pabrik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan lima lainnya merupakan perusahaan swasta. Data produksi gula di Indonesia menurut PTPN X hingga bulan Agustus 2015 mencapai 2,82 juta ton. Produksi gula dari tebu menghasilkan hasil samping berupa molase atau tetes tebu. Menurut Hulbert Olbrich (1963), molase adalah limbah akhir yang diperoleh dari proses kristalisasi nira. Jumlah molase yang diperoleh dan kualitas molase memberikan informasi tentang sifat dari nira dan pengolahan gula di pabrik gula seperti metode dan klasfikasi nira, metode kristalisasi yang digunakan selama pemanasan dan pemisahan kristal gula dari kelas low-grade. Kandungan gula rata-rata dari tebu 1

2 16% sampai 18% dan hanya 13% sampai 14% gula yang dapat diproduksi, sebagian gula akan masuk kedalam molase ketika gula mentah diproduksi (Pieter, 1959). Jumlah molase yang diekspor dari Indonesia sebesar 939 ribu ton per tahun (BSN, 2014). Pemanfaatan molase di Indonesia sejauh ini dilakukan dalam produksi alkohol, pakan ternak, dan Monosodium Glutamat (MSG). Oleh karena itu diperlukan sebuah pemanfaatan molase lebih lanjut, salah satunya adalah pembuatan kristal fruktosa yang dapat digunakan sebagai pemanis rendah kalori. Molase mengandung senyawa fenolik yang cukup sulit dihilangkan seperti melanoidin dan asam tannat, dimana senyawa senyawa tersebut membentuk polimer berwarna coklat akibat reaksi Maillard. (S. Gaspard, et al. 2008). Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben, misalnya adsorpsi zat padat terhadap gas atau zat cair oleh suatu zat padat. Zat yang teradsorpsi disebut sebagai adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben (Kasmadi, 2002). Zeolit memiliki kapasitas penjerap (adsorben) yang tinggi. Mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah adsorpsi fisika (melibatkan gaya Van der Walls), adsorpsi kimia (melibatkan gaya elektrostatik), ikatan hidrogen dan pembentukan kompleks koordinasi. Daya serap zeolit tergantung dari jumlah pori dan luas permukaan. Molekul molekul dengan ukuran lebih kecil dari pori yang mampu terserap oleh zeolit. Bentonit adalah sejenis tanah pemucat yang mempunyai daya serap yang aktif baik dalam bentuk alami maupun setelah proses pengaktifan.

3 Analisis pada molase yang diperdagangkan oleh Chikoune, et.al. (2014) menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) menunjukan tiga puncak dengan masing masing waktu retensi sukrosa (8,98 menit), glukosa (10,80 menit) dan fruktosa (13,51 menit). Sukrosa adalah gula utama yang terdapat dalam molase hasil ini mendekati dengan penelitian N. Sh. El-Gendy, et al. (2013) dimana sukrosa merupakan komposisi utama molase sebanyak 63,36 %, glukosa 18,50% dan maltosa 13,14%. Fruktosa merupakan gula termanis yang dikenal dan berada terikat pada glukosa dalam sukrosa atau gula pasir (deman, 1997). Kristal fruktosa yang digunakan sebagai pemanis dalam makanan sangat menguntungkan bagi industri makanan karena memiliki tingkat kemanisan 20% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Selain itu, banyak penelitian yang telah dipublikasikan oleh American Journal of Clinical Nutrition bahwa seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi fruktosa memiliki nilai gula darah yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes. Penggunaan kristal fruktosa meningkat dalam berbagai macam produk industri dan digunakan sangat luas sebagai dietary sugar atau gula diet. Fruktosa 1,3 sampai 1,8 kali lebih manis dari sukrosa dan glukosa sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pemanis yang juga diproduksi secara komersial. Fruktosa tidak memerlukan insulin dalam jalur metaboliknya, tidak seperti glukosa, sehingga membantu pola konsumsi penderita diabetes untuk mengontrol kadar gula dalam darah (Kim dalam Silva, 2010).

4 Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan yang homogen dalam kondisi lewat jenuh. Proses ini adalah salah satu teknik padat cair yang sangat penting karena menghasilkan produk dengan kemurnian hingga 100%. Salah satu metode kristalisasi adalah dengan penambahan antisolvent dan pendinginan. Keadaan lewat jenuh dapat dihasilkan dengan mengubah sistem kelarutan dengan penambahan antisolvent, yaitu larutan yang larut dalam pelarut semula tetapi dapat menurunkan kelarutan zat terlarut didalam campuran pelarut yang baru. Keuntungan dari kristalisasi dengan metode antisolvent adalah proses kristalisasi dapat dilakukan pada suhu mendekati suhu ruang sehingga sangat bermanfaat bagi zat zat yang tidak tahan panas, selain itu membutuhkan energi yang lebih kecil dibandingkan proses penguapan pelarut (Giulietti, et al. 2010). 1.2. Identifikasi Masalah 1. Apakah suhu kristalisasi yang bervariasi berkolerasi dengan kadar air, kemurnian dan titik leleh kristal dan massa kristal gula yang dihasilkan? 2. Apakah konsentrasi etanol yang digunakan berkolerasi dengan kadar air, kemurnian, titik leleh dan massa kristal gula yang dihasilkan? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mengetahui korelasi antara suhu kristalisasi yang bervariasi dan kosentrasi etanol dengan kemurnian, titik leleh dan rendemen kristal gula yang dihasilkan.

5 1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaatan molase untuk dibuat produk baru, yaitu kristal fruktosa yang dapat digunakan sebagai alternatif pemanis yang rendah kalori dan aman bagi penderita diabetes. 1.5. Kerangka Pemikiran Molase merupakan produk sampingan dari proses pembuatan gula. Rum dan ekstraksi alkohol dengan destilasi. Molase mengandung melanoidin yang berwarna coklat kehitaman. Warna coklat kehitaman pada molase merupakan komponen melanoidin. Melanoidin merupakan komponen yang terbentuk dari reaksi nonenzymatic Maillard antara gula dan asam amino. Melanoidin dalam molase akan dihilangkan menggunakan isoterm adsopsi. Isoterm adsorpsi adalah hubungan jumlah substansi yang diserap oleh adsorbent pada kesetimbangan pada suhu konstan. Proses penyerapan atau adsorpsi oleh suatu adsorben dipengaruhi banyak faktor dan juga memiliki pola isoterm adsopsi tertentu yang spesifik. Faktor faktor yang mempengaruhi dalam proses adsorpsi antara lain jenis adsoben, jenis zat yang diserap, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat yang diadsorpsi dan suhu. Oleh karena faktor faktor tersebut maka setiap adsorben yang menyerap suatu zat satu dengan zat lain tidak akan memiliki pola isoterm adsorpsi yang sama (Do, 1998). Hasil penelitian Widargo (1996) menunjukkan bahwa sistem kolom adsorpsi Bentonit Koleang, Kebon Awi. Tonsil dan arang aktif mampu menghasilkan persen dekolorisasi hingga breakthrough time masing-masing sebesar 84. 85. 91 dan 86

6 persen pada melanoidin sintesis yang merupakan campuran antara Glukosa; Glisin; Na2CO3 (6 : 2.2 : 1.8) dengan perbandingan konsentrasi masing masing 1:1:0.5 molar. Molase dari proses pembuatan gula mengadung 16% fruktosa dan 32% sukrosa (Olbrich, 1963). Oleh karena itu, molase dipilih sebagai bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan kristal fruktosa. Fruktosa adalah suatu ketoheksosa, fruktosa memiliki rasa manis paling tinggi dibandingkan dengan gula lainnya. Menurut Silva (2010), Fruktosa kristal memiliki nilai kemanisan relatif sebesar 117. Fruktosa digunakan sebagai dietary sugar dengan tingkat kemanisan 1,3 sampai 1,8 kali lebih manis dari sukrosa dan glukosa, selain itu fruktosa memiliki indeks glikemik terrendah diantara gula lainnya yaitu sebesar 14. Fruktosa memiliki sistem pengendalian air dalam sistem beku yang baik dimana fruktosa dapat mengontrol kelembaban dan pertumbuhan kristal dalam proses pembekuan dengan kata lain meminimalisir pemisahan air atau es dari jaringan makanan seperti eskrim, permen, dan jus. Fruktosa memiliki kelarutan dua kali lebih besar dari sukrosa (White dalam Rippe, 2014). Kristalisasi merupakan sebuah cara pemurnian yang sangat baik, dimana faktor faktor yang menyebabkan ketidakmurnian dikeluarkan dari matriks kristal. Kristalisasi sangat berguna dalam pemurnian gula (White dalam Rippe, 2014). Ketika suatu cairan atau larutan telah jenuh, terdapat termodinamika yang mendorong kristalisasi. Molekul molekul cenderung membentuk kristal karena pada bentuk kristal, energi sistem mencapai minimum. Selama nukleasi atau

7 pembentukan inti kristal, molekul dalam wujud cair mengatur diri kembali dan membentuk klaster yang stabil dan mengorganisasikan diri membentuk matriks kristal. Parameter yang mempengaruhi terbentuknya inti kristal diantaranya kondisi lewat dingin larutan, penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat dan sumber inti kristal, viskositas, kecepatan pendinginan, kecepatan agitasi, bahan tambahan, pengotor dan densitas massa kristal. Pada fase pertumbuhan kristal sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari larutan, suhu, energi yang digunakan (agitasi) dan tambahan kristal eksternal (seeding agent) (Giuletti, 2010). Gula merupakan senyawa yang sangat polar sebagaimana afinitasnya dengan air. Konstanta dielektrik air 78,54 pada 25 C. Larutan sukrosa 50% memiliki konstanta dielektrik 60,19; larutan dekstrosa memiliki konstanta dielektrik 63,39 (Malmberg dan Maryott, 1950). Konstanta dielektrik etanol dan aseton pada 25 C masing-masing adalah 24,55 dan 20,7. Konstan dielektrik memberikan ukuran yang baik dari polaritas sistem, jelas bahwa larutan air gula jauh lebih polar dibandingkan dengan pelarut organik umum. Kelarutan dari zat terlarut dalam larutan air harus dikurangi dengan penambahan pelarut organik dengan konstanta dielektrik lebih rendah dari air. Faktor lain yang berkontribusi dalam pengendapan dengan pelarut organik adalah redistribusi air dan molekul pelarut organik di sekitar molekul zat terlarut (Arakawa dan Timasheff, 1985). Silva (2010) mempelajari kristalisasi antisolvent dan pendinginan dalam fruktosa dengan memanfaatkan etanol sebagai antisolvent. Konsentrasi awal larutan fruktosa yang bervariasi ditambahkan etanol yang dengan perbandingan etanol/air

8 (E/S) dan laju pendinginan yang berbeda. Tingkat pengadukan yang digunakan 500 rpm dan suhu akhir adalah 30 C untuk semua percobaan. Seperti yang diharapkan, metastabilitas menurun dengan menambahkan kuantitas etanol, lebih dari 93% dari jumlah fruktosa tersedia dari semua percobaan. Kristal yang diperoleh memiliki kebiasaan kubik, dan aglomerasi terjadi di semua percobaan. Ukuran kristal dan kinetika kristalisasi, dihitung dengan metode Nývlt. Kristalisasi dari larutan fruktosa sulit untuk dilakukan karena kelarutan fruktosa yang besar dalam air, kristalisasi dilakukan dengan menambahkan alkohol dengan berat molekul rendah, seperti ethanol kedalam konsentrat sirup fruktosa untuk menurunkan kelarutan fruktosa dan kekentalan larutan untuk menunjang proses kristalisasi. Kristalisasi dilakukan secara batch pada suhu 24 o C dalam labu 1 liter tertutup dengan pengadukan. Perbandingan ethanol dengan massa air yang digunakan sebesar 1:1. Biji kristal yang dipersiapkan adalah D-fruktosa dengan ukuran 38-45 mikrometer (Johns et al., 1990). Teknik penambahan bibit kristal dari luar juga dapat digunakan untuk menentukan laju pertumbuhah kristal maksimum yang mungkin terjadi tanpa nukleasi pada batas zona metastabil. Larson dan Garside (1973) menyarankan teknik eksperimental untuk menentukan tingkat pertumbuhan maksimum ini untuk hasil yang rendah (Kelas I) sistem kristalisasi di mana kelewat jenuhan dapat diukur. Benih kristal, ditempatkan dalam larutan lewat jenuh konsentrasi yang diketahui konsentrasinya dan dibiarkan tumbuh sampai mencapai sekitar dua kali lipat berat.

9 Konsekuensi praktis yang menjadi hambatan adalah metastabilitas dan waktu induksi. Metastabilitas adalan sebuah keadaan dimana larutan lewat jenuh dalam keadaan jernih yaitu dimana memiliki driving force untuk proses kristalisasi tetapi tidak terdapat kristal dalam sistem. Kondisi metastabil mungkin berlangsung akibat waktu induksi, interval waktu antara gangguan kelewat jenuhan dan terbentuknya nukleasi pertama tergantung pada derajat kelewat jenuhannya. Sebagaimana derajat kelewat jenuhan meningkat, waktu induksi lebih kecil. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran, diperoleh hipotesis bahwa suhu kritalisasi dan konsentrasi etanol berkolerasi dengan karakteristik kristal gula yang terbentuk. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 hingga bulan Juni 2016, bertempat di Laboratorium Penelitian Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan Bandung, Jl. Dr. Setiabudhi No. 193.

10