BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

Daftar Tabel. Halaman

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN... I-1

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

BAB VII P E N U T U P

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Analisis Isu-Isu Strategis

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

Lampiran Meningkatnya cakupan

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

D A F T A R I S I Halaman

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2010. RPJMD 2010-2015 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Desa dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) masingmasing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan daerah. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap hal sebagai berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMD 2010-2015 disusun memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta prioritas pembangunan daerah dari Bupati Wakil Bupati, H.A KHOLIQ ARIF dan Hj. MAYA ROSIDA dengan visi: WONOSOBO YANG SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA. Dengan demikian, RPJMD 2010-2015 adalah pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Pemerintahan Desa, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2015, disusun berdasarkan Visi dan Misi Bupati Wonosobo, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten 1

Wonosobo, serta menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu kemana Kabupaten Wonosobo akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang, bagaimana mencapainya dan menetapkan sasaran-sasaran pembangunan dalam menentukan tujuan yang akan dicapai. B. Dasar Hukum Penyusunan 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah ; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia; Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).; 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 2

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepada Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737): 16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. Peraturan PresidenNomor 1 Tahun 2007 Tentang Penetapan, Pengesahan, Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 2014; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008tentangTahapan,Tatacara Penyusunan Pengendalian, dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 3

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133); 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 1997 Nomor 6 Seri D Nomor 4); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2008 Nomor 7,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 7); Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 6). C. Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 2015 pada dasarnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati Wakil Bupati, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Wonosobo tahun 2005-2025 dengan memperhatikan RPJM Nasional tahun 2010 2014, RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013. RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010 2015, merupakan tahapan II dari RPJP Kabupaten Wonosobo tahun 2005-2025 dimana merupakan tahap dinamisasi kegiatan pembangunan disemua bidang dalam pembangunan daerah yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas output yang berupa pelayanan publik dan produksi Daerah. Untuk itu aparatur pemerintahan dan serta sistem prosedur serta sarana prasarana penunjang yang dibutuhkan dalam dinamisasi pembangunan Daerah harus sudah tertata dengan baik. Selain itu, juga memperhatikan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Rencana Tata Ruang Nasional. Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010 2015 menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam penyusunan RENSTRA SKPD tahun 2011 2015 dan pedoman bagi Desa se- 4

Kabupaten Wonosobo dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun 2010 2015. D. Sistematika Penulisan Sistmatika penulisan RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010 2015 dijabarkan sebagai berikut : Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan Menguraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum penyusunan RPJMD, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan RPJMD. Gambaran Umum dan Kondisi Daerah Bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan secara logis dasardasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bagian ini dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah pada tahap perumusan capaian hasil pembangunan daerah 2006 2010. Gambaran Pengelolaan Keuangan serta Kerangka Pendanaan Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan pada tahap perumusan ke dalam sub-bab, sebagai berikut kinerja Keuangan Masa Lalu yaitu Pelaksanaan APBD dan Neraca Daerah, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu yaitu Proporsi Penggunaan Anggaran dan Analisis Pembiayaan, Kerangka Pendanaan yaitu Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama, Proyeksi Data Masa Lalu dan Penghitungan Kerangka Pendanaan Analisis isu Isu Strategis Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Oleh karena itu, penyajian analisis ini harus dapat menjelaskan butir-butir penting isu isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis yang meliputi Permasalahan Pembangunan dan Isu Strategis Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Menggambarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah kabupaten Wonosobo tahun 2010 2015. 5

Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih. Merupakan kebijakan dalam mengimplementasi program Bupati dan Wakil Bupati yang merupakan payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi. Berisi tentang strategi pembangunan dan arah kebijakan pembangunan dalam tahun 2010 2015. Bab VII Kebijakan Umum dan Program Prioritas Pembangunan Daerah Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan sasaran yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja, dan program prioritas pembangunan daerah beserta kegiatan pokok yang menjadi prioritas pembangunan daerah. Bab VIII Penetapan Indikator Kinerja Daerah Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. Bab IX Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Dalam bagian ini dinyatakan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir. Pedoman transisi dimaksud antara lain bertujuan menyelesaikan masalah masalah pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa pemerintahan baru. E. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010 2015 dimaksudkan untuk menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah menjadi dokumen RPJMD digunakan sebagai arah, dasar, acuan, dan pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan daerah, yang akan dilaksanakan oleh segenap pemangku 6

kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah selama kurun waktu lima tahun dan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan daerah yang berkeadilan dan demokratis, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo 2011 2015, antara lain : 1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan; 2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Wilayah, antar sektor, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa; 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat, 5. Memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang memuat strategi dan arah kebijakan, program kegiatan serta prakiraan maju pendanaan, ; dan 6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. 7

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Geografi dan Demografi 1. Geografi Wilayah Kabupaten Wonosobo terletak pada 7 0.43.13 dan 7 0.04.40 garis Lintang Selatan (LS) serta 109 0.43.19 dan 110 0.04.40 garis Bujur Timur (BT), dengan luas 98.468 ha (984,68 km 2 ) atau 3,03 % luas Jawa Tengah. Komposisi tata guna lahan terdiri atas tanah sawah mencakup 18.696,68 ha (18,99 %), tanah kering seluas 55.140,80 ha (55,99.%), hutan negara 18.909,72 ha (19.20.%), perkebunan negara/swasta 2.764,51 ha (2,80.%) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01.%). Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250 500 m dpl seluas 33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian 500 1.000 m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian > 1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten. Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo. Namun demikian karena topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor. Posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara Jalur Pantai Utara dan Jalur Pantai Selatan. Selain itu menjadi bagian terpenting dari jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu-Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua jalur strategis nasional tersebut. Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan enam kabupaten, yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang; b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang; c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen; d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen. Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Suhu udara rata-rata 24 30 o C di siang hari, turun menjadi 20 o C pada malam hari. Pada bulan Juli Agustus turun menjadi 12 15 o C pada malam hari dan 15 20 o C di 8

siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400 mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan Watumalang (1.554 mm). Berdasarkan kajian Tata Ruang Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan sebagai kawasan Agropolitan adalah Kawasan Rojonoto, yang meliputi Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Pada Kawasan Agropolitan Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 Kota Tani lainnya yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro. Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari : PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan Selomerto PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar dan Sapuran PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang mencakup wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo dan Kalibawang. Berdasarkan pola ruang wilayah dibagi menjadi 2 (dua) besar yaitu Kawasan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi melindungi kelestarian lingkungan Hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Mengingat posisi geografis Kabupaten Wonosobo yang berada di wilayah atas maka Kawasan lindung ini hampir meliputi seluruh wilayah. Kawasan ini terdiri dari : a. Kawasan Hutan Lindung b. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya. c. Kawasan perlindungan setempat. d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya e. Kawasan rawan bencana alam, dan f. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah. Sedangkan Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi: a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan Budidaya hutan produksi terdapat di Kecamatan Kaliwiro, Leksono, Watumalang, Sukoharjo, Sapuran, Kalibawang, Wadaslintang dan Kepil. b. Kawasan Peruntukan Pertanian yang terdiri dari : 9

1). Kawasan pertanian lahan basah dikembangkan di semua kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar 2). Kawasan pertanian lahan kering dikembangkan pada daerah yang tidak terjangkau jaringan irigasi, bukan hutan lindung atau kemiringan lereng kurang dari 40 % dan terdapat pada semua kecamatan pada lahan yang sesuai. c. Kawasan Peruntukan Perkebunan terdapat pada semua wilayah kecamatan sesuai dengan komoditas yang berkembang di kabupaten Wonosobo. d. Kawasan Peruntukan Perikanan diprioritaskan dikembangkan disemua kecamatan didaerah yang tersedia pasokan air yang cukup. e. Kawasan Peruntukan Peternakan, yang terdiri dari : 1). Kawasan peternakan ternak besar diprioritaskan dikembangkan di kecamatan Wadaslintang, Kepil, Leksono, Kalikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah. 2). Kawasan Peternakan unggas di Kecamatan Kejajar, Kalikajar, Garung, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto. f. Kawasan Peruntukan Pertambangan dikembangkan pada kawasan yang potensial bahan tambang namun bukan pada Kawasan Lindung, yang dikelola secara berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dalam ekploitasinya. g. Kawasan Peruntukan Pemukiman sebagaimana dikembangkan di daerah yang datar, bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih. h. Kawasan Peruntukan Industri, untuk industri menengah dan besar dikembangkan di sepanjang jalur regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur Kertek-Sapuran-Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran. Sedangkan sentra-sentra industri kecil dan Industri Rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan. i. Kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada kawasan sebagai berikut : 1). Kawasan Wisata Alam, 2). Kawasan Wisata Budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan, 3). Kawasan Wisata Religius terdapat di Kecamatan Kaliwiro,Selomerto dan Kejajar, 4). Kawasan Wisata Buatan terdapat di Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan Wadaslintang, 5). Kawasan Wisata Tradisi terdapat di Kecamatan Kejajar, Selomerto, Kertek, Garung, Kalikajar, Wonosobo, 6). Kawasan Wisata sejarah di Kecamatan Wonosobo, 10

7). Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto dan Kejajar. 2. Demografi Sampai dengan akhir bulan Mei 2010, penduduk Kabupaten Wonosobo berjumlah 888.813 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 451.363 jiwa dan perempuan 437.450 jiwa. Jika jumlah penduduk tersebut dirinci menurut sebaran wilayah, dan struktur usia dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel II.1 Jumlah Penduduk dirinci per Wilayah Kecamatan Kondisi Bulan Mei 2010 No Kecamatan Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase Laki-laki Perempuan 1. Wonosobo 45.859 45.114 90.973 10,23 2. Kertek 44.848 43.652 88.500 9,96 3. Selomerto 28.658 28.369 57.027 6,42 4. Leksono 23.414 23.015 46.429 5,22 5. Garung 28.123 26.591 54.714 6,16 6. Kejajar 23.316 22.084 45.400 5,11 7. Mojotengah 31.594 29.799 61.393 6,91 8. Watumalang 29.035 28.161 57.196 6,43 9. Sapuran 30.845 30.052 60.897 6,85 10. Kepil 33.906 33.444 67.350 7,57 11. Kalikajar 35.873 34.422 70.295 7,90 12. Kaliwiro 29.492 28.796 58.288 6,56 13. Wadaslintang 33.715 32.626 66.341 7,46 14. Sukoharjo 18.379 17.604 35.983 4,05 15. Kalibawang 14.306 13.721 28.027 3,15 JUMLAH 451.363 437.450 888.813 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Menurut data dalam tabel di atas jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Wonosobo yang mencapai 10,23 % dan tersedikit di Kecamatan Kalibawang yang mencapai 3,15 %. Hal ini sejalan dengan luas wilayah Kecamatan Kalibawang yang lebih sempit dibandingkan dengan Kecamatan Wonosobo. 11

No Tabel II.2 Jumlah Penduduk dirinci menurut Struktur Usia Kondisi Bulan Mei 2010 Kelompok Umur (th) Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase Laki-laki Perempuan 1. 0 4 31.088 29.540 60.627 6,82 2. 5 9 39.760 37.747 77.507 8,72 3. 10 14 40.460 38.305 78.765 8,86 4. 15 19 40.688 39.553 80.241 9,03 5. 20 24 39.941 39.469 79.410 8,93 6. 25 29 41.834 41.245 83.079 9,35 7. 30 34 37.946 38.084 76.030 8,55 8. 35 39 34.875 34.744 69.619 7,83 9. 40 44 32.461 32.673 65.134 7,32 10. 45 49 28.089 27.157 55.246 6,21 11. 50 54 22.939 21.825 44.764 5,03 12. 55 59 18.741 16.315 35.057 3,94 13. 60 64 12.181 12.538 24.719 2,78 14. 65 69 11.797 10.820 22.617 2,54 15. 70 74 8.151 7.754 15.905 1,78 16. 74 + 10.413 9.681 20.093 2,26 JUMLAH 451.363 437.450 888.813 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Menurut tabel 2 diatas, bahwa prosentase terbesar penduduk berada pada kelompok umur antara 25 29 tahun yang mencapai 9,35 % dari seluruh penduduk dan terkecil berada pada kelompok umur 70 74 tahun yang mencapai 1,78 %. B. Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Wonosobo selama periode tahun 2005-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB perkapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Salah satu tolok ukur untuk mengukur pembangunan ekonomi regional adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan Nilai PDRB dari tahun 2005 2009 dapat dilihat dari tabel berikut ini : 12

Tabel II.3 Perkembangan Nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2005 2009 (dalam jutaan rupiah) Tahun Harga Berlaku Harga Konstan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan 2005 2.309.638,86 169,67 1.570.347,68 115,36 2006 2.630.737,89 193,22 1.621.132,33 119,10 2007 2.962.993,79 217,67 1.679.149,17 123,36 2008 3.332.061,77 244,78 1.741.148,31 127,91 2009 3.584.212,92 263,31 1.811.092,67 133,05 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan PDRB Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun atas dasar harga berlaku sebesar Rp 2.963.929.045.684 atau 217,73%. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 1.684.574.032.083 atau 123,75%. Kondisi semacam itu menunjukkan bahwa selama 5 tahun penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan terjadi peningkatan di bidang ekonomi. Tabel II.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo (%) Tahun 2005 2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Pertumbuhan 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu 2005 s/d 2009 mencapai 3,54%. Kondisi tersebut juga tidak lepas dari kebijakan ekonomi ekonomi regional dan nasional. Tabel II.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo (%) Tahun 2005 2009 No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 3,41 3,34 3,31 3,36 3,85 2 Pertambangan dan Penggalian 4,33 4,68 3,60 1,67 0,11 3 Industri Pengolahan 1,89 2,77 2,70 2,55 2,41 4 Listrik, Gas, dan Air bersih 3,97 0,32 2,59 3,07 3,34 5 Bangunan 3,38 3,06 4,34 4,39 6,01 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,62 4,03 4,56 4,09 4,62 7 Angkutan dan Komunikasi 2,39 2,75 5,89 5,88 5,6 8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 3,41 2,68 3,98 4,17 4,39 9 Jasa-jasa 3,22 3,14 2,89 3,81 4,16 PDRB 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo 13

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB tertinggi disumbang oleh Sektor Bangunan yang rata-rata setiap tahunnya mencapai 4,23%. Sedangkan laju pertumbuhan terendah PDRB terletak pada sektor Industri pengolahan yang rata-rata setiap tahun mencapai 2,46%. Tabel II.6 Peranan Masing-Masing Sektor Dalam PDRB (%) Tahun 2005 2009 No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 45,04 45,61 46,88 47,33 47,42 2 Pertambangan dan Penggalian 0,69 0,68 0,66 0,63 0,60 3 Industri Pengolahan 12,17 11,72 11,27 10,86 10,55 4 Listrik, Gas, dan Air bersih 1,08 1,01 0,96 0,94 0,92 5 Bangunan 4,06 4,01 4,01 4,04 4,09 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,54 12,49 12,29 12,33 12,28 7 Angkutan dan Komunikasi 6,67 6,63 6,46 6,43 6,46 8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 6,16 6,18 6,01 6,02 6,06 9 Jasa-jasa 11,58 11,66 11,47 11,43 11,63 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Menurut data dalam tabel diatas, bahwa kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Wonosobo disumbang oleh sektor Pertanian yang setiap tahun rata-rata mencapai 46,45%. Sedangkan kontribusi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yang setiap tahun rata-rata mencapai 0,65%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor dominan di Kabupaten Wonosobo. Tabel II.7 Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 2009 PDRB Perkapita (Rp) Tahun Harga Konstan Harga Berlaku 2005 2.037.774,41 1.997.121,61 2006 2.099.787,23 3.406.711,37 2007 2.164.192,27 3.818.891,36 2008 2.229.811,50 4.267.223,88 2009 2.300.951,42 4.553.659,76 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga konstan rata-rata selama 5 tahun yaitu Rp 2.166.503,37. Sedangkan berdasarkan harga berlaku rata-rata selama 5 tahun adalah Rp 3.608.721,60. 14

b. Inflasi Tabel II.8 Laju Inflasi Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 2009 Tahun Kumulatif Inflasi (%) 2005 16,77 2006 7,37 2007 9,89 2008 10,3 2009 3,01 Rata-rata 9,47 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa kumulatif inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 16,77%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM sedangkan kumulatif inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 3,01%. Untuk rata-rata kumulatif inflasi selama periode 2005 s/d 2009 mencapai 9,47%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa selama 5 tahun terakhir terjadi kenaikan indeks harga konsumen sekitar 10%. 2. Kesejahteraan Sosial Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas yaitu dimensi kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pada semua tingkatan pembangunan beberapa kapasitas dasar diperlukan bagi pembangunan manusia yaitu Sehat dan berumur panjang, berpengetahuan dan memiliki akses kepada sumber daya ekonomi. Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Wonosbo telah mencapai 70,40, angka tersebut masih dibawah angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,10. menggambarkan perkembangan indikator IPM tahun 2006 2009. Tabel II.9 Perkembangan Indikator IPM tahun 2006 2009 Tabel berikut Komponen Satuan Tahun 2006 2007 2008 2009 Angka Harapan Hidup Tahun 69,00 69,20 69,49 69,74 Angka melek Huruf % 88,90 88,91 88,91 89,27 Paritas Daya Beli Rupiah 621.000 624.600 626.770 629.260 Rata-rata lama sekolah Tahun 6,00 6,11 6,11 6,27 Indeks Pembangunan Manusia 68,80 69,22 69,55 70,08 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo 15

Dalam konteks pencapaian IPM sesuai target 72 pada tahun 2010, memang harus disadari ada beberapa point titik lemah yaitu belum optimalnya penganggaran pada beberapa prioritas pembangunan yang bisa meningkatkan IPM. Ke depan, merumuskan konsensus dan mengawalnya pada tahap implementasi merupakan agenda bersama bagi eksekutif dan legislatif agar sumber daya APBD yang terbatas bisa efektif dalam mencapai sasaran visi dan misi RPJMD pada periode lima tahun berikutnya. Kinerja Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi indikator di bidang pendidikan (Angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni, kesehatan (Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, Prevalensi Gizi Kurang), Kemiskinan, Kepemilikan Tanah, tenaga kerja dan keamanan dan ketertiban umum. Capaian Kinerja pembangunan focus kesejahteraan sosial Kabupaten Wonosbo periode 2006-2010 pada masing-masing bidang sebagai berikut : a. Pendidikan Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategis dalam keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dan dirumuskan dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pendidikan. Selain itu, berbagai kesepakatan internasional khususnya millennium development goals (MDGs), yang menetapkan bahwa sebelum tahun 2015 semua anak baik laki-laki maupun perempuan menyelesaikan pendidikan dasar, dan Deklarasi UNESCO tentang Education for All (EFA) telah pula menjadi dasar pelaksanaan pembangunan pendidikan di Indonesia. Pembangunan pendidikan telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah dari 5,70 tahun pada tahun 2005 menjadi sebesar 6,18 tahun pada tahun 2009, meningkatnya angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dari 85,60 persen pada tahun 2005 menjadi 89,15 persen pada tahun 2009, serta meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada tahun 2005 sebesar 95,15 persen meningkat menjadi 97,26 persen pada tahun 2009, dan APK SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005 adalah sebesar 65,12 persen meningkat menjadi 68,98 persen pada tahun 2009. Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005 sebesar 25,00 persen meningkat menjadi 16

29,13 persen pada tahun 2009. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005 adalah sebesar 49,15 persen meningkat menjadi 52,00 persen pada tahun 2009. Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005 sebesar 17,12 persen meningkat menjadi 20,38 persen pada tahun 2009. Angka putus sekolah SD dan SLTP, dari 0,36 persen pada tahun 2005 turun menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 untuk tingkat SD, dan untuk tingkat SLTP dari 1,29 persen turun menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 sedangkan tingkat SLTA dari 2,80 persen menjadi 0,42 persen pada tahun 2009. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan akses pelayanan pendidikan baik pada tingkatan Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar 9 tahun maupun tingkat Pendidikan Menengah yang diikuti oleh upaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan disemua jenjang pendidikan. Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, kualifikasi guru ditingkatkan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, terdapat peningkatan persentase guru yang telah memenuhi kualifikasi akademik D4/S1 menjadi sebesar 14,66 persen untuk SD/MI, 76,15 persen untuk SMP/MTs, 88,47 persen untuk SMA/SMK. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan tata kelola pendidikan dilakukan berbagai perbaikan manajemen pendidikan yang ditujukan untuk memantapkan manajemen pelayanan pendidikan dan memberdayakan sekolah melalui penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditujukan untuk meningkatkan kemandirian, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, dan peran serta masyarakat. Untuk meningkatkan standar dan kualitas tata kelola pendidikan, telah dilakukan penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif sesuai dengan Permendiknas Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Sistem Perencanaan Tahunan dan Permendiknas Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Koordinasi dan Pengendalian Program. b. Kesehatan Pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan kinerja sistem kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah serta berbagai komponen masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui pendekatan enam sub-sistem dalam sistem kesehatan nasional (SKN), yaitu subsistem: (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan kesehatan; (3) sumberdaya manusia kesehatan; (4) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (5) manajemen dan informasi kesehatan; dan (6) pemberdayaan masyarakat. Keenam sub sistem 17

tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain di luar SKN antara lain sistem pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem budaya. Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur harapan hidup (UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan prevalensi kekurangan gizi pada balita terus menunjukkan perbaikan selama kurun waktu 2006 2009. Tabel II.10 Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Tahun 2006-2009 No. Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 1 Angka Harapan Hidup Tahun 68,9 69,2 69.5 70,44 2 Angka Kematian Ibu 3 Angka Kematian Bayi per seratus ribu kelahiran hidup per mil kelahiran hidup 71,68 174,68 123,39 115,75 14,34 21,51 15,35 15,84 4 Prevalensi Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10,02 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo Derajat kesehatan Ibu dan anak terus mengalami perbaikan, hal ini dapat dilihat dari menurunnya Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adanya peningkatan kualitas pelayanan ibu hamil melalui peningkatan sarana kesehatan dasar maupun rujukan dan kemampuan tenaga kesehatan, meningkatnya kesadaran ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan dalam proses persalinan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel II.11 Data Pertolongan Persalinan Tenaga kesehatan Tahun 2006-2009 No. 1 Cakupan Tahun Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 Persalinan ditolong tenaga kesehatan Orang 11.143 11.727 12.437 12.734 2 Prosentase % 67,96 69,42 79,92 86,4,42 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo Status Gizi masyarakat juga mengalami peningkatan selama 2006 2009. Hal ini disebabkan karena disamping adanya peningkatan ekonomi keluarga juga karena adanya peningkatan keluarga sadar gizi, adanya surveylens gizi buruk melalui posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Capaian indikator program gizi masyarakat seperti tabel berikut : 18

Tabel II.12 Data Cakupan Program Gizi Masyarakat Tahun 2006-2009 No. Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 1 Berat bayi lahir rendah Anak 264 208 246 238 2 Prosentase dari total kelahiran % 1,99 1,65 1,68 1,69% 3 Berat bayi lahir normal Anak 13.244 12.332 14.352 13.771 4 Prosentase dari total kelahiran % 98,01 98,35 98,32 98,30 5 Prevalensi Status Gizi Balita: a. Gizi Buruk % 1,79 1,21 1,40 0.73 b. Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10.02 c. Gizi Baik % 84,60 86,75 79,36 84,28 d. Gizi Lebih % 2,28 1,78 4,81 3,96 6 Prevalensi kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil % 3,51 3,51 3,25 2,67 7 Rata-rata konsumsi energi K.kal 2050 1892 1884 1905 8 Rata-rata konsumsi protein Gr 49,9 39,6 39,6 40,1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo Upaya perbaikan layanan kesehatan kepada masyarakat terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo termasuk juga upaya perbaikan manajemen kesehatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan terus dikembangkan. Upaya untuk menyusun perumusan kebijakan kesehatan yang berbasis bukti, survailans secara menyeluruh juga terus ditingkatkan. Sementara itu, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan juga terus dikembangkan melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan pelibatan lintas sektor. c. Kepemilikan tanah Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosbo tahun 2010, Masih rendahnya kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah 126.660 bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifikat sebagai alat bukti sah kepemilikan atas tanah. d. Kesempatan Kerja Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja. Selama tahun 2006-2010 jumlah angkatan kerja yang ditempatkan dapat dilihat pada tabel berikut : 19

Tabel II.13 Data Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo Tahun 2006-2009 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN 183 502 2.557 95 1.451 1.751 22 979 1.217 327 1.399 935 3.242 3.297 2.218 2.661 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo Perluasan kesempatan kerja dilakukan melalui penyiapan tenaga kerja siap pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi, pengembangan sistem informasi pasar kerja melalui bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan pekerjaan lebih mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan penerapan teknologi tepat guna (TTG). Padat Karya Infrastruktur sebagai upaya pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat juga dilakukan untuk meningkatkan kesempatan kerja yang bersifat sementara. Upaya perlindungan tenaga kerja juga dilakukan melalui penetapan Upah Minimum Kegional (UMK) yang disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Perkembangan Upah Minimum Kabupaten Kabupaten Wonosobo, dapat dilihat pada tabel sebagi berikut : Gambar II.1 Grafik Rata-Rata UMK Kabupaten Wonosobo tahun 2006-2010 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo 20

Gambar. II.2 Perbandingan UMK dengan KHL di kabupaten Wonosobo Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo e. Angka Kriminalitas Upaya penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban dan tindak kriminalitas menunjukkan peningkatan walaupun masih banyak ditemukan gangguan keamanan dan hambatan. Upaya pemberantasan yang relatif intensif dengan penggelaran Operasi Kepolisian Kewilayahan maupun Operasi Kepolisian terpadu dengan Instansi terkait menunjukkan hasil yang signifikan. Langkah Pemerintah tersebut akan terus dilakukan secara konsisten dan seyogyanya didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar kondisi aman dan tertib dapat semakin diwujudkan. Turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum serta berbagai tindak kejahatan yang semakin berani berakibat pudarnya rasa persatuan dan kesatuan masyarakat. Kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum merupakan prasyarat sekaligus tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Perbedaan pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, kondisi sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kepadatan penduduk juga merupakan faktor korelatif kriminogen yang apabila tidak dibina dan dikelola secara baik dapat mendorong munculnya kejahatan dan konflik horizontal. Faktor korelatif kriminogen ini hanya dapat diredam oleh sikap, perilaku dan tindakan masyarakat yang patuh dan disiplin terhadap hukum. Perkembangan jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut ini : 21

Tabel II. 14 Jumlah Kasus Kriminalitas Tahun 2006 2009 NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 1 Pembunuhan 2 2 1 1 2 Aniaya Berat - - - 1 3 Pencurian dg pemberatan 29 67 66 59 4 Pencurian dg kekerasan 11 6 8 5 5 Curanmor 20 21 31 43 6 Kebakaran / pembakaran 29 31 23 30 7 Uang Palsu 3 6 1-8 Narkotika 3 1 1 4 9 Perkosaan 2 1 1 1 10 Kenakalan Remaja - - - - 11 Pencurian biasa/ringan 9 24 38 50 12 Aniaya ringan / biasa 13 39 17 16 13 Penipuan 2 8 31 17 14 Penggelapan 3 18 20 30 15 Perjudian 17 6 17 12 16 Pengrusakan 2 3 1 2 17 Pengroyokan 3 6 7 9 18 Pemerasan 1 2 1 4 19 Perbuatan cabul / zinah 4 4 3 12 20 Pencurian kayu 6 5 1 3 21 UU Darurat (petasan, bw sajam) - - - 1 22 Buang bayi 1 - - - 23 Pemalsuan / Palsu Surat 1 1 2-24 Penyuapan - 1 - - 25 Penghinaan - 2-1 26 Pencemaran - 1 - - 27 Perambahan Tanah Hutan - 1 - - 28 Melarikan Perempuan - 1 1 2 29 K D R T - 1 7 12 30 TKI Illegal 1-1 - 31 Korupsi 1-1 1 32 Subsidi Pupuk - - - 1 33 Traficking - - - 1 34 Perbuatan tdk menyenangkan - - - 2 35 UU Lingkungan Hidup - - - 1 36 BBM / Minyak Tanah bersubsidi - - - 1 JUMLAH TINDAK KRIMINAL 163 258 280 322 JUMLAH PENDUDUK 773.967 778.711 784.226 789.848 ANGKA KRIMINALITAS 2,11 3,31 3,57 4,08 Sumber : Polres Kabupaten Wonosobo Kasus kriminalitas yang terjadi didominasi oleh kasus pencurian baik pencurian dengan pemberatan, pencurian biasa/ringan dan pencurian kendaraan bermotor. Kasus pencurian cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2006 kasus pencurian sebanyak 60 kasus meningkat menjadi 107 kasus pada tahun 2009 22

atau meningkat 78,3%. Sedangkan jumlah tindak kriminal secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 97,54%, yaitu dari tahun 2006 sebesar 163 kasus menjadi 322 kasus pada tahun 2009, sehingga terjadi peningkatan angka kriminalitas sebesar 1,97. 3. Seni Budaya dan Olahraga Kinerja Pembangunan dibidang seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup kesenian dan gedung olahraga. Upaya mengembangkan kesenian tradisional diharapkan akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelaku seni. Dalam pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan seremonial seperti peringatan HUT Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli dan Peringatan HUT RI setiap tanggal 17 Agustus terus dilaksanakan tidak ketinggalan. Pentas Seni dan Budaya yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan bakat dan potensi seniman-seniman lokal dalam memperkenalkan dan mempromosikan budaya Kabupaten Wonosobo pun terus digalakkan. Kesemuanya itu dilakukan dalam upaya mengembangkan dan melestarikan seni budaya daerah. Pembinaan terhadap seni budaya daerah dilakukan melalui pembinaan terhadap grup kesenian dan penyelenggaraan event-event baik yang bersifat Lokal maupun internasional. Dibawah ini tersaji data jumlah event yang diselenggarakan di Kabupaten Wonosobo : Fasilitas Pementasan Tabel II.15 Jumlah Event Seni Budaya Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Lokal 18 18 21 21 25 Regional 1 1 3 3 10 Nasional 9 7 1 1 2 Internasional 0 0 0 0 0 Jumlah 28 25 25 25 37 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo Sedangkan jumlah grup kesenian di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : 23

Tabel II.16 Daftar Kelompok Kesenian di Kabupaten Wonosobo Tahun 2006-2009 Tahun No. Jenis Kesenian 2006 2007 2008 2009 1 Angguk 25 29 29 25 2 Kuda Kepang 448 455 455 463 3 Daeng 12 15 15 12 4 Rodat 54 64 64 54 5 Bangilun 16 16 16 16 6 Kubrosiswo 17 17 17 17 7 Cepetan 3 3 3 3 8 Dayakan 20 22 22 20 9 Monyetan 1 1 1 1 10 Gambus 26 30 30 26 11 Cekok Mondol 4 4 4 4 12 Barongsay 6 16 16 6 13 Liongsay 6 9 9 6 14 Andu 2 2 2 2 15 Reog 3 5 5 3 16 Wulang Bunu 16 16 16 16 17 Campur Bawur 5 5 5 5 18 Sanggar Tari 4 8 8 4 19 Rebana 427 438 438 127 20 Band 46 50 50 100 21 Karawitan Campursari 50 56 56 60 22 Rosidah 23 23 23 0 23 Jamjanen 22 22 22 0 24 Genjringan 12 12 12 6 25 Ayun - Ayun 44 44 44 0 26 Kulintang 4 4 4 0 27 Keroncong 9 9 9 0 28 Solo Organ 5 5 5 0 29 Terbang Jawa 43 43 43 0 30 Bundengan 1 1 1 2 31 Calung 1 1 1 0 32 Dangdut/Orkes Melayu 30 30 30 0 33 Thek Thek 5 7 7 5 34 Terbang Arab 30 30 30 30 35 Lainnya 6 6 6 12 Jumlah 1426 1506 1506 1025 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo C. Pelayanan Umum Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan 24

umum yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 2005-2009 adalah sebagai berikut : 1. Layanan urusan wajib a. Pendidikan Angka Partisipasi sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. Capaian APS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 pada pendidikan dasar mencapai 71,91%, pada jenjang pendidikan menengah mencapai 32,61%. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada pendidikan dasar sebesar 1 : 222,5. Pada jenjang pendidikan menengah mencapai 1 : 3,93. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Rasio guru dengan murid pada tahun 2009 untuk tingkat SD/MI mencapai 1 : 18, untuk tingkat SMP/MTS 1 : 14 sedangkan untuk tingkat SMA/SMA/MA 1 : 14. Rasio murid dengan kelas untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2009 mencapai 1 : 26, jenjang SMP/MTS mencapai 1 : 33 sedangkan jenjang SMA/SMK/MA mencapai 1 : 33. Upaya peningkatan daya tampung sekolah diarahkan pada pendidikan kejuruan/smk dalam usaha mewujudkan rasio SMA dan SMK menjadi 33 : 67 (target nasional). Untuk Kabupaten Wonosobo rasio SMA dan SMK baru mencapai 50 : 50. 25

No b. Kesehatan Keberhasilan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terlihat dari keberhasilan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Dari tahun 2006 2010 dalam hal penyediaan prasarana dan sarana kesehatan, sudah dibangun/direhab 87 PKD, 9 Puskesmas, 14 Puskesmas Pembantu, dan membangun 3 Puskesmas Rawat Inap, sehingga pada setiap desa/kelurahan sudah tersedia prasarana kesehatan dasar (PKD) berikut dengan tenaga kesehatannya. Kecamatan Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Tabel II.17 Fasilitas Kesehatan dirinci per Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 Rumah Bersalin Balai Pengoba tan/rb Fasilitas Kesehatan Balai Laboratori Pengobat Apotik um an Puskes mas / Pustu Pos- Yandu 1 Wonosobo 2 1 1 2 4 15 2/3 121 4 2 Kertek 1 1 3 2/4 102 2 3 Selomerto 2 1/5 88 2 4 Leksono 2/2 86 2 5 Kalikajar 1 2/4 104 1 6 Sapuran 1 1 1 1/2 76 2 7 Kepil 2/5 124 3 8 Kalibawang 1/2 55 1 9 Garung 2 1/3 73 2 10 Mojotengah 1 1/1 92 1 11 Kejajar 1 1 1 2/1 78 3 12 Watumalang 1 1/3 70 1 13 Kaliwiro 1 1 1 1 1/3 93 2 14 Wadaslintang 1 2/6 65 3 15 Sukoharjo 2/4 73 2 JUMLAH 2 1 2 4 5 7 28 24/48 1.300 31 Sumber data Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo Pus- Ling Capaian pelayanan kesehatan tercermin pada upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten maupun desa. Pada tahun 2009, rasio Posyandu persatuan balita sudah mencapai 1: 39, Rasio Puskesmas, Poliklinik Pustu per satuan penduduk sudah mencapai 1 : 9.079, Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk mencapai, Rasio Dokter per satuan penduduk mencapai 1 : 10.393 dan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan mencapai 86,41 %, Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) mencapai 87,17%, Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan mencapai 100%, Angka kesembuhan penderita penyakit TBC BTA (+) mencapai 93 %, Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD mencapai 100 %, Cakupan 26

pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mencapai 0,66 % dan Cakupan kunjungan bayi mencapai 98,24 %. c. Pekerjaan Umum Urusan pekerjaan umum dilaksanakan dalam dua koridor kebijakan pemerintah daerah yaitu peningkatan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas dan efektifitas pembangunan infrastruktur yang juga diharapkan dapat mendorong kebijakan pemerintah daerah dalam pengurangan ketimpangan antar wilayah. Secara garis besar, pembangunan infrastruktur dalam upaya pelaksanaan urusan pekerjaan umum dijabarkan dalam berbagai program untuk kemudian dilaksanakan dalam paket-paket pekerjaan pengadaan saran dan prasarana infrastruktur. Program Pembangunan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan, Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya dan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan merupakan tiga besar program priotas pemerintah daerah dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan fungsi pembangunan infrastruktur fasilitas umum, adalah fungsi yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui peningkatan kualitas dan efektivitas pembangunan infrastruktur, yang mencakup urusan pekerjaan umum dan urusan perumahan dan permukiman. Dalam konteks Urusan Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab penanganan jalan sepanjang 810 km dan jembatan mencapai 2.622 m, irigasi mencapai 718 Daerah Irigasi (DI) terdiri dari irigasi teknis mencapai 9.030 Ha, irigasi ½ teknis mencapai 710 Ha dan irigasi sederhana mencapai 11.310 Ha. Selama kurun waktu 2006 2010 sudah dilakukan pembangunan / rehabilitasi jalan, jembatan dan irigasi. Dalam tahun 2006 panjang jalan dalam kondisi baik mencapai 386,752km atau 47,75% dan tahun 2009 mencapai 408,55 km atau 50,43 %. Jembatan dalam kondisi baik tahun 2009 mencapai 1,85 km / 230 (buah) atau 76,16 %. Sedangkan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana umum tempat pemakaman umum, rasio per 1000 penduduknya tahun 2006 mencapai 10 dan tahun 2009 mencapai Untuk tempat pembuangan sampah (TPS), rasio per 1.000 penduduknya tahun 2006 mencapai 2 dan tahun 2009 mencapai 3. 27

d. Perumahan Sebagai upaya aksi pelaksanaan urusan perumahan segaris dalam tujuan yang hendak dicapai dalam RPJMD yaitu meningkatkan kualitas dan efektivitas penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman, telah pula dilaksanakan pembangunan fisik terhadap sarana dan prasarana dasar. Selama kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2009 tidak kurang 12 kegiatan pengembangan perumahan, 230 kegiatan lingkungan sehat perumahan juga dilaksanakan 21 kegiatan pembangunan fasilitas penunjang areal pemakaman, 1 kegiatan rehabilitasi rumah korban terorisme dan pengadaan fasilitas pemadam kebakaran berupa 2 mobil pemadam kebakaran yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas penanggulangan pemadam kebakaran. Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga terlihat dari tercukupinya kebutuhan perumahan. Oleh karena itu, pengelolaan Urusan Perumahan dan Permukiman, terus diupayakan dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman, meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat termasuk PNS yang belum memiliki rumah dalam pembangunan dan perbaikan rumah, meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan bangunan perumahan dan gedung lainnya. Untuk luas wilayah permukiman kumuh tahun 2009 seluas 242,81 Ha atau 3 %. Tahun 2009 jumlah yang layak huni sebanyak 200.709 rumah atau 91,51 % dan yang tidak layak huni 18.621 rumah atau 8,49 %. Tahun 2009 yang mengakses air bersih sebanyak 219.330 rumah tangga (KK) atau 98,23 %. Untuk sanitasi, pada tahun 2006 rumah tangga (KK) yang sudah bersanitasi sebanyak 128.581 rumah tangga (KK) atau 57,6 % sedangkan yang belum bersanitasi sebanyak 94.650 rumah tangga (KK) atau 42,4 %, tahun 2009 yang bersanitasi mencapai 128.615 rumah tangga (KK) atau 57,6 %. e. Penataan Ruang Wonosobo yang memiliki luas wilayah 98.468 ha terbagi atas beberapa wilayah yang bersifat pedesaan maupun perkotaan. Perkembangan wilayah beserta komunitasnya antara satu wilayah dengan wilayah yang lain cenderung tidak sama. Hal ini tidak saja karena perbedaan kondisi geografis maupun kultur masyarakat namun juga dipengaruhi kebijakan pembangunan dan pengelolaan tata ruang. Degradasi lingkungan bisa menjadi penyebab munculnya ketimpangan 28

wilayah, sedangkan ketimpangan pertumbuhan antar wilayah sering menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya selama kurun 2006 2010 sudah dilakukan berbagai upaya pengurangan ketimpangan wilayah, dengan mengoptimalkan pengelolaan urusan Penataan Ruang dan urusan Pertanahan. Dalam konteks Urusan Penataan Ruang, Pemerintah Daerah terus berupaya meningkatkan akselarasi pembangunan di wilayah-wilayah strategis dan wilayah-wilayah tertinggal, meningkatkan keseimbangan pertumbuhan antar kawasan pedesaan dan perkotaan, menyerasikan pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan, dan meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan pedesaan dalam suatu sistem pengembangan ekonomi yang saling menguntungkan. Wonosobo dengan luas wilayah 98.468 Ha, memiliki luas ruang terbuka hijau dalam tahun 2006 seluas 28,5 Ha atau 28,9 % dan tahun 2009 seluas 25,78 Ha atau 26,2 %.. Kegiatan perencanaan tata ruang yang telah dilaksanakan adalah Revisi RIK Wonosobo, Penyusunan Masterplan Kawasan Alun-Alun dan DED Alun-Alun Kota Wonosobo, Penyusunan RTRW Kabupaten Wonosobo, Masterplan GOR, Perencanaan Lingkungan Pendopo, Penyusunan RDTRK Kec. Watumalang, RDTRK Kec. Kalibawang, Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Data Spasial, Penyusunan RDTRK Kec. Wadaslintang dan RDTRK Kec. Kertek. f. Perhubungan Kinerja pembangunan pada pelayanan pada urusan perhubungan di Kabupaten Wonosbo selama periode 2005-2009 dilihat dari jumlah arus penumpang angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari 11.742.718 penumpang tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang pada tahun 2009. Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Persentase jumlah angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009, jumlah terminal dan sub terminal tidak mengalami perubahan atau tetap sebanyak 7 unit. Tantangan kedepan adalah bagaimana menyediakan pelayanan angkutan masal yang murah, nyaman, aman dan tepat waktu agar kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi. Akselerasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo sangat didukung dengan pembangunan di sektor perhubungan. Perhubungan yang lancar dan nyaman memicu distribusi produk barang dan jasa dari satu wilayah ke wilayah yang 29

lain. Distribusi barang dan jasa yang lancar akan menekan biaya produksi dan pada muaranya akan menekan harga pasar. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan dimaksudkan untuk meningkatkan ketertiban lalu lintas dan kenyamanan pengguna jalan, sehingga diharapkan dapat meminimalisasi resiko yang diakibatkan dalam berlalu lintas. Data Sarana prasarana pendukkungkeselatan dan kenyamanan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.18 Sarana Prasarana Pendukung Keselamatan dan Kenyamanan transportasi No. Fasilitas Jumlah 2006 2007 2008 2009 1 Jalur Penyelamat 1 1 1 1 2 Rest Area 0 0 0 0 3 Shelter/ Halte 2 2 4 4 4 Lampu Pengatur Lalu Lintas 2 2 6 17 5 Rambu-Rambu 72 72 158 458 6 Marka Jalan (m2) - - - 6.287 Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, Pemerintah Kabupaten Wonosobo memberikan pelayanan ijin trayek dan pengujian kendaraan bermotor bagi angkutan umum dan angkutan barang. Kegiatan pengujian kendaraan bermotor bertujuan agar tingkat kelaikan kendaraan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga kecelakaan lalu lintas akibat dari penggunaan kendaraan dapat ditekan. Untuk mendukung kegiatan tersebut dilaksanakan kegiatan perbaikan dan modifikasi peralatan pengujian kendaraan guna lebih mengoptimalkan kegiatan pelayanan pengujian kendaraan bermotor. No. Tabel II.19 Tabel Jumlah dan Alokasi Kendaraan Angkutan Pedesaan Trayek Jarak (km) Jml Armada 2006 2007 2008 2009 1 Wonosobo- Kertek 8 81 81 81 81 2 Wonosobo- Sawangan 12 63 63 63 63 3 Wonosobo- Leksono 9 39 39 39 39 4 Wonosobo- Garung 8 74 74 74 74 5 Wonosobo- Mojotengah 8 26 26 26 26 6 Wonosobo- Limbangan 8 19 19 19 19 7 Wonosobo- Gondang 8 20 20 20 20 8 Wonosobo- Andongsili- Keseneng 10 12 12 12 12 9 Wonosobo- Wonolelo 8 14 14 17 17 10 Wonosobo- Pacarmulyo- Gondang 9 13 13 13 13 11 Wonosobo- Madukoro- Keseneng 8 8 8 8 8 12 Wonosobo- Jetis- Wonokasihan 8 6 6 6 6 Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi 30

Tabel II.20 Alokasi Kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) No. Trayek Jarak (km) Jml Armada 2006 2007 2008 2009 1 Wonosobo- Jakarta 490 10 10 10 9 2 Wonosobo- Bandung 340 0 0 0 0 3 Wonosobo- Purwokerto 120 28 28 28 28 4 Wonosobo- Magelang 66 80 80 80 80 5 Wonosobo- Purworejo 54 99 99 99 99 6 Wonosobo- Kebumen 101 36 36 36 36 7 Wonosobo- Semarang 119 9 9 9 9 Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Peningkatan ketersediaan sarana pendukung transportasi berupa ramburambu lalu-lintas sejumlah 72 unit pada tahun 2006 menjadi 458 unit pada tahun 2009 dan pengadaan marka jalan sepanjang 6287 m 2 pada tahun 2009. g. Lingkungan Hidup Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, urusan lingkungan hidup di Wonosobo menjadi masalah prioritas. Hal ini berdasarkan realitas adanya kecenderungan terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup memerlukan perhatian serius karena sifatnya yang khusus dan melibatkan banyak sektor. Adanya keterkaitan ini membuat urusan lingkungan hidup harus dilihat secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta dalam penanganannya tidak bisa dilakukan secara sektoral. Keberhasilan pengelolaan sampah di Wonosobo juga didukung adanya keikutsertaan pihak ketiga (Yayasan Danamon Peduli) dalam pengelolaan sampah. Wonosobo merupakan salah satu daerah (Wonosobo merupakan peringkat ke empat terbaik dari 30 daerah di Indonesia) yang menjalin kerjasama dengan Yayasan Danamon Peduli, membangun fasilitas sampah pasar tradisional yang bertujuan untuk mengkonversi sampah pasar tradisional menjadi kompos berkualitas tinggi untuk didistribusikan kepada para petani. Program ini secara sistematis meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi komunitas pasar tradisional dan petani. Program Kompos Sampah Pasar NOTHING WASTED ini juga telah mendapat apresiasi dari dunia internasional, tahun lalu, program ini terpilih menjadi juara 2 dari BBC World Challenge 2009 yang terpilih dari 900 program pengembangan 31

masyarakat di seluruh dunia, dan juga menjadi pemenang Metro TV/MDGs Award 2009 untuk pengentasan kemiskinan h. Pertanahan Untuk Urusan Pertanahan, Pemerintah Daerah terus mendorong dilakukan perubahan sistem pengelolaan tanah agar efisien, efektif serta terlaksananya penegakan hukum terhadap hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsipprinsip keadilan, transparansi dan demokrasi. Masih rendahnya kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah 126.660 bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifikat sebagai alat bukti sah kempemilikan atas tanah. Sedangkan untuk pemenuhan sarana kesehatan berupa pengadaan tanah untuk puskesmas yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat demikian juga penyediaan tanah yang akan digunakan untuk pembangunan GOR yang bertujuan untuk menyediakan sarana olah raga bagi masyarakat Wonosobo. Disisi lain pemerintah juga menyediakan sarana untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo berupa pengadaan tanah untuk menunjang kelancaran lalu lintas yang menguhubungkan objek pariwisata maupun penunjang pengembangan sektor pariwisata itu sendiri. Seperti pengadaan tanah untuk Tuk Bimo Lukar yang ditujukan untuk pengembangan obyek wisata Tuk Bimo Lukar dimana menurut sejarahnya merupakan sumber mata air Sungai Serayu yang kondisinya pada saat ini debit airnya sudah sangat minim apalagi bila musim kemarau tiba. Sebagai antisipasinya ada beberapa lahan yang harus dibebaskan untuk penyelamatan sumber mata air yang selanjutnya untuk reboisasi di sekitar lahan tersebut mengingat kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya penyelamatan wilayah Dieng sudah relatif kurang. Dalam rangka peningkatan sarana perekonomian maka pemerintah daerah memfasilitasi melalui pengadaan tanah yang ditujukan untuk pembangunan pasar, baik pasar sayur maupun pasar buah yang nantinya dapat menampung dan memasarkan komoditi buah dan sayur dikarenakan Wonosobo merupakan salah satu sentra penghasil sayur dan buah terbesar di Jawa Tengah. 32

Untuk pelaksanaan program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dari tahun 2006 s/d Tahun 2009 juga diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan program daerah (PRODA) berupa pensertifikatan hak milik masyarakat ekonomi kurang mampu sebanyak 800 bidang yang seluruh pembiayaannya ditanggung pemerintah daerah. Selain itu untuk tertib administrasi dan kejelasan status tanah baik tanah milik pemerintah daerah termasuk di dalamnya tanah-tanah hasil penyerahan eks instansi vertikal/ departemen sebagai akibat dari penyerahan otonomi daerah maupun eks tanah bengkok dari desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, telah dilaksanakan kegiatan pensertifikatan 108 bidang eks tanah bengkok dan 38 bidang eks tanah instansi vertikal/departemen. Untuk tahun 2010 sebagian besar kegiatan telah selesai dilaksanakan yaitu berupa pengadaan tanah untuk Tuk Bimo Lukar serta pengadaan tanah untuk SMK Kalikajar tinggal penyelasaian administrasi, sedangkan kegiatan lainnya baru dalam tahap proses pelaksanaan. i. Kependudukan dan Catatan Sipil Penanganan tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil berupa KTP, KK, akte kelahiran dan dokumen lainnya sudah cukup optimal. Adapun kelemahan yang masih sering terjadi antara lain kesadaran penduduk untuk melaporkan setiap peristiwa penting kependudukan dan catatan sipil masih rendah, padahal hal ini berpengaruh besar bagi kesempurnaan administrasi kependudukan. Pada tahun 2007 program penataan administrasi kependudukan difokuskan pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian SIAK secara terpadu, yang merupakan program pembangunan di bidang sistem administrasi kependudukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi serta penerapan sistem komputerisasi yang semakin maju. Pada awalnya spesifikasi SIAK yang dikeluarkan oleh Depdagri bersifat online yang menghubungkan setiap Kabupaten/Kota dengan Depdagri. Pada sistem online ini, data kependudukan setiap daerah diverifikasi secara nasional dan real time. Penerapan sistem online tersebut banyak mengalami kendala. Pada akhirnya kebijakan SIAK itu mengalami beberapa perubahan fundamental. Kebijakan offline yang hanya menghubungkan semua data kependudukan dalam satu daerah (Kabupaten/Kota) mulai ditoleran. Depdagri pun pada akhirnya memberikan bantuan sarana komputer sebagai salah satu upaya untuk merespon keterbatasan daerah dalam mempersiapkan sarana dan pra sarana pendukung SIAK. 33

Pembangunan jaringan hingga ke titik lokasi unit pelayanan telah dirintis antara lain dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada di Kabupaten Wonosobo dengan melakukan beberapa penyempurnaan. Dengan alokasi dana yang tersedia pada tahun 2007, pembangunan jaringan hanya cukup dilaksanakan di 6 kecamatan. Walaupun program SIAK ini belum dapat dioperasionalisasikan secara serentak di 15 kecamatan, akan tetapi program SIAK ini sudah mulai diujicoba untuk dioperasikan pada pembuatan KK gratis dan KTP masal. Keduanya telah menggunakan spesifikasi model SIAK Depdagri, atau lebih dikenal dengan sebutan KK/KTP Nasional. KK/KTP Nasional ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan amanat Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 yang menyebutkan perlunya penerapan suatu standar nasional di bidang administrasi kependudukan. Kegiatan pembuatan KK gratis dan KTP masal dilaksanakan oleh Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil bekerja sama dengan pihak ketiga (CV DELTRON COMPUTER, Boyolali) dalam hal pencetakannya, sedangkan dalam hal pendaftaran dan pendistribusiannya bekerja sama dengan pemerintahan kecamatan, kelurahan/desa. Kegiatan penyediaan KK gratis ini diawali dengan penyusunan database kependudukan, dimana setiap kepala keluarga wajib mengisi dokumen F1-01 dengan data pribadi yang lengkap. Kegiatan ini berhasil menyusun data kependudukan sebanyak ± 212.163 KK. Karena keterbatasan dana yang dimiliki, maka untuk tahun 2007 hanya mampu mencetak 100.000 lembar KK. Sedangkan sisanya akan dicetak pada tahun anggaran 2008. Untuk kegiatan penyediaan KTP masal berhasil menyerap ± 143.849 pemohon. Kesiapan yang diperlukan untuk melaksanakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) terdiri dari pengadaan sarana perangkat keras seperti komputer, kemudian SDM, kabel jaringan, revisi peraturan daerah Kabupaten Wonosobo tentang SIAK, serta perangkat pendukung lainnya seperti blanko, format dan buku register. Untuk keperluan tersebut pemerintah daerah sudah mulai merintis mempersiapkan pada tahun 2005. Untuk rasio kepemilikan Kartu Keluarga dengan jumlah Kepala Keluarga sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 96,19% (target RPJMD sebesar 95%). Jumlah Kepala Keluarga adalah 326.527 orang dan jumlah Kepala Keluarga yang memiliki kartu keluarga adalah 314.094 orang. Untuk rasio kepemilikan KTP dengan jumlah penduduk wajib KTP yang memiliki KTP adalah sebesar 98,8% (target RPJMD sebesar 85%). Jumlah Penduduk wajib KTP adalah 661.494 orang dan jumlah 34

penduduk wajib KTP yang memiliki KTP sebanyak 653.581 orang. Untuk kepemilikan akte kelahiran belum mencapai target yang diinginkan yaitu sebesar 60%. Sampai dengan tahun 2010 rasio kepemilikan akte kelahiran dengan jumlah penduduk adalah 53,44%. Jumlah penduduk adalah 888.813 orang dan penduduk yang memiliki akte kelahiran sebanyak 475.023 orang. j. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, permasalahan mendasar yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapat kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan, hal ini tercermin pada tahun 2006 dari 45 anggota DPRD Kabupaten Wonosobo hanya 4 orang (8,89%) yang berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2007 meningkat dari 45 anggota DPRD tercatat 5 orang (11,11 %), sementara hasil Pemilu Legislatif tahun 2009 menurun dari 45 anggota DPRD hanya 3 orang wakil rakyat perempuan (6,67 %). Sementara untuk Jabatan Ketua Partai Politik di Kabupaten Wonosobo sampai dengan tahun 2009 kedudukan perempuan belum nampak. Rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen disebabkan berbagai faktor, diantaranya masih adanya pandangan gender yang mensubordinasi perempuan, anggapan bahwa perempuan irrasional dan emosional yang menyebabkan perempuan dianggap tidak layak memimpin, akibatnya muncul sikap yang menempatkan perempuan pada posisi tidak penting serta diragukan kapasitas dan kompetensinya, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Secara umum, keberhasilan pelaksanaan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak selama tahun 2006 s.d. 2010 adalah adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya komitmen daerah, dukungan dan peran stakeholders melalui pelaksanaan dan penerapan strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. 2. Meningkatnya partisipasi, akses, kontrol dan peran serta manfaat perempuan dalam jabatan publik dan politik yang ditandai dengan peningkatan pejabat dan anggota legislatif perempuan. 3. Meningkatnya upaya-upaya yang dilakukan untuk kesejahteraan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak. 35

4. Meningkatnya kesadaran dan responsivitas masyarakat dan aparat terhadap No. kekerasan berbasis gender. Tabel II.21 Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2006-2009 Jumlah Kasus Tahun 2006 2007 2008 2009 1 Kekerasan terhadap perempuan 15 75 100 95 2 Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya 15 74 100 95 3 Kekerasan yang sudah selesai ditangani 15 74 100 74 4 Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian 0 0 0 21 5 Kekerasan yang belum tertangani 0 0 0 0 Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap perempuan cenderung menurun. Walaupun demikian, masih ada beberapa kasus yang belum selesai tertangani karena beberapa kendala. Tabel II.22 Data Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Kabupaten Wonosobo Tahun 2008-2009 Tahun No. Jumlah Kasus 2006 2007 2008 2009 1 Kekerasan terhadap anak 12 12 18 23 2 Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya 12 12 18 0 3 Kekerasan yang sudah selesai ditangani 12 12 18 20 4 Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian 0 0 0 1 5 Kekerasan yang belum tertangani 0 0 0 2 Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap anak cenderung meningkat. Peningkatan yang terjadi bukan bermakna peningkatan jumlah kasus semata setiap tahunnya, akan tetapi juga menunjukkan peningkatan responsivitas pemerintah Kabupaten Wonosobo terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta peningkatan kesadaran dan keberanian masyarakat utamanya perempuan dan anak untuk melaporkan kekerasan yang menimpa mereka. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga dan juga berkat kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti UPIPA GOW Wonosobo, Kepolisian dan Kejaksaan. Tolok ukur keberhasilan pengintegrasian strategi pengarusutamaan 36

gender (PUG) dalam pembangunan dapat dilihat dari capaian Indek Pembangunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (GEM). Gambar II.3 Grafik Pencapaian GDI dan GEM Kabupaten Wonosobo Tahun 2006 2008 Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda Merujuk pada data tiga tahun terakhir tahun 2006 s/d 2008 menunjukkan adanya tren peningkatan dalam pencapaian GDI maupun GEM di Kabupaten Wonosobo. Namun jika dibandingkan dengan capaian GDI dan GEM Provinsi Jawa Tengah capaian tersebut masih tergolong rendah, dimana pada tahun 2008 capaian GDI Provinsi Jawa Tengah sebesar 64.66 dan GEM Provinsi Jawa Tengah sebesar 59.76. Sementara apabila disandingkan dengan capaian Human Develepmen Indek (HDI) Kabupaten Wonosobo masih terlihat adanya kesenjangan yang ada sebagaimana tabel berikut : Gambar II.4 Grafik Pencapaian IPM dan GDI Kabupaten Wonosobo Tahun 2006-2008 Sumber : BPS Kabupaten 2008. k. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan selama 5 tahun (2006-2010) untuk menunjang keberhasilan pembinaan keluarga kecil dan sejahtera, alokasi dana yang signifikan pada program pelayanan kontrasepsi dengan kegiatan pengadaan alat dan obat kontrasepsi pil KB, pengelolaan data keluarga berencana serta pelayanan KB medis operasi bagi keluarga miskin yang bertujuan mempermudah akses serta penggunaan metode kontrasepsi yang aman, efisien, 37