PEMANTAUAN HIDROGRAFI DAN KUALITAS AIR DI TELUK HURUN LAMPUNG DAN TELUK JAKARTA Arif Dwi Santoso Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract The present study, which was performed in Hurun Bay Lampung and Jakarta Bay, Indonesia, aimed to present the similar method using digital device Chlorotec, type AAQ1183, Alec Electronics for describing the characteristics of tropical coastal hydrography and water quality. The reason of selecting these two locations was to obtain a representation of different dissolved oxygen, temperature and turbidity levels. Jakarta Bay receives large amounts of nutrient-enriched waters, Hurun bay Lampung has moderate or small level of nutrient inputs of organic-polluted waters. The advantage of this method is the observation of field study able to hold with simply and accurately. Key words : digital device, dissolved oxygen, temperature, turbidity 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pantai secara tradisional merupakan daerah yang sangat penting bagi aktivitas manusia. Data dari UNEP, 2001 menyebutkan bahwa lebih dari 70% dari total populasi penduduk dunia tinggal di sepanjang garis pantai dan hampir setengah juta kota-kota besar dunia berlokasi di dekat muara sungai 1. Wilayah pantai terutama yang berada di muara sungai besar memegang peranan yang penting untuk kegiatan transportasi, perdagangan, pertanian, perikanan laut dan tambak serta kegiatan pariwisata. Wilayah pesisir tidak hanya memiliki nilai ekonomis bagi manusia, beberapa fungsi ekologis dari lingkungan pantai dan pesisir antara lain ekosistem pantai memiliki nilai ekologis yang tinggi karena lingkungan ini sangat produktif, menyediakan naungan/ makanan bagi jutaan biota pantai dan laut, beberapa species menjadikan wilayah ini sebagai salah satu siklus hidupnya. Wilayah ini sebagai filter dan tranformasi yang efektif bagi nutrient atau polutan dari daratan sebelum masuk ke laut. Wilayah ini juga berfungsi sebagai buffer dari efek banjir dari daratan atau hempasan ombak dari laut. Mengingat pentingnya fungsi dari daerah ini, upaya pengelolaan wilayah ini menjadi sangat penting. Dewasa ini strategi pengelolaan wilayah pantai dan estuaria lebih ditekankan pada pengelolaan yang terpadu, yakni upaya sinkronisasi antara kegiatan yang berpotensial mengeluarkan limbah di areal tersebut dengan upaya-upaya menekan atau bahkan memperbaiki kondisi perairan 3. Dalam tulisan ini kami menawarkan sebuah metode sederhana dalam upaya mengidentifikasi kondisi suatu perairan. Upaya identifikasi ini diharapkan sebagai ujung tombak dari kegiatan pengelolaan yang lebih komprehensip. 1.2. Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk memperkenalkan metode pemantauan hydrografi dan kualitas air pantai dengan menggunakan Chlorotec probe, type AAQ1183, Alec Electronics. Hasil studi ini ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi peningkatan ilmu pengetahuan tentang variable fisik dan biologi dari ekosistem pantai khususnya peningkatan kemampuan survey pantai dan laut, serta berguna sebagai data base untuk strategi pengelolaan pantai. 433 Santoso A.D 2005: Pemantau Hidrografi..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (3): 433-437
1 0 1Kilometers 2. METODOLOGI 2.1. Lokasi Kegiatan Lokasi studi berada di 2 lokasi, di Teluk Hurun Lampung dan Teluk Jakarta (Gambar 1a, 1b). Pemilihan ke-2 lokasi ini diharapkan dapat mewakili kondisi perairan pantai di Indonesia, dimana Teluk Jakarta diasumsikan sebagai teluk yang terbeban pencemaran berat, sementara Teluk Hurun lampung dengan beban pencemaran sedang sampai kecil. a. Kondisi Teluk Hurun Lampung Teluk ini berada di arah timur laut dari Teluk Lampung. Kondisi muara teluk di bagian utara diselimuti hutam mangrove sementara di bagian selatan terdapat beberapa tambak tradisional. Di bagian mulut teluk terdapat 3 unit KJA milik BBL serta di lepas pantai terdapat kegiatan budadaya kerang mutiara. Kedalaman rata-rata teluk sekitar 15 m. Gambar 1a. Lokasi kegiatan di Teluk Hurun Lampung, Line-1 (garis merah), Line-2 (garis biru) pemasukan air sungai-sungai yang berada di sekitarnya 1. Beberapa sungai tersebut ada yang berasal dari ibu kota Jakarta yang dihuni oleh sekitar 8.5 juta jiwa. 3 2 1 4 5 6 7 8 9 12 13 11 10 14 15 16 17 19 18 20 21 22 23 24 TEL UK J AKART A 26 25 27 28 29 Rencana Pengambilan Titik Sampel TELUKJAKARTA Gambar 1. Titik PengambilanSampel 1 sampai 29 Keterangan Titik pengukuran Garis pantai Sungai Jalan Penggunaan lahan Air Laut Air Tawar Belukar/Semak Empang Gedung Hutan Kebun Pasir Darat Pemukiman Rawa Rumput SawahIrigasi Tanah Berbatu Tanah Ladang/Tegalan Sumber Peta Tematik: Peta Rupa Bumi Indonesia Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Gambar 1b. Lokasi kegiatan di Teluk Jakarta, line-1 (panah hitam), line-2 (panah biru) N 2.2. Metode Survey dan Analisis Data b. Kondisi Teluk Jakarta Teluk Jakarta adalah Teluk terbuka yang berada di pantai utara Pulau Jawa. Teluk Jakarta memiliki kedalaman rata-rata 8.4m dan luasan area sekitar 285 km2. Perairan teluk dominant dipengaruhi oleh Dalam studi ini kami mengadakan survey synoptic dengan chlorotec probe (Chlorotec, type AAQ1183, Alec Electronics) (Gambar 2) dan pengambilan sample air untuk analisis kimia. Data yang bisa diambil dari sensor chlorotec probe meliputi data suhu air, salinitas, DO, turbiditas, PH dan chlorophyll a. penentuan lokasi dan banyaknya stasiun pengambilan sample didasarkan pada kondisi dasar perairan, dan ada tidaknya mulut/muara sungai. Lokasi dan jumlah stasiun tiap-tiap lokasi studi dapat dilihat dalam gambar 1a, 1b dan 1c). Stasiun pengambilan sample di Teluk Hurun sebanyak 23, Dalam pembahasan tulisan kali ini difokuskan pada 2 line, line 1 meliputi stasiun 1-3-5-14-17 dan line 2 meliputi stasiun 8-12-17-19-20-21-22-23-24-25. Stasiun pengambilan sample di Teluk Jakarta sebanyak 8 stasiun terbagi menjadi 2 line, line 1 meliputi stasiun 1-2-3-4 dan line 2 meliputi stasiun 9-10-11-12. Analisis kimia yang dilakukan meliputi parameter klorofil a dan nutrient (phospat dan nitrat). Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan mengunakan program Santoso. A. D. 2005: Pemantauan Hidrografi..J. Tek. Ling P3TL BPPT. 6. (3): 433 437 434
Visual Basic, kemudian ditampilkan dengan program MatLab dalam bentuk penampang melintang. pantai yang dangkal sehingga penetrasi cahaya dapat maksimal Gambar 2. Chlorotec, type AAQ1183, Alec Electronics yang dilengkapi dengan note book 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Teluk Hurun Lampung Oksigen terlarut pada daerah pantai lebih tinggi dibanding di daerah lepas pantai. Kisaran oksigen terlarut pada line-1 5.92 6.66 mg/l sedang pada line-2 5.11 6.64 mg/l. Kandungan oksigen terlarut rendah di sepanjang dasar perairan. Tingginyanya kandungan oksigen terlarut di daerah estuary mungkin disebabkan karena proses fotosintesa phitoplankton dan tumbuhan air lainnya berlangsung optimal karena supply cahaya matahari yang cukup dan suplay nutrient yang masuk dari sungai 6. Proses lain yang mendukung tingginya proses fotosintesa adalah di daerah pantai air dasar perairan yang mengandung banyak nutrien mudah teraduk ke badan air yang lebih atas sehingga nutrien tersebut dapat dimanfaatkan oleh phytoplankton untuk berfotosintesis 3. Suhu air line-1 dan line-2 di Teluk Hurun di daerah pantai lebih tinggi dibanding suhu di daerah lepas pantai, pada line-1 berkisar antara 28.6 o C sampai 31.3 o C dan line-2 berkisar 28.4 30.2 o C. Tingginya suhu di daerah pantai disebabkan karena adanya pemasukan air dari sungai yang ada disekitar Teluk Hurun 1. Selain karena adanya masukan air dari sungai, tingginya suhu di daerah pantai juga disebabkan oleh topografi menembus dasar perairan. Pada line-3 suhu berkisar 28.7 29.8 o C, suhu air di lapisan atas lebih tinggi dibanding suhu di lapisan bawah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan penetrasi cahaya matahari antara lapisan permukaan dengan lapisan yang lebih dalam. Nilai kisaran turbiditas di daerah pantai berkisar 0.11-4.25 ntu lebih tinggi dibanding di daerah lepas pantai 0.11 4.18 ntu. Tingginya nilai turbiditas di daerah pantai kemungkinan disebabkan karena akibat run-off dari air sungai serta efek dari topografi kedalaman pantai yang relatif dangkal, sehingga massa air mudah teraduk oleh angin atau arus 3. Nilai turbiditas yang tinggi pada batas-batas tertentu akan menghambat proses fotosintesa, namun pada teluk hurun kondisi turbiditas di daerah pantai belum mempengaruhi proses fotosintesa karena kandungan okasigen terlarut di daerah tersebut masih relatif tinggi. 3.2. Teluk Jakarta Kandungan oksigen terlarut pada lapisan permukaan lebih tinggi dibanding lapisan lebih dalam baik pada line-1 maupun line-2. Pada areak sekitar stasiun 9 terlihat kandungan oksigen lebih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh pemasukan air dari muara sungai yang 435 Santoso A.D 2005: Pemantau Hidrografi..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (3): 433-437
ada di sekitar stasium 9. Pada line-1 kisaran oksigen terlarut sekitar 0.23 7.79 mg/l sedang kisaran pada line-2 sekitar 0.07 7.34 mg/l. Yang perlu mendapat perhatian serius dari hasil survey ini adalah kandungan oksigen terlarut di dasar perairan yang mencapai nilai 0.1 mg/l. kandungan. 4. KESIMPULAN Dalam rangka pendugaan atau pemantauan suatu kondisi perairan seperti pantai, danau, dll. Metode survey dengan mengunakan divice digital seperti chlorotec probe (Chlorotec, type AAQ1183, Alec Electronics). adalah sangat handal. Hal ini dikarenakan cara kerja alat tersebut yang dapat merekam data hingga mencapai dasar suatu perairan dan akumulasi data yang dapat direkam sangat banyak sehingga memungkinkan untuk dapat diolah dalam berbagai bentuk tampilan. Hal lain yang menguntungkan dari probe ini adalah karena bentuknya yang portable sehingga sangat efiesien untuk dibawa ke segala jenis kondisi perairan yang akan kita survey. Adapun yang harus diperhatikan dalam aplikasi metode ini adalah ketepatan dalam penentuan lokasi dan jumlah stasiun yang akan kita ambil DAFTAR PUSTAKA 1. Damar, A. (2003) Effects of enrichment on nutrient dynamics, phytoplankton dynamics and productivity in Indonesian tropical waters: a comparison between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay. 196p. 2. Hadikusuma (2000) Distribusi Suhu dan Salinitas di Perairan Teluk Lampung, Sumatera. Pesisir dan pantai Indonesia. 114p. (in Indonesian with English abstract). 3. Hayami, Y., et all.(2005) Hypoxic water mass in Lampung Bay, Indonesia. International workshop on coastal water environment in Lampung Bay, Jakarta, June 8. 2005 4. Horne, A.J.(1994) Limnology. McGraw- hill,inc. the United Stated. 576pp. Muawanah, Nilasari, Syafruddin (2003) Laporan Kualitas Air Teluk Hurun. Balai Budidaya Laut Lampung. 110pp. (in Indonesian). 5. Pawar, V., Matsuda, O., Yamamoto, T., Hashimoto, T., Rajendran, N. (2001) Spatial and temporal variations of sediment quality in and around fish cage farms : A case study of aquaculture in the Seto Inland Sea, Japan. Fisheries Science. 67:619-627. 6. Santoso, A.D.,(2004) A Study on the Hydrography and Water Quality in the Tropical Aquaculture Field, Hurun Bay, Indonesia. Master thesis Ehime University. Santoso. A. D. 2005: Pemantauan Hidrografi..J. Tek. Ling P3TL BPPT. 6. (3): 433 437 436
Gambar 3. Penampang melintang parameter oksigen terlarut, suhu dan turbiditas pada line-1(atas) dan line-2 (bawah) di Teluk Hurun Lampung Gambar 4. Penampang melintang parameter oksigen terlarut, suhu dan turbiditas pada line- 1(atas) dan line-2 (bawah) di Teluk Jakarta 437 Santoso A.D 2005: Pemantau Hidrografi..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (3): 433-437