Seminar Nasional Serealia, 2013 KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jagung dan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia adalah dengan pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu. Komponen teknologi jagung yang telah dihasilkan dirakit secara partisipatif bersama petani menjadi satu paket teknologi dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Berkaitan hal ini dilakukan penelitian keragaan usahatani jagung hibrida dengan beberapa sistem tanam di lahan kering. Penelitian dilakukan di Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan MT 2011. Varietas jagung hibrida yang digunakan adalah Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung dengan empat perlakuan cara tanam: (1) tanam biasa, jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop. 66.666); (2) tanam biasa, jarak tanam 70 cm x 20 cm (pop. 71.428), (3) tanam legowo 100-50 cm x 20 cm (pop. 66.666), dan (4) tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428). Hasil penelitian menunjukkan, pada MT I hasil Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung 7,2 8,7 t/ha dan pada MT II 7,8 8,8 t/ha. Dari analisis finansial usahatani diketahui bahwa keempat cara tanam menguntungkan dan efisien dengan nilai R/C ratio > 1. Keuntungan tertinggi diperoleh pada sistem legowo 100-40 cm x 20 cm sebesar Rp 9 10 juta/ha. Kata kunci: sistem tanam, lahan kering, produksi, pendapatan PENDAHULUAN Pengembangan jagung hibrida cukup pesat. Badan Litbang Pertanian sampai tahun 2011 telah melepas 16 hibrida baru dan tujuh diantaranya telah dilisens oleh swasta, dengan harapan pengembangannya dapat berjalan lebih cepat (Balitsereal 2012). Introduksi varietas unggul baru hibrida yang mempunyai produktivitas tinggi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung. Faktor lain yang juga menentukan dalam peningkatan produktivitas adalah benih bermutu, populasi tanaman yang optimal, dan pemupukan yang efisien. Komponen teknologi jagung ini dirakit dalam satu paket teknologi yang dapat memberikan pengaruh sinergis, dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Budi daya jagung melalui pendekatan PTT diharapkan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan petani yang optimal karena terjadinya efisiensi produksi. Pengelolaan tanaman, baik melalui peningkatan populasi maupun dengan sistem tanam, diharapkan dapat meningkatkan hasil. 701
Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Hasil penelitian berbagai cara tanam legowo dengan populasi normal (66.666 tanaman/ha) maupun populasi tinggi (95.238 tanaman/ha) menunjukkan penanaman jagung dengan sistem legowo dapat meningkatkan hasil, baik jenis komposit maupun hibrida. Hasil penelitian Balitsereal (2011), Syuryawati dan Zubachtirodin (2012) menunjukkan bahwa varietas Lamuru dan Bisma yang ditanam secara legowo hasilnya meningkat masing-masing 5,6% dan 2,8% pada populasi 66.666 tanaman/ha dibandingkan dengan jarak tanam normal. Jika populasi ditingkatkan menjadi 71.428 tanaman/ha, peningkatan hasil dengan cara tanam legowo mencapai 5,0% pada varietas Lamuru dan 14,3% pada varietas Bisma. Untuk jagung hibrida, hasil penelitian menunjukkan varietas Bima 3 Bantimurung yang ditanam secara legowo dengan populasi 66.666 tanaman/ha meningkat 4,3% dan Bima 5 meningkat 1,0%. Bila populasi ditingkatkan menjadi 71.428 tanaman/ha, hasil kedua varietas tersebut menurun 1,9% pada Bima 3 Bantimurung dan 0,8% pada Bima 5. Perbedaan produktivitas ini memerlukan penelitian yang berkaitan sistem di tingkat petani. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi keragaan usahatani jagung hibrida dengan beberapa sitem tanam di lahan kering. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Bontonompo Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada MT 2011. Pada MT 2011 penanaman dilakukan dua kali secara sisipan (relay cropping), pertanaman II ditanam dua minggu sebelum pertanaman I dipanen. Pertanaman MT I dilakukan bulan April Agustus dan MT II bulan Juli November. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama terdiri atas dua perlakuan yaitu varietas jagung hibrida Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung. Anak petak terdiri atas empat perlakuan cara tanam yaitu (1) jarak tanam 75 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 66.666), (2) 100-50 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 66.666), (3) 70 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 71.428), dan (4) 100-40 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 71.428). Untuk persiapan lahan pertanaman I, dilakukan pengolahan tanah secara sempurnah. Penanaman dilakukan dengan tugal. Pupuk yang digunakan urea dan phonska dengan takaran 500 + 400 kg/ha, pemberian dua kali pada umur 10 hari setelah tanam (hst) dan umur 35 hst. Pemeliharaan yaitu penyiangan/pembumbunan, penyemprotan dengan herbisida (gramoxon dan calaris), pemberian furadan (pada saat tanam dan pemupukan kedua), dan pemberian air. Sebelum panen pertanaman I, 702
Seminar Nasional Serealia, 2013 dua minggu sebelum waktunya dipanen dilakukan penanaman II sehingga tidak dilakukan pengolahan tanah. Benih jagung ditanam dengan cara tugal diantara dua tanaman dalam baris pada pertanamn I. Selanjutnya, perlakuan pupuk dan pemeliharaan tanaman pada MT II dilakukan sama dengan pertanaman I. Waktu panen pertanaman I dan II berdasarkan deskripsi umur varietas yang ditanam. Selama kegiatan penelitian dilapangan, tenaga kerja yang digunakan dan waktu hari kerjanya didata, demikian juga jumlah sarana produksi yang dipakai sebagai bahan untuk data primer. Selain itu dikumpulkan harga input/sarana produksinya, serta jumlah dan harga output/produksi yang dihasilkan per setiap waktu/musim tanam. Data-data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan selanjutnya dianalisis pendapatannya, NPSP, NPTK serta R/C ratio (Anonim 1987) untuk mengetahui efisiensi usahatani dengan penerapan sistem tanam yang menguntungkan petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanaman pada MT I Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya sarana produksi yang digunakan per ha terhadap empat perlakuan cara tanam pada setiap varietas jumlahnya sama, untuk Bisi 2 sebesar Rp 4.225.000,- sedangkan Bima 3 Bantimurung sebesar Rp 4.175.000,-. Biaya sarana produksi pertanaman Bisi 2 lebih tinggi karena harga benihnya lebih mahal (Rp 50.000/kg) daripada Bima 3 Bantimurung (Rp 45.000/kg) dan untuk sarana lainnya nilainya sama, demikian pula pada pemberian air sebanyak 5 kali selama pertanaman (Tabel 1). 703
Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Tabel 1. Sarana produksi dan nilainya yang digunakan pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Kab. Gowa,Sulawesi Selatan, MT I 2011 Uraian (per ha) Bisi 2 Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Benih (kg) 20 1.000.000 20 1.000.000 20 1.000.000 20 1.000.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 150 750.000 150 750.000 150 750.000 150 750.000 Jumlah biaya 4.225.000 4.225.000 4.290.000 4.290.000 Bima 3 Benih (kg) 20 900.000 20 900.000 20 900.000 20 900.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Saromil (g) 50 50.000 50 50.000 50 50.000 50 50.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 150 750.000 150 750.000 150 750.000 150 750.000 Jumlah biaya 4.175.000 4.175.000 4.175.000 4.175.000 Sumber: Data primer (2011) Untuk penggunaan tenaga kerja, pertanaman Bisi 2 terlihat bahwa cara tanam normal/ biasa dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm (populasi 71.428 tan/ha) menggunakan biaya tertinggi Rp 4.738.000 dibanding cara tanam lainnya, kemudian secara berurut jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) sebesar Rp 4.633.500, cara tanam legowo dengan jarak tanam 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) sebanyak Rp 4.496.000, dan terendah Rp 4.336.500 jarak tanam 100-50 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha). Sedangkan pada pertanaman Bima 3 Bantimurung biaya tenaga kerja tertinggi pada cara tanam norml dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm sebesar Rp 4.244.250, berikut jarak tanam 70 cm x 20 cm sebesar Rp 4.192.750, cara tanam legowo 100-50 cm x 20 cm Rp 4.109.750, dan terendah Rp 4.097.500 pada jarak tanam 100-40 cm x 20 cm (Tabel 2). Besarnya biaya tenaga kerja tergantung sewa pengolahan tanah dan jumlah HOK yang digunakan, dan hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur tenaga kerja, pengalaman berusahatani, kondisi pertanaman dan lahan, serta hasil yang dicapai. Biaya tenaga kerja berpengaruh 704
Seminar Nasional Serealia, 2013 terhadap pendapatan yang diterima dan keuntungan yang dicapai dari usahatani tersebut, disamping faktor hasil yang diperoleh. Semakin tinggi biaya tenaga kerjanya maka pendapatn yang diterima juga akan lebih berkurang dan ini akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang diterima. Selain biaya sewa pengolahan tanah yang cukup tinggi, umumnya kegiatan menanam, menyiang dan membumbung, serta panen diperlukan pula waktu orang kerja yang tinggi. Pada waktu tanam dilakukan dengan tugal disertai pemberian furadan pada setiap lubang tanaman, sedangkan pada kegiatan menyiang dan membumbun secara manual dengan menggunakan cangkul. Pada waktu panen pengunaan HOK yang lebih banyak pada Bisi 2 sekitar 25 30 HOK/ha dan Bima 3 Bantimurung sekitar 16 20 HOK/ha (Tabel 2). Perbedaan penggunaan tenaga kerja tersebut, pada pertanaman Bima 3 Bantimurung selain karena faktor hasil yang berbeda yaitu lebih rendah juga karena pada proses pengupasan tongkol jagung Bima 3 Bantimurung lebih mudah sehingga lebih cepat dimana klobotnya kurang rapat menutup tongkol sedangkan Bisi 2 klobotnya tertutup lebih rapat atau menutup tongkol dengan baik. Tabel 2. Penggunaan tenaga kerja pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Gowa Sulawesi Selatan, MT I 2011 Uraian ha) (per Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Bisi 2 HOK Peng. tanah Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Tanam 16 560.000 15 525.000 16 560.000 15 525.000 Pemupukan 2 x 17 595.000 17 595.000 19 665.000 20 700.000 Menyiang dan membumbung 15 525.000 9 315.000 20 700.000 12 420.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 30 1.050.000 28 980.000 25 875.000 26 910.000 Penjemuran 2 x 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 613.500 631.500 643.000 651.000 Jumlah biaya 4.633.500 4.336.500 4.738.000 4.496.000 Bima 3 HOK Peng. tanah Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Tanam 15 525.000 16 560.000 15 525.000 15 525.000 Pemupukan 2 x 19 665.000 19 665.000 20 700.000 20 700.000 Menyiang dan membumbung 15 525.000 12 420.000 14 490.000 11 385.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 20 700.000 17 595.000 16 560.000 16 560.000 Penjemuran 2 x 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 539.250 579.750 627.750 637.500 Jumlah biaya 4.244.250 4.109.750 4.192.750 4.097.500 Sumber: Data primer ( 2011) 705
Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Usahatani jagung hibrida ini dengan penggunaan empat cara tanam pada lahan kering, hasil yang dicapai Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berbeda. Untuk varietas Bisi 2 hasil terendah 8,18 t/ha dan tertinggi 8,68 t/ha, sedangkan pada Bima 3 Bantimurung hasil terendah 7,19 t/ha dan yang tertinggi 8,50 t/ha. Varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung yang ditanaman secara legowo populasi 66.666 tanaman/ha hasilnya meningkat masing-masing 2,9% dan 7,5% dari cara tanam normal dengan capaian hasil masing-masing 8,42 dan 7,73 t/ha. Populasi dinaikkan menjadi 71.428 tanaman/ha dengan cara tanam legowo meningkatkan hasil 0,46% dengan hasil biji 8,68 t/ha pada Bisi 2 dan untuk Bima 3 Bantimurung meningkat 1,55% dengan hasil biji 8,50 t/ha. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa keempat cara tanam yang digunakan penerimaan usahataninya berbeda sehingga keuntungan yang diperoleh bervariasi pula, baik pada Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung. Pertanaman dengan cara tanam normal jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) diperoleh keuntungan yang lebih rendah (Rp 5.865.500/ha untuk Bisi 2 dan Rp 4.522.750/ha pada Bima 3 Bantimurung), dan untuk cara tanam legowo dengan populasi yang sama keuntungan yang diperoleh bertambah pada kedua varietas tersebut masing-masing 12,43% untuk Bisi 2 dan 24,47% Bima 3 Bantimurung. Demikian pada populasi 71.428 tanaman/ha cara tanam normal terhadap cara tanam legowo terdapat juga peningkatan keuntungan 4,68% pada Bisi 2 dan 4,92 Bima 3 Bantimurung. Cara tanam yang memberikan keuntungan terbesar pada cara legowo populasi 71.428 tanaman/ha baik pertanaman Bisi 2 (Rp 6.903.000/ha) maupun Bima 3 Bantimurung (Rp 7.027.500/ha). Bila dibandingkan keuntungan kedua cata tanam legowo Bisi 2 maka dengan populasi 71.428 tanaman/ha diperoleh peningkatan keuntungan 4,68% dari popoulasi 66.666 tanaman/ha, sedangkan pada Bima 3 Bantimurung peningkatan keuntungannya 24,84%. Ratio biaya per kg biji kedua pertanaman hibrida tersebut sekitar Rp 973-1.171. Demikian pada nilai pengembalian sarana produksi (NPSP) dan nilai pengembalian tenaga kerja (NPTK) pada Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung pada keempat cara tanam yang diamati nilainya > 1 (Tabel 3), berarti setiap penambahan biaya Rp 1,- untuk biaya sarana produksi maupun biaya tenaga kerja akan memberikan keuntungan yang lebih besar dari Rp 1,-. Hal ini menunjukkan keempat cara tanam yang dievaluasi layak untuk diterapkan. Walaupun demikian, cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) memberikan keuntungan lebih besar baik pada Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung, demikian pula nilai pada NPSP (2,63 dan 2,68) serta NPTK (2,54 dan 2,72) lebih besar dari ketiga cara tanam lainnya. Sama halnya dengan nilai R/C ratio 706
Seminar Nasional Serealia, 2013 lebih besar masing-masing 1,79 untuk pertanaman Bisi 2 dan 1,85 pertanaman Bima 3 Bantimurung, sehingga cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm lebih efisien diterapkan dalam usahatani jagung untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Tabel 3. Analisis usahatani varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung pada empat cara tanam di lahan kering. Gowa Sulawesi Selatan, MT I 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Bisi 2 Biaya saprodi (Rp) 4.225.000 4.225.000 4.225.000 4.225.000 Biaya t. kerja (Rp) 4.633.500 4.336.500 4.738.000 4.496.000 Total biaya UT 8.858.500 8.561.500 8.963.000 8.721.000 Hasil (t/ha) 8,18 8,42 8,64 8,68 Penerimaan 14.724.000 15.156.000 15.552.000 15.624.000 Keuntungan 5.865.500 6.594.500 6.589.000 6.903.000 R/C ratio 1,66 1,77 1,74 1,79 NPSP 2,39 2,56 2,56 2,63 NPTK 2,27 2,52 2,39 2,54 Ratio biaya/kg biji 1.082,95 1.016,81 1.037,38 1.004,72 Bima 3 Bantimurung Biaya saprodi (Rp) 4.175.000 4.175.000 4.175.000 4.175.000 Biaya t. kerja (Rp) 4.244.250 4.109.750 4.192.750 4.097.500 Total biaya UT 8.419.250 8.284.750 8.367.750 8.272.500 Hasil (t/ha) 7,19 7,73 8,37 8,50 Penerimaan 12.942.000 13.914.000 15.066.000 15.300.000 Keuntungan 4.522.750 5.629.250 6.698.250 7.027.500 R/C ratio 1,54 1,68 1,80 1,85 NPSP 2,08 2,35 2,60 2,68 NPTK 2,07 2,37 2,60 2,72 Ratio biaya/kg biji 1.170,97 1.071,77 999,73 973,24 Sumber: Data primer, 2011 Keterangan: - Harga pipil jagung = Rp 1.800/kg Harga benih Bima 3 = Rp 45.000/kg Harga saromil = Rp 1.000/g - Harga urea = Rp 1.800/kg Harga benih Bisi 2 = Rp 50.000/kg 1 HOK = 8 jam - Harga phonska = Rp 2.600/kg Harga gramoxon = Rp 55.000/l Harga calaris = Rp 155.000/l - Harga furadan = Rp 15.000/kg Biaya tenaga kerja = Rp 35.000/HOK Memipil = Rp75/kg Pertanaman pada MT II Pertanaman MT II 2011 yang dilakukan sekitar dua minggu sebelum panen pertanaman I membantu dalam hal pembiayaan usahatani karena tidak mengeluarkan biaya pengolahan tanah (Rp 800.000/ha) dan waktu tanam pun bisa lebih cepat. Pada MT II pemberian air ke pertanaman cukup tinggi (12 kali) karena sangat kurang turun hujan sehingga biaya pengairannya lebih besar daripada pertanaman MT I. Besarnya biaya sarana produksi yang digunakan MT II baik pertanaman Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung masing-masing Rp 5.275.000 dan Rp 5.225.000/ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. 707
Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Tabel 4. Sarana produksi yang digunakan pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Gowa Sulawesi Selatan, MT II 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Bisi 2 Benih (kg) 20 1.000.000 20 760.000 20 760.000 20 760.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 Jumlah biaya 5.275.000 5.275.000 5.275.000 5.275.000 Bima 3 Benih (kg) 20 900.000 20 900.000 20 900.000 20 900.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Saromil (g) 50 50.000 50 50.000 50 50.000 50 50.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 Jumlah biaya 5.225.000 5.225.000 5.225.000 5.225.000 Sumber: Data primer, 2011 Pada Tabel 5 terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja MT II yang tinggi pada kegiatan menanam, menyiang dan membumbung, serta panen. Biaya tenaga kerja kedua varietas hibrida yang ditanam tidak berbeda jauh antara empat cara tanam yang dievaluasi. Pada pertanaman Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung biaya tenaga kerja tertinggi sekitar Rp 2,5 juta/ha, yaitu Bisi 2 pada cara tanam legowo yang jarak tanam 100-50 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) sebesar Rp 2.505.650,- dan untuk Bima 3 Bantimurung pada cara tanam normal 75 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) sebesar Rp 2.507.400,-. Demikian halnya biaya tenaga kerja terendah sekitar 2,3 juta/ha, pertanaman Bisi 2 cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) Rp 2.295.300 dan pada Bima 3 Bantimurung jarak tanam 70 cm x 20 cm (pop.71.428 tan/ha) sebesar Rp 2.271.850. 708
Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 5. Penggunaan tenaga kerja dan nilainya pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Gowa Sulawesi Selatan, MT II 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Bisi 2 HOK Tanam 7 245.000 8 280.000 7 245.000 7 245.000 Pemupukan 2 x 18 630.000 19 665.000 20 700.000 18 630.000 Menyiang dan membumbung 10 350.000 11 367.850 13 455.000 9 315.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 27 945.000 27 945.000 23 805.000 24 840.000 Penjemuran 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 583.500 618.750 642.000 661.500 Jumlah biaya 3.243.500 3.366.600 3.337.000 3.181.500 Bima 3 HOK Tanam 9 315.000 7 245.000 6 210.000 8 280.000 Pemupukan 2 x 18 630.000 19 665.000 18 630.000 19 665.000 Menyiang dan membumbung 12 420.000 9 332.150 11 385.000 10 350.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 26 910.000 23 805.000 23 805.000 27 945.000 Penjemuran 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 585.000 597.750 618.000 637.500 Jumlah biaya 3.350.000 3.134.900 3.138.000 3.367.500 Sumber: Data primer, 2011 Pertanaman jagung hibrida pada MT II hasil yang dicapai juga masih dibawah potensi hasilnya seperti halnya pada MT I, dimana potensi hasil varietas Bisi 2 adalah 13 t/ha dan Bima 3 Bantimurung 10 t/ha pipilan kering (Syuryawati et al. 2007 dan Aqil et al. 2012). Rata-rata hasil Bisi 2 pada keempat cara tanam yang digunakan sekitar 7,78 8,82 t/ha dan untuk Bima 3 Bantimurung sekitar 7,80 8,50 t/ha. Hasil tertinggi Bisi 2 8,82 t/ha dan Bima 3 Bantimurung 8,50 t/ha pada cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (populasi 71.428 tan/ha). Sedangkan hasil terendah 7,78 t/ha (Bisi 2) dan 7,80 t/ha (Bima 3 Bantimurung) dihasilkan pada cara tanam normal 75 cm x 20 cm populasi 66.666 tanaman/ha (Tabel 6). Usahatani jagung hibrida Bisi 2 yang ditanam cara normal (populasi 66.666 tan/ha) meningkat hasilnya 6,05% (8,25 t/ha) Bisi 2 dan 2,18% (7,97 t/ha) Bima 3 Bantimurung dengan ditanam secara legowo pada populasi yang sama. Selanjutnya, dengan ditingkatkan populasi 71.428 tan/ha pada cara legowo terjadi peningkatan hasil 6,91% Bisi 2 dan 6,65% Bima 3 Bantimurung dengan capaian hasil biji masing-masing 8.82 dan 8,50 t/ha. Hasil analisis finansial usahatani kedua pertanaman jagung hibrida tersebut menunjukkan bahwa dengan hasil 8,82 t/ha yang tertinggi pada Bisi 2 maka diperoleh penerimaan Rp 18.522.000,-/ha dan Bima 3 Bantimurung dengan hasil tertinggi 8,50 t/ha diperoleh penerimaan sebesar Rp 17.850.000,-/ha (Tabel 6). Harga jagung pada 709
Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida MT II lebih tinggi Rp 2.100/kg jagung pipil dari MT I yaitu Rp 1.800/kg. Hal ini terjadi karena pasokan jagung di musim kemarau umumnya berkurang sehingga akan mempengaruhi tingkat harga jagung menjadi naik. Selain itu kualitas jagung yang dihasilkan pada musim kemarau lebih baik dibanding hasil jagung di musim hujan. Pada MT II keuntungan empat cara tanam yang dihasilkan bervariasi tergantung cara tanam dan populasi tanaman. Dengan cara tanam normal populasi 66.666 tanaman/ha keuntungan usahatani lebih rendah baik pada Bisi 2 (Rp 7.819.500/ha) maupun Bima 3 Bantimurung (Rp 7.805.000/ha), dan untuk cara tanam legowo dengan populasi yang sama keuntungannya naik 11,05% pada Bisi 2 dan 7,33% Bima 3 Bantimurung. Hal yang sama pada populasi 71.428 tanaman/ha bahwa cara legowo terjadi peningkatan keuntungan dari cara normal yaitu 7,49% Bisi 2 dan 3,54% Bima 3 Bantimurung. Cara tanam yang memberikan keuntungan tertinggi cara legowo populasi 71.428 tanaman/ha masing-masing Rp 10.065.500 Bisi 2 dan Rp 9.257.500 Bima 3 Bantimurung, dan terdapat peningkatan keuntungan 15,92% (Bisi 2) dan 10,51% (Bima 3 Bantimurung) dari cara legowo populasi 66.666 tanaman/ha. Nilai yang diperoleh terhadap perhitungan NPSP pada empat cara tanam, yang tertinggi pada kedua varietas hibrida tersebut pada cara legowo populasi 71.428 tanaman/ha yaitu 2,91 (Bisi 2) dan 2,77 (Bima 3 Bantimurung). Sama dengan NPTK, yang tertinggi pada Bisi 2 cara tanam legowo populasi 71.428 tanaman/ha yaitu 4,16 sedangkan pada Bima 3 Bantimurung yang tertinggi cara tanam normal dengan populasi tanaman yang sama (71.428 tan/ha) yaitu 3,85, berikut cara tanam legowo populasi 71.428 tanaman/ha yaitu 3,75. Ratio biaya per kg biji kedua pertanaman hibrida ini dengan empat sistem tanam yang diuji sekitar Rp 960-1.100 (Tabel 6). Empat cara tanam yang diamati semuanya menguntungkan sehingga baik untuk diterapkan, dan yang lebih besar keuntungannya diperoleh cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (populasi 71.428 tanaman/ha) baik pada Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung. Hal ini ditunjang pula dengan nilai R/C ratio yang dihasilkan lebih tinggi dari sistem tanam lainnya, yaitu masing-masing 2,19 pada Bisi 2 dan 2,08 Bima 3 Bantimurung. Dengan demikian usahatani jagung hibrida tersebut cara tanam legowo dengan populasi 71.428 tanaman/ha lebih efisien dan keuntungan yang dihasilkan lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. 710
Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 6. Analisis usahatani pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung pada empat cara tanam di lahan kering. Gowa Sulawesi Selatan, MT II 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Bisi 2 Biaya saprodi (Rp) 5.275.000 5.275.000 5.275.000 5.275.000 Biaya t. kerja (Rp) 3.243.500 3.366.600 3.337.000 3.181.500 Total biaya UT 8.518.500 8.641.600 8.612.000 8.456.500 Hasil (t/ha) 7,78 8,25 8,56 8,82 Penerimaan (Rp) 16.338.000 17.325.000 17.976.000 18.522.000 Keuntungan (Rp) 7.819.500 8.683.400 9.364.000 10.065.500 R/C ratio 1,92 2,00 2,09 2,19 NPSP 2,48 2,65 2,78 2,91 NPTK 3,41 3,58 3,81 4,16 Ratio biaya/kg biji 1.094,92 1.047,47 1.006,07 958,79 Bima 3 Bantimurung Biaya saprodi (Rp) 5.225.000 5.225.000 5.225.000 5.225.000 Biaya t. kerja (Rp) 3.350.000 3.134.900 3.138.000 3.367.500 Total biaya UT 8.575.000 8.359.900 8.363.000 8.592.500 Hasil (t/ha) 7,80 7,97 8,24 8,50 Penerimaan (Rp) 16.380.000 16.737.000 17.304.000 17.850.000 Keuntungan (Rp) 7.805.000 8.377.100 8.941.000 9.257.500 R/C ratio 1,91 2,00 2,07 2,08 NPSP 2,49 2,60 2,71 2,77 NPTK 3,33 3,67 3,85 3,75 Ratio biaya/kg biji 1.099,36 1.048,92 1.014,93 1.010,88 Sumber: Data primer, 2011 Keterangan: - Harga pipil jagung = Rp 2.100/kg Harga benih Bima 3 = Rp 45.000/kg Harga saromil = Rp 1.000/g - Harga urea = Rp 1.800/kg Harga benih Bisi 2 = Rp 50.000/kg 1 HOK = 8 jam - Harga phonska = Rp 2.600/kg Harga gramoxon = Rp 55.000/l Harga calaris = Rp 155.000/l - Harga furadan = Rp 15.000/kg Biaya tenaga kerja = Rp 35.000/HOK Memipil = Rp75/kg KESIMPULAN Hasil yang dicapai pertanaman MT I pada empat cara tanam varietas Bisi 2 ratarata sekitar 8,16 8,68 t/hat dan Bima 3 Bantimurung 7,19 8,50 t/ha. Hasil yang dicapai Bisi 2 cara tanam legowo populasi 66.666 tanaman/ha meningkat 2,9% dari cara tanam normal dengan capaian hasil 8,42 t/ha sementara varietas Bima 3 Bantimurung meningkat 7,5% dengan capaian hasil 7,73 t/ha. Jika populasi dinaikkan menjadi 71.428 tanaman/ha dengan cara tanam legowo meningkatkan hasil 0,46% dengan hasil biji 8,68 t/ha untuk Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung 1,55% dengan hasil biji 8,50 t/ha. Pada MT II hasil rata-rata pada empat cara tanam varietas Bisi 2 7,78 8,82 t/ha dan Bima 3 Bantimurung sekitar 7,80 8,50 t/ha. Varietas Bisi 2 ditanam secara legowo populasi 66.666 tanaman/ha hasilnya meningkat 6,0% dari cara tanam normal dengan hasil biji 8,25 t/ha sedangkan Bima 3 Bantimurung meningkat 2,2% dengan hasil 7,79 t/ha, Jika populasi dinaikkan sampai 71.428 tanaman/ha maka cara tanam legowo meningkatkan hasil 3,0% dengan capaian hasil 8,82 t/ha untuk 711
Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung meningkat hasilnya 3,2% dengan capaian hasil 8,50 t/ha. Empat cara tanam yang dievaluasi semuanya efisien diterapkan karena menguntungkan dengan nilai R/C ratio >1 demikian pula NPSP dan NPTK >1. Keuntungan usahatani teringgi diperoleh pada cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm populasi 71.428 tanamn/ha, pada Bisi 2 MT I sebesar Rp 6.903.000/ha dengan R/C ratio 1,79 dan Bima 3 Bantimurung sebesar Rp 7.043.950/ha dengan R/C ratio 1,85. Sedangkan pada MT II keuntungan tertinggi yang diperoleh varietas Bisi 2 Rp 10.065.500/ha dengan R/C ratio 2,19 dan Bima 3 Bantimurung sebesar Rp 9.257.500/ha dengan R/C ratio 2,08. UCAPAN TERIMA KASIH Kami sampaikan terima kasih kepada Ir. Zubachtirodin sebagai penaggung jawab RPTP atas segala fasilitas dan bimbingannya selama penelitian dan terima kasih pula disampaikan kepada Ir. Roslina Amir atas kerjasamanya dalam penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1987. Latihan Penelitian Sistem Usahatani. Bahan Latihan. P3NT. NTASP. Vol 2. Aqil, M., C. Rapar, dan Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi Ketujuh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. 134 p. Balitsereal. 2011 Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 46 p. Balitsereal. 2012 Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 50 p. Syuryawati, C. Rapar, dan Zubachtirodin. 2007. Deskripsi Varietas Unggul Jagung Edisi Kelima. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. 115 p. Syuryawati dan Zubachtirodin. 2012. Peluang usahatani jagung hibrida pada perbaikan cara tanam (Legowo) di lahan kering. Dalam Prosiding Seminar Nasional Serealia. Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal. 297-304. 712