KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

dokumen-dokumen yang mirip
KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

Pedoman Umum. PTT Jagung

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Program peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

IDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH, DAN PELUANG SUSTAINABILITAS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BENIH SUMBER JAGUNG

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

VERIFIKASI DAMPAK PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG KOMPOSIT MENDUKUNG UPAYA PERBAIKAN EKONOMI PEDESAAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

Abstrak

KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH MELALUI PERBAIKAN POLA TANAM YANG BERBASIS KEMITRAAN

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KENDALA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN. Faesal dan Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

ANALISIS TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS KAB. SIDRAP DAN LUWU UTARA)

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PERAN PTT JAGUNG DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN FINANSIAL: KASUS DI DESA DONGGOBOLO KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA NTB

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Analisis Agribisnis Jagung Muda Varietas Hibrida di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

USAHATANI JAGUNG DI LAHAN KERING DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN MINSEL

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

KAJIAN USAHATANI JAGUNG DI LAHAN SAWAH SETELAH PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI KABUPATEN BOLMONG SULAWESI UTARA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Keragaan Agronomi dan Ekonomi Sistem Usahatani Jagung Hibrida di Sulawesi Selatan

Potensi Usahatani Jagung di Lahan Rawa Lebak Kalimantan Selatan

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

PANEN HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TERBATAS DI SULAWESI SELATAN

ADAPTASI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA HASIL BADAN LITBANG PERTANIAN PADA LAHAN GAMBUT DANGKAL AIA TAJUN LUBUK ALUNG PADANG PARIAMAN

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

Kelayakan Ekonomi Usahatani Padi Sawah Dengan Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu

Introduksi Varietas Unggul Jagung untuk Pengembangan Jagung di Kabupaten Berau (Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman terpadu)

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

Transkripsi:

Seminar Nasional Serealia, 2013 KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jagung dan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia adalah dengan pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu. Komponen teknologi jagung yang telah dihasilkan dirakit secara partisipatif bersama petani menjadi satu paket teknologi dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Berkaitan hal ini dilakukan penelitian keragaan usahatani jagung hibrida dengan beberapa sistem tanam di lahan kering. Penelitian dilakukan di Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan MT 2011. Varietas jagung hibrida yang digunakan adalah Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung dengan empat perlakuan cara tanam: (1) tanam biasa, jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop. 66.666); (2) tanam biasa, jarak tanam 70 cm x 20 cm (pop. 71.428), (3) tanam legowo 100-50 cm x 20 cm (pop. 66.666), dan (4) tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428). Hasil penelitian menunjukkan, pada MT I hasil Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung 7,2 8,7 t/ha dan pada MT II 7,8 8,8 t/ha. Dari analisis finansial usahatani diketahui bahwa keempat cara tanam menguntungkan dan efisien dengan nilai R/C ratio > 1. Keuntungan tertinggi diperoleh pada sistem legowo 100-40 cm x 20 cm sebesar Rp 9 10 juta/ha. Kata kunci: sistem tanam, lahan kering, produksi, pendapatan PENDAHULUAN Pengembangan jagung hibrida cukup pesat. Badan Litbang Pertanian sampai tahun 2011 telah melepas 16 hibrida baru dan tujuh diantaranya telah dilisens oleh swasta, dengan harapan pengembangannya dapat berjalan lebih cepat (Balitsereal 2012). Introduksi varietas unggul baru hibrida yang mempunyai produktivitas tinggi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung. Faktor lain yang juga menentukan dalam peningkatan produktivitas adalah benih bermutu, populasi tanaman yang optimal, dan pemupukan yang efisien. Komponen teknologi jagung ini dirakit dalam satu paket teknologi yang dapat memberikan pengaruh sinergis, dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Budi daya jagung melalui pendekatan PTT diharapkan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan petani yang optimal karena terjadinya efisiensi produksi. Pengelolaan tanaman, baik melalui peningkatan populasi maupun dengan sistem tanam, diharapkan dapat meningkatkan hasil. 701

Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Hasil penelitian berbagai cara tanam legowo dengan populasi normal (66.666 tanaman/ha) maupun populasi tinggi (95.238 tanaman/ha) menunjukkan penanaman jagung dengan sistem legowo dapat meningkatkan hasil, baik jenis komposit maupun hibrida. Hasil penelitian Balitsereal (2011), Syuryawati dan Zubachtirodin (2012) menunjukkan bahwa varietas Lamuru dan Bisma yang ditanam secara legowo hasilnya meningkat masing-masing 5,6% dan 2,8% pada populasi 66.666 tanaman/ha dibandingkan dengan jarak tanam normal. Jika populasi ditingkatkan menjadi 71.428 tanaman/ha, peningkatan hasil dengan cara tanam legowo mencapai 5,0% pada varietas Lamuru dan 14,3% pada varietas Bisma. Untuk jagung hibrida, hasil penelitian menunjukkan varietas Bima 3 Bantimurung yang ditanam secara legowo dengan populasi 66.666 tanaman/ha meningkat 4,3% dan Bima 5 meningkat 1,0%. Bila populasi ditingkatkan menjadi 71.428 tanaman/ha, hasil kedua varietas tersebut menurun 1,9% pada Bima 3 Bantimurung dan 0,8% pada Bima 5. Perbedaan produktivitas ini memerlukan penelitian yang berkaitan sistem di tingkat petani. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi keragaan usahatani jagung hibrida dengan beberapa sitem tanam di lahan kering. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Bontonompo Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada MT 2011. Pada MT 2011 penanaman dilakukan dua kali secara sisipan (relay cropping), pertanaman II ditanam dua minggu sebelum pertanaman I dipanen. Pertanaman MT I dilakukan bulan April Agustus dan MT II bulan Juli November. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama terdiri atas dua perlakuan yaitu varietas jagung hibrida Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung. Anak petak terdiri atas empat perlakuan cara tanam yaitu (1) jarak tanam 75 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 66.666), (2) 100-50 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 66.666), (3) 70 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 71.428), dan (4) 100-40 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 71.428). Untuk persiapan lahan pertanaman I, dilakukan pengolahan tanah secara sempurnah. Penanaman dilakukan dengan tugal. Pupuk yang digunakan urea dan phonska dengan takaran 500 + 400 kg/ha, pemberian dua kali pada umur 10 hari setelah tanam (hst) dan umur 35 hst. Pemeliharaan yaitu penyiangan/pembumbunan, penyemprotan dengan herbisida (gramoxon dan calaris), pemberian furadan (pada saat tanam dan pemupukan kedua), dan pemberian air. Sebelum panen pertanaman I, 702

Seminar Nasional Serealia, 2013 dua minggu sebelum waktunya dipanen dilakukan penanaman II sehingga tidak dilakukan pengolahan tanah. Benih jagung ditanam dengan cara tugal diantara dua tanaman dalam baris pada pertanamn I. Selanjutnya, perlakuan pupuk dan pemeliharaan tanaman pada MT II dilakukan sama dengan pertanaman I. Waktu panen pertanaman I dan II berdasarkan deskripsi umur varietas yang ditanam. Selama kegiatan penelitian dilapangan, tenaga kerja yang digunakan dan waktu hari kerjanya didata, demikian juga jumlah sarana produksi yang dipakai sebagai bahan untuk data primer. Selain itu dikumpulkan harga input/sarana produksinya, serta jumlah dan harga output/produksi yang dihasilkan per setiap waktu/musim tanam. Data-data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan selanjutnya dianalisis pendapatannya, NPSP, NPTK serta R/C ratio (Anonim 1987) untuk mengetahui efisiensi usahatani dengan penerapan sistem tanam yang menguntungkan petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanaman pada MT I Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya sarana produksi yang digunakan per ha terhadap empat perlakuan cara tanam pada setiap varietas jumlahnya sama, untuk Bisi 2 sebesar Rp 4.225.000,- sedangkan Bima 3 Bantimurung sebesar Rp 4.175.000,-. Biaya sarana produksi pertanaman Bisi 2 lebih tinggi karena harga benihnya lebih mahal (Rp 50.000/kg) daripada Bima 3 Bantimurung (Rp 45.000/kg) dan untuk sarana lainnya nilainya sama, demikian pula pada pemberian air sebanyak 5 kali selama pertanaman (Tabel 1). 703

Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Tabel 1. Sarana produksi dan nilainya yang digunakan pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Kab. Gowa,Sulawesi Selatan, MT I 2011 Uraian (per ha) Bisi 2 Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Benih (kg) 20 1.000.000 20 1.000.000 20 1.000.000 20 1.000.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 150 750.000 150 750.000 150 750.000 150 750.000 Jumlah biaya 4.225.000 4.225.000 4.290.000 4.290.000 Bima 3 Benih (kg) 20 900.000 20 900.000 20 900.000 20 900.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Saromil (g) 50 50.000 50 50.000 50 50.000 50 50.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 150 750.000 150 750.000 150 750.000 150 750.000 Jumlah biaya 4.175.000 4.175.000 4.175.000 4.175.000 Sumber: Data primer (2011) Untuk penggunaan tenaga kerja, pertanaman Bisi 2 terlihat bahwa cara tanam normal/ biasa dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm (populasi 71.428 tan/ha) menggunakan biaya tertinggi Rp 4.738.000 dibanding cara tanam lainnya, kemudian secara berurut jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) sebesar Rp 4.633.500, cara tanam legowo dengan jarak tanam 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) sebanyak Rp 4.496.000, dan terendah Rp 4.336.500 jarak tanam 100-50 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha). Sedangkan pada pertanaman Bima 3 Bantimurung biaya tenaga kerja tertinggi pada cara tanam norml dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm sebesar Rp 4.244.250, berikut jarak tanam 70 cm x 20 cm sebesar Rp 4.192.750, cara tanam legowo 100-50 cm x 20 cm Rp 4.109.750, dan terendah Rp 4.097.500 pada jarak tanam 100-40 cm x 20 cm (Tabel 2). Besarnya biaya tenaga kerja tergantung sewa pengolahan tanah dan jumlah HOK yang digunakan, dan hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur tenaga kerja, pengalaman berusahatani, kondisi pertanaman dan lahan, serta hasil yang dicapai. Biaya tenaga kerja berpengaruh 704

Seminar Nasional Serealia, 2013 terhadap pendapatan yang diterima dan keuntungan yang dicapai dari usahatani tersebut, disamping faktor hasil yang diperoleh. Semakin tinggi biaya tenaga kerjanya maka pendapatn yang diterima juga akan lebih berkurang dan ini akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang diterima. Selain biaya sewa pengolahan tanah yang cukup tinggi, umumnya kegiatan menanam, menyiang dan membumbung, serta panen diperlukan pula waktu orang kerja yang tinggi. Pada waktu tanam dilakukan dengan tugal disertai pemberian furadan pada setiap lubang tanaman, sedangkan pada kegiatan menyiang dan membumbun secara manual dengan menggunakan cangkul. Pada waktu panen pengunaan HOK yang lebih banyak pada Bisi 2 sekitar 25 30 HOK/ha dan Bima 3 Bantimurung sekitar 16 20 HOK/ha (Tabel 2). Perbedaan penggunaan tenaga kerja tersebut, pada pertanaman Bima 3 Bantimurung selain karena faktor hasil yang berbeda yaitu lebih rendah juga karena pada proses pengupasan tongkol jagung Bima 3 Bantimurung lebih mudah sehingga lebih cepat dimana klobotnya kurang rapat menutup tongkol sedangkan Bisi 2 klobotnya tertutup lebih rapat atau menutup tongkol dengan baik. Tabel 2. Penggunaan tenaga kerja pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Gowa Sulawesi Selatan, MT I 2011 Uraian ha) (per Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Bisi 2 HOK Peng. tanah Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Tanam 16 560.000 15 525.000 16 560.000 15 525.000 Pemupukan 2 x 17 595.000 17 595.000 19 665.000 20 700.000 Menyiang dan membumbung 15 525.000 9 315.000 20 700.000 12 420.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 30 1.050.000 28 980.000 25 875.000 26 910.000 Penjemuran 2 x 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 613.500 631.500 643.000 651.000 Jumlah biaya 4.633.500 4.336.500 4.738.000 4.496.000 Bima 3 HOK Peng. tanah Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Sewa 800.000 Tanam 15 525.000 16 560.000 15 525.000 15 525.000 Pemupukan 2 x 19 665.000 19 665.000 20 700.000 20 700.000 Menyiang dan membumbung 15 525.000 12 420.000 14 490.000 11 385.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 20 700.000 17 595.000 16 560.000 16 560.000 Penjemuran 2 x 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 539.250 579.750 627.750 637.500 Jumlah biaya 4.244.250 4.109.750 4.192.750 4.097.500 Sumber: Data primer ( 2011) 705

Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Usahatani jagung hibrida ini dengan penggunaan empat cara tanam pada lahan kering, hasil yang dicapai Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berbeda. Untuk varietas Bisi 2 hasil terendah 8,18 t/ha dan tertinggi 8,68 t/ha, sedangkan pada Bima 3 Bantimurung hasil terendah 7,19 t/ha dan yang tertinggi 8,50 t/ha. Varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung yang ditanaman secara legowo populasi 66.666 tanaman/ha hasilnya meningkat masing-masing 2,9% dan 7,5% dari cara tanam normal dengan capaian hasil masing-masing 8,42 dan 7,73 t/ha. Populasi dinaikkan menjadi 71.428 tanaman/ha dengan cara tanam legowo meningkatkan hasil 0,46% dengan hasil biji 8,68 t/ha pada Bisi 2 dan untuk Bima 3 Bantimurung meningkat 1,55% dengan hasil biji 8,50 t/ha. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa keempat cara tanam yang digunakan penerimaan usahataninya berbeda sehingga keuntungan yang diperoleh bervariasi pula, baik pada Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung. Pertanaman dengan cara tanam normal jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) diperoleh keuntungan yang lebih rendah (Rp 5.865.500/ha untuk Bisi 2 dan Rp 4.522.750/ha pada Bima 3 Bantimurung), dan untuk cara tanam legowo dengan populasi yang sama keuntungan yang diperoleh bertambah pada kedua varietas tersebut masing-masing 12,43% untuk Bisi 2 dan 24,47% Bima 3 Bantimurung. Demikian pada populasi 71.428 tanaman/ha cara tanam normal terhadap cara tanam legowo terdapat juga peningkatan keuntungan 4,68% pada Bisi 2 dan 4,92 Bima 3 Bantimurung. Cara tanam yang memberikan keuntungan terbesar pada cara legowo populasi 71.428 tanaman/ha baik pertanaman Bisi 2 (Rp 6.903.000/ha) maupun Bima 3 Bantimurung (Rp 7.027.500/ha). Bila dibandingkan keuntungan kedua cata tanam legowo Bisi 2 maka dengan populasi 71.428 tanaman/ha diperoleh peningkatan keuntungan 4,68% dari popoulasi 66.666 tanaman/ha, sedangkan pada Bima 3 Bantimurung peningkatan keuntungannya 24,84%. Ratio biaya per kg biji kedua pertanaman hibrida tersebut sekitar Rp 973-1.171. Demikian pada nilai pengembalian sarana produksi (NPSP) dan nilai pengembalian tenaga kerja (NPTK) pada Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung pada keempat cara tanam yang diamati nilainya > 1 (Tabel 3), berarti setiap penambahan biaya Rp 1,- untuk biaya sarana produksi maupun biaya tenaga kerja akan memberikan keuntungan yang lebih besar dari Rp 1,-. Hal ini menunjukkan keempat cara tanam yang dievaluasi layak untuk diterapkan. Walaupun demikian, cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) memberikan keuntungan lebih besar baik pada Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung, demikian pula nilai pada NPSP (2,63 dan 2,68) serta NPTK (2,54 dan 2,72) lebih besar dari ketiga cara tanam lainnya. Sama halnya dengan nilai R/C ratio 706

Seminar Nasional Serealia, 2013 lebih besar masing-masing 1,79 untuk pertanaman Bisi 2 dan 1,85 pertanaman Bima 3 Bantimurung, sehingga cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm lebih efisien diterapkan dalam usahatani jagung untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Tabel 3. Analisis usahatani varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung pada empat cara tanam di lahan kering. Gowa Sulawesi Selatan, MT I 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Bisi 2 Biaya saprodi (Rp) 4.225.000 4.225.000 4.225.000 4.225.000 Biaya t. kerja (Rp) 4.633.500 4.336.500 4.738.000 4.496.000 Total biaya UT 8.858.500 8.561.500 8.963.000 8.721.000 Hasil (t/ha) 8,18 8,42 8,64 8,68 Penerimaan 14.724.000 15.156.000 15.552.000 15.624.000 Keuntungan 5.865.500 6.594.500 6.589.000 6.903.000 R/C ratio 1,66 1,77 1,74 1,79 NPSP 2,39 2,56 2,56 2,63 NPTK 2,27 2,52 2,39 2,54 Ratio biaya/kg biji 1.082,95 1.016,81 1.037,38 1.004,72 Bima 3 Bantimurung Biaya saprodi (Rp) 4.175.000 4.175.000 4.175.000 4.175.000 Biaya t. kerja (Rp) 4.244.250 4.109.750 4.192.750 4.097.500 Total biaya UT 8.419.250 8.284.750 8.367.750 8.272.500 Hasil (t/ha) 7,19 7,73 8,37 8,50 Penerimaan 12.942.000 13.914.000 15.066.000 15.300.000 Keuntungan 4.522.750 5.629.250 6.698.250 7.027.500 R/C ratio 1,54 1,68 1,80 1,85 NPSP 2,08 2,35 2,60 2,68 NPTK 2,07 2,37 2,60 2,72 Ratio biaya/kg biji 1.170,97 1.071,77 999,73 973,24 Sumber: Data primer, 2011 Keterangan: - Harga pipil jagung = Rp 1.800/kg Harga benih Bima 3 = Rp 45.000/kg Harga saromil = Rp 1.000/g - Harga urea = Rp 1.800/kg Harga benih Bisi 2 = Rp 50.000/kg 1 HOK = 8 jam - Harga phonska = Rp 2.600/kg Harga gramoxon = Rp 55.000/l Harga calaris = Rp 155.000/l - Harga furadan = Rp 15.000/kg Biaya tenaga kerja = Rp 35.000/HOK Memipil = Rp75/kg Pertanaman pada MT II Pertanaman MT II 2011 yang dilakukan sekitar dua minggu sebelum panen pertanaman I membantu dalam hal pembiayaan usahatani karena tidak mengeluarkan biaya pengolahan tanah (Rp 800.000/ha) dan waktu tanam pun bisa lebih cepat. Pada MT II pemberian air ke pertanaman cukup tinggi (12 kali) karena sangat kurang turun hujan sehingga biaya pengairannya lebih besar daripada pertanaman MT I. Besarnya biaya sarana produksi yang digunakan MT II baik pertanaman Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung masing-masing Rp 5.275.000 dan Rp 5.225.000/ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. 707

Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida Tabel 4. Sarana produksi yang digunakan pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Gowa Sulawesi Selatan, MT II 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai Bisi 2 Benih (kg) 20 1.000.000 20 760.000 20 760.000 20 760.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 Jumlah biaya 5.275.000 5.275.000 5.275.000 5.275.000 Bima 3 Benih (kg) 20 900.000 20 900.000 20 900.000 20 900.000 Urea (kg) 500 650.000 500 650.000 500 650.000 500 650.000 Phonska (kg) 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 400 1.440.000 Gramoxon (l) 2 110.000 2 110.000 2 110.000 2 110.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 1 155.000 1 155.000 Saromil (g) 50 50.000 50 50.000 50 50.000 50 50.000 Furadan (kg) 8 120.000 8 120.000 8 120.000 8 120.000 Bensin (l) 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 360 1.800.000 Jumlah biaya 5.225.000 5.225.000 5.225.000 5.225.000 Sumber: Data primer, 2011 Pada Tabel 5 terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja MT II yang tinggi pada kegiatan menanam, menyiang dan membumbung, serta panen. Biaya tenaga kerja kedua varietas hibrida yang ditanam tidak berbeda jauh antara empat cara tanam yang dievaluasi. Pada pertanaman Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung biaya tenaga kerja tertinggi sekitar Rp 2,5 juta/ha, yaitu Bisi 2 pada cara tanam legowo yang jarak tanam 100-50 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) sebesar Rp 2.505.650,- dan untuk Bima 3 Bantimurung pada cara tanam normal 75 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) sebesar Rp 2.507.400,-. Demikian halnya biaya tenaga kerja terendah sekitar 2,3 juta/ha, pertanaman Bisi 2 cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (pop. 71.428 tan/ha) Rp 2.295.300 dan pada Bima 3 Bantimurung jarak tanam 70 cm x 20 cm (pop.71.428 tan/ha) sebesar Rp 2.271.850. 708

Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 5. Penggunaan tenaga kerja dan nilainya pada pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung berdasarkan cara tanam. Gowa Sulawesi Selatan, MT II 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) Bisi 2 HOK Tanam 7 245.000 8 280.000 7 245.000 7 245.000 Pemupukan 2 x 18 630.000 19 665.000 20 700.000 18 630.000 Menyiang dan membumbung 10 350.000 11 367.850 13 455.000 9 315.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 27 945.000 27 945.000 23 805.000 24 840.000 Penjemuran 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 583.500 618.750 642.000 661.500 Jumlah biaya 3.243.500 3.366.600 3.337.000 3.181.500 Bima 3 HOK Tanam 9 315.000 7 245.000 6 210.000 8 280.000 Pemupukan 2 x 18 630.000 19 665.000 18 630.000 19 665.000 Menyiang dan membumbung 12 420.000 9 332.150 11 385.000 10 350.000 Menyemprot 3x 3 105.000 3 105.000 3 105.000 3 105.000 Beri furadan 2x 4 140.000 4 140.000 4 140.000 4 140.000 Panen 26 910.000 23 805.000 23 805.000 27 945.000 Penjemuran 7 245.000 7 245.000 7 245.000 7 245.000 Pemipilan 585.000 597.750 618.000 637.500 Jumlah biaya 3.350.000 3.134.900 3.138.000 3.367.500 Sumber: Data primer, 2011 Pertanaman jagung hibrida pada MT II hasil yang dicapai juga masih dibawah potensi hasilnya seperti halnya pada MT I, dimana potensi hasil varietas Bisi 2 adalah 13 t/ha dan Bima 3 Bantimurung 10 t/ha pipilan kering (Syuryawati et al. 2007 dan Aqil et al. 2012). Rata-rata hasil Bisi 2 pada keempat cara tanam yang digunakan sekitar 7,78 8,82 t/ha dan untuk Bima 3 Bantimurung sekitar 7,80 8,50 t/ha. Hasil tertinggi Bisi 2 8,82 t/ha dan Bima 3 Bantimurung 8,50 t/ha pada cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (populasi 71.428 tan/ha). Sedangkan hasil terendah 7,78 t/ha (Bisi 2) dan 7,80 t/ha (Bima 3 Bantimurung) dihasilkan pada cara tanam normal 75 cm x 20 cm populasi 66.666 tanaman/ha (Tabel 6). Usahatani jagung hibrida Bisi 2 yang ditanam cara normal (populasi 66.666 tan/ha) meningkat hasilnya 6,05% (8,25 t/ha) Bisi 2 dan 2,18% (7,97 t/ha) Bima 3 Bantimurung dengan ditanam secara legowo pada populasi yang sama. Selanjutnya, dengan ditingkatkan populasi 71.428 tan/ha pada cara legowo terjadi peningkatan hasil 6,91% Bisi 2 dan 6,65% Bima 3 Bantimurung dengan capaian hasil biji masing-masing 8.82 dan 8,50 t/ha. Hasil analisis finansial usahatani kedua pertanaman jagung hibrida tersebut menunjukkan bahwa dengan hasil 8,82 t/ha yang tertinggi pada Bisi 2 maka diperoleh penerimaan Rp 18.522.000,-/ha dan Bima 3 Bantimurung dengan hasil tertinggi 8,50 t/ha diperoleh penerimaan sebesar Rp 17.850.000,-/ha (Tabel 6). Harga jagung pada 709

Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida MT II lebih tinggi Rp 2.100/kg jagung pipil dari MT I yaitu Rp 1.800/kg. Hal ini terjadi karena pasokan jagung di musim kemarau umumnya berkurang sehingga akan mempengaruhi tingkat harga jagung menjadi naik. Selain itu kualitas jagung yang dihasilkan pada musim kemarau lebih baik dibanding hasil jagung di musim hujan. Pada MT II keuntungan empat cara tanam yang dihasilkan bervariasi tergantung cara tanam dan populasi tanaman. Dengan cara tanam normal populasi 66.666 tanaman/ha keuntungan usahatani lebih rendah baik pada Bisi 2 (Rp 7.819.500/ha) maupun Bima 3 Bantimurung (Rp 7.805.000/ha), dan untuk cara tanam legowo dengan populasi yang sama keuntungannya naik 11,05% pada Bisi 2 dan 7,33% Bima 3 Bantimurung. Hal yang sama pada populasi 71.428 tanaman/ha bahwa cara legowo terjadi peningkatan keuntungan dari cara normal yaitu 7,49% Bisi 2 dan 3,54% Bima 3 Bantimurung. Cara tanam yang memberikan keuntungan tertinggi cara legowo populasi 71.428 tanaman/ha masing-masing Rp 10.065.500 Bisi 2 dan Rp 9.257.500 Bima 3 Bantimurung, dan terdapat peningkatan keuntungan 15,92% (Bisi 2) dan 10,51% (Bima 3 Bantimurung) dari cara legowo populasi 66.666 tanaman/ha. Nilai yang diperoleh terhadap perhitungan NPSP pada empat cara tanam, yang tertinggi pada kedua varietas hibrida tersebut pada cara legowo populasi 71.428 tanaman/ha yaitu 2,91 (Bisi 2) dan 2,77 (Bima 3 Bantimurung). Sama dengan NPTK, yang tertinggi pada Bisi 2 cara tanam legowo populasi 71.428 tanaman/ha yaitu 4,16 sedangkan pada Bima 3 Bantimurung yang tertinggi cara tanam normal dengan populasi tanaman yang sama (71.428 tan/ha) yaitu 3,85, berikut cara tanam legowo populasi 71.428 tanaman/ha yaitu 3,75. Ratio biaya per kg biji kedua pertanaman hibrida ini dengan empat sistem tanam yang diuji sekitar Rp 960-1.100 (Tabel 6). Empat cara tanam yang diamati semuanya menguntungkan sehingga baik untuk diterapkan, dan yang lebih besar keuntungannya diperoleh cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm (populasi 71.428 tanaman/ha) baik pada Bisi 2 maupun Bima 3 Bantimurung. Hal ini ditunjang pula dengan nilai R/C ratio yang dihasilkan lebih tinggi dari sistem tanam lainnya, yaitu masing-masing 2,19 pada Bisi 2 dan 2,08 Bima 3 Bantimurung. Dengan demikian usahatani jagung hibrida tersebut cara tanam legowo dengan populasi 71.428 tanaman/ha lebih efisien dan keuntungan yang dihasilkan lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. 710

Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 6. Analisis usahatani pertanaman varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung pada empat cara tanam di lahan kering. Gowa Sulawesi Selatan, MT II 2011 Uraian (per ha) Cara tanam 75 cm x 20 cm 100-50 cm x 20 cm 70 cm x 20 cm 100-40 cm x 20 cm Bisi 2 Biaya saprodi (Rp) 5.275.000 5.275.000 5.275.000 5.275.000 Biaya t. kerja (Rp) 3.243.500 3.366.600 3.337.000 3.181.500 Total biaya UT 8.518.500 8.641.600 8.612.000 8.456.500 Hasil (t/ha) 7,78 8,25 8,56 8,82 Penerimaan (Rp) 16.338.000 17.325.000 17.976.000 18.522.000 Keuntungan (Rp) 7.819.500 8.683.400 9.364.000 10.065.500 R/C ratio 1,92 2,00 2,09 2,19 NPSP 2,48 2,65 2,78 2,91 NPTK 3,41 3,58 3,81 4,16 Ratio biaya/kg biji 1.094,92 1.047,47 1.006,07 958,79 Bima 3 Bantimurung Biaya saprodi (Rp) 5.225.000 5.225.000 5.225.000 5.225.000 Biaya t. kerja (Rp) 3.350.000 3.134.900 3.138.000 3.367.500 Total biaya UT 8.575.000 8.359.900 8.363.000 8.592.500 Hasil (t/ha) 7,80 7,97 8,24 8,50 Penerimaan (Rp) 16.380.000 16.737.000 17.304.000 17.850.000 Keuntungan (Rp) 7.805.000 8.377.100 8.941.000 9.257.500 R/C ratio 1,91 2,00 2,07 2,08 NPSP 2,49 2,60 2,71 2,77 NPTK 3,33 3,67 3,85 3,75 Ratio biaya/kg biji 1.099,36 1.048,92 1.014,93 1.010,88 Sumber: Data primer, 2011 Keterangan: - Harga pipil jagung = Rp 2.100/kg Harga benih Bima 3 = Rp 45.000/kg Harga saromil = Rp 1.000/g - Harga urea = Rp 1.800/kg Harga benih Bisi 2 = Rp 50.000/kg 1 HOK = 8 jam - Harga phonska = Rp 2.600/kg Harga gramoxon = Rp 55.000/l Harga calaris = Rp 155.000/l - Harga furadan = Rp 15.000/kg Biaya tenaga kerja = Rp 35.000/HOK Memipil = Rp75/kg KESIMPULAN Hasil yang dicapai pertanaman MT I pada empat cara tanam varietas Bisi 2 ratarata sekitar 8,16 8,68 t/hat dan Bima 3 Bantimurung 7,19 8,50 t/ha. Hasil yang dicapai Bisi 2 cara tanam legowo populasi 66.666 tanaman/ha meningkat 2,9% dari cara tanam normal dengan capaian hasil 8,42 t/ha sementara varietas Bima 3 Bantimurung meningkat 7,5% dengan capaian hasil 7,73 t/ha. Jika populasi dinaikkan menjadi 71.428 tanaman/ha dengan cara tanam legowo meningkatkan hasil 0,46% dengan hasil biji 8,68 t/ha untuk Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung 1,55% dengan hasil biji 8,50 t/ha. Pada MT II hasil rata-rata pada empat cara tanam varietas Bisi 2 7,78 8,82 t/ha dan Bima 3 Bantimurung sekitar 7,80 8,50 t/ha. Varietas Bisi 2 ditanam secara legowo populasi 66.666 tanaman/ha hasilnya meningkat 6,0% dari cara tanam normal dengan hasil biji 8,25 t/ha sedangkan Bima 3 Bantimurung meningkat 2,2% dengan hasil 7,79 t/ha, Jika populasi dinaikkan sampai 71.428 tanaman/ha maka cara tanam legowo meningkatkan hasil 3,0% dengan capaian hasil 8,82 t/ha untuk 711

Syuryawati: Keragaan Usahatani Jagung Hibrida varietas Bisi 2 dan Bima 3 Bantimurung meningkat hasilnya 3,2% dengan capaian hasil 8,50 t/ha. Empat cara tanam yang dievaluasi semuanya efisien diterapkan karena menguntungkan dengan nilai R/C ratio >1 demikian pula NPSP dan NPTK >1. Keuntungan usahatani teringgi diperoleh pada cara tanam legowo 100-40 cm x 20 cm populasi 71.428 tanamn/ha, pada Bisi 2 MT I sebesar Rp 6.903.000/ha dengan R/C ratio 1,79 dan Bima 3 Bantimurung sebesar Rp 7.043.950/ha dengan R/C ratio 1,85. Sedangkan pada MT II keuntungan tertinggi yang diperoleh varietas Bisi 2 Rp 10.065.500/ha dengan R/C ratio 2,19 dan Bima 3 Bantimurung sebesar Rp 9.257.500/ha dengan R/C ratio 2,08. UCAPAN TERIMA KASIH Kami sampaikan terima kasih kepada Ir. Zubachtirodin sebagai penaggung jawab RPTP atas segala fasilitas dan bimbingannya selama penelitian dan terima kasih pula disampaikan kepada Ir. Roslina Amir atas kerjasamanya dalam penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1987. Latihan Penelitian Sistem Usahatani. Bahan Latihan. P3NT. NTASP. Vol 2. Aqil, M., C. Rapar, dan Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi Ketujuh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. 134 p. Balitsereal. 2011 Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 46 p. Balitsereal. 2012 Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 50 p. Syuryawati, C. Rapar, dan Zubachtirodin. 2007. Deskripsi Varietas Unggul Jagung Edisi Kelima. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. 115 p. Syuryawati dan Zubachtirodin. 2012. Peluang usahatani jagung hibrida pada perbaikan cara tanam (Legowo) di lahan kering. Dalam Prosiding Seminar Nasional Serealia. Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal. 297-304. 712