BAB IV PEMBAHASAN. Setelah melakukan beberapa langkah/usaha mencari alat dan bahan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Poros Berulir (Screw) Untuk Pengupas Kulit Ari Kedelai Berbahan Dasar Aluminium Bekas dan Piston Bekas

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

ANALISA KEKUATAN TARIK DAN KOMPOSISI BAHAN PADUAN ALUMINIUM LIMBAH PISTON DENGAN METODE METAL CASTING UNTUK BAHAN JENDELA KAPAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Sesudah dilakukan pengujian Uji Tarik dan Struktur Mikro pada Baja SS-400,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

III. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI TEKNIK PEMBUATAN KERIS PADA KOMPOSIT LAMINATE BAJA- NIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

ANALISIS SIFAT MEKANIK LAS TIG PADA PLAT ALUMINIUM SERI 5 DENGAN VARIABEL KUAT ARUS 65; 70; 75 A UNTUK MANUFAKTUR KENDARAAN AIR SAMPAN (CANOE)

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK DRY CELL SEBAGAI PENGIKAT TERAK PADA PENGECORAN LOGAM TERHADAP KUALITAS HASIL CORAN

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PENGARUH CHILLER PENDINGIN PADA KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN 4.1.Pembuatan Spesimen Setelah melakukan beberapa langkah/usaha mencari alat dan bahan untuk melengkapi proses penelitian yang telah peneliti lakukan dengan cara sebagai berikut : 4.1.1. Piston Bekas Piston ini merupakan salah satu bahan bagian dari alat penelitian, yang berfungsi sebagai bahan campuran dalam pembuatan sepesimen. Gambar 4.1 Piston bekas. 4.1.2. Aluminium Aluminium merupakan unsur non ferrous yang paling banyak terdapat di bumi yang merupakan logam ringan yang mempunyai sifat yang ringan, ketahanan korosi yang baik serta hantaran listrik dan panas yang baik, mudah dibentuk baik melalui proses pembentukan maupun permesinan, dan sifat-sifat 52

53 yang baik lainnya sebagai sifat logam.aluminium merupakan salah satu bahan sebagai campuran seker untuk memulai pencetakan. Gambar 4.2 Aluminium. 4.1.3. Ti-B (Titanium-Boron) Titanium-Boron (Ti-B) ini berfungsi sebagai campuran dalam bentuk batangan, namun didalam proses campuran Ti-B tetap dilebur dan dicampur pisaton bekas dan aluminium untuk diproses peleburan sehingga bisa berbentuk seperti apa yang kita inginkan tergantung cetakan. Selain itu juga Ti-B berfungsi sebagai penutup pori-pori aluminium dan campurannya sehingga bisa terlihat lebih padat dan menghasilkan hasil yang maksimal. Gambar 4.3 Ti-B.

54 4.1.4. Termokopel Termokopel ini berfungsi untuk mengukur suhu pada cetakan pada suatu benda. Dimana cara penggunaan termokopel ini adalah : ambil cetakan yang sudah dipanaskan lalu ukurlah suhu cetakan dengan ukuran yang diinginkan, pastikan termokopel mengeluarkan sinar inprared (titik merah) lalu arahkan ke cetakan sampai menunjukkan hasil pengukuran yang sudah tampak di kaca digital termokopel tersebut, jika angka yang kita inginkan sudah mulai muncul pada digital termokopel maka tuanglah hasil dari campuran aluminum, piston bekas dan Ti-B yang sudah dipanaskan kedalam cetakan tersebut. (Lalu Alpan) Gambar 4.4 Termokopel. 4.2.1. Komposisi Bahan Komposisi kimia itu adalah gabungan dari beberapa unsur kimia yang terdapat pada suatu material, misalnya material baja komposisi kimianya ada karbon, besi, phosphor, sulfur dll. Komposisi menunjukan bahan-bahan pembentuk/penyusun suatu senyawa yang selalu berikatan/bergabung dalam jumlah atau rasio yang konstan. Senyawa kimia terdiri dari berbagai macam unsur

55 penyusunnya. Secara umum komposisi menunjukkan berapa banyak bagian unsur tersebut dalam senyawa kimia. Secara sederhana tidak jauh berbeda jika mencampurkan sirup dengan air, jika komposisi air : sirup = 1:1, berarti dalam campuran tersebut, komposisinya air 50% dan sirup 50%. Dalam kimia perhitungan dapat dilakukan dengan fraksi berat, fraksi mol, atau bahkan fraksi atom. Sedangkan komposisi specimen yang dicetak dengan berbagai variasi suhu diantaranya : 1. Raw Material 2. Ti-B 200ºC 3. Ti-B 300ºC Tabel 4.1. Hasil perbandingan komposisi bahan. Raw Material Ti-B 200ºC Ti-B 300ºC Unsur % Unsur % Unsur % Si 7,4991 Si 7,5388 Si 7,4275 Fe 0,6764 Fe 0,6630 Fe 0,6739 Cu 1,3517 Cu 1,3068 Cu 1,3184 Mn 0,1360 Mn 0,1205 Mn 0,1209 Mg 0,4513 Mg 0,4621 Mg 0,4962 Cr 0,0186 Cr 0,0181 Cr 0,0183 Ni 0,4072 Ni 0,5070 Ni 0,5238 Zn 2,0476 Zn 1,4862 Zn 1,4471 Ti 0,0462 Ti 0,0400 Ti 0,0409

56 Ca 0,0000 Ca 0,0000 Ca 0,0000 P 0,0008 P 0,0008 P 0,0008 Pb 0,2206 Pb 0,1350 Pb 0,1280 Sb 0,0012 Sb 0,0000 Sb 0,0000 Sn 0,0126 Sn 0,0263 Sn 0,0249 Al 87,13 Al 87,69 Al 87,78 4.2.2. Fungsi Dari Bahan Baku atau Raw Material Karena menjadi item atau bahan utama yang akan mengalami proses produksi, sudah barang tentu fungsi raw material ini sangatlah vital dalam proses bisnis manufaktur. Bisa kita bilang, ketidak-adaan raw material bisa berakibat pada terhentinya proses produksi (off production) pada pabrik, dan jika terusmenerus terjadi tanpa ada pembenahan, bisa membuat pabrik bangkrut atau pailit. Jadi, secara singkat dapat kita katakan bahwa raw material adalah sumber utama dari bisnis manufaktur itu sendiri. Biasanya, untuk mendapatkan raw material, pabrik yang bersangkutan membeli dari vendor yang dilakukan oleh departemen purchasing. Bahan baku atau raw material sendiri adalah satu dari sekian banyak jenis item yang ada di dalam pabrik, bersama dengan bahan penolong, sparepart, barang setengah jadi, dan masih banyak lainnya. Barang-barang itu kemudian disimpan di dalam masing-masing gudang/warehouse yang setiap periode dicek stoknya agar tidak mengganggu proses produksi.

57 4.3. Pengambilan Data Pengujian Tarik a. Proses pembuatan cetakan pasir Cup and Drag Gambar 4.5 Cup and Drag. Proses pembuatan cetakan pasir adalah antara lain: Persiapkan flask, lantai yang bersih dan pola kayu produk dan gating systemnya. Perlu di ingat agar pola kayu sudah di lakukan waxing dalam lilin batangan. Pembuatan pasir inti dari backing sand. Pembuatan inti di lakukan berulang-ulang. Karena inti yang dihasilkan terdapat retak, hal ini terjadi karena kurang padatnya inti pada proses ramming atau proses pencabutan dari cetakan inti yang terlalu tergesa-gesa. Pisahkan cup and drag pola kayu, taburi tepung terigu pada lantai yang di bersihkan pola kayu bagian drag pertama kali di tutupi dengan pasir muka hingga seluruh bagian pola kayu (produk+gating system) tertutupi oleh pasir muka. Tambahkan dengan pasir belakang (backing sand), lalu di ramming dengan bantuan palu dan ramer agar pasir menjadi padat. Proses dilakukan sebanyak tiga kali setiap awal penaburan pasir di berikan guratan pada lapisan pasir sebelumnya. Bertujuan agar pasir menjadi homogen dan menyatu terikat antar partikel pasir. Balik drag serta lakukan

58 cup pada bagian atas posisi drag dengan posisi yang tetap. Untuk benda cor dengan pola belah, penempatan harus di lakukan dengan hati-hati agar pola dan gating systemnya tidak bergerak sehingga tidak menimbulkan cacat akibat pergeseran pola. Angkat pola yang telah dipadatkan dengan pasir dari bagian drag dan cup. Keluarkan pola yang berada pada cetakan pasir dengan menggunakan ulir. Pengeluaran pola harus dilakukan dengan hati-hati agar cetakan pasirnya tidak rusak. b. Proses Peleburan Aluminium Gambar 4.6 Proses Peleburan Pemanasan tidak lebih dari 770ºC. Diatas temperature tersebut akan terjadi kontaminasi gas H2 yang besar sehingga menjadi porositas pada produk cor. Gunakan selalu bahan baku dan alat-alat yang bersih dan kering. Untuk penggunaan bahan daur ulang maupun skrap, perhatikan kebersihannya (pasir cetak, oli, air, dll). Kurusidel harus bebas retak dan bersih dari sisa-sisa cairan maupun kotoran lainnya sebelum proses dimulai.

59 Bahan baku hanya di muatkan ke dalam korosibel yang telah panas. Demikian halnya peralatan, harus di panaskan terlebih dahulu sebelum di gunakan. Control temperature setelah pencairan harus sangat di perhatikan serta serendah mungkin sehingga kontaminasi gas dapat di tekan. c. Hasil Peleburan Gambar 4.7 Hasil Peleburan Permukaan cairan aluminium selalu di selimuti oleh Al 2 O 3. Selimut ini penting bagi pencegahan kontraminasi gas lainnya sehingga harus selalu dijaga utuh. Bila selimut ini rusak, akan segera terbentuk selimut baru sebagai hasil reaksi antara cairan Aluminium dengan udara. Hasil sampingan dari reaksi tersebut adalah gas H 2 yang masuk ke dalam cairan. Disamping itu, mengingat berat jenis oksida Aluminium mirip dengan Aluminium itu sendiri, maka pada saat rusak oksida ini dapat tenggelam dan menjadi inklusi.

60 4.3.1. Hasil Penelitian Spessimen Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing benda uji, pada pengujian specimen raw material didapatkan data seperti yang akan di tampilkan pada bab ini bersama dengan analisa pengujian dan pengamatan. 4.3.2. Gambar Specimen Raw Material Raw Material ini terbuat dari campuran antara piston bekas dengan Aluminium. Gambar 4.8 Raw Material. 4.3.3. Hasil Pembuatan Spesimen Hasil pembuatan specimen ini campuran antara Raw Material dan Ti-B. Gambar 4.9 Hasil Pembuatan Spesimen.

61 Dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9, ada specimen untuk dilakukan proses pembuatan campuran menggunakan Ti-B dengan variasi suhu 200ºC dan 300ºC yang akan diuji dengan pengujian tarik dan pengujian komposisi untuk masing-masing specimen. 4.3.4.Hasil Pengujian Spesimen Gambar 4.10 Hasil Pengujian Spesimen. 4.3.5.Penjelasan Proses Pembuatan Spesimen 1. Mempersiapkan bahan-bahan yang akan dicetak. 2. Mempersiapkan molding. 3. Melakukan proses peleburan yang akan dijadikan specimen. 4. Melakukan proses pemanasan cetakan (molding). 5. Mempersiapkan Ti-B sesuai dengan kebutuhan dalam pencampuran yang akan digunakan pada specimen dengan suhu molding 200ºC dan 300ºC. 6. Mempersiapkan alat pengukur suhu molding (termokopel). 7. Menyetel termokopel yang digunakan untuk mengukur suhu molding.

62 8. Arahkan termokopel pada molding sampai mengeluarkan titik merah atau sinar imprared sehingga mengeluarkan suhu dengan ukuran tertentu. 9. Proses selanjutnya menuangkan aluminium yang sudah dilebur didalam wadah peleburan kemudian tunggu beberapa menit untuk melihat dan mengambil hasil cetakan tersebut. 10. Potonglah hasil dari pencetakan terakhir dengan presisi. 11. Bawa specimen yang sudah dicetak ke ruang Lab pengujian. Gambar 4.11 Hasil Uji Tarik dan Uji Komposisi Dengan Variasi Suhu Molding 200ºC dan 300ºC. 4.4. Hasil Pengujian Tarik 4.4.1. Analisa Data Dalam pelaksanaan uji tarik besarnya tegangan (σ) dan regangan (ε) yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

63 Pu σu = Aօ Dengan : L-Lօ ε = x 100% Lօ σu : Tegangan Tarik (N/mm²). ε : Regangan (%) Pu : Beban Tarik (KN). Aօ : Luas Penampang Tarik Mula-mula (mm²). Lօ : Panjang Awal Spesimen. L : Panjang Akhir Spesimen. Contoh : Pu σu = Aօ(TxL) 20 σu = 5,56x6,94 20 σu = 38,5864 σu= 0,5183 KN/mm² σu= 518,3 N/mm² 4.4.2. Data Hasil Pengujian Tarik Dalam pengujian dan melihat grafik hasil kekuatan tarik yang dapat diproleh dua kelompok specimen uji tersebut maka hasil pengujian tarik ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut :

64 Tabel 4.2 hasil Pengujian Tarik, untuk specimen Raw Material. No Kode Lebar Tebal Tegangan Panjang Panjang Beban Pertambahan Regangan specimen Tarik Awal Akhir Maksimal Panjang ( ʟ) (ε) (σu) (Lօ) (Lf) (KN) (%) (N/mm²) 1 Raw 6,02 4,60 722,2 25 25,42 20 0,42 1,68 Hasil dari pengujian untuk kode spesimen Raw Material dengan lebar 6,02 mm, tebal 4,60 mm, tegangan tarik (σu) 722,2 N/mm², panjang awal (Lo) 25 mm, panjang akhir (Lf) 25,42 mm, beban maksimal 20 KN, pertambahan panjang ( ʟ) 0,42 dan regangan (ε) 1,68. Untuk mengetahui hasil dari tegangan tarik (σu) terlebih dahulu diketahui rumus sebagai berikut : Pu σu = Aօ(TxL) yang dimana Pu itu merupakan beban maksimal (KN) dibagi dengan Aօ, hasil dari Ao yaitu jumlah tebal kali lebar. Dapat dilihat dari contoh diatas. Tabel 4.3 Perbandingan dari hasil Pengujian Tarik, untuk specimen Ti-B 200ºC. No Kode Lebar Tebal Tegangan Panjang Panjang Beban Pertambahan Regangan specimen Tarik Awal Akhir Maksimal Panjang ( ʟ) (ε) (σu) (Lօ) (Lf) (KN) (%) (N/mm²) 1 Ti-B 200ºC 6,94 5,90 488,4 25 25,92 20 0,92 3,68 Hasil dari pengujian untuk kode spesimen Ti-B 200ºC dengan lebar 6,94 mm, tebal 5,90 mm, tegangan tarik (σu) 488,4 N/mm², panjang awal (Lo) 25 mm, panjang akhir (Lf) 25,92 mm, beban maksimal 20 KN, pertambahan panjang

65 ( ʟ) 0,92 dan regangan (ε) 3,68. Untuk mengetahui hasil dari tegangan tarik (σu) terlebih dahulu diketahui rumus sebagai berikut : Pu σu = Aօ(TxL) yang dimana Pu itu merupakan beban maksimal (KN) dibagi dengan Aօ, hasil dari Ao yaitu jumlah tebal kali lebar. Dapat dilihat dari contoh diatas. Tabel 4.4 Perbandingan dari hasil Pengujian Tarik, untuk Spesimen Ti-B 300ºC. N Kode Leba Teba Teganga Panjan Panjan Beban Pertambaha Reganga o spesime r l n Tarik g Awal g Maksim n Panjang n (ε) n (mm (σu) (Lօ) Akhir al (KN) ( ʟ) (%) ) (N/mm²) (Lf) 1 Ti-B 300ºC 6,04 5,60 591,2 25 25,9 20 0,9 3,6 Hasil dari pengujian untuk kode spesimen Ti-B 300ºC dengan lebar 6,04 mm, tebal 5,60 mm, tegangan tarik (σu) 591,2 N/mm², panjang awal (Lo) 25 mm, panjang akhir (Lf) 25,9 mm, beban maksimal 20 KN, pertambahan panjang ( ʟ) 0,9 dan regangan (ε) 3,6. Untuk mengetahui hasil dari tegangan tarik (σu) terlebih dahulu diketahui rumus sebagai berikut : Pu σu = Aօ(TxL) yang dimana Pu itu merupakan beban maksimal (KN) dibagi dengan Aօ, hasil dari Ao yaitu jumlah tebal kali lebar. Dapat dilihat dari contoh diatas.

66 Grafik nilai rata-rata untuk pengujian tarik Raw Material,Ti-B Suhu Molding 200ºC dan Suhu Molding 300ºC. 800 Data Pengujian Tarik 600 400 200 0 Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Raw TiB 200 TiB 300 Diagram Regangan 400 300 200 100 0 Data Regangan Specimen 1 Specimen 2 Specimen 3 Raw Ti-B 200 Ti-B 300 4.4.3. Pembahasan Pengujian Tarik Pada tabel 3 (4.2, 4.3, dan 4.4 ) dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kekuatan tarik pada variasi suhu molding 200ºC dan 300ºC adalah Raw Material dengan tegangan tarik 132,8 (N/mm²) dan panjang akhir 25,42, Ti-B 200ºC dengan tegangan tarik 115,2 (N/mm²) dan panjang akhir 25,92, dan Ti-B 300ºC dengan tegangan tarik 132,4 (N/mm²) dan panjang akhir 25,9. Hal ini

67 menunjukkan bahwa Row Material lebih bagus dan efisien karena menghasilkan kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan variasi Ti-B 200ºC dan Ti- B 300²C. Sehingga pada pengujian ini menunjukan sifat Raw Material dengan campuran antara piston bekas dan aluminium, sehingga menghasilkan kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan variasi Ti-B dengan suhu molding 200ºC dan 300