Metodologi Penelitian Ikan Karang

dokumen-dokumen yang mirip
METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

TEKNIK PENGAMATAN TUTUPAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN TRANSEK GARIS (LINE INTERCEPT TRANSECT) DI PULAU KUMBANG KEPULAUAN KARIMUN JAWA

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

G.2.7. Wilayah Takad Saru. G.2.8. Wilayah Kotal. Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad Saru StatSoft-7 1,4 42,10 1,2 39,43 1,0 36,75 0,8

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

KONDISI IKAN HERBIVORA DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERAIRAN TELUK BAKAU, PULAU BINTAN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

THE CORAL REEF CONDITION IN BERALAS PASIR ISLAND WATERS OF GUNUNG KIJANG REGENCY BINTAN KEPULAUAN RIAU PROVINCE. By : ABSTRACT

Komposisi dan Struktur Komunitas Ikan Kepe-Kepe (Famili Chaetodontidae) di Perairan Pantai Taman Nirwana, Kota Padang

ANALYSIS OF BUTTERFLY FISH (CHAETODONTIDAE) ABUNDANCE IN THE CORAL REEF ECOSYSTEM IN BERALAS PASIR ISLAND BINTAN REGENCY ABSTRACT

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(3), September 2014 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT TANGKAP IKAN HIAS RAMAH LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI GOSONG KARANG LEBAR KEPULAUAN SERIBU

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

PENDAHULUAN. Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK HABITAT DENGAN KELIMPAHAN IKAN HIAS INJEL NAPOLEON POMACANTHUS XANTHOMETAPON DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

Keputusan Kepala Badpedal No. 47 Tahun 2001 Tentang : Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELIMPAHAN SERTA PREDASI Acanthaster planci di PERAIRAN TANJUNG KELAYANG KABUPATEN BELITUNG. Anugrah Dwi Fahreza, Pujiono Wahyu P., Boedi Hendrarto*)

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metode Pemantauan Biologi Untuk Menilai Kesehatan Terumbu Karang dan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia Versi 1.

3 METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

Kondisi Terumbu Karang Dan Potensi Ikan Di Perairan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Beras Basah Kotamadya Bontang

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

JAKARTA (22/5/2015)

KONDISI KOMUNITAS TERUMBU KARANG DI PANTAI BIAS PUTIH DESA BUGBUG KECAMATAN KARANGASEM KABUPATEN KARANGASEM BALI

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diterima : 5 Juni 2012 : ABSTRAK

SPERMONDE (2017) 2(3): ISSN:

KELIMPAHAN IKAN HERBIVORA SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERAIRAN TELUK BAKAU

Kondisi terumbu buatan berbahan beton pada beberapa perairan di Indonesia 1. Munasik

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

Maspari Journal 03 (2011) 42-50

BAB III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung. Perameter yang diamati dalam penelitian adalah jenis-jenis

JURNAL KELIMPAHAN DAN POLA PENYEBARAN BULU BABI (ECHINOIDEA) DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PANTAI PASIR PUTIH, SITUBONDO

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebuah Temuan Awal dari XPDC Alor Flotim Penulis: Amkieltiela Marine Science and Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia

4 UJI COBA PENGGUNAAN INDEKS DALAM MENILAI PERUBAHAN TEMPORAL RESILIENSI TERUMBU KARANG

SURVEI. Hal yang perlu diperhatikkan dalam merancang survei. Persyaratan Ilmiah dalam perencanaan survei 6/7/2013

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA DETEKSI KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU AKIBAT AKTIVITAS PARIWISATA

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10. Nomor. 1. Tahun 2016

BAHAN DAN METODE. Posisi Penelitian Bujur Timur (BT) I Lintang Selatan (LS) 106' 34'. 647" 106' 34'. 892" 106' 34'. 09,l" 106' 33'.

STUDI TUTUPAN KARANG DI PULAU JANGGI KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3 METODOLOGI PENELITIAN

Tutupan Terumbu Karang dan Kelimpahan Ikan Terumbu di Pulau Nyamuk, Karimunjawa

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

Perbedaan Presentasi Penutupan Karang di Perairan Terbuka dengan Perairan yang Terhalang Pulau-Pulau. di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta.

Coral reef condition in several dive points around Bunaken Island, North Sulawesi

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo

Metode Pemantauan Biologi Untuk Menilai Kesehatan Terumbu Karang dan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia Versi 1.

7 PEMBAHASAN UMUM. 7.1 Beragam Pilihan Dalam Penggunaan Metode Transek Foto Bawah Air

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB III METODE PENELITIAN

4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO BAWAH AIR DENGAN TRANSEK SABUK DAN TRANSEK GARIS INTERSEP

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Jatinangor, Januari I Putu Andika Wibisana. iii

Coral reefs and macro invertebrates condition in Ujong Pancu, Peukan

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013 ISSN:

3. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Metodologi Penelitian Ikan Karang Sasanti R. Suharti Pendahuluan Terumbu karang memiliki nilai estetik dan ekonomi yang sangat penting untuk menunjang pariwisata dan perikanan. Informasi mengenai kondisi dan keanekaragaman hayati dari kumpulan populasi yang hidup didalamnya sangat penting untuk pengelolaan ekosistem ini. Keberadaan ikan di terumbu karang sangat tegantung pada kondisi terumbu karang itu sendiri. Beberapa kelompok ikan menunjukkan kecenderungan kelimpahan yang meningkat untuk jangka waktu yang panjang pada kondisi terumbu karang dengan presentasi tutupan karang yang tinggi. Sementara pada kondisi terumbu karang dngan presentasi tutupan yang rendahpun dijumpai peningkatan kelimpahan pada beberapa kelompok ikan. Hal demikian masih belum dapat diterangkan secara jelas. Tujuan dari penelitian ikan karang ini yaitu untuk dijadikan dasar monitoring jangka panjang yang dapat memberikan informasi mengenai kecenderungan pertumbuhan populasi (meningkat atau menurun) dari kelompok kunci organisme di terumbu karang (terutama bulu seribu, karang, ikan karang dan algae) dalam skala ruang yang memadai. Monitoring -. Latar belakang Puslit Oseanografi, dalam hal ini COREMAP, melakukan program monitoring jangka panjang di beberapa wilayah terumbu karang di perairan Indonesia. Kegiatan ini didasari dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kondisi terumbu karang, antara lain mengenai faktor variable ekologi yang berpengaruh pada organisme yang menjadi target monitoring (Ikan karang dan organisme bentik dalam hal ini karang, algae, bulu seribu, teripang, kima, trochus) -. Cakupan dan batasan dari program monitoring Program jangka panjang ini dilakukan untuk melihat perubahan secara regional dalam kecenderungan populasi ikan di terumbu karang. Tujuan dari kegiatan monitoring adalah untuk melihat perubahan yang terjadi didalam ekosistem terumbu karang. Seperti diketahui terumbu karang selalu mengalami perubahan melalui prosesproses alami seperti rekruitmen,, pertumbuhan, kematian dan gangguan alami lainnya (badai, tsunami, gunung berapi). Fungsi utama dari monitoring jangka panjang adalah untuk mendokumentasikan status dan menggambarkan/menjelaskan perubahan dalam ekosistem terumbu karang di lokasi yang diamati. Informasi ini memiliki kontribusi yang sangat nyata bagi

pengelolaan terumbu karang, juga masukan bagi pemerintah dan pemerhati terumbu karang baik di dalam maupun di luar negri Tujuan khusus 1. memonitor kondisi dan perubahan dalam sebaran dan kelimpahan ikan karang 2. memberikan gambaran ekologi/lingkungan kepada pemangku kepentingan (stake holder) dan, pemerinah setempat tentang bagaimana menilai dampak dari kegiatan manusia di terumbu karang dengan dasar untuk mengelola ekosistem ini secara lestari METODE PENGKAJIAN KOMUNITAS IKAN KARANG TUJUAN: Memberikan ketrampilan pada para peserta untuk menerapkan metode penelitian guna mengkaji kondisi terumbu karang PEMILIHAN METODE Metode yang dipergunakan harus memenuhi kriteria berikut: 1. Metode harus dapat diterapkan secara cepat dengan tenaga manusia serta peralatan yang minimum 2. Informasi yang didapat harus relevan dengan tujuan pengelolaan dan masalah yang menggambarkan peruntukannya. Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka ada 2 persyaratan utama : 1. Metode harus dapat menghasilkan data semikuantitatif sehingga dapat dipakai untuk membandingkan dua komunitas ikan 2. Harus dapat digunakan untuk mengkaji nilai tertentu dari suatu ekosistem terumbu karang berdasarkan komunitas ikannya. SENSUS VISUAL IKAN KARANG TUJUAN : Menilai dan memonitor ikan karang Sensus visual merupakan gabungan dari 2 tehnik: 1. Melihat perbedaan dari kumpulan ikan karang pada lokasi yang berbeda dengan memakai kategori kelimpahan. Hasilnya dipakai sebagai data dasar untuk pembuatan zonasi, managemen dan monitoring di daerah terumbu karang. 2. Tehnik menghitung individu ikan dan memperkirakan panjang total ikan. Hasilnya untuk menentukan standing stock dan struktur ukuran populasi untuk ikan ikan tertentu yang menjadi target nelayan Tehnik sensus untuk menentukan kelimpahan ikan. Ada beberapa tehnik dalam sensus 1. Transek belt (belt transect) 2. Menghitung dengan waktu yang ditentukan (timed counts) 3. Menghitung dengan posisi diam (stationary counts) 4. Transek dengan memakai video (video transect)

Tehnik sensus ini dapat dibagi dalam 2 kelompok 1. Merusak (destructive) - Menangkap dan mengoleksi spesimen: ikan dibunuh, ditangkap dengan jaring, atau dengan obat bius kemudian diawetkan. - Menangkap dengan obat bius: ikan diukur dan dibiarkan hidup di tanki penelitian, untuk kemudian akan dikembalikan ke alam, tetapi umumnya ikan sudah stres dan umumnya tidak bisa bertahan. - Cara diatas sudah ditinggalkan karena umumnya ikan akan mati dan akan merusak keseimbangan ekosistem 2. Tidak merusak (non-destructive) -Umumnya dengan cara melihat tanpa menyentuh obyeknya, efek yang minimal pada ikan. -Umum dipakai karena ramah lingkungan -Penghitungan secara visual (visual counts) umumnya populer dengan berbagai variasi. LATAR BELAKANG SENSUS VISUAL Great Barrier Reef of Marine Park Authority (GBRMPA) (1978, 1979) mengembangkan 2 tehnik sensus visual untuk menilai dan memonitor ikan ikan karang. Australian Institute of Marine Science (AIMS) menerapkannya di Great Barrier Reef (GBR). Tujuannya untuk memonitor perubahan temporal dari kelimpahan ikan setelah ada ledakan populasi dari akantaster. Filipina menggabungkan 2 tehnik tersebut untuk menilai efek dari penangkapan dan pengelolaan perlindungan di terumbu karang. Hasilnya dipakai untuk menguji pengaruh substrat pada struktur komunitas ikan karang. KEUNTUNGAN 1. Efektif untuk penelitian di terumbu karang, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. 2. Cepat, tidak merusak dan relatif murah. 3. Membutuhkan tenaga manusia yang sedikit dan peralatan khusus (peralatan SCUBA). 4. Dapat diulang pada area yang sama setiap saat. 5. Potensial untuk mengumpulkan data dasar secara cepat untuk pengelolaan dan tujuan penilaian dari stok ikan. KELEMAHAN / KEKURANGAN 1. Pengamat harus benar benar terlatih dan berpengalaman 2. Pengamat tertarik pada obyek yang diamati 3. Kesalahan pengamat dan bias yang terjadi pada waktu menentukan jumlah dan ukuran ikan 4. Kurang mewakili / mendeteksi jenis yang tidah mudah terlihat (cryptic) 5. Tehnik ini terbatas pada kedalaman tertentu

PERSONIL Dilakukan oleh 2-3 orang penyelam. Pengamat harus mempunyai kemampuan mengidentifikasi jenis ikan di area yang diamati. PERALATAN 1. Kapal motor yang sedang dengan pengaman yang cukup 2. Peralatan scuba 3. Pensil, slate dan data sheet 4. Roll meter (50 meter) terbuat dari fiber glass 5. Model ikan atau stik untuk melatih memperkirakan panjang ikan PEMILIHAN LOKASI 1. Penelitian secara umum lokasi yang mewakili terumbu karang. Semua lokasi yang dipilih harus sama dalam hal karakteristiknya secara fisik, kemiringan dan tutupan karangnya. Untuk hal ini dipakai tehnik Manta Tow 2. Sensus sebaiknya dilakukan bersamaan dengan LIT, sehingga komunitas bentik bisa digunakan untuk analisa selanjutnya. 3. Pilih 2 lokasi yang berbeda (untuk melihat variasi dari habitat) 4. Setiap lokasi / habitat terpisah 100-200 meter 5. Catat posisi lokasi dengan menggunakan GPS PROSEDUR UMUM Seleksi Jenis 1. Pengamatan awal: dimaksudkan untuk efisiensi waktu dan wawasan lebih luas 2. Kriteria dalam sensus -. Jenis harus dominan (dalam jumlah), tidak kriptik -. Harus mudah diidentifikasi di bawah air -. Berhubungan dengan habitat lereng terumbu/slope 3. Kategori jenis ikan ikan target : kepadatan dihitung secara kuantitatif ikan indikator -----> kelimpahan kuantitatif ikan lainnya (major group) ---> kelimpahan relatif Meletakkan transek 1.Pada setiap lokasi di terumbu karang, diletakkan 3 garis transek masing-masing sepanjang 50 meter, pada dua kedalaman yang berbeda 2. Garis transek harus lurus dan mengikuti kontur kedalaman 3. Replikasi diletakkan secara acak dan tidak tumpang tindih. Setiap transek dipisahkan 10-20 meter

Tehnik sensus 1. Tunggu 5-15 menit setelah garis transek terpasang 2. Sensus dilakukan disepanjang transek (50 m) dengan pandang 2,5 m ke kiri-kanan dan 5 m keatas. 3. Jumlah dihitung secara kuantitatif untuk ikan target dan ikan indikator, dan kelimpahan relatif untuk major group Gambar 1. Cara melakukan sensus visual ikan karang (AIMS, 1997) Analisa Data Ikan Pengolahan data ikan menggunakan program excel, dimana nantinya dapat dihitung total/jumlah dari genus, jumlah jenis dan jumlah family dan juga analisa statistik untuk menghasilkan densitas, keseragaman dan dominasi dengan menghitung index keragaman (diversity= H ), index keseragaman (similarity = e) dan index dominasi (d).

Data ikan yang dikumpulkan dari lapangan kemudian dimasukkan ke dalam komputer memakai program excel dengan format sebagai berikut : Panjang transek : m (contoh : 100 m) Lebar transek : m (contoh : 10 m) Panjang areal TK : m (contoh : 1000 m) A B C D E F G H I 3m 10m ni/n* ni/ Log Log(ni/N) N (ni/n) 1 Jenis 3m 10m ni/n Log (ni/n ) 2 C.barronesa B2 C2 =+B2/$ 3 C. klenii B3 C3 =+B3/$ 4 C. plebeius B4 C4 =+B4/$ 5 C. trifasciatus B5 C5 =+B5/$ 6 C. vagabundus B6 C6 =+B6/$ 7 Coradion sp. B7 C7 =+B7/$ 8 H. acuminatus B8 C8 =+B8/$ 9 H. varius B9 C9 =+B9/$ 10 Parachaetodon ocfellatus B10 C10 =+B10/ $ =LOG(D2) =D2*E2 =+C2/$ =LOG(D3) =D3*E3 =+C3/$ =LOG(D4) =D4*E4 =+C4/$ =LOG(D5) =D5*E5 =+C5/$ =LOG(D6) =D6*E6 =+C6/$ =LOG(D7) =D7*E7 =+C7/$ =LOG(D8) =D8*E8 =+C8/$ =LOG(D9) =D9*E9 =+C9/$ =LOG(D10) =D10*E10 =+C10/ $ =LOG(G2) =LOG(G3) =LOG(G4) =LOG(G5) =LOG(G6) =LOG(G7) =LOG(G8) =LOG(G9) =LOG(G10) ni/n* Log(ni/N) 11 12 13 Total B13 C13 Untuk B13 = =SUM(B2:B10); untuk C13 = =SUM(C2:C10) 14 Jumlah genus B14 C14 15 Jumlah jenis (S) B15 C15 16 Jumlah family B16 C16 17 H=jumlah(ni/N)*log(ni/N) B17 C17 Untuk B17 = -(SUM(F2:F10)); untuk C17 = =-(SUM(I2:I10)) 18 e=h/log S B18 C18 Untuk B18 = =B17/(LOG(B15)); untuk C18 = =C17/(LOG(C15)) 19 d=s-1/log N B19 C19 Untuk B19 = =(B15)-1/LOG(B13); untuk C19 = =(C15)-1/LOG(C13) 20 21 22 Jumlah B22 C22 23 Rata-rata(n) B23 C23 Untuk B23 = =B22/B15; Untuk C23 = =C22/C15 24 Densitas (D=n/LxW) B24 C24 Untuk B24 = B23/(panjang transek*lebar transek) Untuk C24 = C23/(panjang transek*lebar transek) 25 Standing Stock(Nt=DxLt) B25 C25 Untuk B25 = B24 * panjang areal transek Untuk C25 = C24 * panjang areal transek 26 27 =G2*H2 =G3*H3 =G4*H4 =G5*H5 =G6*H6 =G7*H7 =G8*H8 =G9*H9 =G10*H10 Referensi : ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Coral Reefs p. 86-92. Eds: S. English, C. Wilkinson and V. Baker. Sale, P.F. 1991. Ecology of Coral Reef Fishes. In: The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Ed. P.F. Sale. Acad. Press, Inc. San Diego, 754 pp