BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Megi Ginanjar Rahmat, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999

BAB II PROSES INTEGRASI TIMOR TIMUR KE WILAYAH INDONESIA. memakai nama Portugis Timor Leste sebagai nama resmi negara mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

Bagian 3: Sejarah Konflik

BAB I PENDAHULUAN. daerah ini merupakan wilayah jajahan Portugis (sekarang Portugal).

SURAT KABAR DI TIMOR LESTE D. Dwikori Sitaresmi

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

PERANAN PARTAI FRETILIN DALAM KEMERDEKAAN TIMOR TIMUR TAHUN Oleh: Aan Andrianto Pembimbing: 1. Zulkarnaen, M.pd ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB II TIMOR TIMUR SEBAGAI SALAH SATU PROVINSI DI INDONESIA. mulai dari sejarah Timor-Timur, meliputi luas wilayah, letak geografis, agama,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

PEMETAAN STANDAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

Uma Fukun Timor Lorosa e Parliament Building República Democrática de Timor Leste BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

BAB I PENDAHULUAN. gerakannya lebih bergeser ke paham Marxisme. Partai Fretilin menolak prinsip

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016 PERISTIWA SANTA CRUZ 12 NOVEMBER 1991: DINAMIKA SEJARAH TIMOR TIMUR PASCA INTEGRASI KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Comunidade dos Países de Língua Portuguesa (CPLP) adalah sebuah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

TIMOR LOROSAE: TANTANGAN KEBIJAKAN BAGI SUATU BANGSA BARU. Pendahuluan

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

1. Kabinet 1975 (Timor Leste)

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA PARTAI FRETILIN. telah lama dilakukan oleh penduduk pribumi, namun gerakan pembebasan

Bagian 1- Pendahuluan

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Portugal sebelum terjadinya kudeta militer 25 April 1974 adalah suatu negara Republik dengan pemerintahannya yang bersifat otoriter, fasistis dan tidak demokratis, Portugal sebagai kolonialis Eropa termasuk kolonialis tertua dan juga merupakan kolonialis yang paling terakhir melepaskan kolonial-kolonialnya (Soekanto, 1976: 25). Sampai tahun 1951 negara jajahan Portugal di Asia dan Afrika secara resmi memiliki status koloni dan ditempatkan di bawah menteri koloni-koloninya yang menetapkan garis besar pemerintahannya yang dijadikan propinsi dan diberi otonomi terbatas, akan tetapi dalam kenyataannya pemerintahan Portugal menganggap sepi aspirasi kemerdekaan rakyat Afrika dan berusaha menumpas gerakangerakan kemerdekaan dan negara-negara tersebut dapat dianggap masih tetap sebagai negara jajahan dan koloni sehingga negara jajahan Portugal di Afrika berpendapat agar memberikan kemerdekaan kepada negaranya (Soekanto, 1976: 27). Dalam bukunya yang berjudul Funu Perjuangan Timor Lorosae Belum Selesai. Horta (1998: 26) mengungkapkan bahwa orang-orang Portugis datang ke Timor dua taun setelah menaklukkan Malaka pada tahun 1511, kedatangan orang Portugis tidak mengubah dominasi politik dan setelah beberapa abad terjadi manipulasi politik, perdagangan, agama (kristenisasi) dan penggunaan kekerasan secara terang-terangan, hanya pada tahun 1912 Portugis dapat melakukan kontrol yang kuat terhadap sebagian besar bagian timur pulau, Donn Boaventura pimpinan penduduk asli Timur yang berakhir berkuasa ditundukan setelah hampir berkuasa selama dua puluh tahun memberontak. Pada abad ke 16 dan 17 tahta Portugis mendapatkan sedikit kekuasaan di Timur, yang secara teoritis dipimpin dari

goa oleh seorang raja muda, pada abad ke 18 terbentuklah pemerintahan di pulau Timor gubernur pertamanya adalah Antonio Coelho Guerreiro yang diangkat pada tahun 1701, dengan memulai strategi de vide et impera cara ini akan menjadi karakteristik kolonial Portugis sampai dua abad kemudian, dengan jalan menyogok, menawarkan jabatan militer kepada para kepala kampung, persekutuan secara licik dengan cara mengeksploitasi persaingan suku, Guerrero dapat menguasai satu persatu kekuasaan pemerintah penduduk asli (Horta, 1998: 28). Sebelum munculnya pergolakan tahun 1974 memuat tentang peristiwa-peristiwa penting yang dimana menyusulnya terjadinya Revolusi Bunga di Portugal pada tahun 1974, kemudian terjadinya proses berintegrasinya Timor ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1976 dan menjadikan Timor Portugal sebagai Propinsi yang ke 27. Suasana di Timor di penggalan pertama tahun 1974 akan berubah menjadi kekacauan jika tidak terjadi kudeta militer di Ibu Kota Portugal Lisabon pada tanggal 25 April 1974, kudeta yang sering disebut sebagai Revolusi Bunga itu ternyata bukan hanya menggoncangkan negara Portugal secara keseluruhan tetapi juga dirasakan oleh kolonial-kolonialnya salah satu diantaranya adalah seperti yang dialami di Timor (Lapian, 1988: 26-27). Dengan terjadinya Revolusi Bunga bagi rakyat Timor disambut dengan perasaan gembira dan terharu mendengarkan kesaksian mengisahkan tentang kegembiraan yang ditimbulkan oleh berbagai peristiwa di Lisbon dan berbagai wilayah jajahan lainnya di kalangan orangorang muda yang tertarik politik. Tapi pada umumnya mereka juga setuju bahwa masyarakat Timor tidak siap karena sejarahnya untuk terlibat dalam kegiatan politik pada awal bulan Mei 1974, ketika Gubernur Alves Aldeia bertanya kepada Junta de Salvacao Nacional (JSN) di Lisbonuntuk menjelaskan kebijakan kolonialnya yang baru, ia diinstruksikan untuk bertindak sesuaidengan prinsip-prinsip program Moviento Forcas Armada (MFA) dan dengan mempertimbangkan berbagai kondisisetempat, berupaya

untuk tidak memperburuk hubungan dengan Indonesia (Tomodok, 1994: 77-78). Adanya pergantian pemerintahan di Portugal sebagai hasil kudeta 25 April 1974 yang mempengaruhi perkembangan politik di daerah-daerah jajahannya, terutama dalam aspirasi politik untuk melepaskan diri dari ikatan penjajahan menuju kemerdekaan. Dalam konteks ini perubahan yang terjadi di Timor jelas akan mempunyai pengaruh terhadap keamanan nasional Indonesia terutama dalam arti terbukanya kemungkinan masuknya pengaruh atau kegiatan-kegiatan negara asing yang hendak menggarap Timor Timur dengan tujuan agar dalam perkembangannya berada dalam posisi yang menguntungkan strategi politik atau militernya. Oleh karena itu, lahirnya pemerintahan baru di Portugal yang juga membawa perubahanperubahan konstelasi politik di Timor, oleh Indonesia juga dianggap sebagai sentakan untuk melancarkan bantuannya mempercepat proses pembebasan dan pengintegrasian Timor ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Soekanto, 1976: 108). Hak penentuan nasib sendiri untuk semua wilayah jajahan juga dicantumkan sebagai suatu kewajiban bagi negara Portugal dalam konstitusi tahun 1975, ketentuan ini terbukti menjadi penting dalam melanjutkan komitmen resmi Portugal ataspenentuan nasib sendiri rakyat Timor Timur dalam tahun-tahun selanjutnya yang berat.pembentukan partai-partai politik di Timor Timur mendengarkan kesaksian yang menggambarkan bagaimana Revolusi Bungasegera menggelorakan perhatian rakyat Timor Timur mengenai masa depan politik wilayah tersebut. Garis besar politik Portugal khususnya terhadap Timor Timur adalah melaksanakan dekolonisasi untuk maksud pemerintahan Portugis yang baru memberikan kelonggaran kepada rakyat Timor Timur untuk mendirikan partai-partai politik guna menyalurkan aspirasi mereka tentang bagaimana dekolonisasi itu harus dilaksanakan (Etan, 2006: 15).

Proses dekolonisasi itu dilakukan Portugis berdasarkan prinsip hak penentuan nasib sendiri bagi bangsa jajahan (Resolusi Majelis Umum PBB 1514/1960). Sejalan dengan kebijakan tersebut, pada Mei 1974, Portugis menyatakan memberikan izin kepada rakyat Timor Timur untuk mendirikan partai-partai politik agar dapat menentukan masa depannya melalui referendum yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 1975. Referendum tersebut meliputi tiga pilihan yaitu menjadi daerah otonomi dalam federasi dengan Portugal; menjadi negara bebas dan merdeka (sebagai bagian commonwealth Portugal atau tidak) dan terakhir bergabung dengan Republik Indonesia (Departemen Luar Negeri RI, 1982: 41). Kebijakan Portugis tersebut disambut dengan pembentukan partaipartai yang masing-masing mempunyai aspirasinya sendiri. (Etan, 2006: 16-17) tiga partai tersebut adalah: Pertama, Uni Demokratik Timor (União Democratica Timorense, UDT), yang didirikan pada tanggal 11 Mei 1974. Para pendirinya cenderungkonservatif secara politik dan banyak di antaranya memiliki hubungan dengan penguasa kolonialportugis, yang mencerminkan keistimewaan status dan fungsi sosial mereka sebagai perantaraantara orang-orang Timor dan penjajah Portugis. Presiden pertama UDT adalah Francisco Lopesda Cruz. Para pendiri yang lain yaitu César Augusto da Costa Mouzinho sebagai Wakil Presiden, Mário dan João Carrascalão, serta Domingos de Oliveira,Sekretaris Jenderal serikat tersebut. Manifesto awal UDT mengusulkan otonomi progresif di bawah Portugal, meskipun UDT juga mendukung hak untuk penentuan nasib sendiri. UDTmengumumkan perubahan posisinya pada tanggal 1 Agustus 1974 ketika menyatakan bahwa tujuan akhirnya adalah kemerdekaan setelah satu periode federasi dengan Portugal. UDT juga secara spesifik menolak integrasi dengan negara lain. Pergeseran UDT menunjukkan partai inibisa berubah-ubah, dalam hal ini menanggapi perubahan dalam tatanan politik di Portugal dankenyataan

bahwa nasionalisme merupakan kekuatan yang semakin berkembang di dalam Timor. Kedua, Asosiasi Sosial Demokratik Timor (Asociação Social Democrata de Timor, ASDT) atau FRETELIN didirikanpada tanggal 20 Mei 1974. Para pendiri ASDT sebagian besar adalah pemuda Timor yang terpelajar, dari beragam latar belakang; beberapa dari dalam pemerintahan Portugis, yang lain dari kelompok bawah tanah anti penjajah pada awal tahun 1970-an. Karena lebih tua dan lebih dikenal ketimbang para pendiri asosiasi yang berusia muda, Francisco Xavier do Amaral diangkat sebagai Presiden. Para tokoh kunci yang lain termasuk Mári Alkatiri, José Ramos Horta, Nicolau Lobato dan Justino Mota. ASDT menerbitkan manifestonya pada tanggal 22 Mei, yang menegaskan hak untuk merdeka, dan sikap anti penjajahan. Asosiasi itu juga menyatakan komitmennya untuk suatu kebijakan bertetangga baik dengan negara-negara kawasan tanpa merugikan kepentingan rakyat Timor. Kemudian pada September 1975 berubah menjadi Frente Revolucionaria de Timor Leste Indepedente (Front Revolusioner Timor Leste Merdeka, Fretelin) yang menginginkan kemerdekaan segera (Singh, 1996: 22-23). Ketiga Asosiasi Rakyat Demokratik Timor (Associação Popular Democrática Timorense, Apodeti), yang didirikan pada tanggal 27 Mei 1974. Meskipun nama ini secara lugas dapat menjabarkan tujuan utama Apodeti, nama itu tampaknya dianggap terlalu transparan. Presiden pendiri asosiasi ini adalah Arnaldo dos Reis Araújo, tapi ahli strateginya adalah José Fernando Osório Soares, yang keluar dari ASDT untuk menjadi Sekretaris Jenderal Apodeti. Tokoh penting lain adalah pemilik perkebunan kopi, Hermenegildo Martins. Liurai Atsabe, Guilherme Maria Gonçalves, bergabung dengan Apodeti tidak lama setelah pembentukannya, dengan membawa pendukung yang berasal dari basis kekuasaan regionalnya (Horta, 1998: 47-50). Konsul Indonesia di Dili, Elias Tomodok, menjadi penghubung penting untuk saran dan dukungan keuangan bagi Apodeti

selama periode tahun 1974-75. Manifesto Apodeti menyatakan tujuan integrasi yang bersifat otonom dengan Indonesia, sesuai hukum internasional. Senada dengan dua partai besar yang lain, Apodeti mengutuk sejumlah keburukan dalam pemerintahan Portugis seperti korupsi dan diskriminasi, dan juga berjanji akan menghormati hak-hak asasi manusia dan kebebasan individu. Dengan terbentuknya organisasi-organisasi tersebut, untuk menentukan kedudukan Timor Timur dikemudian hari maka diadakan referendum dengan ketiga organisasi tersebut sebagai wadah pembawa aspirasi rakyat dan sebagai suatu kenyataan yang hidup untuk menentukan nasib sendiri (Soekanto, 1976: 380). Berdasarkan beberapa permasalahan di atas mengenai dinamika sosial politik Timor Timur pasca Revolusi Bunga, dimana sebelum terjadinya kudeta di Timor Timur mengalami penjajahan oleh bangsa Portugis dan mengalami kekacauan, kemudian muncul reaksi dalam perlawananperlawanan salah satu perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Portugis yang cukup besardan terorganisasi adalah Perlawanan Viqueque. Dengan adanya pergantian pemerintahan di Portugal sebagai hasil kudeta yang mempengaruhi perkembangan politik di daerah-daerah jajahannya, terutama dalam aspirasi politik untuk melepaskan diri dari ikatan penjajahan menuju kemerdekaan. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana keadaan sosial politik di Timor Timur setelah berhasilnya kudeta atau Revolusi Bunga dilaksanakan. Permasalahan tersebut membuat ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai sosial politik di Timor Timur pasca Revolusi Bunga. Berdasarkan permasalahan diatas kemudian penulis bermaksud mengangkat peristiwa tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul DAMPAK REVOLUSI BUNGA DI PORTUGAL TERHADAP DINAMIKA MASYARAKAT TIMOR PORTUGIS. Maksud yang terkandung pada judul di atas adalah Revolusi Bunga merupakan kudeta tak

berdarah untuk mengakhiri kediktatoran yang berjalan selama 50 tahun rezim Caetano yang terjadi atas pemerintahan sebelumnya yang bersifat otoriter, dan tidak demokratis di Portugal, tahun 1974 merupakan terjadinya Revolusi Bunga di bawah pimpinan Jendral De Spinola terhadap pemerintahan Caetano, kemudian pada tahun 1976 merupakan berintegrasinya Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia. 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan pokok-pokok pemikiran di atas terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya adalah bagaimana dampak Revolusi Bunga Terhadap Dinamika Masyarakat Timor Timur 1974-1976? Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini antara lain: 1. Mengapa terjadi Revolusi Bunga di Portugal? 2. Bagaimana proses terjadinya Revolusi Bunga di Portugal 1974-1976? 3. Bagaimana dampak dari Revolusi Bunga di Portugal terhadap kehidupan masyarakat Timor Timur 1974-1976? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penulisan ini antara lain: 1. Mendeskripsikan kondisi Timor Timur sebelum terjadi Revolusi Bunga. 2. Mendeskripsikan proses terjadinya Revolusi Bunga di Portugal 1974-1976. 3. Mendeskripsikan kondisi sosial politik Timor Timur pasca Revolusi Bunga 1974-1976. 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat dibangku perkuliahan. 2. Menambahkan penulisan sejarah Indonesia pada Masa Orde Baru. 3. Menambah kajian sejarah SMA kelas XII IPA semester 2 sesuai dengan Standar Kompetisi 3. Merekontruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi sampai masa Reformasi, Kompetensi Dasar 3.1 merekontruksi perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru. 1.5 Struktur Organisasi Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah : Bab I Pendahuluan, Bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah yang berisi gambaran umum mengenai permasalahan yang akan peneliti kaji, yaitu tentang pengaruh Revolusi Bunga terhadap dinamika sosial politik di Timor Portugis 1974-1976. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan serta metode dan teknik penelitian sebagai cara untuk mendapatkan data dan fakta, dan terakhir sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teoretis, dalam bab ini akan diuraikan dan dikaji mengenai beberapa konsep dan teori yang relevan dengan tema penelitian, kajian pustaka ini digunakan penulis sebagai landasan berfikir dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan. Kemudian penulis akan mengemukakan penjelasan mengenai konsepkonsep yang relevan dengan tema yang akan diangkat, serta menyediakan suatu kerangka pemikiran yang mencakup beberapa teori yang akan dipakai dalam membuat analisis. Masih sedikit yang membahas lengkap sesuai dengan judul yang peneliti angkat, tetapi peneliti menggunakan referensi yang berhubungan dengan kajian yang akan diteliti sebagai kerangka dasar

berfikir bagi penulis untuk dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh di lapangan yang berhubungan dengan dinamika sosial politik pasca revolusi bunga 1974-1976. Bab III Metodologi Penelitian, Bab ini akan dibahas tentang langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang ditempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yaitu pencarian sumber, pengolahan sumber dengan menggunakan kritik eksternal dan internal, serta interpretasi berupa analisis fakta-fakta yang sudah didapat dan terakhir historiografi yaitu penulisan laporan penelitian. BAB IV Dampak Revolusi Bunga di Portugal Terhadap Dinamika Masyarakat Timor Portugis, Bab ini memuat uraian penjelasan dan analisis dari hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam rumusan masalah. Dalam bab ini akan dibahas mengenaidampak Revolusi Bunga Terhadap Dinamika Sosial Politik Timor Portugis 1974-1976. Selain itu, dalam bab ini akan dipaparkan pula beberapa analisis yang dapat mempermudah dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini. Bab V Kesimpulan, Bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana peneliti memberikan suatu kesimpulan dari hasil interpretasi terhadap jumlah masalah dalam penelitian. Interpretasi peneliti ini disertai dengan analisis peneliti dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan saran dari peneliti yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian.