Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016

dokumen-dokumen yang mirip
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

Hama penyakit utama tanaman kopi

FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi (Gambar 1) termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom. divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Puerto Rico juga telah terdapat hama ini (Vega et al., 2009).

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati.

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

EKOLOGI PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) PADA TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS OLEH

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

commit to users I. PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERSENTASE SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.(Coleoptera: Scolytidae)) di KECAMATAN BETARA TANJUNG JABUNG BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

BAB III BAHAN DAN METODE. dan Desa Nagasaribu), dan Kecamatan Paranginan (Desa Paranginan Selatan, Desa

Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL PENGGEREK CABANG HITAM (Xylosandrus compactus)

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub Kingdom. Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

EVALUASI TINGKAT SERANGAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA KULTIVAR KOPI ARABIKA AGK-1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

Bedanya Serangan Kwangwung atau Ulah Manusia pada Tanaman Kelapa

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dairi merupakan salah satu daerah

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

Transkripsi:

Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016 Oleh : Rudy Trisnadi K. SP Musim buah kopi tahun 2016 diharapkan dapat menghasilkan produksi kopi glondongan maupun kopi ose secara maksimal. Untuk itu perlu memberikan pengertian kepada petani tentang adanya gangguan hama Penggerek buah kopi (PBKo), dari hasil monitoring keadaan serangan hama Penggerek buah kopi (PBKo) dibulan januari 2016 sudah diketemukan walau tergolong ringan namun demikian kewaspadaan terhadap hama ini sangat penting. Penggerek buah kopi / Hypothenemus hampei merupakan salah satu hama utama penurunan produksi dan mutu kopi Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan yang ditimbulkannya berupa buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil. Hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Ordo : Coleoptera Family : Scolytidae Genus : Hypothenemus Spesies : Hypothenemus hampei (Kalshoven, L. G. E. 1981) PBKo saat menggerek buah kopi Biologi dan Ekologi H. hampei Hama PBKo H. hampei perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa. Telor 5 9 Larva 10 21 Pupa 4 8 Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan. Panjang kumbang betina lebih kurang 1,7 mm dan lebar 0,7 mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2 mm dan lebar 0,6-0,7 mm. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung. Imago 103 202 Gambar Siklus hidup hama PBKo Sumber Puslitkoka Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas 5-9.Stadium larva 10-26 dan stadium pupa 4-9. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33. Lama hidup serangga betina rata-rata

156, sedangkan serangga jantan maksimal 103. Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500 : 1. Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103, sedang serangga betina dapat mencapai 282 dengan rata-rata 156. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Wiryadiputra, 2007). Gejala Serangan PBKo Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji (Tobing et al., 2006). Serangga H. hampei masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). Biji Kopi Rusak Biji Kopi Sehat Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji keras yang sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara prematur pada biji di dalam endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi setelah pemetikan adalah tempat berkembang biak yang sangat baik untuk penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan sampai 75 ekor serangga perbiji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang lebih satu tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup (Kalshoven, 1981). H. hampei mengarahkan serangan pertamanya pada areal kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 H. hampei. Betina berkembang biak pada buah kopi hijau yang sudah matang sampai merah, biasanya membuat lubang dari ujung dan meletakkan telur pada buah. Kumbang betina terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk meletakkan telur. Ketika telur menetas, larva akan memakan isi buah sehingga menyebabkan menurunnya mutu kopi (USDA, 2002).

Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). H. hampei diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah (Irulandi et al., 2007). Imago H.hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai membentuk endosperma. Serangga yang betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah memiliki endosperma yang keras (Rubio et al., 2008). Betina membuat lubang kecil dari permukaan kulit luar kopi (mesokarp) buah untuk meletakkan telur jika buah sudah cukup matang (Baker et al., 1992). Pola Penyebaran Serangga H. hampei diketahui menyukai tanaman kopi yang rimbun dengan naungan yang gelap. Kondisi demikian tampaknya berkaitan dengan daerah asal dari hama PBKo, yaitu Afrika dimana serangga PBKo menyerang tanaman kopi liar yang berada di bawah hutan tropis yang lembab. Kondisi serupa juga dijumpai di Brazil, di mana serangan berat hama PBKo biasanya terjadi pada pertanaman kopi dengan naungan berat dan berkabut sehingga kelembaban udara cukup tinggi. Berdasarkan fenologi pada pembuahan tanaman kopi, pengelolaan PBKo dapat berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena fenologi pembuahan tanaman kopi tersebut sangat bervariasi menurut ketinggian tempat, curah hujan, suhu, tipe tanah, varietas atau klon kopi dan praktek agronomis. Kondisi pertanaman kopi di daerah Sumatera yang tergolong daerah basah dan sebagian besar memiliki tipe iklim B dan A (menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson) akan sulit menerapkan sistem sanitasi untuk memutuskan siklus hidup hama karena pertanaman kopi berbuah sepanjang tahun. Pada daerah dataran tinggi (lebih dari 1200 m dpl.) serangga H. hampei perkembangannya terhambat, sehingga pada daerah-daerah tersebut biasanya intensitas serangan H. hampei juga rendah. Pengaruh Lingkungan Perkembangan H. hampei dipengaruhi oleh suhu dan ketersediaan buah kopi. H. hampei dapat hidup pada suhu 15⁰C-35⁰C, suhu optimal untuk perkembangan telur antara 30⁰C-32⁰C dan untuk larva, pupa dan dewasa antara 27⁰C-30⁰C. Serangga betina dapat menggerek buah kopi antara suhu 20⁰C-33⁰C, pada suhu 15⁰C dan 35⁰C serangga betina gagal menggerek buah kopi atau mampu menggerek buah kopi tapi tidak bertelur (Jaramilo et al.,2009). Pengendalian Hama PBKo Pengendalian hama PBKo yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) memadukan berbagai cara pengendalian seperti sanitasi kebun, kultur teknis,pemanfaatan agen pengendali hayati Beauveria bassiana dan penggunaan perangkap Hypotan (Wiryadiputra. 2007) 1. Sanitasi Kebun Memangkas semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma. 2. Kultur Teknis a. Petik Bubuk Memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 menjelang panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram dengan air panas untuk membunuh serangga hama PBKo. b. Rampasan Buah Pada akhir panen raya, semua buah kopi yang tersisa pada ranting dipetik.

c. Lelesan Semua buah yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (kompos). d. Pemupukan Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman. e. Pengaturan Pohon Pelindung Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat. 3. Biologis (Agen Pengendali Hayati) Aplikasi jamur Beauveria bassiana dilakukan pada saat buah masih muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B. bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore dengan arah semprotan dari bawah daun. 4. Penggunaan Perangkap Serangga Menggunakan perangkap serangga (hama penggerek buah kopi) yang lebih dikenal dengan nama Brocap Trap. Alat ini menggunakan dan dilengkapi dengan senyawa Hypotan, hasil aplikasi di lapangan menunjukkan keragaan yang sangat baik, efektif, efisien dan ramah lingkungan. Menurut Wiryadiputra (peneliti di Puslit Koka), pemakaian Brocap Trap dapat menjebak sekitar 1000 ekor serangga per minggu. Senyawa tersebut telah dikemas dalam bentuk saset dengan volume per saset 10 ml untuk digunakan selama minimal 2 (dua) minggu. Produk senyawa penarik ini dapat diperoleh di Puslit Koka Indonesia dengan harga Rp 5.000,00 per saset. Penggunaan senyawa Hypotan di lapangan untuk tujuan pengendalian hama PBKo maupun untuk monitoring tingkat serangan PBKo cukup mudah dilakukan oleh petani. Perangkap dengan senyawa penarik Hypotan, dapat menarik serangga secara selektif yaitu hanya menarik serangga penggerek buah kopi dewasa, sehingga aman bagi musuh alami serangga lain maupun serangga PBKo itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serangga PBKo yang tertangkap porsinya lebih dari 95%, sedang sisanya merupakan serangga hama lainnya dan serangga netral serta sebagian kecil jenis predator dan parasitoid. Serangga hama lain yang juga tertangkap adalah hama penggerek ranting kopi (Xylosandrus sp.). Hal ini diduga karena serangga ini memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan hama penggerek buah kopi, yaitu masih dalam famili yang sama (Scolytidae). REFERENSI : Irulandi, S., Rajendran, C. R., Chinniah dan Samuel, S.D. 2007. Influence of weather factors on the incidence of coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) (Scolytidae: Coleoptera) in Pulney hills, Tamil Nadu. Madras Agric.J. 94 (7-12) : 218-231. Jaramillo, J., Olaye, A. C., Kamonjo, C., Jaramillo, A., Vega, F. E., Poehling, M., Borgemeister, C. (2009). Thermal Tolerance of the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei: Predictions of Climate Change Impact on a Tropical Insect. Pest. Plos One. 4 (8): 64-87. Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops In Indonesia, Revised & Translated by P. A. Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta

[PPKKI] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Budi Daya Tanaman Kopi. Indonesia Coffee and Cacao Research Institute Jember, Jawa Timur Susniahti, N., Sumeno, H. dan Sudrajat. 2005. Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjadjaran, Bandung. Tobing, J.D., Bustillo, A.E., Valelezo, L.F.,.Acuna, J. R. dan Benavides. P. 2008. Alimentary Canal and Reproductive Tract of Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Curculionidae, Scolytidae). Neotropical Entomology 37 (2) : 143-151. [USDA] United States Department of Agriculture. 2002. Plants Profile for Coffea Arabica L. http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=coar2 [ 20 Juni 2012]. Wiryadiputra, S. 2007. Pengelolaan Hama Terpadu Pada Hama Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr.) dengan Komponen Utama pada Penggunaan Perangkap Brocap Trap. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, Jawa Timur.p.2-9. Baker, C. (1992). Thermal Tolerance of the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei: Predictions of Climate Change Impact on a Tropical Insect. Pest. Plos One. 4 (8): 64-87.