BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan institusi kesehatan yang

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. nosokomial diperkirakan 5% - 10% pasien yang dirawat di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka mencapai tujuan Bangsa Indonesia. yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana banyak orang ingin mendapatkan perawatan yang baik dan ingin mendapatkan kesembuhan. Penyakit yang semula hanya ada satu penyebab penyakit, dirumah sakit tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain dikarenakan infeksi yang didapatkan dari rumah sakit atau biasa disebut infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2). Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infektion / Nosokomial Infection) menurut Djojosugito dkk., (2001) adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat dirumah sakit atau pernah dirawat di rumah sakit. Sumber penularan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat berasal dari faktor internal dan eksternal.faktor eksternal berasal dari luar tubuh pasien seperti lingkungan rumah sakit, peralatan dan teknis medis yang dilakukan (Depkes RI, 2001). Pasien, petugas kesehatan, pengunjung atau keluarga pasien merupakan kelompok yang beresiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada pengunjung atau keluarga pasien. Penularan tersebut dapat dicegah dengan adanya pengetahuan atau pemberian informasi kepada keluarga pasien tentang infeksi nosokomial (Depkes RI, 2007).

17 Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula hubungan pengetahuannya. Akan teteapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak pengetahuannya rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal (A. Wawan & Dewi M, 2010). Selain dari faktor pendidikan formal, faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pekerjaaan (ekonomi) dan umur. Menurut Sujiono N (2000) masa kerja merupakan lamanya seorang pegawai menyumbangkan tenaganya diperusahaan, dengan lamanya pegawai bekerja akan mempengaruhi pengetahuan tentang bidang yang dikerjakan. Umur merupakan lamanya hidup seseorang dimana dinyatakan dalam tahun, umur dikategorikan menjadi tiga yaitu umur muda (15-29 tahun), umur sedang (30-39 tahun), dan umur tua (40-49 tahun). Dengan bertambahnya umur akan mempengaruhi penalaran dan pengalaman seseorang dalam bidang kehidupan (Simanjutak, 2008). Pengetahuan dapat terlihat dari perilaku seseorang. Perilaku merupakan kumpulan dari berbagai faktor yang saling berinterkasi. Dalam berperilaku sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut sangat kompleks sehingga seseorang tidak sempat memikirkan penyebab menerapkan perilaku tersebut. Dalam lingkungan rumah sakit seseorang harus mampu

18 menempatkan diri sesuai dengan aturan yang berlaku dalam berkunjung untuk mencegah adanya infeksi (A. Wawan & Dewi M, 2010). Infeksi nosokomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. Infeksi nosokomial ini termasuk juga adanya tanda infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya diduga sebagai suatu infeksi nosokomial (WHO, 2002). Di Negara maju, angka infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan masalah global dan menjangkau paling sedikit sekitar 9% (3 %-21 %) dari lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Angka ini dilaporkan oleh WHO dari hasil surveinya di 14 negara, meliputi 28.861 pasien di 47 rumah sakit yang berada di 4 wilayah (region) WHO pada tahun 1986 (Depkes RI, 2001). Data survey yang dilakukan oleh kelompok peneliti AMRIN (Anti Microbal Resistance In Indonesia ), di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2000, angka kejadian infeksi luka operasi profunda (Deep Incisional) sebesar 3%, infeksi aliran darah primer (plebitis) sebesar 6% dan infeksi saluran kemih merupakan angka kejadian yang paling tinggi yaitu sebesar 11%. Infeksi nosokomial saluran kemih dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor hospes (penerima), agent infeksi (kuman / mikroorganisme),

19 faktor durasi atau lama pemasangan dower kateter dan faktor prosedur (pemasangan dan perawatan) (Schaffer. 1998). Peningkatan jumlah terjadinya infeksi di rumah sakit membuat jelas adanya kebutuhan pemeriksaan pencegahan asepsis. Pada tahun 1970 konfrensi internasional yang tertuju kepada masalah infeksi dari rumah sakit yang diselenggarakan di Atlanta. Hasilnya terbentuk Centers for Disease Control (CDC) atau pusat pengendali penyakit di Atlanta, pusat ini merupakan pusat panduan pencegahan dan pengendalian infesi dirumah sakit. Organisasi rumah sakit di Amerika (AHA) dan The Joint Commission Acreditation of Hospital (JCAH) atau komite gabungan rumah sakit merupakan lembaga utama swasta memperhatikan isu-isu etik dan ekonomi tentang infeksi nosokomial dan membentuk program pengendalian infeksi. Tujuan program tersebut untuk menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas dari infeksi nosokomial (Long, 1996). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit (Kep MENKES, 2007).

20 Menurut Prawiroharjo (2004), dampak infeksi nosokomial menambah ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, dan kadangkadang pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup. Terjadinya infeksi nosokomial tentunya akan menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan angka mortalitas juga menyebabkan kerugian lain seperti rasa tidak nyaman bagi pasien, perpanjangan hari rawat (length of stay), menambah biaya perawatan dan pengobatan yang akhirnya dapat menimbulkan kesan buruk terhadap citra rumah sakit. Pada saat study pendahuluan, dengan jumlah 25 pasien dari hasil wawancara keluarga pasien diperoleh 75% keluarga pasien belum tahu tentang perilaku pencegahan infeksi nosokmial. Pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan tenaga medis di RSU Hidayah berusaha mempertahankan kebersihan lingkungan rumah sakit, adanya sterilisasi peralatan rumah sakit, dan pembuangan limbah rumah sakit secara terpisah antara sampah medis dan non medis. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluarga pasien di RSU Hidayah Purwokerto.

21 B. PERUMUSAN MASALAH Infeksi nosokomial dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada keluarga pasien. Penularan ini dapat dicegah dengan adanya pengetahuan atau informasi kepada keluarga pasien tentang infeksi nosokomial (Depkes RI, 2007). Dari hasil wawancara pengetahuan keluarga pasien tentang perilaku pencegahan infeksi nosokomial masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluarga pasien di RSU Hidayah Purwokerto. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan Infeksi Nosokomial pada keluarga pasien Di RSU Hidayah Purwokerto. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan faktor (pendidikan, umur, pekerjaan, pengetahuan) dan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. b. Menganalisa hubungan faktor (pendidikan, umur, pekerjaan, pengetahuan) dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. c. Menganalisa faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial.

22 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluarga pasien yang terdapat di rumah sakit dan sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam bidang riset. 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi responden (keluarga pasien) sebagai informasi yang penting tentang pencegahan infeksi nosokomial, sehingga keluarga pasien akan lebih berhati-hati saat berada di rumah sakit. 3. Bagi Instansi Terkait Sebagai sarana informasi tentang pencegahan infeksi nosokomial, khususnya di RSU Hidayah Purwokerto, karena kejadian infeksi nosokomial saat ini telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit dan sebagai bahan evaluasi rumah sakit. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi maupun referensi untuk penelitian yang lebih lanjut khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial.

23 E. PENELITIAN TERKAIT Berdasarkan penelusuran pustaka, peneliti belum menemukan masalah penelitian yang sama dengan penelitian ini. Namun demikian peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan infeksi nosokomial yang diantaranya: 1. Penelitian tentang infeksi nosokomial pernah dilakukan oleh Yosi Rosaliya, dengan judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Infeksi Nosokomial Post Operasi di RSUD Tugurejo Semarang. Yang membedakan penelitian ini dari sebelumnya adalah Judul Penelitian yaitu, Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Di RSU Hidayah Purwokerto. Metode penelitian ini adalah observasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 237 orang dengan sempel 76 orang dengan variabel terikat kejadian infeksi nosokomial dan variabel bebasnya yaitu usia, lama hari rawat dan padatnya penderita. Dari hasil penelitian ssebanyak 5 responden sebagai usia responden berusia dewasa awal sebanyak 37 orang, lama hari rawat sebentar sebanyak 66 hari orang, jumlah pasien yang dirawat bersama diruangan yang tidak padat sebanyak 42 orang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh antara usia dengan kejadian infeksi nosokomial (p= 0,004). Ada pengaruh antara hari rawat dengan kejadian infeksi nosokomial (p= 0.000). ada pengaruh antara padatnya penderita lain dengan infeksi nosokomial (p= 0.010).

24 2. Penelitian yang lain pernah dilakukan oleh Agus Marwoto Bady, dengan judul : Analisis Kerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang IRNA I RSUP Dr.Sardjito, Yogyakarta. Dari hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kinerja SDM dalam pengendalian INOS dengan hasil R = 0,233 dan P = 0,045 serta tidak ada hubungan yang signifikan antara fasilitas RS dengan kinerja SDM dalam pengendalian Inos dengan hasil R = 0,184 dan P = 0,100. 3. Penelitian yang lain pernah dilakukan oleh Kasmad, Untung Sujianto, dan Wahyu Hidayati, pada tahun 2007 dengan judul: Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih dari penelitian ini diperoleh hasil berupa pemberian kateter dengan kualitas baik akan mengurangi jumlah terjadinya infeksi, berdasarkan kualitas perawatan pemasangan menujukan DIII 96,67% dan S1 3,33% dilihat dari penanganan setelah pemasangan kateter, serta pengaruh umur juga memicu terjadinya infeksi nosokomial walaupun menggunakan kateter dengan kualitas yang baik (dari sebanyak 30 responden, umur yang paling banyak adalah 50 55 tahun sebesar 46,67%.).