BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang



dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

LAPORAN KINERJA (LKJ)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

Renstra BKP5K Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Good Agricultural Practices

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PENGANTAR. Ir. Suprapti

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB II RENCANA STRATEJIK

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009~2014 (REVISI)

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016

Kebijakan Pertanian dan Dukungan Departemen Pertanian Terhadap Implementasi Otonomi Daerah.

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vi

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 85,281,211, BELANJA LANGSUNG 123,982,604,692.00

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat tani, yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian. Sumber daya manusia, bersamasama dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor utama yang secara sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk mencapai peningkatan produksi pertanian. Pembangunan pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dilaksanakan di Jawa Barat telah memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi, namun dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 07 sebesar 115,63 turun dibanding tahun 06 sebesar 116,98. Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli nominal petani pada tahun 07 turun sebesar 1,16% dibanding tahun 06. Optimalisasi lahan masih rendah yaitu baru sebesar 57,50%. Hal ini diakibatkan oleh kurang kreatifnya petani untuk melakukan usahatani karena masih melakukan monocrop di lahan sawah, sedangkan untuk komoditi lainnya masih dipandang sebagai tanaman secondary crop, kecuali untuk tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Keragaman produk juga masih rendah karena masih terlalu berorientasi pada padi sawah. Kondisi tersebut mengakibatkan masih rendahnya daya serap lapangan kerja di sektor pertanian yaitu sebesar 48% atau baru sebesar 144 Hari Orang Kerja (HOK) per angkatan kerja pertanian per tahun. Berdasarkan angka tetap BPS tahun 07 produksi padi Jawa Barat sebesar 9,9 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Tingkat konsumsi sebesar 105,65 kg beras per kapita per tahun dan jumlah penduduk Jawa Barat sebesar 41.670.282 jiwa, maka jumlah kebutuhan 1

beras sebesar 4.402.465 kg, berarti pada tahun 07 Jawa Barat surplus beras sebesar 1.854.335 kg dikurangi 772.000 kg (perdagangan keluar Jawa Barat 700.000 kg per tahun dan untuk kebutuhan benih serta industri makanan 72.000 kg) dan surplus tinggal 1.082.335 kg. Prediksi produksi padi tahun 13 sebesar 13.107.733 ton GKG, dengan asumsi peningkatan produksi 5% per tahun. Tuntutan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun guna untuk ketersediaan pangan khususnya beras pada lima tahun mendatang sebetulnya merupakan tantangan yang cukup menarik. Hal positif yang dapat diupayakan meningkatkan produksi pangan (khususnya beras) adalah dengan penggunaan benih unggul bersertifikat, melakukan optimalisasi lahan, perluasan areal (indeks pertanaman), penetapan lahan abadi, inovasi teknologi (PTT/SRI), efisiensi proses produksi, pengawalan dan pendampingan kelompok, dan penurunan tingkat kehilangan hasil saat panen dan pasca panen (post harverst losses reduction). Pada Tahun 07 angka efisiensi proses produksi masih rendah yaitu 64,75%, hal ini tentunya berakibat langsung pada masih rendahnya penerimaan keuntungan dari usahatani. Jawa Barat sebagai sentra tanaman hortikultura di Indonesia dan merupakan provinsi pemasok kebutuhan buahbuahan dan sayuran terbesar di Indonesia dengan kontribusi terhadap nasional sampai tahun 07 yaitu untuk komoditas buahbuahan seperti manggis sebesar 53,81%, nenas 24,16%, pisang 26,65%, rambutan 24,87%, mangga 24,61% dan durian sebesar 10,06%. Komoditas sayuran seperti kubis sebesar 28,67%, tomat 42,05%, kentang 33,61%, cabe merah 27,21% dan bawang merah 14,46%. Komoditas tanaman hias anggrek sebesar 17,50%, krisan 70,31%, anthurium 42,01%, sedap malam 35,59% dan mawar 12,26%. Komoditas biofarmaka Jawa Barat tercatat sebagai salah satu pemasok kebutuhan nasional seperti jahe 39,98%, lengkuas/laos 24,69%, kunyit 41,19% dan mengkudu 42,23%. Upaya peningkatan produktivitas hortikultura dan mempertahankan Jawa Barat sebagai pemasok terbesar di Indonesia, maka teknologi dan inovasi terus dikembangkan seiring dengan perkembangan di beberapa kabupaten/kota guna mendukung penyediaan produk hortikultura yang memiliki kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta konsistensi sesuai dengan permintaan pasar domestik, modern, dan internasional. Pendampingan teknologi dan inovasi tersebut agar terjadi sinergitas dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, penataan rantai Supply Chain Management (SCM), penerapan budidaya 2

pertanian yang baik Good Agriculture Practices (GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP), Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura (FATIH), pengembangan kelembagaan usaha, serta peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor. Tingkat pertumbuhan penduduk di Jawa Barat pada saat ini sebesar 1,6% per tahun, dan jumlah penduduk Jawa Barat Tahun 25 diperkirakan akan mencapai sebesar 52 juta jiwa. Konversi lahan pertanian ke nonpertanian cukup tinggi yaitu ratarata 2% per tahun sehingga pada tahun 25 luas lahan baku pertanian diperkirakan menjadi seluas 725.000. Indeks pertanaman (IP) 2 dengan luas tanam sebesar 1.595.000 hektar, produktivitas dapat meningkat menjadi 6 ton per hektar dan total produksi padi pada tahun 25 akan mencapai 9.570.000 kg GKG atau setara 6.048.240 kg beras. Apabila tingkat konsumsi tetap sebesar 100, maka kebutuhan beras pada tahun 25 sebesar 5.0.000 kg berarti surplus tinggal 848.240 kg beras. Pengembangan agribisnis di bagian hilir meliputi pembangunan pengolahan, pemasaran dan mutu hasil pertanian merupakan pembangunan sistem dan usahausaha pengolahan hasil pertanian dalam kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan untuk memproses produk segar menjadi produk setengah jadi, produk jadi dan produk samping (ikutan) serta pengembangan mutu dan keamanan pangan, serta pemasarannya (pasar domestik dan pasar internasional). Perkembangan inovasi teknologi informasi saat ini sudah berkembang pesat, sehingga arus informasi global kini semakin super cepat atau disebut Super Highway Global Information. Hal tersebut berlaku pula di sektor pertanian yaitu semakin cepat dan akuratnya arus informasi pasar dan agribisnis dari satu wilayah ke wilayah lain. Kondisi tersebut menuntut kita harus dapat mengimbangi kecepatan mereka sehingga mutu pelayanan kita terhadap petani dapat meningkat dan bermanfaat. 1.2. Tujuan 1. Menentukan arah sebagai acuan bagi para pelaku pembangunan bagi pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. 2. Mewujudkan visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 0813. 3

1.3. Landasan Hukum Dalam Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 0813, peraturan perundangundangan yang dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut: 1. Undangundang Nomor 25 Tahun 04 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undangundang Nomor 32 Tahun 04 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang Nomor 12 Tahun 08 tentang Perubahan Kedua atas Undangundang Nomor 32 Tahun 04 tentang Pemerintah Daerah; 3. Undangundang Nomor 33 Tahun 04 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 05 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 05 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 07 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 07 tentang Organisasi Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 08 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 08 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 08 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 05 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 0409; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 06 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 07 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 06 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 4

13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 08 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 0525; 14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 08 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 08 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47); 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 08 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 08 Nomor Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55); 16. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 08 tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 0813; 17. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor... Tahun 09 tentang Tugas Pokok, Fungsi Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 18. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 53 Tahun 02 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Pelayanan Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 1.4. Sistematika Penyusunan Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 0813 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, sistematika penyusunan Renstra Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat Tahun 0813 dan pengertianpengertian dan batasan istilah pertanian. Bab II : GAMBARAN PELAYANAN SKPD Menyampaikan gambaran Struktur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, dan kondisi organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat saat ini. 5

Bab III : ISUISU STRATEGIS Menjelaskan isuisu strategis di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dalam periode 0813. Bab IV : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Merupakan gambaran visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, tujuan dan sasaran pembangunan pertanian, serta strategi dan kebijakan yang berdasarkan ada tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Bab V : RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Menjelaskan rencana program Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, kegiatan yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Indikator Kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif dari semua kegiatan yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. BAB VI : PENUTUP 1.5. Pengertian dan Batasan Agens Hayati adalah organisme hidup (termasuk musuh alami berupa predator, parasitoid, dan pathogen) yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian OPT pada tanaman yang dibudidayakan. Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) adalah peralatan yang dioperasikan tanpa atau dengan motor penggerak untuk kegiatan budidaya, pemeliharaan, panen, pasca panen, pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura. 6

Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang memberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga masyarakat melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau memproduksi tanaman pangan dan hortikultura. FATIH (Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura) adalah suatu jejaring kerja yang diwadahi dalam suatu wadah koordinasi melalui faktor penentu keberhasilan investasi (kebijakan, prasarana, sarana, modal dan teknologi, kelembagaan, SDM, sistem informasi, dan lainlain) serta merupakan konsep yang digunakan untuk menciptakan iklim usaha di bidang hortikultura yang kondusif sekaligus dapat meningkatkan daya saing produk. GAP (Good Agriculture Practices) atau cara budidaya yang baik dan benar adalah panduan umum dalam melaksanakan budidaya tanaman buah secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan. GEMAR (Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis) adalah suatu gerakan bersama dari segenap pemangku kepentingan rumpun pertanian dan turunannya di Jawa Barat, sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan daya saing masyarakat melalui penambahan (multi) aktivitas agribisnis berbasis ekonomi lokal dengan modal siklus tertutup, yang melibatkan peran multi stakeholder dan integrasi multi sektor. Kawasan Agribisnis Hortikultura adalah suatu ruang geografis yang didelinasi oleh batas imaginer ekosistem dan disatukan oleh fasilitasi infrastruktur ekonomi yang sama sehingga membentuk kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pasca panen, dan pemasaran serta berbagai kegiatan pendukungnya. 7

Kelembagaan Usaha adalah kelembagaan petani merupakan unsur yang sangat penting untuk mendukung pengembangan usaha bisnis guna merespon pasar dan persaingan, meningkatkan efisiensi produksi, serta mengefektifkan pelayanan yang menunjang pengembangan usaha agribisnis. Kelembagaan usaha menjadikan petani memiliki kemandirian usaha dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan untuk mampu bersaing. Pengembangan kelembagaan di tingkat petani diarahkan untuk membentuk kelompok tani, asosiasi produsen atau koperasi usaha sehingga dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining position). Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. Konversi Lahan adalah semua kegiatan untuk mencegah penurunan daya dukung lahan, menghindari erosi dan terbawanya unsur hara lahan, sehingga dapat melestarikan kualitas tanah dan tingkat kesuburannya. LM3 (Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat) adalah penguatan modal usaha agribisnis kepada lembaga berbasis keagamaan (pondok pesantren, seminasi, paroki, pasraman, vihara, pura, subak, dll), yang dijadikan sebagai motor penggerak pembangunan pertanian di pedesaan. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang dapat merusak, mengganggu dan menyebabkan kehilangan dan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan. Peningkatan Konsumsi dan Akselerasi Ekspor adalah pengembangan hortikultura dengan berbagai upaya peningkatan produksi dan mutu diikuti oleh upaya peningkatan konsumsi yang merupakan satu kesatuan dengan aspek produksi dan distribusi (produksi tidak dapat menaikan tanpa peningkatan konsumsi). Penyuluh Pertanian adalah perorangan yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh Pertanian PNS adalah pegawai negri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. 8

Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Pestisida Nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dengan menerapkan berbagai macam cara pengendalian yang kompatibel (termasuk biologi, genetik, mekanis, fisik, kimia, dan peraturan) dengan cara seharmonis mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomi. PIP (Petugas Informasi Pasar) adalah petugas yang melaksanakan kegiatan pelayanan di bidang informasi, baik pada tingkat sentra produksi maupun pada tingkat sentra pasar, khususnya harga komoditas tanaman pangan dan hortikultura yang dipantau setiap hari. PMUK (Penguatan Modal Usaha Kelompok) merupakan salah satu mekanisme pelaksanaan penguatan kelompok dalam bentuk modal usaha kelompok kepada petani/kelompok tani. POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) adalah petugas lapang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang dikelola oleh UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat. PUAP (Program Usaha Agribisnis Pedesaan) merupakan terobosan Departemen Pertanian dan bagian dari PNPMN, melalui lembaga ekonomi petani di perdesaan berupa fasilitas permodalan serta pendayagunaan kepada Gapoktan, dengan aktivitas ekonomi yang akan dilakukan direncanakan sendiri oleh Gapoktan sesuai dengan potensi ekonomi dan kondisi wilayah setempat. Registrasi Kebun adalah member status/identitas/apresiasi terhadap kebunkebun yang telah menerapkan prinsipprinsip GAP, SOP, dan PHT yang menunjukan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, aman dikonsumsi, memenuhi persyaratan lingkungan, dan mempertimbangkan keselamatan kerja. 9

Sentra Produksi atau Sentra Komoditas adalah suatu kawasan yang mencapai skala usaha ekonomi tertentu sehingga layak dikembangkan sebagai satuan pengembangan agribisnis. SCM (Supply Chain Management) atau Pengelolaan Rantai Pasokan adalah suatu jejaring organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama secara menguntungkan melalui pengembangan sistem manajemen untuk perbaikan sistem penyaluran produk, informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna akhir (konsumen). Konsep SCM dilakukan agar peningkatan daya saing tidak sematamata dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi melalui pengemasan, pemberian merk, efisiensi, transportasi, informasi, penguatan kelembagaan dan penciptaan inovasi secara kontinyu dan sistematik. Sertifikasi Buah adalah penilaian/apresiasi yang diberikan kepada petani/pemilik kebun atas penilaian terhadap usaha tani yang dilakukan. Hasil apresiasi atau penilaian terhadap objek tanaman dikelompokkan menjadi produk Prima Satu (P1), Prima Dua (P2), dan Prima Tiga (P3). SOP (Standard Operating Procedure) adalah petunjuk teknis baku yang singkat, jelas dan praktis dari setiap tahapan kegiatan untuk menjamin produk akhir yang dihasilkan berkualitas baik. Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang dibudidayakan secara intensif dan dapat dimanfaatkan/digunakan sebagai tanaman obat, baik manusia maupun untuk pengendalian hama/penyakit pada tanaman. Tanaman Buah adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman buah pohon, tanaman buah merambat dan semusim, tanaman buah terna, dan tanaman buah perdu. Tanaman Hias adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman hias daun potong, tanaman hias bunga potong, tanaman hias pot, dan tanaman hias taman. Tanaman sayuran adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman sayuran daun, tanaman sayuran buah, dan tanaman sayuran umbi. 10

UPJA ( Pelayanan Jasa Alsintan) adalah suatu lembaga ekonomi pedesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani/gapoktan. Varietas adalah bagian dari satu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, biji, dan sifatsifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. 11

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 08 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, Struktur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang dikepalai oleh Kepala Dinas. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki 1 (satu) sekretariat, 4 (empat) bidang, yaitu Bidang Sumber Daya, Bidang Produksi Tanaman Pangan, Bidang Produksi Tanaman Hortikultura dan Bidang Bina Usaha, 8 (delapan) Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) dan 2 (dua) SPPSPMA, yaitu SPPSPMA Tanjungsari dan Gegerkalong. UPTD Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat adalah: 1. UPTD Balai Pengembangan Benih Padi di Cihea 2. UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija di Plumbon 3. UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman di Pasirbanteng 4. UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang di Pangalengan 5. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura 6. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 7. UPTD Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan di Cihea 8. UPTD Balai Pelatihan Pertanian di Cihea 2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang pertanian tanaman pangan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, maka Dinas Pertanian Tanaman Pangan mempunyai fungsi: 1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan bidang sumber daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha; 2. Penyelenggaraan bidang urusan pertanian tanaman pangan meliputi bidang sumber daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha; 12

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugastugas pertanian tanaman pangan meliputi bidang sumber daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha; 4. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD. Tugas dan fungsi masingmasing unit kerja adalah sebagai berikut: 1. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan, koordinasi perencanaan dan program dinas, pengelolaan keuangan, kepegawaian dan umum. Tugas pokok Sekretariat mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan; b. Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program dinas; c. Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian dan umum. 2. Bidang Sumber Daya Bidang Sumber Daya mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi sumber daya pertanian. Tugas pokok Bidang Sumber Daya mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasional sumber daya pertanian; b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi sumber daya pertanian; c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang sumber daya pertanian. 3. Bidang Produksi Tanaman Pangan Bidang Produksi Tanaman Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi tanaman pangan. Tugas pokok Bidang Produksi Tanaman Pangan mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis produksi tanaman pangan; b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman pangan; c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang produksi tanaman pangan. 4. BIdang Produksi Tanaman Hortikultura Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan dan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi tanaman hortikultura. Tugas pokok Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasional produksi tanaman hortikultura; b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman hortikultura; 13

c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang produksi tanaman hortikultura. 5. Bidang Bina Usaha Bidang Bina Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan dan fasilitasi bina usaha. Tugas pokok Bidang Bina Usaha mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis bina usaha, b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi bina usaha, c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang bina usaha. 6. Pelaksana Teknis Dinas Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang. Pada dinas daerah dapat dibentuk Pelayanan Teknis Dinas, yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/ kota. a. UPTD Balai Pengembangan Benih Padi Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Padi adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih padi. Fungsinya: 1. Pengelolaan dan perbanyakan benih padi bermutu tinggi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan melalui penerapan teknologi perbenihan. 2. Pelayanan kebutuhan benih, penyebaran rekomendasi dan informasi perbenihan serta pelatihan keterampilan teknis bagi petugas dan petani. 3. Penyelenggaraan ketatausahaan UPTD. 4. Penyelenggaraan hubungan kerjasama dengan institusi pemerintah maupun swasta untuk kepentingan pelaksanaan tugas. b. UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih palawija. Fungsinya adalah pengelolaan di bidang pengembangan benih dengan melaksanakan perbanyakan benih sumber dan pemasarannya. c. UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih kentang. 14

d. UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih hortikultura dan aneka tanaman. e. UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan teknologi mekanisasi pertanian tanaman pangan. f. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Tugas pokok UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengawasan mutu dan sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan informasi perbenihan. Fungsinya adalah 1. Penyelenggaraan penyusunan petunjuk teknis dan pelayanan pengawasan mutu dan sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan informasi perbenihan. 2. Penyelenggaraan pelaksanaan dan koordinasi pelayanan pengawasan mutu dan sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan informasi perbenihan. g. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tugas pokok UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang proteksi tanaman pangan dan hortikultura. h. UPTD Balai Pelatihan Pertanian Tugas pokok UPTD Balai Pelatihan Pertanian adalah melaksanakan bidang pendidikan dan pelatihan pertanian. Fungsinya: 1. Perencanaan penyelenggaraan penyusunan petunjuk teknis pelatihan pertanian. 2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan koordinasi pelatihan pertanian. 3. Evaluasi penyelenggaraan pelaksanaan dan koordinasi pendidikan dan pelatihan pertanian. 15

2.3. Kondisi Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Kondisi organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut. Tabel 2.1. Data Pegawai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat NO UNIT KERJA DINAS JUMLAH APARATUR STRUKTURAL FUNGSIONAL HONORER JUMLAH 1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 2 11 7 2 Provinsi Jawa Barat 2 UPTD Balai Pengembangan Benih Padi 57 12 69 3 UPTD Balai Pengembangan Benih 44 25 69 Palawija 4 UPTD Balai Pengembangan Benih 73 30 103 Hortikultura dan Aneka Tanaman 5 UPTD Balai Pengembangan Benih 27 4 31 Kentang 6 UPTD Balai Mekanisasi Pertanian 24 3 27 7 UPTD Balai Pelatihan Pertanian 52 18 5 75 8 UPTD BPTPH 74 391 27 492 9 UPTD BPSBTPH 42 95 9 146 10 SPPSPMA Tanjungsari 43 43 11 SPPSPMA Gegerkalong 29 1 30 JUMLAH APARATUR 667 515 123 1.305 (Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum, April 09) Dari table 1, dapat terlihat bahwa jumlah aparatur struktural PNS di Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebanyak 667 orang, jumlah aparatur fungsional sebanyak 515 orang dan honorer sebanyak 123 orang. Untuk aparatur fungsional terdiri dari Penyuluh pertanian 5 orang, Arsiparis 1 orang, Pustakawan 1 orang, Pengendali OPT 391 orang, Pengawas Benih Tanaman 95 orang, Perencana 3 orang, Petugas Informasi Pasar 12 orang, Brigade Produksi TP 7 orang dan Widyaiswara 18 orang. 16

BAB III ISUISU STRATEGIS 3.1. Isuisu Strategis Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Adapun isu strategis pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat yaitu: 1. Aksesibilitas dan pelayanan pendidikan. 2. Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Apresiasi dan pengembangan budaya daerah. 4. Penanganan kemiskinan, pengangguran dan ketenagakerjaan. 5. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah. 6. Kesiagaan penanganan bencana alam dan pengendalian serta peningkatan kualitas lingkungan hidup. 7. Pemerintahan daerah belum efektif yang dipengaruhi oleh kondisi politik yang belum mantap, menyebabkan pelayanan publik belum optimal dan tuntutan pembentukan daerah otonom meningkat. Isu strategis pembangunan pertanian tanaman pangan Provinsi Jawa Barat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. ASPEK TEKNIS a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. b. Alih fungsi lahan. c. Perbaikan infrastruktur di perdesaan. d. Peningkatan mutu dan keamanan pangan. e. Kelembagaan perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. f. Peningkatan ketersediaan sarana produksi pertanian. 2. ASPEK EKONOMIS a. Ketersediaan pangan/beras di Jawa Barat. b. Penguatan daya saing ekonomi. c. Peningkatan akses permodalan petani. d. Peningkatan akses pemasaran hasil pertanian. 17

e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. 3. ASPEK SOSIAL a. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani. b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian. c. Pengembangan pola kemitraan dengan petani penangkar 4. ASPEK EKOLOGIS a. Pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi yang berwawasan lingkungan. b. Pelestarian dan pemanfaatan agen hayati dan pestisida nabati. c. Pengelolaan air dan tanah berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. 3.2. Evaluasi Kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pengembangan agribisnis di Provinsi Jawa Barat dimulai dengan penataan dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis. Dari segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penataan agribisnis yang ada, (2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah, (3) revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi, (4) mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat, dan (5) realokasi sumber daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis. Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumber daya ekonomi yang lebih berat ke pengembangan agribisnis. 3.3. Analisis dan Prediksi terhadap Tugas Pokok dan Fungsi SKPD Periode Tahun 0813 Kebijakan dan strategi dalam membangun pertanian di Provinsi Jawa Barat ke depan, perlu analisis faktorfaktor lingkungan internal maupun eksternal yang sangat dominan berpengaruh dalam proses pembangunan. Untuk itu pada gambar dibawah ini dapat diuraikan faktorfaktor tersebut baik faktor kekuatan, kelemahan peluang maupun tantangan. 18

INTERNAL KEKUATAN a. Kewenangan Dinas dalam pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan. b. Komitmen pimpinan dalam peningkatan ketahanan pangan. c. Ketersediaan sumber daya pertanian d. Ketersediaan data dan informasi pengembangan usaha pertanian. e. Ketersediaan dukungan anggaran. f. Keberadaan lembaga perbenihan dan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultra g. Ketersediaan laboratorium penguji mutu h. Ketersediaan fasilitas alsintan KELEMAHAN a. Kompetensi aparatur dinas belum sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang diharapkan. b. Pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya mengacu pada Tupoksi. c. Akses terhadap data dan informasi agribisnis belum optimal. d. Peran dan fungsi lembaga perbenihan belum optimal. e. Peran dan fungsi UPTD belum optimal. f. Sinergitas Tupoksi antar bidang dan UPTD belum terjalin dengan baik. EKSTERNAL PELUANG a. Sektor pertanian merupakan program unggulan. b. Permintaan pasar akan produkproduk pertanian. c. Pemanfaatan potensi SDA, SDM, SDB dalam pengembangan agribisnis. d. Komoditas spesifik di sentra produksi banyak. e. Pengembangan infrastruktur, saranaprasarana di perdesaan terus meningkat. f. Teknologi komunikasi dan informasi mendukung pengembangan agribisnis di pedesaan. g. Peluang pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura terbuka luas. h. Kesadaran petani dalam penggunaan sarana produksi pertanian. TANTANGAN/KENDALA a. Semakin tingginya alih fungsi lahan. b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan) pertanian. c. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi. d. Meluasnya areal yang potensial terkena gangguan bencana alam kekeringan/ kebanjiran. e. Mahalnya agroinput (sarana produksi dan alat mesin pertanian). f. Menurunnya minat terhadap usaha tani. g. Kemampuan permodalan petani terbatas. h. Impor benih hortikultura terus meningkat. i. Penerapan teknologi pertanian terbatas. j. Insentif peningkatan mutu masih rendah. k. Daya saing produk hortikultura masih rendah. l. Hama dan penyakit tanaman (Organisme Pengganggu Tumbuhan) makin berkembang. m. Tingkat kehilangan hasil masih tinggi. Gambar 3.1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal di atas maka penyusunan strategi berdasarkan analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut, 19

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL KEKUATAN (S) a. Kewenangan Dinas dalam pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan. b. Komitmen pimpinan dalam peningkatan ketahanan pangan. c. Ketersediaan sumber daya pertanian d. Ketersediaan data dan informasi pengembangan usaha pertanian. e. Ketersediaan dukungan anggaran. f. Keberadaan lembaga perbenihan dan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultra g. Ketersediaan laboratorium penguji mutu h. Ketersediaan fasilitas alsintan. KELEMAHAN (W) a. Kompetensi aparatur dinas belum sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang diharapkan. b. Pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya mengacu pada Tupoksi. c. Akses terhadap data dan informasi agribisnis belum optimal. d. Peran dan fungsi lembaga perbenihan belum optimal. e. Peran dan fungsi UPTD belum optimal. f. Sinergitas Tupoksi antar bidang dan UPTD belum terjalin dengan baik. PELUANG (O) a. Sektor pertanian merupakan program unggulan. b. Permintaan pasar akan produkproduk pertanian. c. Pemanfaatan potensi SDA, SDM, SDB dalam pengembangan agribisnis. d. Komoditas spesifik di sentra produksi banyak. e. Pengembangan infrastruktur, saranaprasarana di perdesaan terus meningkat. f. Teknologi komunikasi dan informasi mendukung pengembangan agribisnis di pedesaan. g. Peluang pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura terbuka luas. h. Kesadaran petani dalam penggunaan sarana produksi pertanian. STRATEGI MENGGUNAKAN KEKUATAN UNTUK MEMANFAATKAN KESEMPATAN a. Program peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk pertanian. b. Merumuskan peraturan, standar operasional dan prosedur (SOP), pedoman umum, Juklak, dan juknis untuk mendukung perkembangan agribisnis. c. Pengembangan Kerja/UPTD untuk mendukung optimalisasi pemanfaatan SDA, SDM, dan SDB di Jawa Barat. d. Pengembangan berbagai kegiatan untuk pemanfaatan peluang pasar. e. Pengembangan pusatpusat pertumbuhan perbenihan unggulan spesifik. f. Pengembangan agribisnis di sentrasentra produksi/kawasan andalan agribisnis. g. Pengembangan permodalan petani melalui dana BLM, kemitraan usaha, LUEP, Bantuan Sarana Produksi dan Perbaikan Sarana Pendukung. STRATEGI MENGURANGI KELEMAHAN DENGAN MEMANFAATKAN KESEMPATAN a. Identifikasi kebutuhan pelatihan, pengembangan program dan penyelenggaraan pelatihan bagi aparatur dinas pertanian tanaman pangan. b. Fasilitasi kepada masyarakat petani melalui pemberdayaan dan penguatan kelembagaan ekonomi petani (Kelompok tani/koperasi tani). c. Fasilitasi kepada petani/ kelompok tani dalam rangka pengembangan penangkaran benih tanaman pangan dan hortikultura. d. Peningkatan peran dan fungsi lembaga perbenihan. TANTANGAN (T) a. Semakin tingginya alih fungsi lahan. b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan) pertanian. c. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi. d. Meluasnya areal yang potensial terkena gangguan bencana alam kekeringan/kebanjiran. e. Mahalnya agroinput (sarana produksi dan alat mesin pertanian). f. Menurunnya minat terhadap usaha tani. g. Kemampuan permodalan petani terbatas. h. Impor benih hortikultura terus meningkat. i. Penerapan teknologi pertanian terbatas. j. Insentif peningkatan mutu masih rendah. k. Daya saing produk hortikultura masih rendah. l. Hama dan penyakit tanaman (Organisme Pengganggu Tumbuhan) makin berkembang. m. Tingkat kehilangan hasil masih tinggi. STRATEGI MENGGUNAKAN KEKUATAN UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN a. Pengembangan penggunaan pupuk organik dan pupuk majemuk serta penerapan teknologi konservasi. b. Bimbingan perbaikan jaringan irigasi di tingkat kuarter. c. Meningkatkan akses petani terhadap sumber pembiayaan. d. Optimalisasi pemanfaatan fasilitas alsintan dan pupuk bersubsidi. e. Rekayasa alsintan tepat guna. f. Pemanfaatan dan penggunaan alsintan pasca panen. g. Sosialisasi teknologi bagi petani/ kelompok tani. h. Optimalisasi unit kerja pengawas benih dan pengembangan benih TPH. STRATEGI MENGURANGI KELEMAHAN UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN a. Pelatihan kelompok tani/petugas lapangan dalam pengendalian OPT, magang, Sekolah Lapangan, dan penyediaan benih unggul bersertifikat. b. Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan kegiatan. c. Pembangunan Laboratorium Lapangan untuk pengkajian teknologi spesifik lokalita. d. Pengembangan Kelembagaan. e. Pengembangan Pengolahan, mutu, pemasaran dan keamanan pangan produk pertanian. Gambar 3.2. Penyusunan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT