DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIKDI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIK DI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

3 METODE PENELITIAN. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 8. Lokasi penelitian

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Karakteristik Shoaling Ikan Pelagis Menggunakan Data Akustik Split Beam di Perairan Selat Bangka Pada Musim Timur

INTERPRETASI SEB NILAI TARGET STRENGTH (TS) DAN DENSITAS DEmRSAL DENGAN BlETODE AIE)ROAKUSTIK DI TELUK PELABUWAN RATU

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. BAHAN DAN METODA. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODE PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETEKSI SEBARAN IKAN PADA KOLOM PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK INTEGRASI KUMULATIF DI KECAMATAN SUMUR, PANDEGLANG BANTEN

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

Analisis Sebaran Schooling Ikan Demersal Di Perairan Tarakan Kalimantan Utara Menggunakan Metode Hidroakustik. Oleh

DISTRIBUSI SPASIAL KEPADATAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN ENGGANO

TEKNOLOGI AKUSTIK BAWAH AIR: SOLUSI DATA PERIKANAN LAUT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

3. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH SCHOOLING IKAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK DI SELAT SUNDA

Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut Arafura

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN PERBEDAAN ANTARA IKAN DENGAN MEGAPLANKTON MELALUI ANALISIS BEDA MEAN VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH ( MVBS) Oleh: Fahad C

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENDUGAAN TARGET STRENGTH TERHADAP UKURAN PANJANG IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI PERAIRAN PULAU KONGSI, KEPULAUAN SERIBU

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh.

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

ME FEnR OF ME LORD IS ME BECIHtlIHG Of WLEDGE : BUT FOOLS DESPISE WISDGii N(D IHSIRUCTIM1.

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

KARAKTERISTIK HIDROAKUSTIK KOLOM AIR DI PERAIRAN BARAT SUMATERA FADLIL PUNGKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

DISTRIBUTION TARGET STRENGTH IN WATERS BENGKALIS DEMERSAL FISH PROVINCE RIAU

DETEKSI SEBARAN IKAN DEMERSAL BERDASARKAN ANALISA BACKSCATTERING VOLUME DI PERAIRAN PULAU GEBE, HALMAHERA TENGAH R. IRFAN ISTIQOM PERDANA

KARAKTERISTIK HIDROAKUSTIK DI BAGIAN UTARA, TENGAH, DAN SELATAN TELUK BONE PENI PUTERI RAMADHANIATI

Pendeteksian Suara Ikan Lepu Ayam (Pterois Volitans) Pada Periode Makan Dengan Skala Laboratorium

PENERAPAN SINGLE ECHO DETECTION DALAM ESTIMASI TARGET STRENGTH DAN DENSITAS IKAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SONAR5-PRO INDAH NURKOMALA

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

SEBARAN PLANKTON DAN LARVA IKAN DI PERAIRAN KEPULAUAN RAJA AMPAT: KAJIAN METODE HIDROAKUSTIK DAN SURVEI KONVENSIONAL

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEBARAN SPASIAL DAN TEMPORAL DENSITAS IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT BANDA DENGAN METODE HIDROAKUSTIK TRI NUR SUJATMIKO

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

Scientific Echosounders

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penangkapan Ikan

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 5. No. 2 November 2014:129-137 ISSN 2087-4871 DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIKDI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH (THE DETECTION OF PELAGIC FISH USING HYDROACOUSTIC IN PALU BAY, CENTRAL SULAWESI) Andi Achmadi 1, Totok Hestirianoto 2, Henry M. Manik 3 1 Corresponding author 2 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor E-mail: achmadimasyah@ymail.com ABSTRACT Yield and catch data obtained from statistic and fisheries commercial data are incomplete and inaccurate. Effort to increase the accurate data and survey method become necessary to estimate the yield potential in Indonesia. The aim of this study is to detect the pelagic schooling (target strength/ts approach) by using hydroacoustic. Those detection are used to describe insitu condition of pelagic fishes in Palu Bay, Central Celebes. Result of this study showed that the range of TS interval of pelagic schooling are between -70dB to -40dB, found about 23 schools. Based on depth strata, dominant schooling (12 schools) found in 100 to 150 m, then followed by 9 schools in 0 to 50 m and 2 schools in 50 to 100 m. fish caught in Palu Bay that landed in Labuan Bajo fishing port dominate by large pelagic. Those information are relevant with the TS data. The longest size of skipjack is 74 cm in depth of 142 m. Medium size of the smallest value of 5 cm in depth 57 m with an average size of 27.8 cm. Keyword: detection, schooling, hydroacoustic, pelagic fish ABSTRAK Data potensi dan hasil tangkapan yang bersumber dari data statistik perikanan ataupun perikanan komersial sebagian besar belum lengkap dan akurat. Oleh sebab itu, upaya peningkatan akurasi data dan metode survey yang sesuai diperlukan untuk menjamin ketepatan sasaran pendugaan potensi sumberdaya ikan di Indonesia. Tujuan deteksi schooling ikan pelagis dengan hidroakustik ialah agar dapat memberikan gambaran akurat tentang kondisi insitu potensi sumberdaya ikan pelagis di Perairan Teluk Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa schooling ikan pelagis dominan berada pada interval TS -70dB s/d -40dB sebanyak 23 schooling ikan. Berdasarkan strata kedalaman, schooling ikan lebih banyak berada pada kedalaman 100 s/d 150 m sebanyak 12 schooling disusul pada kedalaman 0 s/d 50 m sebanyak 9 schooling dan kedalaman 50 s/d 100 m sebanyak 2 schooling. Nilai TS tersebut merupakan kisaran nilai dari jenis pelagis besar. Hal tersebut sejalan dengan hasil tangkapan ikan di perairan Teluk Palu yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Labuan Bajo, Kabupaten Donggala yang didominasi jenis ikan pelagis besar. Ukuran terpanjang ikan cakalang senilai 74 cm di kedalaman 142 m. Sedang ukuran terkecil senilai 5 cm di kedalaman 57 m dengan rata-rata ukuran 27.8 cm. Kata kunci: deteksi, schooling, hidroakustik, ikan pelagis I. PENDAHULUAN Ikan pelagis merupakan organisme yang hidup di laut terbuka, lepas dari dasar perairan dan berada ke arah bagian lapisan permukaan. Ikan pelagis mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Jenis-jenis utama yang termasuk dalam kelompok ikan pelagis terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok ikan pelagis besar dan kelompok ikan pelagis kecil (Nybakken, 1992). Data potensi dan hasil tangkapan yang bersumber dari data statistik perikanan ataupun perikanan komersial sebagian besar belum lengkap dan akurat. Oleh sebab itu, upaya peningkatan akurasi data dan metode survey yang sesuai diperlukan untuk menjamin ketepatan sasaran pendugaan potensi sumberdaya ikan di Indonesia. Dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang akurat diperlukan perpaduan antara ilmu dan teknologi sebagai dasar dalam mempertimbangkan metode-metode yang tepat. Salah satu metode yang handal didalam melakukan deteksi ikan ialah melalui pendekatan Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com

metode hidroakustik. Menurut Pujiyati (2008), metode hidroakustik merupakan metode pendeteksian objek bawah air menggunakan peralatan transduser yang menghasilkan gelombang suara. Gelombang suara tersebut kemudian merambat di medium air, dan pada saat membentur objek, maka gelombang suara selanjutnya dipantulkan kembali dalam bentuk gema (echo) untuk dianalisis lebih lanjut.kemudian Fauziyah dkk. (2010), menyatakan, bahwa penggunaan metode hidroakustik dapat menjamin ketepatan dalam menduga potensi sumberdaya ikanserta menjadi rujukan untuk kesesuaian akurasi dengan data hasil tangkapan yang bersumber dari data statistika perikanan. Selain itu, MacLennan dan Simmonds (1992) menyatakan, bahwa metode ini memiliki beberapa keunggulan didalam mengestimasi kawanan ikan dan kelimpahannya, antara lain informasi yang dihasilkan lebih cepat dan meliputi area yang lebih luas, pendugaan atau estimasi stok dapat dilakukan secara insitu dan real time tanpa bergantung dari data statistik perikanan, memiliki ketelitian dan ketepatan tinggi, dapat dipakai ketika metode lain tidak dapat digunakan dan tidak berbahaya atau merusak karena frekuensi suara yang digunakan tidak membahayakan bagi pengguna maupun target survei. Secara akustik, obyek ikan yang terlihat pada echogram menggambarkan agregasi organisme bukan secara individual, sehingga disebut kawanan atau schooling. Schooling, nantinya terlihat pada peralatan survey akustik, echosounder ataupun sonar pada berbagai bentuk. Bentuk yang paling umum adalah jejak gema (echo trace) tunggal, kuat dan terputus-putus. Schooling merupakan struktur paling utama dalam melangsungkan kehidupan. Dalam kehidupan nyata, saat predator menghampiri gerombolan ikan yang sedang mencari makan, maka secara spontan gerombolan ikan tersebut akan bersikap waspada. Sekali terdeteksi oleh predator, gerombolan ikan akan mempertahankan diri daripada mencari makan (feeding) (Pitcher & Parrish, 1983). Untuk alasan tersebut maka ikan pelagis tidak dapat hidup sendiri contohnya ikan sardine, namun manusia dapat memanfaatkan schooling sebagai indikator dalam menangkap ikan pelagis (contoh alat tangkap trawl dan purse seine) (Gerlotto et al, 2004) dalam jumlah yang banyak karena ikan dalam kondisi berkelompok nilai kepadatannya akan berbeda dibandingkan jika dalam kondisi scatter atau terpencar. Penelitian bertujuan untuk mendeteksi schooling dan panjang ikan pelagis dengan peralatan hidroakustik sehingga dapat memberikan gambaran tentang kondisi insitu potensi sumberdaya ikan pelagis di Perairan Teluk Palu. Penelitian bermanfaat sebagai data dasar tentang kondisi potensi ikan pelagis di Perairan Teluk Palu. Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan pemerintah daerah dapat menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam hal peningkatan penangkapan ikan target di wilayah perairan Teluk Palu. II. METODELOGI Penelitian dilaksanakan di Perairan Teluk Palu. Waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan Juni 2014. Peralatan penunjang berupa 1 unit kapal, beberapa live jaket, Global Positioning System (GPS), peta pelayaran dan komputer beserta printer. Sedang alat yang digunakan untuk pengambilan data akustik ialah 1 unit scientific echosounder BIOSONIC DT-X splite beam acoustic system dengan frekuensi 200 KHz. Software pengolahan terdiri atas Echoview 4.8 dan Microsoft Excel 2013. Sedang pengambilan data oseanografi baik suhu dan salinitas dilakukan menggunakan peralatan Conductivity Temperature and Depth (CTD) yang kemudian divisualisasikan dengan software ODV 4.0. Pengambilan data akustik dilakukan dengan menggunakan Scientific echosounder BIOSONIC DT-X splite beam acoustic system dengan frekuensi 200 KHz dioperasikan dengan pulse duration 0.4ms, data collection threshold level - 130dB s/d 20dB dan kecepatan suara sebesar 1540,52 m/s. Akuisisi data akustik berlangsung selama 2 hari dari panjang lintasan survey 71,1 km dengan kecepatan kapal 4 knot. Waktu akuisisi dilakukan pada pukul 08.00 s/d 18.00 WITA. Hal ini didasari oleh tingkah laku 130 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 November 2014:131-139

ISSN 2087-4871 ikan pelagis dimana menurut Fauziyah (2005), ikan pelagis diwaktu siang lebih sering membentuk schooling sebagai upaya memudahkan mencari makan, mencari pasangan dalam memijah dan taktik untuk menghindar atau mempertahankan diri dari serangan predator sedang pada malam ikan tidak membentuk schooling akan tetapi ikan menyebar (Scatter) di kolom perairan. Pengoperasian dan perekaman data suhu dan salinitas dimulai dengan menurunkan peralatan CTD di kedalaman 0 m dari permukaan hingga kedalaman 150 m. Selanjutnya, nilainilai hasil perekaman parameter ini nantinya digunakan dalam pengolahan data selain itu berguna untuk melihat dinamika suhu dan salinitas di kolom perairan serta melihat hubungannya melalui analisis korelasi. Langkah pertama pengolahan data akustik di perangkat lunak Echoview 4.8 terlihat pada Gambar 2. Gambar 1. Peta lokasi penelitian Gambar 2. Prosedur pengolahan RAW data akustik di echoview Deteksi Shcooling Ikan Pelagis... (ACHMADI, HESTIRIANOTO, dan MANIK) 131

Data Matriks Data Akustik (MDA), yakni matriks data akustik backscattering volume (SV) dari schooling ikan pelagis. Hasil keluaran analisis berupa data SV yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh Nilai TS hasil integrasi menggunakan persamaan (Echoview) berikut: τ s = S v ρ (1) TS = 10 log(τ s ) (2) Nilai Sv dan ρ diperoleh dari persamaan (Echoview 4.8)berikut: SV = 10 log(s v ) SV 10 s v = 10 ρ = n v Keterangan: TS : target strength (db) Ts : target strength (linear) SV : volume backscattering strength (db) Sv : volume backscattering coefficient (linear) ρ : densitas ikan (individu/m 3 ) n : number of samples (individu) v : beam volume sum (m 3 ) Di sisi lain salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai target strength adalah ukuran ikan. Pada ikan dengan spesies yang sama, semakin besar ukuran ikan maka nilai TS nya juga akan semakin besar. Ukuran dari panjang ikan (L) berhubungan linear dengan scattering cross section (σ = al 2 ). Menurut Foote, (1987), bahwa pada pengukuran insitu target strength dengan metode akustik, nilai rata-rata target strength mempunyai hubungan linear dengan nilai rata-rata panjang ikan (cm). Untuk ikan dengan gelembung renang tertutup (physoclist): TS = 20 log L 67,5dB(3) Sedang untuk ikan dengan gelembung renang terbuka (physostome): TS = 20 log L 71,9dB(4) Dan untuk ikan yang tidak memiliki gelembung renang (bladderless fish): TS = 20 log L 80dB(5) Sedang untuk melihat hubungan antara nilai TS dengan panjang ikan digunakan analisis regresi linear sederhana. Regresi linear sederhana merupakan suatu persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (x, independent variable) dan satu peubah tak bebas (y, dependent variable). Persamaan umum dari regresi linear sederhana yaitu y = ax + b. Jika dihubungkan antara persamaan umum regresi dengan persamaan foote, (1987), maka dapat dilihat bahwa nilai TS merupakan variabel yang tak bebas (y) dan nilai dari panjang ikan (L) merupakan variabel yang bebas (x), sehingga yang mempengaruhi nilai TS adalah nilai dari panjang ikan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Schooling Selama survey pelayaran, data akustik yang direkam sebanyak 17 file. Schooling ikan pelagis dominan berada pada kisaran TS (-67dB) s/d (-42dB) dengan jumlah sebanyak23 schooling. Contoh schooling ikan pelagis dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Schooling ikan pelagis di Perairan Teluk Palu 132 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 November 2014:131-139

ISSN 2087-4871 Tabel 1. Dugaan jumlah schooling di Perairan Teluk Palu TS (db) Depth (m) 0-50 50-100 100-150 (-42) - (-47) (-47) - (-52) (-52 - (-57) (-57 - (-62) (-62) - (-67) 0 0 5 5 1 0 6 7 0 0 1 1 2 1 0 3 6 1 0 7 9 2 12 23 Gambar 4. Profil sebaran TS menurut Depth pada threshold -70dB s/d -30dB. Berdasarkan strata kedalaman, schooling ikan lebih banyak berada padakedalaman 100 s/d 150 m sebanyak 12 schooling disusul padakedalaman 0 s/d 50 m sebanyak 9 schooling dan kedalaman 50 s/d 100 m sebanyak 2 schooling (Tabel 1 dan Gambar 4). 3.2. Hasil Tangkapan Hasil tangkapan di perairan Teluk Palu yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Indonesia Labuan Bajo di Kabupaten Donggala pada bulan Juni 2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 memperlihatkan bahwa ikan cakalang sangat mendominasi jenis ikan pelagis di perairan Teluk Palu dengan persentase 49,17%. Disamping itu data tangkapan juga berasal dari beberapa nelayan pesisir Teluk Palu yang mengunakan alat tangkap pancing rawai dimana jenis ikan tangkapan juga didominasi oleh ikan cakalang. Tingginya jenis ikan cakalang yang ditemukan di Teluk Palu dipengaruhi oleh kondisi geografis dimana bentuk Teluk Palu semi tertutup dan kondisi astronomis yang berdekatan dengan garis khatulistiwa yang membuat Deteksi Shcooling Ikan Pelagis... (ACHMADI, HESTIRIANOTO, dan MANIK) 133

perairan ini bersifat panas. Menurut Simbolon (2010) kondisi perairan panas seperti ini sangat sesuai untuk proses keberlangsungan pemijahan ikan cakalang, ini dibuktikan sebagian besar larva cakalang ditemukan di perairan dengan suhu di atas 24 o C. Data perekaman suhu dan salinitas dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7. Selain itu, dari sisi oseonografi penyebaran ikan cakalang di suatu perairan adalah pada suhu 17 s/d 23 o C dan suhu optimum untuk penangkapan adalah 20 s/d 22 o C, waktu makan yang terikat pada kebiasaan-kebiasaan tertentu dan kondisi salinitas berkisar antara 32 s/d 35 o / oo dan jarang ditemui pada perairan dengan salinitas rendah (Simbolon, 2010). Gambar 5. Hasil tangkapan bulan Juni 2014 di perairan Teluk Palu Gambar 6. Profil suhu pada kolom perairan Teluk Palu Gambar 7. Profil salinitas pada kolom perairan Teluk Palu 134 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 November 2014:131-139

ISSN 2087-4871 3.3. Hubungan Target Strenght dengan Panjang Ikan (L) Pengukuran ini mengasumsikan bahwa ikan yang berada di perairan Teluk Palu jenis cakalang (Katsuwonus pelamis). Penentuan ini mengacu dominasihasil tangkapan yang di daratkan di PPI Labuan Bajo. Pada spesies ikan cakalang atau biasa juga dikenaldengan nama Skipjack tidak memiliki gelembung renang (Swim Bladder) (Collette dan Nauen, 1983) sehingga perhitungannya menggunakan Persamaan 5. Berdasarkan nilai TS, ukuran panjang ikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 memperlihat bahwa ukuran terpanjang ikan cakalang senilai 74 cm di kedalaman 142m. Sedang ukuran terkecil senilai 5 cm di kedalaman 57 m dengan rata-rata ukuran 27.8 cm. Sedang untuk melihat hubungan antara nilai TS dengan panjang ikan digunakan analisis regresi linear sederhana (Gambar 8). Gambar 8 menvisualisasikan bahwa nilai TS ikan berhubungan linear positif terhadap ukuran panjang ikan. Ini dibuktikan dengan tingginya nilai korelasi (r) yaitu 96% dengan koefisien determinasinya adalah 92%. Artinya, bahwa variasi nilai TS dapat dijelaskan atau ditafsirkan oleh ukuran panjang ikan sebesar 92% dan 8% lainnya tidak dapat dijelaskan oleh ukuran panjang ikan. Tabel 2. Panjang Ikan berdasarkan nilai target strenght FL Fileset (IDS)* TS (db) D (m) (cm) 124318 (1) -59,1 25,7 11,1 153010 (1) -65,9 31,1 5,1 160010 (2) -49,4 141,1 33,7 160010 (3) -46,3 128,5 48,2 160010 (4) -46,4 132,2 48,0 160010 (5) -48,2 137,2 38,8 160010 (6) -49,0 135,7 35,6 160010 (7) -50,0 136,3 31,5 160010 (8) -47,2 136,7 43,7 160010 (9) -48,4 135,6 38,0 160010 (10) -52,4 100,2 24,0 160010 (11) -42,6 142,0 74,0 160010 (12) -46,3 135,0 48,6 160010 (13) -44,9 137,1 57,0 171512 (3) -47,2 38,0 43,9 084532 (13) -65,7 57,9 5,2 084532 (14) -62,6 20,8 7,4 091013 (1) -63,1 38,8 7,0 093638 (9) -66,0 28,0 5,0 093638 (10) -59,0 84,7 11,2 093638 (11) -61,5 34,9 8,5 093638 (15) -62,5 23,5 7,5 114918 (1) -64,2 20,8 6,2 Deteksi Shcooling Ikan Pelagis... (ACHMADI, HESTIRIANOTO, dan MANIK) 135

Gambar 8. Grafik hubungan TS terhadap panjang ikan Tabel 3. Korelasi target strenght dengan parameter oseanografi Ts 1 Depth.696 1 Ts Depth Temp Salinity Temp -.626 -.970 1 Salinity.601.912 -.971 1 3.4. Hubungan Target Strenght dengan Oseanografi Hubungan TS dengan oseanografi dijelaskan melalui keeratan hubungan antara variabel yang dinyatakan dengan besar kecilnya koefisien korelasi. Berdasarkan analisis korelasi metode Pearson yang dilakukan (Tabel 3) bahwa variabel target strenght (TS) berhubungan positif dengan variabel depth sebesar 70%. Artinya semakin dalam kawanan ikan dijumpai maka nilai TSnya semakin besar. Sementara variabel suhu berhungungan negatif dengan variabel TS sebesar 63%. Artinya bila suhu nilainya semakin kecil maka schooling ikan pelagis yang dijumpai relatif nilai TS-nya besar. Sedang variabel salinitas berhubungan positif terhadap TS sebesar 60%. Artinya bila salinitas nilainya semakin besar maka schooling ikan pelagis dengan nilai TS besar yang akan dijumpai. IV. KESIMPULAN Potensi ikan pelagis di perairan TelukPalu didominasi oleh ikan pelagis besar dengan 23 schooling yang terdeteksi. Berdasarkan strata kedalaman, schooling ikan lebih banyak berada pada kedalaman 100 s/d 150 m sebanyak 12 schooling disusul pada kedalaman 0 s/d 50 m sebanyak 9 schooling dan kedalaman 50 s/d 100 m sebanyak 2 schooling. Perairan teluk palu sangat mumpuni ditempati oleh berbagai jenis ikan pelagis dikarenakan kondisi geografis dan astronominya yang mendukung pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil analisis regresi hubungan TS dengan panjang ikan 136 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 November 2014:131-139

ISSN 2087-4871 berhubungan positif. Analisis korelasi Pearson memperlihatkan bahwa nilai TS ikan pelagis berhubungan erat dengan variabel depth, suhu dan salinitas. DAFTAR PUSTAKA Collette, B.B. & C.E. Nauen. (1983). FAO Species Catalogue. Vol. 2. Scombrids of the world. An annotated and illustrated catalogue of tunas, mackarels, bonitos and related species known to date. FAO Fish. Synop. 125(2):137p. Rome: FAO Fauziyah, 2005. Identifikasi, Klasifikasi Dan Analisis Struktur Spesies Kawanan Ikan Pelagis Berdasarkan Metode Descriptor Akustik. Disertasi sekolah pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Fauziyah, Hartoni dan Agussalim, 2010. Karakteristik Schooling Ikan Pelagis Mengunakan Data Akustik Splite Beam di Perairan Selat Bangka Pada Musim Timur. Jurnal Ilmu Kelautan, Maret 2010. ISSN 0853-7291 Vol. 15 (1) 17 22. Gerlotto, F., J. Castillo, A. Saavedra, M.A. Barbieri, M. Espejo, and P. Cotel, 2004, Three-dimensional structure and avoidance behaviour of anchovy and common sardine schools in central southern Chile, e ICES Journal of Marine Science, 61: 1120e 1126. MacLennan, D. N., and Simmonds, E. J. 1992. Fisheries Acoustics. Chapman and Hall, London. 325 pp. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh: H. M. Eidiman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo.Jakarta:PTGramediaPusak autama.xv+ 459 h. Pelabuhan Perikanan Indonesia, 2014. Laporan Produksi 2010 s/d 2014. Dinas Provinsi Sulawesi Tengah. Donggala. Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Keterkaitan Antara Tipe Substrat Dasar Perairan Dengan Komunitas Ikan Demersal. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Pitcher, T.J., and Parrish, J.K., 1993. Behavior of teleost fishes, 2 nd Edition. Champman & Hall, London. 295-337. Simbolon. D., 2010. EksplorasiDaerah Penangkapan Ikan Cakalang Melalui Analisis Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Palabuhanratu. Jurnal Mangrove dan Pesisir. ISSN 1411-0679, Vol.-X UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepadapusatkajian Sumberdaya Pesisir dan Laut Tropis (PKSPL-TROPIS) Universitas Tadulako dan BAPPEDA Kota Palu yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. Deteksi Shcooling Ikan Pelagis... (ACHMADI, HESTIRIANOTO, dan MANIK) 137