Ì»µ²± ±¹ ß» ± ±² µ Ì» ±¾± ² л ¾ ² µ ² Ý» Þ»² Õ»² ²¹ Sektor perbenihan merupakan salah satu pendukung utama dalam program pembangunan pertanian yang diarahkan pada peningkatan ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing usaha pertanian, dan kesejahteraan petani. Program pembangunan pertanian akan tercapai dengan dukungan di mana salah satunya adalah terpenuhinya benih secara kuantitas dan kualitas. Benih sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas hasil produksi. Salah satu program pemerintah di sektor pertanian adalah perbenihan kentang yang dilakukan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung pada tahun 1992. Program ini merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), telah menghasilkan produk benih kebutuhan benih berkualitas di Jawa Barat terus meningkat. Pada tahun 2007 stok benih kentang G 4 baru mencapai 4.000 t, atau hanya memenuhi kebutuhan untuk 3.000 ha saja (Anonimous 2008). Oleh karena itu, penerapan teknologi inovatif dari semua pihak (pemerintah dan swasta) untuk perbanyakan cepat benih kelas penjenis (G 0 ) kentang sangat diharapkan sehingga kebutuhan benih yang berkualitas secara regional dan nasional senantiasa tersedia sepanjang tahun. Dalam upaya mendukung penyediaan benih Tasa Nusantara (ATN), salah satu produsen benih 16
iptek hortikultura bermutu yang berlokasi di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sampai saat ini terus berkiprah memproduksi benih kentang bermutu dan benih kentang bermutu dan bersertifikat bagi petani penangkar untuk mendukung program Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Produk benih kelas penjenis (G 0 ) kentang yang diproduksi menggunakan media steril (tanah plus pupuk kandang) yang ditempatkan dalam seed bed di rumah-rumah kasa, hanya mampu menghasilkan benih kelas penjenis (G 0 ) rerata sekitar 1,5-3 knol/ tanaman dan tidak berbeda dengan yang dihasilkan oleh ATN (Gunawan dan Afrizal 2008). Teknologi aeroponik merupakan terobosan dalam melipatgandakan benih G 0. Teknologi aeroponik dapat menghasilkan umbi kentang yang cukup banyak, beberapa kali lipat bila dibandingkan dengan menggunakan media steril (tanah dan pupuk kandang) (Baharudin 2008). Oleh karena itu, pada bulan Desember 2008 peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bekerjasama dengan ATN mengembangkan teknik aeroponik dan hasilnya mencapai 10 kali lipat (Gambar 1) dibandingkan dengan konvensional (Gambar 2). Adapun ukuran benih yang dihasilkan dengan teknik aeroponik bervariasi dari ukuran sebesar biji kacang tanah sampai sebesar telur bebek (Gambar 3). Penerapan teknik aeroponik sebagai teknologi inovatif merupakan terobosan baru dalam usaha perbanyakan cepat benih kentang penjenis (G 0 ) dalam mendukung program pembangunan pertanian di sektor perbenihan yang siap dikomersialkan, walaupun investasi awal cukup mahal tetapi bila dibandingkan dengan hasil yang berlipat, maka biaya yang dikeluarkan terhitung cukup murah. Hasil analisis usahatani untuk luasan rumah kasa 100 m 2 dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Saat ini Indonesia sudah melangkah dan membuktikan keberhasilan teknologi ini. Penelitian lanjut serta pengembangannya terutama dalam usaha menghasilkan jumlah umbi yang lebih banyak dengan ukuran relatif sama perlu diteliti lebih lanjut. Gambar 1. Penanaman benih penjenis secara aeroponik Gambar 2. Penanaman benih penjenis secara konvensional Gambar 3. Hasil produksi secara aeroponik 17
Menurut Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Barat, dengan mengoptimalkan peran dan fungsi kelembagaan perbenihan (Pemerintah dan swasta) di daerahdaerah akan diperoleh 3 hal yaitu: (1) kebutuhan benih terpenuhi sesuai kebutuhan varietas, jumlah, mutu, waktu, dan lokasi yang tepat, (2) kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan terjamin, dan (3) terwujudnya usaha perbenihan yang tangguh dan mandiri dengan skala usaha yang layak secara komersial dan berkesinambungan. Teknologi inovatif aeroponik merupakan langkah awal menuju keberhasilan Indonesia memproduksi benih kentang berkualitas tinggi (swasembada benih kentang) (Pradjadinata 2008). Ada 6 kriteria tepat yang harus diperhatikan yaitu tepat varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga untuk memenuhi benih secara regional dan nasional. Keuntungan menggunakan teknik aeroponik selain praktis, tidak perlu menggunakan media campuran tanah dan pupuk kandang steril, tidak banyak menggunakan pestisida, menghasilkan umbi sehat dan bersih, tetapi produksi tinggi (10 x lipat dibanding cara konvensional), mudah dipanen dan diatur sesuai ukuran yang diinginkan, tenaga kerja cukup 1 orang, bebas patogen (bakteri dan cendawan), nutrisi dapat diatur dan secara optimum diserap oleh tanaman. Teknik aeroponik merupakan teknologi modern dengan peralatan dan bahan yang cukup mahal dan memerlukan biaya cukup tinggi, tetapi untuk investasi jangka panjang teknik ini dapat diperhitungkan sesuai dengan program perencanaan dalam memproduksi benih. Lembaga pemerintah bersama-sama dengan produsen benih swasta dapat mewujudkan usaha perbenihan yang tangguh dan mandiri dengan skala komersial dan berkesinambungan dengan teknologi ini. Dukungan pemerintah berupa fasilitator dan regulator bagi para petani penangkar sangat membantu Program revitalisasi perbenihan oleh pemerintah dalam usaha membenahi sistem perbenihan secara nyata akan menunjang kebijakan dan program pembangunan pertanian yang diarahkan kepada peningkatan ketahanan pangan, nilai tambah, dan kesejahteraan petani. akan mempengaruhi peningkatan produktivitas lebih dari rerata produksi secara nasional yaitu 16,94 t/ha (sebagian besar petani masih menggunakan benih tidak berkualitas atau generasinya tidak jelas), sehingga produktivitasnya rendah (<10 t/ha). Dukungan prasarana dan sarana prosesing benih kentang dari Pemerintah memberikan peluang bagi sektor produsen benih swasta untuk lebih berperan dalam kegiatan produksi benih. Upaya untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan teknologi aeroponik dapat dilakukan dengan berbagai cara:. 1. Bak tanam dari dapat diganti dengan bak papan, kontainer bambu, bak dari bata, buleng ikan, atau bak plastik yang memenuhi persyaratan panjang 4 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,70 m. 2. Tutup bak dapat diganti dengan susunan papan tipis ukuran 1 x 1 m atau menggunakan anyaman bambu dan anyaman bilik bambu. 3. Rumah kasa dapat disederhanakan, menggunakan bahan dari bambu, atap plastik UV dan kedap serangga. 4. Mesin pengalir air dan nutrisi dapat diatur waktunya sehingga tidak boros dalam penggunaan listrik. Tahap-tahap pelaksanaan teknik aeroponik adalah: 1. Stek tanaman kentang berasal dari planlet hasil kultur jaringan (Gambar 4) ditanam pada media campuran steril (tanah dan pupuk kandang v/v 1:2) dalam seed bed di rumah kasa (Gambar 5). 2. Penanaman stek tanaman kentang pada bak tanam di rumah kasa (Gambar 6). 18
iptek hortikultura 3. Stek pucuk tanaman kentang siap ditanam (Gambar 7a). 4. Tanam stek tanaman kentang pada yang telah dilubangi (Gambar 7b). 5. Pertumbuhan dan hasil umbi benih kentang penjenis (G 0 ) pada umur 33 sampai 65 hari setelah tanam (Gambar 8). 6. Panen perdana benih kentang penjenis kentang (G 0 ) menggunakan teknik aeroponik (Gambar 9). Gambar 5. Stek pucuk dari planlet Gambar 4. Planlet kentang a b Gambar 6. Penanaman stek kentang pada bak tanaman di rumah kasa Gambar 7 a. Stek pucuk siap tanam, b. Tanaman stek tanaman kentang pada styrofoam yang telah dilubangi Gambar 8. Pertumbuhan dan hasil umbi benih kentang penjenis umur tanam 33-65 hari setelah tanam 19
Gambar 9. Panen perdana benih kentang menggunakan teknik aeroponik Gunawan, O.S.* dan D. Afrizal** * Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung 40391 ** Agritek Tata Nusantara Jl. Katuk No. E-3, Komplek Balitsa, Cikole- Lembang, Kab. Bandung Barat e-mail: hdafrisalg@yahoo.com 20
iptek hortikultura Lampiran 1. Analisis usahatani budidaya benih kentang varietas Granola L kelas benih penjenis (G 0 ) secara aeroponik No U r a i a n Volume Harga satuan (Rp) J u m l a h (Rp) a. Bahan dan alat 1. Rumah kasa 100 m 2 150.000,00 15.000.000,00 2. 8 buah 3.000.000,00 24.000.000,00 3. 32 buah 40.000,00 1.280.000,00 4. Pipa nutrisi 200 meter 3.500,00 700.000,00 5. Sprinkle 32 buah 3.500,00 112.000,00 6. Mesin pendorong 1 buah 400.000,00 400.000,00 7. Drum plastik 1 buah 500.000,00 500.000,00 8. Paralon 5 batang 26.000,00 130.000,00 9. Benih stek 1.526 tanaman 1.250,00 1.907.500,00 10. Listrik 1 musim 1.000.000,00 1.000.000,00 11. Nutrisi & pestisida 2 paket 1.500.000,00 3.000.000,00 Jumlah 48.029.500,00 b. Tenaga kerja 1. Persiapan stek 1 hok 15.000,00 15.000,00 2. Persiapan tanam 1 hok 15.000,00 15.000,00 3. Tanam 2 hok 15.000,00 30.000,00 4. Pemeliharaan 90 hok 20.000,00 1.800.000,00 5. Panen 3 hok 15.000,00 45.000,00 Jumlah 1.905.000,00 Jumlah total (a + b) 49.934.500,00 Rekapitukasi Estimasi hasil produksi 37.500 Knol BEP harga Rp. 1.332,00 BEP volume produksi 24.967 Knol Harga jual Rp. 2.000,00/knol Total harga jual 37.500 knol x 2.000,00 = Rp. 75.000.000,00 Laba Rp. 75.000.000,00 - Rp. 49.934.500,00 = Rp. 25.065.500,00 Prosentase laba 33% 21
Lampiran 2. Analisis usahatani budidaya benih kentang varietas Granola L kelas benih penjenis (G 0 No U r a i a n Volume Harga Satuan (Rp) J u m l a h (Rp) a. Bahan dan alat 1. Rumah kasa 100 m 2 100.000,00 10.000.000.00 2. Bak papan 8 buah 600.000,00 4.800.000.00 3. Papan penutup 32 buah 18.000,00 576.000,00 4. Pipa nutrisi 200 meter 3.500,00 700.000,00 5. Sprinkle 32 buah 3.500,00 112.000,00 6. Mesin pendorong 1 buah 400.000,00 400.000,00 7. Drum plastik 1 buah 500.000,00 500.000,00 8. Paralon 5 batang 26.000,00 130.000,00 9. Benih stek 1.526 tanaman 1.250,00 1.907.500,00 10. Listrik 1 musim 1.000.000,00 1.000.000,00 11. Nutrisi & pestisida 2 paket 1.500.000,00 3.000.000,00 Jumlah 23.125.500,00 b. Tenaga kerja 1. Persiapan stek 1 hok 15.000,00 15.000,00 2. Persiapan tanam 1 hok 15.000,00 15.000,00 3. Tanam 2 hok 15.000,00 30.000,00 4. Pemeliharaan 90 hok 20.000,00 1.800.000,00 5. Panen 3 hok 15.000,00 45.000,00 Jumlah 1.905.000,00 Jumlah total (a + b) 25.030.500,00 Rekapitulasi Estimasi hasil produksi 37.500 Knol BEP harga Rp. 667,00 BEP volume produksi 12.515 Knol Harga jual 37.500 knol x Rp. 2.000,00/knol = Rp. 75.000.000,00 Laba Rp. 49.969.500,00 Prosentase laba 67% 22