BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan terbitnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sangat terbatas; sehingga ketergantungan pada Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB I PENDAHULUAN. maksimalisasi laba tetapi lebih kepada publik service orientif (Suhayati,2009).

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. negara/daerah dimulai dengan diterbitkannya 2 (dua) undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang dinginkan masyarakat, sebagai salah satu stakeholders. Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, MOTIVASI KERJA, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIDANG KEUANGAN PADA PEMDA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan reformasi pengelolaan keuangan negara. Paket peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penganggaran partisipatif..., 1 Amaliah Begum, FE Universitas UI, 2009 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan Negara dan searah, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap penganggaran, implementasi maupun pertanggungjawaban. Salah. Implementasi sejumlah perangkat perundang-undangan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

PENDAHULUAN. Daerah dalam melakukan dan melaksanakan pengelolaan keuangan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam organisasi pemerintahan diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting bagi bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja pemerintah merupakan hal yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 mengenai. penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membawa harapan akan terciptanya good governance yang terbebas dari tindakan

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, termasuk diantaranya Pemerintah Kota. Anggaran tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB V PENUTUP. 1) Tidak terdapat pengaruh antara variabel akuntabilitas publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN. sistem informasinya. Tidak terkecuali Negara Indonesia, yang tidak boleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan daerah sebagai bagian dari integral dari pembangunan nasional di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

SKRIPSI. Diajukan sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (Good Governance). Terselenggaranya pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah. Akuntansi Keuangan Daerah ini diperlukan sejalan dengan semangat

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan terbitnya berbagai peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan negara dan daerah. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)Nomor 105 Tahun 2000 yang diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005; PPNomor 24 Tahun 2005; paket UU di bidang keuangan negara yang terdiri dari UUNomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, serta UU Nomor 15 Tahun2004, Permendagri No 13 tahun 2006. Reformasi pengelolaan keuangan daerah tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan yang mendasar pada pengelolaan keuangan negara/daerah. Peraturan baru tersebut menjadi dasar bagi institusi negara untuk mengubah pola administrasi keuangan menjadi pengelolaan keuangan negara. Proses pengelolaan keuangan tersebut, mencakup aktivitas yang berkaitan dengan; planning, budget setting, activity of budget implementation, budgetmonitoring and control, and review (Rose dalam Natalia, 2010). Para pejabat yang melakukan fungsi perencanaan serta pengendalian anggaran adalah manajer dalam satuan kerja perangkat daerah. Manajer merupakan orang yang bertanggungjawab atas organisasi atau unit yang dipimpinnya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satualat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab. Keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan kewajiban 1

daerah yangdapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan/kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penata usahaan, pelaporan, pertanggung jawaban danpen gawasan keuangan daerah. Berdasarkan UU 33 tahun 2004 pasal 66 ayat 1,keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat. Perubahan mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen pemerintahan, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan negara maupun daerah. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan cleangovernment) telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penerapan sistem tersebut bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik kolusi, korupsi, dannepotisme (KKN). Anthony & Govindrajanmenegaskan bahwa anggaran perludisiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap level organisasi.penyusunan anggaran secara partisipasi diharapkan kinerja manajer akanmeningkat, dimana ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui,maka

karyawan/bawahan manajer akan menginternalisasikan tujuan yangditetapkan, dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karenamereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran. (Natalia, 2010:3). Keterlibatansetiap personel yang kompeten pada setiap level organisasi dapat mendorongpeningkatan kinerja organisasi. Keterlibatan/partisipasi secara luas pada dasarnyamerupakan proses organisasional, dimana para anggota organisasi yang dalam halini adalah para manajer ikut serta dan mempunyai pengaruh dalam suatupembuatan keputusan yang berkepentingan dengan mereka. Partisipasi dalamkonteks penyusunan anggaran merupakan proses dimana para individu yangkinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaiananggaran, ikut serta dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan anggaran. Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah,implementasi program pemerintah daerah yang menkonsumsi sejumlahsumberdaya tertentu dapat dievaluasi melalui kinerja yang dihasilkan oleh setiapsatuan kinerja. Dari setiap satuan kerja telah memiliki manajer untuk mengelolakeuangan.kinerja dari manajer tersebut dapat mencerminkan pengelolaankeuangan daerah yang dilakukan di masing-masing satuan kerja. Di dalam organisasi pemerintahan diperlukan sumber daya manusia yangmemiliki peranan penting sebagai pengggerak demi kelancaran jalannya kegiatanusaha. Sukses tidaknya seorang karyawan dalam bekerja akan dapat diketahuiapabila perusahaan atau organisasi yang bersangkutan menerapkan systempenilaian kinerja. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorangatau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dantanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasiyang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moralmaupun etika.jadi kinerja merupakan hal yangpenting bagi perusahaan atau organisasi serta dari pihak karyawan itu sendiri. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungandengan tenaga kerja itu sendiri maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan atau organisasi.komitmen organisasi diperlukan sebagai salah satu indikator kinerja karyawan. Karyawan dengan komitmen yang tinggi dapat diharapkan akan memperlihatkan kinerja yang optimal. Seseorang yang bergabung dalam organisasi pada sebuah perusahaan dituntut adanya komitmen dalam dirinya. Sebagai definisi yang umum, (Luthans, dalam Natalia,2010) mengartikan komitmen organisasional sebagai sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dankebaikan organisasinya. Komitmen mencakup juga keterlibatan kerja.hal inidisebabkan karena antara keterlibatan kerja dengan komitmen organisasi sangaterat hubungannya. Komitmen dari karyawan merupakan sesuatu yang penting. Karenadampaknya antara lain terhadap keterlambatan, ketidakhadiran, keinginan untukpindah kerja, dan perputaran tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhikomitmen terhadap organisasi antara lain karakteristik individu, karakteristikpekerjaan, dan pengalaman kerja. Komitmen organisasi itu sendiri

mempunyaitiga komponen yaitu keyakinan yang kuat dari seseorang dan penerimaan tujuanorganisasi, kemauan seseorang untuk berusaha keras bergantung pada organisasi,dan keinginan seseorang yang terbatas untuk mempertahankan keanggotaan. Penelitian yang di lakukan Natalia Dewinda Putri (2010) dengan judul Pengaruh komitmen organisasional Dan peran manajer pengelolaan Keuangan daerah terhadap kinerja Manajerial satuan kerja perangkat Daerah studi pada kabupaten tegal. Menunjukkan bahwa komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja dan peran manajer pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja. Pengumpulan data menggunakan pengumpulan data primer, yaitu kuesioner dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh dari pegawai eselon tiga dan empat yang bekerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal. Metode untuk menganalisis data menggunakan regresi berganda.hasil kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja dan peran manajer pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian ini hanya mengukur kinerja secara kualitatif dengan berdasarkan persepsi pegawai. Penelitian yangdi lakukan Rafika Anggraeni (2009) dengan judul Pengaruh Partisipasi anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja SKPD pemerintahan kabupaten labuhan batu. Secara parsial penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaaran tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu, sedangkan komitmen organisasi secara

simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu. Penelitian yang di lakukan Tuasikal (2006) dengan judul Pengaruh Pengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah Studi pada Provinsi dan Kabupaten/KotadiMaluku. Secara parsial pengawasan internal dan eksternal serta pemahaman mengenai sistem akuntansi keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja unit satuan kerja perangkat daerah.secara simultan pengawasan internal dan eksternal, dan pemahaman mengenai sistem akuntansi, serta pengelolaan keuangan berpengaruh relatif rendah terhadap kinerja unitsatuan kerja perangkat daerah. Penelitian ini melanjutkan penelitian saudara Natalia (2010), adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada pada waktu dan lokasi yang berbeda, pada penelitian sebelumnya di lakukan di Kab Tegal dan penelitian ini di lakukan di SKPD Dinas Pemerintahan Kota Medan, karena Kota Medan merupakan pusat Pemerintahan di Sumatera Utara yang memiliki kebijakan Ekonomi yang berfokus kepada pertumbuhan ekonomi yang lebih dinamis dan progresif sehingga dapat memposisikan Kota Medan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.Yang mungkin menghasilkan temuan yang berbeda. Berdasarkan Uraian di atas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Peran Manajer Pengelolaan Keuangan

Daerah Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Medan. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah? 2. Apakah peran manajer pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah? 3. Seberapa besar pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah? 4. Seberapa besar pengaruh peran manajer pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah? 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini di batasi dengan hanya meneliti seberapa besar pengaruh komitmen organisasi dan peran manajer pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Medan. 1.4 Rumusan Masalah Apakah komitmen organisasi dan peran manajer pengelolaan keuangan daerah Berpengaruh terhadap kinerja manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Medan.

1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk : 1. Menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah. 2. Menguji pengaruh peran manajer pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah. 1.6 Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori akuntansi keperilakuan dan akuntansi manajemen terutama pada teori penetapan tujuan (goal setting theory) dalam konteks pemerintah daerah. b. Bagi akademisi Diharapkan memberikan implikasi terkait dengan komitmen organisasional karyawan pada organisasi sektor publik, serta diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja manajerial satuan kerja pemerintah melalui proses pengelolaan keuangan dan komitmen organisasi. c. Bagi institusi Pemerintah daerah dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahanacuan dalam implementasi pengelolaan keuangan daerah dan komitmen

organisasi, serta memberikan perhatian yang mendalam dan merumuskan langkah langkah yang akan diambil mengenai hal hal yangberkaitan dengan komitmen organisasi dan pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat terciptanya peningkatan kinerja.