BAB I PENDAHULUAN. (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

KEDARURATAN LINGKUNGAN

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

3. Jenis kelamin 4. Obesitas. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : Data Penyakit Kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

Pusat Hiperked dan KK

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

Puskesmas :... Tanggal pengisian :... RAHASIA KUESIONER PENJARINGAN KESEHATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA PADA BALITA DIARE DI RUMAH DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGNONGKO KLATEN

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton

RONTGEN Rontgen sinar X

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

TINGKAT PENGETAHUAN IBU-IBU PKK TENTANG MENOPAUSE DI DESA TRIYAGAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada disekelilingnya. Keterampilan motorik seperti berlari, berjalan,

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan cedera ataupun bukan cedera yang mengancam nyawa seseorang yang membutuhkan pertolongan segera (Departemen Kesehatan RI, 2006). Menurut BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria kegawatdaruratan pada bagian kardiovaskulaer (jantung dan pembuluh darah) adalah pingsan. Pingsan (sinkop) adalah hilangnya kesadaran disebabkan oleh penurunan sementara aliran darah ke otak (Ginsberg, 2008). Tiga persen sampai lima persen kasus yang masuk ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) adalah karena pingsan dan pingsan menempati jumlah 1%-3% dari total pasien yang masuk rumah sakit. Dua puluh lima persen pasien pingsan dapat ditegakkan diagnosisnya setelah pemeriksaan fisik sedangkan pada 40% pasien pingsan belum diketahui penyebabnya (Rad et al,2014). Pingsan dapat terjadi karena kurang aliran darah ke otak, sehingga terjadi penurunan perfusi serebral. Sebelum terjadinya pingsan akan ada episode presinkop. Tanda-tanda pingsan dilaporkan pasien seperti kram, mata berkunang, pusing, pandangan melayang, terlihat pucat, merasa sesak (stress pernapasan) dan telinga berdengung (Crain & Gershel, 2010). Menurut Shim et al (2014), bahwa seseorang yang mengalami pingsan 1

2 disebabkan oleh beberapa hal yaitu lingkungan yang panas, berdiri terlalu lama, nyeri, sakit, marah, berdiri, puasa, kelelahan dan menggunakan obatobatan. Rad et al (2014) berpendapat bahwa 50 % dari populasi orang di bumi pernah mengalami pingsan dalam hidup mereka, baik itu pingsan yang diketahui penyebabnya maupun pingsan yang tidak diketahui penyebabnya. Guse et al (2014) mengemukakan bahwa sebanyak 35% anak pernah mengalami kejadian pingsan dalam hidupnya. Behrman (2000) mengatakan 25% pasien anak pernah menerima perawatan di ruang kegawatdarutan rumah sakit dan 10% pernah melakukan panggilan kegawatdarutan. Pada penelitian Saedi et al (2013) di Tehran, Iran menemukan prevalensi angka kejadian pingsan sebanyak 9%. Angka kejadian pingsan pada anak berumur 5-14 tahun sebanyak 4,14%, kejadian pingsan pada umur 15-44 tahun sebanyak 44,8%, usia 45-64 tahun sebanyak 31%, dan usia 65 tahun keatas dengan prevalensi 20%. Keadaaan pingsan sebanyak 28% kadang-kadang dapat menyebabkan cedera fisik pada orang yang mengalaminya, pingsan dalam keadaan berdiri menyebabkan cedera fisik sebesar 76,6 %, pingsan dalam keadaan duduk menyebabkan cedera fisik sebesar 14,9% dan pingsan dalam keadaan supinasi atau terlentang menyebabkan cedera fisik sebesar 8,5% pada pasien( Rad, et al.,2014). Posisi seseorang mempengaruhi terjadinya pingsan, pada posisi berdiri, pingsan disebabkan oleh nyeri sebanyak 12,77%, bau sebanyak 10,64%, ketakutan sebanyak 8,51%, dan melihat

3 darah sebanyak 4,26%. Pada posisi duduk dan terlentang pingsan dapat disebakan karena bau sebanyak 50% dan nyeri sebanyak 16,67% (Khadilkar, 2013). Kejadian pingsan biasanya sering dialami oleh siswa SD, SMP, dan SMA yang sedang menjalankan upacara bendera setiap hari Senin ataupun saat sedang berolah raga. Sesuai dengan pendapat Shim et al (2014), bahwa seseorang dapat mengalami pingsan karena lingkungan yang panas atau terpapar sinar matahari langsung, kelelahan, dan berdiri terlalu lama. Oleh karena itu, perlu pengetahuan yang baik bagi pendidik ataupun guru untuk menangani siswa yang mengalami pingsan saat di sekolah. Menurut Gunasar (2008) penguasaan saat melakukan suatu tindakan dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang lebih luas akan mempengaruhi sikap dan perilaku agar berubah atau menetap. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SD Muhammadiyah Tamantirto Bantul, Yogyakarta didapatkan informasi dari siswa dan guru bahwa siswa pernah mengalami pingsan saat upacara bendera di hari Senin. Setiap upacara bendera dihari Senin selalu ada siswa yang mengalami episode presinkop seperti mual, muntah, pusing dan pucat. Pada tahun ajaran baru ini jumlah siswa yang mengalami pingsan 1 orang dan siswa yang mengalami presinkop diperkirakan 4 orang dalam 1 bulan. Kejadian pingsan pada siswa disebabkan karena lokasi upacara di area

4 terbuka dan terpapar sinar matahari langsung. Selain itu upacara juga mengharuskan siswa berdiri cukup lama. Saat ada siswa pingsan di SD Tamantirto akan ditangani oleh guru sekolah yang sedang longgar atau guru yang tidak ada kegiatan. Biasanya siswa yang pingsan akan dibawa ke ruang guru dan diberi teh hangat, minyak angin dan pakaian siswa dilonggarkan. Guru pun menyatakan bahwa mereka masih kurang memahami penanganan saat terjadi kejadian kegawatdaruratan di sekolah terutama penanganan pada siswa yang pingsan. Pengetahuan mengenai penanganan pingsan diperoleh guru dari menonton TV, mendengar radio, mencari info melalui internet, pengalaman saat menangani siswa yang pingsan, dan pengalaman yang didapat guru saat menempuh pendidikan di perguruaan tinggi. Guru di SD Muhammadiyah Tamantirto belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai pertolongan pertama pada pingsan maupun pendidikan kesehatan mengenai kegawatdaruratan sebelumnya. Menurut Mohamad (2005) penanganan pingsan yang benar harus dilakukan secara cepat dan tepat. Siswa yang pingsan harus diposisikan supinasi dan dibawa ketempat yang teduh terlebih dahulu. Setelah itu, tinggikan posisi kaki 15 cm sampai 25 cm dari letak jantung agar darah mengalir ke otak, longgarkan pakaian bagian atas, usapkan kain basah atau dingin ke muka, kemudian periksa tanda-tanda vital dan adanya cedera. Guru hanya melakukan 2 penanganan dari yang seharusnya 5 penanganan pada pingsan. Menurut Smith (2006) apabila pasien sudah terlihat sadar

5 segera diberi minuman yang manis agar meningkatkan glukosa darah, dan segera bawa ke rumah sakit jika pasien belum kembali pada keadaan sadar atau masih tetap pingsan. Berdasarkan studi pendahuluan dan teori terdapat perbedaan yaitu guru sekolah belum tahu penanganan pingsan dengan benar. Penanganan pingsan yang benar berdasarkan teori, seseorang yang pingsan posisi kaki harus ditinggikan dari jantung, melonggarkan pakaian dan penanganan yang lainnya. Akan tetapi guru belum memahami penanganan pingsan dengan benar. Berdasarkan pendapat Carter et al (2005) pingsan apabila tidak ditangani akan berefek serius. Anak yang lebih muda pingsan dapat berisiko pada kematian sekalipun pada orang yang sehat bisa juga menyebabkan kematian tiba-tiba setelah episode pingsan. Selain menyebabkan kematian pingsan dapat menyebabkan cedera. Cedera ini terjadi pada 17-35% pasien yang mengalami pingsan, dan pingsan juga sering dicurigai menjadi penyebab aritmia karena cedera akibat pingsan yang serius. Untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan perlu melakukan pertolongan pertama yang cepat dan tepat. Tabloid MD (April 2014) menuliskankan saat menemukan pasien pingsan kita harus mencari etiologi, melakukan tatalaksana dan memikirkan apakah pasien perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui serangan pingsan memiliki risiko tinggi tehadap keselamatan pasien atau tidak. Menurut Notoatmodjo (2007) untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan.

6 Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku dimana perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dalam diri individu, masyarakat ataupun kelompok (Wahit, 2006). Melakukan promosi kesehatan bisa menggunakan media promosi kesehatan sebagai alat bantu pendidikan seperti media cetak, media elektronik dan media papan untuk mempermudah menerima pesan-pesan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan yang membantu individu dalam bertindak secara mandiri dan membuat keputusan bedasarkan pengetahuan (Mukti, 2009). Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan terjadi melalui proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo,2007). Menurut Wahid (2006) pengetahuan merupakan hasil mengingat sesuatu, baik mengingat hal yang pernah dialami secara sengaja maupun hal yang tidak sengaja. Menurut Wawan & Dewi (2011) pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas pengetahuan seseorang. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan akan bertahan lebih lama apabila didasari oleh perilaku. Berdasarkan studi pendahuluan dan literatur diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan guru tentang P3K pingsan di SD Muhammadiyah Tamantirto dalam kategori kurang. Untuk meningkatkan pengetahuan guru bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pingsan (sinkop). Sesuai dengan Surat Al Mujadalah

7 ayat 11, dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang memiliki ilmu pengetahuan. Firman Allah dalam surat Al Mujadalah yang artinya: "Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Qur an Al mujadalah 11). Menurut penelitian Zuhri (2009) tentang pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan remaja SMA Muhammadiyah Gubug, terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pengetahuan setelah diberi pendidikan kesehatan. Tingkat pengetahuan siswa saat pretest dalam kategori cukup (82,4%) dan meningkat saat posttest menjadi baik (96,9%) setelah diberi pendidikan kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas memotivasi penulis untuk meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan guru dalam pemberian pertolongan pertama pada kasus pingsan (sinkop) di SD Muhammadiyah Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan guru dalam pemberian pertolongan pertama pada kasus pingsan (sinkop) di SD Muhammadiyah Tamantirto, Bantul, Yogyakarta?

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan guru dalam pemberian pertolongan pertama pada kasus pingsan (sinkop) di SD Muhammadiyah Tamantirto Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru dalam pemberian pertolongan pertama pada kasus pingsan sebelum diberikan pendidikan kesehatan. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru dalam pemberian pertolongan pertama pada kasus pingsan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. c. Untuk menganalisis perbedaan nilai tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Peneliti dapat mengetahui tingkat pengetahuan pada guru SD tentang penanganan pertama pada kejadian pingsan dan peneliti dapat memberikan intervensi atau pendidikan kesehatan kepada guru mengenai pertolongan pertama yang benar pada siswa yang pingsan.

9 2. Pendidik di SD Muhammadiyah Tamantirto Pendidik dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada pingsan. Pendidik juga diharapkan dapat mengaplikasikan pertolongan pertama yang benar pada siswa yang pingsan. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi sekolah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru-guru dalam penanganan pertolongan pertama pada siswa yang pingsan. 3. Program sekolah Penelitian ini bisa menjadi acuan bagi sekolah melalui UKS (Unit Kesehatan Sekolah) untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru-guru dalam menangani siswa yang pingsan, sehingga penanganan siswa yang pingsan dapat ditangani secara tepat di sekolah. 4. Profesi keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi profesi keperawatan puskesmas di sekitar SD Muhammadiyah Tamantirto untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru dalam penanganan pingsan dan dapat meningkatkan kesehatan siswa sekolah melalui program UKS. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian Hidayat (2014) dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami pingsan di SD kecamatan Mojolaban

10 Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengetahuan pendidik dalam menangangi siswa yang mengalami pingsan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap pendidik dalam menangangi siswa yang mengalami pingsan. Persamaan dengan penelitian ini adalah peneliti sama-sama ingin mengetahui tingkat pengetahuan pendidik dalam menangani siswa yang mengalami pingsan. Perbedaan penelitian ini adalah berbeda pada tempat dan juga jumlah responden, selain penelitian ini juga berbeda dalam penggunaan metode penelitian. Peneliti menggunakan quasi experiment pre-post test design dengan menggunakan uji beda sedangkan pada penelitian Hidayat menggunakan deskriptif dengan menggunakan uji korelasi. 2. Penelitian Kamadjaja (2010) dengan judul Vasodepressor syncope di tempat praktek dokter gigi:bagaimana mencegah dan mengatasinya?. Penelitian ini memberikan informasi mengenai cara pencegahan pada pasien agar tidak mengalami pingsan dan cara mengatasi pingsan saat prosedur perawatan gigi. Persamaan dengan dengan penelitian ini sama memberikan informasi mengenai pertolongan pertama saat terjadi pingsan. Perbedaan pada penelitian ini ada pada responden penelitian, dalam penelitian ini David menggunakan responden pasien yang datang ke dokter gigi sedangkan peneliti menggunakan guru SD.