Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Ari Wibisono

PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5

BAB II TINJAUN PUSTAKA

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

EVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder

SKRIPSI PERANCANGAN KEBUTUHAN APAR DAN SARANA PENYELAMAT DIRI PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN

Redesign Fire Evacuation Plan Pada Gedung Akomodasi Perusahaan Jasa Migas

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

1 Universitas Indonesia

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

Perancangan Emergency Response Plan di PT E-T-A Indonesia

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

Oleh: Danar Syahrial Pradhipta

Usulan Perancangan Jalur Evakuasi dan Display Dengan Pendekatan Pengukuran Jarak

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN.

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

EMERGENCY PLANING AND EVACUATION LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN

Proposal TUGAS AKHIR. Oleh : Rr. Ayunda Mahardini NRP :

SKRIPSI. Disusun Oleh : FRANGKY SEPTIADI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

BAB II LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

PERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

Prosedur Tanggap Darurat

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

PROSEDUR PENANGANAN KONDISI DARURAT DALAM PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) MEDAN

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

gedung bioskop berbeda tingkat kerawanannya dibandingkan dengan perumahan. Jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

SKRIPSI Sebagian Persyaratan. Oleh FAKULTAS YOGYAKARTA 20111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI

PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) UNTUK MENGKATEGORIKAN HAZARD DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT. BAMBANG DJAJA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Markas Pusat Pemadam Kebakaran Pemkot Semarang 1

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas)

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

PROSEDUR PEMADAM KEBAKARAN

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Yoga Almartha Putra R

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

ANALISA SISTEM PERLINDUNGAN JATUH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri

TINJAUAN PENCEGAHAN KEBAKARAN PADA GEDUNG PARKIR DAN HOTEL BTC JL. DR DJUNJUNAN NO

EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )

ARINA ALFI FAUZIA

STUDI TREATMENT FACTORS terhadap RISIKO KEBAKARAN pada BANGUNAN TINGGI PERKANTORAN di DKI JAKARTA 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN LOKASI ASSEMBLY POINT DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI RIZKA CINTHIA FAJRI

APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

(Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Oleh : Niki Nakula Nuri

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi

Transkripsi:

PERENCANAAN TANGGAP DARURAT DI GEDUNG PERKANTORAN PT. LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Priyo Agus Setiawan 1, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo, surabaya, 60111, Indonesia Email: priyo_ppns@yahoo.com ABSTRAK Kebakaran akan menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik menyangkut kerusakan infra struktur, harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, berhentinya proses produksi barang serta jasa dan yang paling utama adalah bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Gedung perkantoran memiliki klasifikasi kebakaran kelas A, karena terdapat bahan padat dan mudah terbakar. Oleh karena itu, upaya menurunkan tingkat korban jiwa dalam sebuah gedung, perlunya dilakukan perencanaan Emergency Response Plan (ERP). Peneliitian ini mengacu pada standar National Fire Protection Association (NFPA) 101 Life Safety Code dengan hasil akhir dalam bentuk ERP map atau peta evakuasi dengan penentuan jumlah emergency exit, travel distance, meeting point. Hasil perencanaan ERP pada gedung perkantoran adalah 1 (satu) lebar tempat keluar, 2 (dua) buah jumlah emergency exit dengan flow time 62 detik dan 1 (satu) meeting point (tempat berkumpul) di luar gedung. Kata kunci: Emergency Response Plan, National Fire Protection, meeting point, lebar tempat keluar, Emergency exit, flow time PENDAHULUAN Kebakaran akan menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik menyangkut kerusakan infra struktur, harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, berhentinya proses produksi barang serta jasa dan yang paling utama adalah bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Gedung perkantoran memiliki klasifikasi kebakaran kelas A, karena terdapat bahan padat dan mudah terbakar. Oleh karena itu, upaya menurunkan tingkat korban jiwa dalam sebuah gedung, perlunya dilakukan perencanaan Emergency Response Plan (ERP). Perancangan tanggap darurat merupakan salah satu persyaratan dalam elemen Sistem Manajemen K3 adalah tersedianya sistem tanggap darurat sebagai upaya evakuasi atau penyelamatan jiwa manusia ketika terjadi kebakaran. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi, ruang perkantoran memiliki klasifikasi kebakaran kelas A karena terdapat bahan padat yang mudah terbakar. Frekuensi terjadinya kebakaran yang semakin tinggi dan memakan banyak korban, perlunya dilakukan kalkulasi desain tanggap darurat sebagai upaya penyelamatan diri atau evakuasi untuk menuju ke tempat yang lebih aman. Dengan adanya peta tanggap darurat ini, akan sangat membantu korban untuk melakukan evakuasi. Oleh karena itu perlulah direncanakan peta evakuasi guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya untuk mengimplementasikan salah satu elemen yang terkandung dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). A-40-1

Keadaan darurat adalah situasi atau kondisi yang tidak dikehendaki dan terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga yang dapat membahayakan kehidupan, asset dan operasi perusahaan serta lingkungan sekitar, sehingga memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasinya. Tingkat hunian dalam suatu bangunan dibagi: a. Banyaknya penghuni Kalkulasi banyaknya penghuni dihitung dengan membagi luas bangunan secara keseluruhan dengan luas lantai yang dipergunakan perorang (density factor) b. Tingkat kepadatan penghuni Merupakan luas permukaan lantai yang digunakan oleh satu orang pada setiap m 2. Pemilihan density factor bergantung pada penggunaan bangunan sesuai tabel 1 (NFPA no.1, Life safety code). Tabel 1. Density factor Use Ft 2 (per person) M 2 (per person) Hotels and dormitories 200 18,6 Apartment building 200 18,6 General and high hazard 100 9,3 industry Business Use 100 9,3 Floor or portions of floors used only for offices See Business Use See Business Use c. Distribusi Tingkat Hunian Distribusi dalam penggunaan gedung untuk penghuni harus dipakai sebagai pertimbangan dalam pembuatan sarana meloloskan diri. Lebar pintu keluar merupakan lebar bukaan yang diperlukan seseorang dalam baris tunggal. Mengacu perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992 sebagai berikut: Bila 1 (satu) unit maka lebarnya 525 mm. Bila 2 (dua) unit dan tidak kurang dari 525 + 525 mm 1050 mm. Bila 3 (tiga) unit dan tidak kurang dari 525 + 525 + 450 mm 1500 mm. Bila 4 (empat) unit dan tidak kurang dari 525 + 525 + 450 +450 mm 1950 mm (maksimum). Banyaknya lebar tempat keluar (U) 40 Dimana, N adalah jumlah penghuni, T adalah waktu untuk meloloskan diri, U adalah Banyaknya Tempat keluar pada tiap ruangan Specific flow of person (Fs) Specific flow of person merupakan bayaknya orang yang melintasi titik pada exit route persatuan waktu per unit lebar efektif (WE). A-40-2

Tabel 2. Specific flow of person Type of facility Condition Specific of flow Fs (p/m.s) Low 0,7 Corridors, doorways Optimum 1,3 Moderate 1,10 Crush 0,55 Flow of person (Fc) Perhitungan flow of person merupakan prediksi jumlah orang yang melintasi titik pada escape route per unit waktu yang dirumuskan sebagi berikut: Dimana, Fs adalah specific of flow (p/m.s), WE adalah lebar efektif (m) Flow time (Tf) Flow time meupakan total waktu yang dibutuhkan N jumlah penghuni untuk melintasi titik pada satu pintu exit dirumuskan sebagai berikut: Dimana, N adalah jumlah penghuni (p), Fc adalah specific of flow (p/m.s), satuan p adalah person/orang. METODE Untuk memudahkan dalam menyelesaikan penelitian, perlunya dilakukan tahap-tahap pengerjaan sebagai berikut: Studi literatur. Metode untuk mendapatkan data-data dalam penyusunan penelitian untuk menunjang penelitian. Identifikasi dan perumusan masalah. Melakukan identifikasi masalah dan merumuskan masalah untuk mengetahui dasar pemilihan ide yang digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data. Mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam pengerjaan penelitian seperti layout ruangan, data karyawan dan data arah dan kecepatan angin dari BMG. Pengolahan data. Melakukan kalkulasi luas bangunan, jumlah penghuni, jumlah exit (pintu keluar), waktu escape (time flow) sebagai evaluasi tingkat aman atau tidaknya waktu evakuasi. Analisa. Melakukan analisa pada hasil peta evakuasi. Kesimpulan dan Saran HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah penghuni bangunan (N) Luas gedung perkantoran total adalah 221,4 m 2 dengan density factor untuk office yaitu 9,3 m 2 akan diperoleh banyaknya penghuni bangunan untuk meloloskan diri. A-40-3

N 221,4 9,3 23,80 24 Lebar Tempat keluar (U) Asumsi bahaya kebakaran sedang dengan waktu 2,5 menit sehingga diperoleh U Jumlah Penghuni 40 x Waktu(menit) U 24 orang 0,24 unit 1 Unit 40 x 2,5 menit Lebar tempat keluar sesuai perhitungan adalah 1 unit dengan lebar 525 mm. Jumlah Tempat Keluar (E) E adalah jumlah Tempat Keluar U adalah Unit dari lebar tempat keluar (U1), 4 + 1 E 1 + 1 1,25 exit 2 exit 4 Lebar Efektif (WE) Lebar Tempat keluar adalah 525 mm dapat digunakan sebagai lebar efektif (WE) WE 525 mm 0,525 m Flow Person (Fc) Fc Fs x Fc 0,55 P m. s x 0,525 m 0,28875 P s Orang detik Flow time (Tf) 24 0,28875 83,12 Waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas evakuasi adalah 83,12 detik. Karena waktu evakuasi kurang dari asumsi bahaya kebakaran sedang yaitu 2,5 menit, maka waktu evakuasi masih dalam keadaan aman. Setelah dilakukan kalkulasi pada sebuah bangunan, maka akan dibuat hasil disain peta evakuasi ketika terjadi darurat kebakaran yang dapat dilihat pada Gambar.2. A-40-4

Gambar.2 Peta evakuasi Pada peta evakuasi harus menunjukkan keterangan yang jelas mengenai akses jalan menuju keluar atau ke tempat yang aman. Untuk meningkatkan kesuksesan dalam upaya penyelamatan diri secara individu, perlulah memberikan pembinaan mengenai budaya safety terhadap karyawan baik dari lini bawah sampai lini atas dalam manajemen, mengingat bahwa safety adalah tanggung jawab kita bersama. Safety briefing selalu dilakukan untuk mengingatkan karyawan untuk selalu meningkatkan kualitas kerja yang aman. Pembinaan dengan safety induction dengan memperkenalkan upaya penyelamatan terhadap jiwa. Pada peta evakuasi, perlulah secara riil untuk menempatkan safety sign (tanda-tanda keselamatan) pada setiap akses untuk menuju ke luar/tempat yang aman ke meeting point. Pembentukan tim evakuasi sangat perlu dalam menghadapi terjadinya bahaya dan yang paling penting adalah membuat skenario kebakaran sebagai upaya meningkatkan respon/tanggapnya pekerja terhadap keadaan darurat akibat kebakaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari kalkulasi waktu evakuasi menunjukan aman yaitu kurang dari standar waktu bahaya kebakaran sedang yaitu kurang dari 2,5 menit Saran Dalam meningkatkan upaya evakuasi korban, perlu dilakukan skenario kebakaran sehingga diperoleh waktu evakuasi yang optimal dan dilakukan latihan setidaknya minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Perlu dibentuknya tim tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya. Setiap akses keluar perlu dibuat safety sign yang mengacu pada hasil desain peta evakuasi atau Emergency Response map. DAFTAR PUSTAKA Allen, Drickerdik.(1996). Design Principles of Fire Safety. Department of the Environment, London. Chanafi. (1985). Penyelamatan Jiwa dari Ancaman Bahaya Kebakaran. Proceeding of The International Exhibition On Safety security and Fire fighting Equipment and seminar. Safetytech 85, November 26-30, Jakarta-Indonesia. A-40-5

National Fire Protection Assotiation (NFPA). (1995). SFPE of Fire Protection Engineering Handbook, 2 nd Edition, United State. National Fire Protection Assotiation (NFPA). (2000). Life Safety Code, United State. A-40-6