Analisis Evaluasi Kemasan Produk Bliss dengan Menggunakan Model VIEW

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Kemasan: Model VIEW

KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

EFEKTIVITAS POINT OF PURCHASE DALAM MENINGKATKAN IMPULSE BUYING PADA PERITEL DI SURABAYA. MELISA CANCERINA SANYOGO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat serta tantangan

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

CHAPTER 7: Facilitation of Product Adoption, Brand Naming, and Packaging. CHAPTER 8: On- and Off-premise Signage and Point-of-Purchase Communications

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. promosi yaitu iklan. Periklanan merupakan salah satu alat promosi yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan dari kegiatan-kegiatan pokok yang. dilakukan oleh perusahaan dalam upaya untuk mempertahankan

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 2

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok untuk dijadikan daya tariknya. Selain kemasan. hal yang penting dalam pemasaran produk.

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 2

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PENGARUH DISPLAY, SIGNAGE, DAN IN-STORE MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI TOKO LUWES LOJIWETAN SURAKARTA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Perilaku Konsumen Summary Chapter 8

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk dapat memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu strategi yang. serta dapat unggul dalam menghadapi persaingan.

II. LANDASAN TEORI. Berikut adalah beberapa definisi asuransi menurut beberapa sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan

TINJAUAN ATAS POINT OF PURCHASE (POP) PADA TOSERBA X

BAB I PENDAHULUAN. dipertahankan dan mampu bersaing dengan perusahaan lain (Pandini, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan. Hal tersebut membuat masing-masing perusahaan berusaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang semakin maju menyebabkan timbulnya berbagai macam peluang bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pembungkus untuk suatu produk (Kotler & Amstrong, 1989). Menurut Cenadi (2000) ada tiga alasan utama untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan kemampuan beli masyarakat menurun, perkembangan ritel

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan kinerja pemasran untuk mencapai tujuan utama perusahaan, dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

Strategi Diferensiasi Produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun sedang mengalami berbagai masalah dalam perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mempertahankan konsumen dan memperluas pangsa pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat kita berbelanja di supermarket, hypermarket maupun minimarket,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pertumbuhan pasar swalayan dewasa ini telah meningkat dengan pesat di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

MERANCANG DAN MENGELOLA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pentingnya Desain Kemasan sebagai Alat Pemasaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

Jenis Barang Yang Dijual

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

Bab 13 Mempromosikan Produk 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

- Validitas Konstruksi LAMPIRAN 1

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

V. GAMBARAN UMUM MINUTE MAID PULPY

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan menentukan harga jual produk. Munculnya produk-produk baru yang

Marketing Communication (BA) KOMUNIKASI PEMASARAN DAN ADOPSI PRODUK BARU serta NAMA MEREK, LOGO, KEMASAN, DAN MATERI POIN PEMBELIAN (P-O-P)

BAB I PENDAHULUAN. konsumen makin kritis dalam memilih produk. Agar dapat unggul dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik dan merupakan salah satu dari pelopor dari green marketing. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

Transkripsi:

Analisis Evaluasi Kemasan Produk Bliss dengan Menggunakan Model VIEW 1. Ditinjau dari aspek Visibility Pada dasarnya kemasan bliss telah meiliki kemampuan untuk menarik perhatian konsumen dengan warnya yang mencolok serta gambar yang mengilustrasikan kesegaran buah asli dengan didukung oleh tulisan Bliss yang begitu jelas. Dengan kemasan yang berwarna cerah (mencolok) yang dimiliki bliss, membuat produk Bliss lebih menonjol daripada produk lainnya di atas rak, hingga ia memotong citra merek. Sehingga kemasan-kemasan berwarna cerah yang dimiliki bliss sangat efektif untuk memperoleh perhatian konsumen. Selain itu, sebagian produk bliss dalam versi botol memiliki desain kemasan unik dan praktis yang dapat meningkatkan visitabilitas produk nutrisari itu sendiri. 2. Ditinjau dari aspek Information Kemasan bliss memuat informasi yang memadai, pada kemasan nutrisari juga tertera komposisi produk, instruksi penggunaan (baik diminum secara dingin), kehalalan produk dari MUI, dan juga tanggal kadaluwarsa produk bliss tersebut. Hal terpenting adalah bahwasanya pemberian informasi pada kemasan bliss tidak berlebihan sehingga tidak mengurangi nilai estetika pada kemasan tersebut. 3. Ditinjau dari aspek Emotional Banding (Daya Tarik Emosional) Daya tarik emosional juga dimunculkan pada kemasan bliss, karena ketika konsumen mengamati ilustrasi pada produk tersebut, maka mereka akan membayangkan kesegaran buah alamiah yang diproses secara langsung dan higienis. 4. Ditinjau dari aspek Workability Kemasan bliss mempunyai kemampuan untuk melingdungi isi produk dalam jangka waktu yang relatif lama, mudah disimpan dan mudah digunakan. Kemasan bliss juga mampu melindungi dari kerusakan dan ramah lingkungan. IKLAN POIN-PEMBELIAN (P-O-P)

Mengarah pada poin-pembelian, menjadi penengah akhir efektivitas, yakni bagi konsumennya. Poin-pembelian, atau lingkungan toko, memberikan peluang akhir bagi para pemasar untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Para pebelanja adalah para penjelajah. Mereka sedang bersafari, berburu untuk tawarmenawar, produk baru dan berbagai item yang berbeda menambah kegembiraan pada kehidupan mereka sehari-hari. Tiga dari empat pebelanja membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru begitu mereka memjelajahi lorong-lorong pasar swalayan dan menelusuri tawar-menawar di toko obat dan perdagangan umum. Spektrum Material P-O-P Material di poin-pembelian mencakup beragam tipe tanda, penunjuk bergerak, spanduk, gantungan di rak-rak dengan tulisan beserta item-item lainnya. 1. P-O-P Permanen: Mencakup display dan tanda-tanda yang segaja digunakan untuk jangka waktu enam bulan atau lebih. Namun, perhatian bahwan enam bulan waktu pembatas adalah konvensi sepihak yang ditetapkan oleh POPAI (Point of Purchase Advertising Institute). 2. P-O-P Temporer : Mencakup display dan tanda tanda yang sengaja digunakan kurang dari enam bulan. 3. Media in store (di dalam toko): Mencakup material iklan dan promosi seperti radio P-O-P, iklan yang tertempel di kereta belanja,tulisan di rak pajangan,serta mesin penjual kupon. Juga perusahaan pihak ketiga (misalnya perusahaan lain selain produsen merek dan pengecer) menyelenggarakan media in-store tersebut. Apa yang hendak dicapai P-O-P? 1. Hasil bagi Produsen : P-O-P menjaga nama perusahaan dan nama merek sebelum konsumen melakukan penguatan kembali citra merek yang telah dibangun sebelumnya melalui iklan. P-O- P juga mengundang perhatian promosi penjualan dan membantu menstimulus rangsangan pembelian. 2. Layanan bagi para Pengecer : P-O-P melayani dengan menarik perhatian konsumen dan meningkatkan minat konsumen dalam berbelanja hingga memperpanjang waktu yang dihabiskan di toko-keseluruhan cara tersebut mengarahkan pada peningkatan pendapatan serta profit bagi pengecer.

3. Nilai bagi Konsumen : Para konsumen disuguhi unit-unit poin-pembelian yang mengantarkan informasi bermanfaat serta mempermudah proses berbelanja. Unit-unit P-O-P yang permanent maupun temporer memberikan nilai ini bagi konsumen dengan mengatur merek-merek tertentu terpisah dari item-item yang sama serta menyederhanakan proses seleksi. Fungsi Material P-O-P : 1. Memberi Informasi : merupakan fungsi komunikasi P-O-P yang paling mendasar. Tanda-tanda, poster, display, serta material P-O-P lainnya memberi sinyal pada konsumen menuju item-item spesifik dan menyediakan informasi yang mungkin bermanfaat. Display bergerak secara khusus efektif untuk tujuan ini. Display bergerak meskipun biasanya lebih mahal daripada display statis, mewakili suara investasi bisnis karena display tersebut secara signifikan menarik levellevel perhatian yang lebih tinggi dari orang-orang yang berbelanja. 2. Mengingatkan : reminding konsumen atas merek-merek yang sebelumnya telah mereka pelajari melalui media elektronik, cetak, atau media iklan lainnya. Peran pengingat ini melengkapi tugas yang telah ditampilkan oleh iklan sebelum konsumen memasuki toko. 3. Mendorong : (Encouraging konsumen untuk membeli barang atau merek tertentu adalah fungsi ketiga P-O-P. Material P-O-P cukup efektif mempengaruhi pemilihan produk serta merek pada poin pembelian dan mendorong rangsangan pembelian. 4. Merchandising : Fungsi merchandising perencanaan program penjualan, termasuk riset, pengemasan, periklanan, dan promosi lainnya untuk menciptakan permintaan yang besar terhadap suatu produk disajikan saat display poin-pembelian memungkinkan pengecer untuk memanfaatkan lantai ruangan secara efektif serta memicu penjualan eceran dengan mendampingi konsumen dalam penyeleksian produk serta merek. Display-display Interaktif : unit-unit terkomputerisasi dengan display kristal cair yang memungkinkan konsumen menjawab pertanyaan yang terkait dengan kategori produk kebutuhan mereka serta membantu dalam membuat pilihan produk dengan pemberian informasi yang cukup baik. Salah Satu Hasil P-O-P: Meningkatkan Pembuatan Keputusan di dalam Toko Berbagai studi perilaku konsumen dalam berbelanja menunjukan bahwa persentase tertinggi dari seluruh pembelian di pasar swalayan, toko-toko obat, serta gerai-gerai retail lainnya, adalah tak terencana

Point-Of-Purchase Advertising Institute (POPAI) mengadakan penelitian pada tahun 1995, dengan membandingkan rencana pembelian konsumen yang berbelanja, yang diperoleh selama wawancara awal dan pembelian sesungguhnya selama wawancara akhir, adalah mungkin untuk mengklasifikasi setiap pembelian merek ke dalam salah satu dari empat tipe perilaku pembelian: 1. Terencana secara spesifik : Kategori ini mewakili pembelian suatu merek yang memiliki indikasi hendak dibeli oleh konsumen. 2. Terencana secara umum : Klasifikasi ini berlaku bagi pembelian dimana konsumen yang berbelanja mengindikasikan suatu maksud untuk membeli produk tertentu (katakanlah, minuman ringan), tetapi tidak memiliki merek spesifik dalam benaknya. 3. Pembelian Substitusi: Adalah pembelian di mana konsumen yang berbelanja tidak membeli produk atau merek tertentu yang mereka indikasikan dalam wawancara awal pembelian Substitusi. 4. Pembelian Tak Terencana: Termasuk dalam topik ini adalah pembelian di mana konsumen tidak bermaksud membeli sebelumnya. Dampak dari Display terhadap Penjualan Merek Para praktisi benar-benar tertarik untuk mengetahui apakah biaya berbagai display khusus disesuaikan. Akan tetapi, baru pada beberapa tahun belakangan ini saja bukti riset yang bauk telah tersedia untuk menyediakan jawaban bagi pertanyaan ini. Dia penelitian secara khusus telah menguji dampak dari berbagai display terhadap penjualan sementara dari merek. Penggunaan dan Pengabaian Material P-O-P : Meskipun material P-O-P bisa jadi sangat efektif bagi para produsen dan menampilkan beberapa fungsi yang diinginkan bagi pengecer (retailer), fakta mengingatkan bahwa kemungkinan sebanyak 40-50% dari seluruh material P-O-P yang dipasok oleh para produsen tidak pernah digunakan oleh pengecer. Alasan Mengapa Material P-O-P Tidak Terpakai. 1. Disana tidak ada insentif bagi pengecer untuk menggunakan material P-O-P tertentu, karena tidak sesuai dan tidak memuaskan kebutuhan pengecar. 2. Sebagian display memakan terlalu banyak ruang bagi sejumlah penjualan yang mereka gerakan.

3. Sebagian material terlalu berat, terlalu sulit dipasang, terlalu tipis sekali, atau memiliki dampak konstruksi lainnya. 4. Banyak tanda-tanda dan display tidak terpakai karena kekurangan daya tarik mata. 5. Akhirnya, para pengecer prihatin bahwa berbagai display serta material P-O-P lainnya hanya membantu peningkatan penjualan dari suatu merek khusus dari produsen selama periode display tersebut tetapi penjualan pengecer dan provit untuk keseluruhan kategori produk tidak berkembang. Mempersuasi Pengecer agar Menggunakan Material P-O-P : Langkah mendorong para pengecer untuk menggunakan material P-O-P adalah suatu masalah pemasaran yang mendasar. Hal ini adalah esensi pemasaran, dan di aplikasikan untuk mendorong penggunaan material P-O-P sebanyak mempromosikan abseptansi/penerimaan produk-produk mereka. Material P-O-P harus di desain sehingga: 1. Berada pada ukuran dan format yang tepat. 2. Sesuai dengan dekorasi toko. 3. Ramah terhadap pengguna. 4. Di kirim ke toko ketika di butuhkan. 5. Di koordinasikan secara tepat dengan aspek program komunikasi pemasaran lainnya. 6. Atraktif, nyaman, sesuai, dan berguna bagi konsumen.