SISTEM PENGENDALI BEBAN OTOMATIS PADA PLTMH STAND - ALONE. Slamet

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

PENGERTIAN THYRISTOR

THYRISTOR. Gambar 1 Thyristor

THYRISTOR & SILICON CONTROL RECTIFIER (SCR)

Kata Kunci : Consumer load,ballast load, pengatur elektronik

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

Politeknik Gunakarya Indonesia

Mekatronika Modul 2 Silicon Controlled Rectifier (SCR)

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

semiconductor devices

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Dengan : f = frekuensi stator (Hz) n s = kecepatan putar medan magnet atau kecepatan putar rotor (rpm) p = jumlah kutub.

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

DIGITAL LOAD CONTROLLER (DLC)

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

OKTOBER KONTROL DAN PROTEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO By Dja far Sodiq

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

RANCANG BANGUN MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI TCSC DAN MERS UNTUK KOMPENSASI REAKTIF SALURAN 3 FASE

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada

PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR

Pengembangan Monitoring System dan Electronic Load Controller (ELC) pada Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai (PLTAS)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM KENDALI BEBAN ELEKTRONIK (ELC) SEBAGAI STABILISASI ENERGI LISTRIK BERBASIS MIKROKONTROLER

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Desain Kontrol Beban Elektronik pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

Gambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB II LANDASAN TEORI

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

BAB II LANDASAN TEORI

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Pengembangan Monitoring System dan Electronic Load Controller pada Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai (PLTAS)

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

ANALISIS SISTEM CYCLOCONVERTER PADA BEBAN NON LINEAR

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

Adaptor/catu daya/ Power Supply

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

8 RANGKAIAN PENYEARAH

KENDALI PENSTABIL FREKUENSI DAN TEGANGAN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO MENGGUNAKAN BEBAN KOMPLEMEN DENGAN PENGENDALI PID DAN PWM

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB II LANDASAN TEORI

KONVERTER ELEKTRONIKA DAYA UNTUK PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK PADA BEBAN LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS

Perancangan dan Simulasi Chopper Buck Boost pada Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin

meningkatkan faktor daya masukan. Teknik komutasi

Transkripsi:

SISTEM PENGENDALI BEBAN OTOMATIS PADA PLTMH STAND - ALONE Slamet Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi slamet@p3tkebt.esdm.go.id S A R I Automatic Load Controller (ALC) digunakan sebagai pengaturan pada sisi beban, yang akan menyeimbangkan antara beban dan input power, sehingga daya input akan sama dengan penjumlahan antara beban utama (consumer load) dengan ballast load. Setiap perubahan daya pada consumer load akan selalu diimbangi oleh ballast load. Dengan demikian ALC adalah sebuah governor elektronik yang berfungsi sebagai pengatur tegangan dan frekuensi pada generator agar tetap stabil. Dari hasil uji coba dengan beban konsumen diubah-ubah, maka untuk menjaga kestabilan putaran turbin generator diperlukan beban komplemen yang besarnya diatur oleh ALC. Hasil pengendali frekuensi memiliki akurasi sekitar 0,01 Hz pada saat terjadi perubahan beban, sedangkan waktu untuk kembali frekuensi maksimum pada kondisi semula dibutuhkan sekitar 0,45 detik. Kata kunci: automotive load controller (ALC), basis microprocessor, consumer load. 1. PENDAHULUAN Pengaturan besarnya debit air yang masuk pada turbin air menggunakan flow control. Besar debit air yang masuk tergantung pada daya yang diperlukan, perubahan beban akan berpengaruh terhadap besarnya air yang masuk. Tetapi flow control lebih komplikasi dengan adanya efek water hammer. Water hammer diakibatkan oleh akselerasi atau deselerasi flow pada penstock. Perubahan flow secara cepat baik akselerasi atau deselerasi akan mengakibatkan kerusakan pada penstock. Permasalahan water hammer pada pembangkit dapat dikurangi dengan cara membuat penstock sependek mungkin, dan mengurangi kecepatan dari sistem flow control atau dengan cara membuat surge tower (tanki penyimpan) dekat dengan pembangkit untuk mengatasi perubahan flow yang mendadak. Sedangkan ALC digunakan sebagai pengaturan pada sisi beban. Debit air dengan sistem load control akan tetap dan load control berada sejajar dengan beban utama yang berfungsi sebagai kompensator beban, yang akan menyeimbangkan antara beban dan input power, sehingga daya input akan sama dengan penjumlahan antara beban utama dengan ballast load. Setiap perubahan daya pada consumer load akan selalu diimbangi oleh ballast load. Dengan demikian, ALC adalah 43

sebuah governor elektronik yang berfungsi sebagai pengatur tegangan dan frekuensi pada generator agar tetap stabil. Oleh karena beban konsumen tidak selalu konstan, maka untuk menjaga kestabilan putaran turbin generator diperlukan beban komplemen yang besarnya diatur oleh ALC sehingga: Beban Konsumen + Beban Komplemen = Kapasitas Nominal Generator Formula tersebut berlaku untuk setiap kondisi beban konsumen, sehingga secara grafik dapat juga diilustrasikan seperti di bawah ini: 2. KOMPONEN Semikonduktor Sifat dari rangkaian elektronika daya tidak banyak dipengaruhi oleh device sebenarnya yang digunakan, khususnya jika drop tegangan pada switch yang menghantar rendah jika dibandingkan tegangan lain pada rangkaian. Oleh karena itu device semikonduktor dapat dimodelkan sebagai saklar (switch) ideal untuk melihat sifat rangkaian. Saklar dimodelkan menutup (short circuit) ketika on dan membuka (open circuit) ketika off. Transisi antara kedua keadaan itu diasumsikan terjadi seketika. Gambar 1. Kurva perubahan beban Dari gambar di atas terlihat bahwa daya pembangkit selalu stabil karena perubahan beban konsumen (main load) selalu diimbangi dengan perubahan beban pada beban tiruan/ komplemen (ballast load). Low Harmonic Distortion harus seminimal mungkin karena jika harmonisa pada tegangan fasa generator terlalu tinggi akan berakibat pada kerusakan peralatan elektronik masyarakat. Untuk itu perlu di rancang ballast load dengan double step. Selama ini pengendali frekuensi yang baik memiliki akurasi sekitar 0,01 Hz pada saat terjadi perubahan beban. Sedangkan waktu untuk kembali frekuensi maksimum pada kondisi semula dibutuhkan sekitar 0,45 detik. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diharapkan frekuensi tetap terjaga pada kondisi steady state, sehingga daya input tetap maksimum. Ada beberapa komponen semikonduktor yang sangat penting dalam pembuatan kontrol beban automatis, yaitu Thyristor,yang merupakan salah satu tipe devais semi konduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan nonkonduksi ke konduksi. Struktur Thyristor terdiri atas empat lapisan pnpn dengan tiga pn-junction dan memiliki tiga terminal, yaitu anode (A), katode (K) dan gate (G) terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Simbol Thyristor 44 M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

Thyristor dibuat melalui proses difusi, ketika tegangan anode dibuat lebih positif dibandingkan dengan tegangan katode, sambungan pn berada pada kondisi forward bias dan sambungan np berada pada kondisi reverse bias, sehingga akan mengalir arus bocor yang kecil antara anode dan katode. Pada kondisi ini Thyristor dikatakan pada kondisi forward blocking atau kondisi off-state, dan arus bocor dikenal arus off-state ID. Jika tegangan anode ke katode VAK ditingkatkan hingga suatu tegangan tertentu, sambungan np akan bocor. Hal ini dikenal dengan avalanche breakdown dan tegangan VAK disebut dengan forward breakdown voltage, VBO, Tegangan jatuh yang terjadi pada Thyristor sangat kecil sekitar 1 Volt. Pada keadaan on, arus anode dibatasi oleh resistensi atau impedansi luar, RL, Arus anode harus lebih besar agar diperoleh cukup banyak aliran pembawa muatan bebas yang melewati sambungan-sambungan, jika tidak devais akan kembali ke kondisi blocking ketika tegangan anode ke katode berkurang. Thyristor pada kondisi on, akan bertindak seperti diode yang tidak dapat dikontrol. Hal ini karena tidak ada lapisan deplesi pada sambungan np karena pembawa muatan yang bergerak bebas. Thyristor akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan maju VAK di atas VBO, akan tetapi kondisi ini bersifat merusak. Dalam prakteknya tegangan maju harus dipertahankan di bawah VBO, danthyristor dihidupkan dengan memberikan tegangan positif antara gerbang terhadap katode. Hal ini digambarkan pada Gambar 3 dengan garis putus-putus. Begitu Thyristor dihidupkan dengan sinyal penggerbangan itu dan arus anodanya lebih besar dari arus holding, maka thyristor akan terus berada pada kondisi tersambung secara positif balikan, bahkan bila sinyal penggerbangan dihilangkan. Thyristor dapat dikategorikan sebagai latching device. Aksi regeneratif atau latching yang ditimbulkan dari balikan positif dapat diperlihatkan dengan menggunakan model Thyristor dua transistor. Thyristor dapat dianggap sebagai dua transistor yang komplementer, satu pnp, Q 1 dan yang lainnya npn, Q 2 seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 3. Karakteristik Thyristor hubungan v-ii Gambar 4. Rangkaian ekivalen Thyristor Arus kolektor Ic dari Thyristor secara umum berkaitan dengan arus emitter IE dan arus sambungan kolektor-base I CBO sebagai C E CBO I I I dan penguatan arus commonbase yang didefinisikan sebagai. Untuk transistor Q1, arus emitter adalah arus IA, dan arus kolektor IC 1 dapat diperoleh Dengan adalah penguatan arus dan I CBO1 adalah arus bocor dari Q 1 dan sebaliknya untuk penamaan pada. Untuk Q 2 arus kolektor IC 2 adalah IC2 2IK ICBO2. 45

I I I I I I I, Dengan mengkombinasikan IC 1 dan IC 2 diperoleh A C1 C2 1 A CBO1 2 K CBO 2 tetapi untuk suatu arus penggerbangan I G, IK=I A +I G, maka akan diperoleh 2IG ICBO1 ICBO2 I A 1 ( ) 1 2 Jika arus I G tiba-tiba meningkat, misalnya dari o ke 1 ma, maka akan meningkatkan arus anode I A secara tiba-tiba juga, selanjutnya dan akan meningkat. Dan hal ini akan meningkatkan lebih jauh IA, sehingga terjadi efek regenerasi atau positif reverse. Jika ( + ) cenderung akan menuju harga satu, maka penyebut akan cenderung mendekati nol, yang menghasilkan nilai arus anode I A, dan Thyristor akan dihidupkan dengan arus gerbang kecil. Pada kondisi transien, kapasitansi dari sambungan pn, akan mempengaruhi karakteristik Thyristor. Jika suatuthyristor berada pada keadaan blocking, maka terjadi peningkatan dengan cepat tegangan yang diberikan sepanjang devais sehingga mengakibatkan aliran arus yang besar ke sambungan kapasitor. Arus melalui kapasitor C j2 dapat dinyatakan dengan persamaan (1). dqj ( 2) d dc dv ij2 ( Cj2Vj2) Vj2 Cj2 dt dt dt dt j2 j2 Dengan C j2 dan V j2 adalah kapasitansi dan tegangan dari sambungan J 2. qj 2 adalah muatan pada sambungan tersebut. Jika kecepatan peningkatan tegangan dv/dt cukup besar, ij 2 akan besar dan menghasilkan peningkatan arus bocor mendekati ke nilai satu dan mengakibatkan Thyristor on. Namun arus besar yang melewati kapasitor sambungan akan juga merusak. Suatu Thyristor memerlukan waktu minimum untuk menyebarkan kondisi tersambung ke semua sambungannya secara merata. Jika peningkatan arus anode lebih cepat dibandingkan kecepatan penyebaran dari proses turn-on, titik-titik pemanasan akan terjadi pada devais karena adanya daerah dengan kepadatan arus yang tinggi dan devais akan rusak sebagai hasil dari suhu yang berlebihan. Pada prakteknya, devais harus diproteksi terhadap di/dt yang tinggi. Pada keadaan tunak, diode yang terpasang paralel terhadap beban yang difungsikan sebagai snubber tersambung ketika Thyristor off. Jika Thyristor on ketika diode masih tersambung, maka di/dt akan sangat tinggi dan terbatas oleh induktansi stray dari rangkaian. Dalam prakteknya, di/dt dibatasi dengan menambahkan suatu induktor seri seperti di/dt untuk forward. Namun Thyristor yang berada dalam kondisi on dapat dimatikan dengan mengurangi arus maju ketingkat di bawah arus holding IH. Pada semua teknik komutasi, arus anode dipertahankan di bawah arus holding cukup lama, sehingga semua kelebihan pembawa muatan pada keempat layer dapat dikeluarkan. Akibat dua sambungan pn, karakteristik turn-off akan mirip dengan pada diode, berkaitan dengan waktu pemulihan reverse. Arus pemulihan reverse puncak dapat lebih besar daripada arus blocking nominal. Tegangan balik muncul pada Thyristor seketika setelah arus maju menuju ke nol. Tegangan balik ini akan mengakselerasi proses turn-off, dengan membuang semua kelebihan muatan dari sambungan pn. 3. DESAIN HADWARE DAN SIMULASI Desain alat kontrol dan proteksi terintegrasi berbasis microprocessor ini adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Desain alat ini terdiri atas tiga bagian besar, yaitu bagian interface, microprocessor, rangkaian TRIAC. Bagian antarmuka (interface) terdiri atas AC to DC converter, current to voltage converter, zero crossing detector, serta CT(Current Transformer) dan PT (Potential Transformer). Sedangkan TRIAC terdiri atas DAC (Digital Analog Converter), Comparator, dan TRIAC. 46 M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

Turbine Generator (AC 3 Ø) PT Zero crossing detector Microprocessor CT Current to Voltage Converter AC to DC Converter AC to DC Converter TRIAC Driver Ballast/ Complement Load Break Contactor Main/Consumer Load Gambar 5. Diagram blok sistem kontrol beban otomatis pada PLTMH Stand-Alone Berdasarkan kebutuhan pada suatu sistem PLTMH, dalam penelitian ini relai proteksi yang akan digabung dengan kontrol beban adalah under/over voltage reley, under/over frequency dan over current reley. Adapun Blok diagram sistem alat ini diberikan sebagaimana pada Gambar 5, dengan prinsip kerja sebagai berikut:tegangan sistem dipantau dan diturunkan dengan trafo step-down (PT) untuk mendapatkan tegangan sebesar 12 Vac dari sistem tegangan 220 Vac.Besaran arus sistem dipantau melalui current transformer (CT)Untuk fungsi sebagai proteksi over voltage dan under voltage, tegangan sekunder dari trafo step down diubah menjadi tegangan DC oleh rangkaian AC to DC converter. Selanjutnya tegangan DC ini 47

diberikan sebagai masukan pada microprocessor untuk diprogram sedemikian rupa, sehingga apabila ada perubahan tegangan sistem melampaui batas setingan under voltage ataupun over voltage yang terjadi selama waktu tertentu, maka microprocessor akan merespon dan memproses untuk memberikan sinyal masukan untuk men-trip-kan kontaktor.untuk fungsi sebagai proteksi over frequency dan under frequency, tegangan sekunder dari trafo step down diteruskan ke rangkaian Zero Crossing Detector untuk diubah menjadi gelombang pulsa dan dikonversikan menjadi besaran tegangan DC yang sebanding dengan frekuensi sistem. Tegangan DC yang merupakan representasi dari frekuensi sistem, diberikan sebagai masukan microprocessor untuk dilakukan pemrograman sedemikian rupa untuk fungsi ini, sehingga apabila ada perubahan frekuensi sistem melampaui batas setingan over frequency dan under frequency yang terjadi selama waktu tertentu, maka microprocessor akan merespon dan memberikan sinyal untuk melakukan perubahan pada sistem kendali agar frekuensi tetap dalam kondisi stabil namun jika gagal maka akan dilakukan trip pada kontaktor.untuk fungsi proteksi over current, arus sekunder CT dimasukkan ke rangkaian converter arus ke tegangan (current to voltage converter) untuk dikonversikan menjadi besaran tegangan. Kemudian oleh rangkaian converter AC to DC diubah menjadi tegangan DC. Selanjutnya tegangan DC ini diberikan sebagai masukan pada microprocessor untuk dilakukan pemograman sedemikian rupa untuk fungsi ini, sehingga apabila ada perubahan arus sistem melampaui batas setingan over current, maka microprocessor akan merespon dan memberikan sinyal untuk men-trip-kan kontaktor.untuk fungsi sebagai kontrol beban, tegangan DC yang dimasukkan pada microprocessor akan dilakukan proses konversi data digital (ADC) yang akan digunakan untuk mengaktifkan sebuah interrupt. Ketika frekuensi sistem berubah turun, akibat adanya perubahan beban dalam arti ada penambahan beban pada sisi Consumer Load, sampai pada batas yang telah di-set, maka pencacah akan menghitung naik. Demikian sebaliknya, apabila frekuensi sistem berubah naik, maka pencacah akan menghitung mundur/turun. Keluaran pencacah adalah bilangan biner 8 bit, yang diubah menjadi besaran analog berupa tegangan DC oleh DAC(Digital analog converter), sehingga penurunan frekuensi sistem melebihi batas seting akan menghasilakan keluaran tegangan DAC yang juga turun, demikian sebaliknya. Selanjutnya keluaran DAC diinputkan ke sebuah driver sebagai pulsa penyalaan TRIAC yang terhubung dengan ballast/complement load. Perubahan frekuensi sistem akibat adanya perubahan beban akan diimbangi dengan pengendalian arus menuju ballast load, dengan sendirinya, frekuensi sistem akan terjaga pada nilai yang telah ditetapkan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kondisi waktu kembali frekuensi maksimum pada kondisi semula dibutuhkan sekitar 0,45 detik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Hasil simulasi sistem kestabilan kendali pada PLTMH 48 M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perancangan Automatic Load Controller (ALC) pada PLTMH, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Rancang bangun automatic load controller pada PLTMH dapat diimplementasikan berbasis microprocessor. 2) Dari hasil pengujian secara real time simulasi telah berhasil mengatur terjadinya perubahan pada Consumer Load 4.2. Saran 1) Hasil rancang bangun ALC ini diperlukan penyempurnaan pada simple design dengan standar industri. 2) Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pembacaan data digital sebaiknya bisa menggunakan double chip, dengan cara membagi dua fungsi yang processor pertama difungsikan sebagai master sebagai main instruction dan yang chip kedua. DAFTAR PUSTAKA Sarsing Gaoy, S. S. Murthy_, Design of a MicrocontrollerBased Electronic Load Controller for a Self Excited Induction Generator Supplying Single-Phase Loads, Dept. of Electrical Engineering, Indian Institute of Technology, New Delhi, India Oracle India Pvt. Ltd., Bangalore, India.Journal of Power Electronics, Vol. 10, No. 4, July 2010. Gaurav Kumar Kasal and Bhim Singh, VSC With Star Delta Transformer Based Electronic Load Controller for a Stand-Alone Power Generation, Senior Member, IEEE, 2010. Zuhal, 2000. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama. Hamzah Berahim, Transformator, 1999. Yogyakarta. Hand-Out mata kuliah Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. J.M. Ramirez, Emmanuel. and M Torres, "An Electronic LoadController for the Self- Excited Induction Generator," IEEE Transactionson Energy Conversion, vol. 22, no. 2, pp 546-548, June 2007. John Uffenbeck, Microcomputers and Microprocessors. Prentice - Hall Internatinal Editions. D. Joshi, K. S. Sandhu and M. K. Soni, "Constant voltage constantfrequency operation for a self excited induction generator," IEEE Trans.Energy Conversion, Vol. 21, No. 1, pp. 228-234, Mar. 2006. Bhim Singh, S. S. Murthy and S. Gupta, "Analysis and design of electronic load controller for self excited induction generator," IEEE Trans. Energy Conversion, Vol. 21, Vol. 1, pp. 285-293, Mar. 2006. Bhim Singh and V. Rajagopal, "Battery energy storage based voltageand frequency controller for isolated pico hydro systems," Journal of Power Electronics, Vol. 9, No. 6, pp. 874-883, Nov. 2009. 49