Analisis Data Riskesdas 2007/2008: Kontribusi Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

BAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATINEGARA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU DALAM PELAKSANAAN PROGRAM LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP DI WILAYAH PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DI PUSKESMAS KARANGAMPEL KOTA INDRAMAYU

ANALISIS PERILAKU IBU MENYUSUI DI KELURAHAN PAROPO KECAMATAN PANAKUKKANG KOTA MAKASSAR. * Ignata Apolonia B * Dosen tetap Prodi Kebidanan Sandi Karsa

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BAYI DI KELURAHAN JATIREJO GUNUNG PATI DAN DI KELURAHAN KRAPYAK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

FACTORS RELATED TO THE ACTION GIVING WOMEN INFANT IMMUNIZATION OF WORKING IN THE PUBLIC HEALTH DISTRICT BAJENG BAJENG DISTRICT GOWA.

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

Aprizal Ponda, N.Rachmadanur (Poltekkes Kemenkes Padang )

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

ANALISIS FAKTOR PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARGAPURA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

KEPATUHAN IBU TERHADAP KUNJUNGAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS PADANG BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

KUESIONER PENELITIAN

Determinan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2004

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA WANITA USIA SUBUR DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI TAHUN 2007)

Peran Pengawas Minum Obat dan Kepatuhan Periksa Ulang Dahak Fase Akhir Pengobatan Tuberkulosis di Kabupaten Bangkalan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

Zakiyah,et al, Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi per Antigen...

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

UNIVERSITAS UDAYANA DETERMINAN PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA ANAK BAWAH TIGA TAHUN (BATITA) DI PUSKESMAS III DENPASAR UTARA

ABSTRACT. on Immunization (EPI) atau Program

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF. Risa Devita Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN STATUS IMUNISASI DPT DAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGASUH DENGAN DIFTERI DI KOTA MADIUN KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami dengan Kepatuhan Ibu dalam Memberikan Imunisasi Dasar

Transkripsi:

BIOSTATISTIK DAN ILMU KEPENDUDUKAN Analisis Data Riskesdas 2007/2008: Kontribusi Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Indonesia Sutanto Priyo Hastono Abstrak Cakupan imunisasi terbukti dapat menurunkan secara signifikan kejadian kesakitan dan kematian yang diakibatkan penyakit tersebut, tetapi di Indonesia cakupan tersebut tergolong rendah.tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan status imunisasi anak di Indonesia. Disain yang digunakan dalam penelitian adalah potong lintang dengan sampel anak yang berumur antara 1-2 tahun yang tinggal di wilayah Indonesia. Sumber data sekunder yang digunakan adalah Riskesdas Depkes tahun 2007/08. Proporsi anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lengkap adalah 56,2 % (95% CI :55,1-57,3). Pendidikan ibu dan pendidikan suami ditemukan berhubungan secara bermakna dengan status imunisasi dasar pada anak. Hasil analisis multilevel menemukan bahwa kontribusi variabel level kabupaten (92,5 %) jauh lebih besar daripada level individu (7,5 %). Disarankan pemerintah bersama masyarakat berupaya untuk meningkatkan pendidikan. Departemen Kesehatan dan sektor terkait disarankan menyusun pedoman upaya memobilisasi imunisasi dengan sasaran penyuluhan dan kampanye imunisasi secara tepat. Kata kunci: Perilaku, status imunisasi anak, analisis multilevel. Abstract The escalation on the immunization coverage has been proved to significantly reduce the morbidity and mortality of the immunized diseases. However, in Indonesia the coverage of immunization is still low. The research purpose is to understand the role of mother s characteristics to child immunization status in Indonesia. This is an advance analysis of Riskesdas data 2007/2008. Sample of the research is children age 12-24 months. The results showed that only 56.2% children had had complete immunization. Multivariate analysis shows that characteristic factors, such as mother s and husband s education are significant to child immunization status. The result of Multilevel Analysis shows that the role of characteristic factors to child immunization status is 7.5% and the role of district level is 92.5%. Based on this result research, it is important for government to continuously improving education, immunization knowledge and encourage the utilization of health care especially immunization services. Ministry of Health and related sectors are supposed to arrange orientation program for immunization mobilization. Key words: Behavior, child immunization status, multilevel analysis. Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. A Lt. 2 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: tanto_fkm@yahoo.com) 91

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 2, Oktober 2009 Sampai saat ini masih diyakini bahwa pemberian imunisasi merupakan strategi yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan tujuh penyakit berbahaya yang mengancam keselamatan penduduk, tetapi cakupan imunisasi di Indonesia masih tergolong rendah. Penyakit tersebut meliputi tuberkolosis, difteri, pertusis, tetanus, campak, polio, dan hepatitis B. Cakupan imunisasi terbukti dapat menurunkan secara signifikan kejadian kesakitan dan kematian yang diakibatkan penyakit tersebut, tetapi di Indonesia cakupan tersebut tergolong rendah. Pemberian imunisasi dasar yang lengkap dan teratur dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%, sedangkan bila anak tidak diimunisasi lengkap, maksimum hanya mendapat perlindungan sebesar 25-40%. Anak yang tidak pernah mendapat imunisasi memperlihatkan tingkat kekebalan yang lebih rendah. Selain itu, balita yang tidak diimunisasi lengkap berisiko mengalami kematian 14 kali lebih besar daripada anak yang telah diimunisasi. 1 Cakupan imunisasi lengkap berdasarkan catatan KMS dan laporan ibu menunjukkan bahwa sekitar 46,9% anak berumur 1-4 tahun telah mendapat imunisasi lengkap sebelum mencapai umur satu tahun. Proporsi ini sedikit lebih rendah dari yang dilaporkan dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SD- KI) tahun 1994 (42%). Hasil SDKI periode berikutnya 1997 sedikit mengalami kenaikan (55%). 2 Namun, pada SDKI periode berikutnya tahun 2002/2003 proporsi anak usia 12-23 bulan yang mendapat imunisasi lengkap menurut kartu menuju sehat (KMS) dan laporan ibu dilaporkan 44%. 3 Apabila dibandingkan dengan negara tetangga Philipina, proporsi anak yang memperoleh imunisasi lengkap di Indonesia masih relatif lebih rendah. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan status imunisasi anak di Indonesia. Metode Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi potong lintang. Populasi adalah semua anak berumur 1-2 tahun yang tinggal di seluruh Propinsi Indonesia. Sampel adalah semua anak yang berumur 1-2 tahun, yang tercakup dalam Riskesdas tahun 2007/2008. Sumber data adalah data hasil survei Riskesdas Litbang Depkes tahun 2007/2008. Variabel yang diamati meliputi variabel dependen status imunisasi anak dan variabel independen adalah pendidikan ayah, pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan umur ibu. Anak yang berumur 12-24 bulan sebelum ulang tahun yang pertama ia telah memperoleh imunisasi lengkap terdiri: BCG, DPT 1-3, Polio 1-4, Hepatitis B1-3, dan Campak dari kartu KMS. Variabel status imunisasi diukur berdasarkan data pengakuan responden (laporan ibu) dan atau data dari KMS. Status imunisasi dikatakan lengkap apabila hasil dari pengakuan ibu atau data dari KMS menunjukkan semua jenis imunisasi telah dilakukan. Anak yang tidak memenuhi kriteria tersebut dinyatakan tidak lengkap. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat. Analisis multivariat yang digunakan pada analisis ini adalah analisis multilevel yang meliputi level 1 individu/karakteristik ibu dan level 2 kabupaten. Hasil Status Imunisasi Dasar pada Anak Proporsi bayi dengan status imunisasi dasar lengkap di Indonesia (56,2%) tergolong rendah jauh di bawah target (80%) (Lihat Tabel 1). Seleksi Kandidat Model Multivariat Hasil analisis bivariat berbagai karakteristik individu dengan status imunisasi anak yang memenuhi kriteria kandidat model nilai p 0,25 adalah pendidikan bapak (nilai p = 0,0005), pendidikan ibu (nilai p = 0,0005), dan umur ibu (nilai p = 0,032) (Lihat Tabel 2). Peran Faktor Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak Setelah melalui tahap pemodelan, akhirnya variabel pendidikan suami dan pendidikan isteri terlihat berhubugan secara bermakna dengan status imunisasi anak (p value < 0,05). Dengan demikian, variabel karakteristik ibu yang berhubungan dengan status imunsasi anak adalah pendidikan suami (OR=1,35) dan pendidikan isteri (OR=1,51) (Lihat Tabel 3). Dari hasil analisis multilevel dapat diketahui 2 hal yaitu: untuk menggambarkan peran faktor komposisional karakteristik ibu (level individu) terhadap status imunisasi anak digunakan ukuran Intraclass Correlation Coefficient (ICC) (Lihat Rumus 1 & 2). Dengan demikian, kontribusi faktor individu (pendidikan isteri dan pendidikan suami terhadap kelengkapan imunisasi anak hanya sekitar 7,5%). Proporsi terbesar justru merupakan kontribusi perbedaan karakteristik kabupaten (92,5 %). Untuk mengetahui kekuatan faktor komposisional kekuatan faktor karakteristik ibu dan variasi kabupaten terhadap status imunisasi dilakukan perhitungan MOR (median odds ratio) (Lihat Rumus 3). Nilai MOR yang ditemukan lebih besar dari satu (> 1) Tabel 1. Gambaran Balita Menurut Status Imunsasi Dasar di Indonesia Status Imunisasi Frekuensi Persentase 95% CI Lengkap 8.692 56,2 55,1 57,3 Tidak Lengkap 6.784 43,8 42,7 44,9 Total 15.476 100,0 92

Hastono, Kontribusi Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Ibu dan Status Imunisasi Anak Imunisasi Karakteristik Katagori Tidak Lengkap Lengkap Total P value n % n % n Pendidikan Bapak Rendah 4.958 48,2 5.328 51,8 10.286 0,0005 Tinggi 1.810 35,1 3.344 64,9 5.154 Pekerjaan Bapak Kerja 6.556 43,8 8.423 56,2 14.979 0,590 Tidak Kerja 317 45,6 258 54,4 475 Pendidikan Ibu Rendah 5.109 48,4 5,446 51,6 10.555 0,0005 Tinggi 1.659 34,0 3.224 66,0 4.883 Pekerjaan Ibu Kerja 2.113 44,4 2.652 55,6 4.765 0,524 Tidak Kerja 4.671 43,6 6.040 56,4 10.711 Umur Ibu > 30 tahun 2.935 88,9 3.556 54,8 6.490 0,032 30 tahun 3.849 88,3 5.136 57,2 8.986 Tabel 3. Hasil Pemodelan Multivariat Regresi Logistik dengan Analisis Multilevel Karakteristik Individu OR Nilai p 95% CI OR Pendidikan Suami 1,35 0,000 1,23 1,48 Pendidikan ibu 1,50 0,000 1,37 1,66 Variances and covariances of random effects ***level 2 (kab) var(1) : 1.2277805 (.10676454) mengindikasikan bahwa nilai OR masih bervariasi antar kabupaten. Dengan demikian, perbedaan antar kabupaten berpengaruh terhadap status imunisasi anak. Nilai OR level individu (pendidikan ibu OR=1,45 dan pendidikan suami OR=1,30) jauh lebih kecil daripada nilai MOR=3,6. Hal tersebut berarti bahwa status imunisasi anak lebih banyak dipengaruhi oleh faktor di level kabupaten. Hasil ini konsisten dengan penghitungan ICC yang memperlihatkan nilai yang kecil pada level individu (7,5%) dan angka yang sangat besar di level kabupaten (92,5%). Pembahasan Hasil analisis lanjut data Riskesdas menemukan bahwa anak berumur 12-24 bulan dengan status imunisasi dasar (campak, BCG polio, DPT HB) lengkap berdasarkan pengakuan responden dan kartu KMS adalah 56,2%. Angka ini lebih tinggi atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil SDKI tahun 2002. Proporsi anak usia 12-23 bulan yang mendapat imunisasi lengkap menurut kartu menuju sehat (KMS) dan laporan ibu adalah 44%. 4 Hasil ini membuktikan bahwa program imunisasi anak sudah dilakukan dengan baik, walaupun angka cakupan belum mencapai 90% atau 100%. Pendidikan ibu yang tinggi diharapkan akan meningkatkan keterlibatan ibu dalam program pelayanan kesehatan. Ibu berpendidikan tinggi diharapkan lebih memahami masalah kesehatan. Selain itu, dengan pendidikan tinggi diharapkan para ibu mempunyai kesadaran yang lebih tinggi menangani berbagai kesehatan. Dengan kesadaran yang baik, diharapkan para ibu dapat menggerakkan motivasi mengambil bagian dalam program kesehatan khususnya imunisasi. Kondisi ini tampaknya sesuai dengan hasil analisis data Riskesdas yang menunjukkan pada analisis multivariat didapatkan hasil bahwa pendidikan ibu berhubungan secara bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar anak. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan tidak saja berhubungan secara bermakna dengan status imunisasi anak, tetapi juga merupakan faktor komposisional yang paling berperan terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Hasil multivariat memperlihatkan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang imunisasi anak yang lengkap 1,51 kali lebih basar daripada ibu dengan pendidikan rendah, setelah dikontrol variabel pendidikan suami. Dengan demikian, hasil penelitian Riskesdas sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang memperlihatkan pendidikan yang semakin tinggi pendidikan akan menyebabkan pemahaman kesehatan yang lebih baik, khususnya pemahaman tentang pentingnya imunisasi pada anak. Hasil penelitian yang dilakukan di Majalengka juga menemukan hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi anak. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu yang pendidikan tinggi cederung mendapatkan imuniasi lengkap 4,7 kali lebih besar daripada ibu pendidikan rendah. 5 Hasil yang sama juga ditemukan di Indramayu, yang memperlihatkan hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan 93

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 2, Oktober 2009 Varian Level 1 0,092928 ICC Tingkat Individu (Level 1) = = = 7,5% Varian Total 0,092928 + 1,2296942 Rumus 1 Varian Level 2 1,2296942 ICC Tingkat Kabupaten (Level 2) = = = 92,5% Varian Total 0,092928 + 1,2296942 Rumus 2 MOR = e 2 *1,2296942*0,67449 = 3,6 Rumus 3 kelengkapan imunisasi anak. Ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang untuk melakukan imunisasi anak secara lengkap, 5,6 kali lebih tinggi daripada ibu pendidikan rendah. 3 Hubungan pendidikan bapak/suami dengan status imunisasi anak juga memperlihatkan hasil yang signifikan. Analisis multivariat dengan multilevel juga menunjukkan hasil yang signifikan hubungan antara pendidikan bapak/suami dengan kelengkapan imunisasi dasar anak, setelah dikontrol variabel pendidikan ibu. Dengan nilai OR=1,35 berarti bahwa anak dari bapak dengan pendidikan tinggi berpeluang 1,35 kali lebih besar untuk mendapat imunisasi lengkap daripada bapak yang berpendidikan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang berlaku bahwa pendidikan suami/kepala keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan keluarga dan kemampuan memanfaatan pelayanan kesehatan. Pendidikan ibu dan pendidikan suami terbukti berhubungan secara signifikan dengan status imunisasi anak. Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan kemampuan berpikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang lebih rasional. Pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik pula dalam mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga, khususnya dalam upaya melengkapkan status imunisasi anak. Secara teoritis, pekerjaan ibu akan mempengaruhi perilaku ibu melengkapi imunisasi anak. Ibu yang bekerja akan lebih sibuk sehingga tidak ada waktu untuk melengkapi status imunisasi anaknya. Sebaliknya, ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk dapat mengimunisasikan anaknya. Namun, analisis bivariat tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status imunisasi anak. Hasil yang sama juga dilaporkan pada penelitian di Padang. Proporsi status imunisasi anak pada ibu yang bekerja hampir sama dengan ibu yang tidak bekerja. 6 Aktivitas ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja tidak menghambat perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya. Hal ini dapat dijelaskan melalui dua aspek, aspek pertama kemungkinan ibu yang bekerja dalam penelitian ini kebanyakan bekerja pada sektor informal seperti perdagangan, pertanian, jasa. Waktu bekerja pada pekerjaan jenis ini relatif lebih fleksibel sehingga dapat lebih mengupayakan imunisasi anak. Aspek kedua, aktivitas pekerjaan tidak menggangu perilaku mengimunisasi anak, dalam arti bahwa ibu yang bekerja masih dapat mengimunisasi anaknya oleh karena imunisasi dilakukan di rumah sakit, dokter dan bidan praktek swasta yang buka pada sore atau malam hari. Para ibu yang berumur lebih muda, yang baru mempunyai anak, cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap anak mereka, termasuk dalam pelayanan kesehatan, khususnya imunisasi. Peningkatan umur ibu diduga diikuti oleh pertambahan jumlah anak dan peningkatan kesibukan, sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada anak. Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifkan antara umur ibu dengan status imunisasi anak yang tidak signifikan juga ditemukan pada penelitian status imunisasi anak di Majalengka. Ibu yang berumur muda tidak terbukti secara bermakna meningkatkan status imunisasi anak daripada ibu yang berumur lebih tua. 7 Ketidakbermaknaan variabel umur ibu kemungkinan disebabkan oleh peningkatan kesadaran dan pemahaman ibu terhadap pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak pada kelompok ibu yang muda dan ibu yang tua. Setelah mendengar informasi dari ibu yang lebih tua atau penyuluhan petugas kesehatan, ibu berumur muda akan lebih rajin dan berusaha secara aktif memenuhi status imunisasi anaknya. Mereka juga dapat memperoleh informasi dari media cetak informasi tentang pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak. Demikian pula, responden dengan umur tua tetap rajin melakukan imunisasi anak mereka, karena pengalaman pada anak-anak terdahulu, bahwa imunisasi penting untuk mencegah kesakitan dan kematian anak. 94

Hastono, Kontribusi Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak Pekerjaan suami yang mapan berpengaruh terhadap pemamanfatan pelayanan kesehatan yang lebih baik daripada suami yang tidak bekerja atau bekerja tidak tetap. Namun, penelitian ini memperlihatkan hasil yang berbeda, analisis bivariat dan multivariat tidak memperlihatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan bapak/suami dengan status imunisasi anak. Hasil yang berbeda dilaporkan oleh beberapa penelitian serupa di Jawa Barat, yang memperlihatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami dengan status imunisasi anak. 8 Penelitian di Italia juga menemukan bahwa status imunisasi anak dari ayah yang bekerja lebih baik daripada anak dari ayah yang tidak bekerja. 9 Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh penyuluhan atau penyebaran informasi tentang kesehatan atau imunisasi anak sangat jarang atau bahkan mungkin tidak pernah dilakukan di tempat kerja. Dengan demikian, status pekerjaan belum dapat menjadi faktor yang mendorong imunisasi anak. Kontribusi karakateristik ibu terhadap status imunisasi anak terlihat sangat kecil daripada kontribusi level kabupaten. Hasil analisis multivariat dengan multilevel memperlihatkan bahwa kontribusi karakteristik ibu terhadap status imunisasi anak hanya sebesar 7,5%. Sementara, kontribusi level kabupaten ternyata sangat tinggi (92,5%). Hal tersebut berarti bahwa status imunisasi anak lebih banyak dipengaruhi oleh variasi kondisi antar kabupaten daripada faktor karakteristik ibu. Kontribusi faktor kabupaten yang lebih besar tersebut membuktikan bahwa hasil dari program-program kesehatan khususnya program imunisasi anak belum merata. Program imunisasi masih sangat bervariatif antar kabupaten, disatu pihak ada kabupaten dengan program imunsasi yang sudah berjalan, dilain pihak masih ada kabupaten dengan program imunisasi yang masih jauh tertinggal. Kondisi ini mungkin merupakan salah satu dampak dari program pembangunan desentralisasi yang menyerahkan kewenangan penyelenggaraan kegiatan program kesehatan di tingkat daerah/kabupaten. Otonomi daerah tersebut mengakibatkan variasi program kesehatan antar daerah/kabupaten. Faktor di level kabupaten yang diduga sangat berperan terhadap kelengkapan imunisasi anak adalah karakteristik geografis, kondisi sosial ekonomi penduduk, kinerja program/petugas imunisasi, kepemimpinan, dan lain-lain. Sayangnya berbagai variabel yang berpengaruh besar tersebut tidak tersedia di data Riskesdas. Oleh sebab itu, diharapkan penelitian berskala besar selanjutnya perlu memasukkan berbagai variabel di tingkat kabupaten (kontekstual) agar mendapatkan informasi yang lebih kaya dan utuh tentang berbagai masalah kesehatan. Kesimpulan Praktek pemberian imunisasi anak berdasarkan informasi dari laporan responden dan kartu KMS ditemukan bahwa cukup imunisasi dasar anak (56,2%) tidak mencapai target nasional. Karakteristik ibu: umur ibu, pekerjaan isteri dan pekerjaan suami tidak berhubungan secara signifikan dengan status imunisasi dasar anak. Faktor karakteristik pendidikan ibu, dan pendidikan suami berhubungan signifikan dengan status imunisasi dasar anak. Karakteristik yang berperan paling besar terhadap kelengkapan imunisasi dasar anak adalah pendidikan ibu. Kontribusi karakteristik ibu yang meliputi pendidikan isteri dan pendidikan suami dalam menjelaskan status imunisasi anak (7,5%) jauh lebih rendah dibandingkan peran tingkat kabupaten (92,5%). Nilai MOR (3,6) juga menjukkan angka yang jauh lebih tinggi daripada nilai OR variabel karakteristik ibu pendidkan isteri (1) dan pendidikan suami (1,30). Hal tersebut berarti bahwa status imunisasi anak tidak hanya ditentukan oleh faktor karakteristik individu ibu, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor perbedaan karakteristik antar kabupaten. Saran Pemerintah bersama masyarakat disarankan untuk selalu berupaya untuk meningkatkan pendidikan, meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi melalui media yang ada dan memotivasi pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya imunisasi. Perlu dilakukan evaluasi terhadap program imunisasi di kabupaten yang tidak mungkin dilakukan sendiri oleh departemen kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kerja sama dengan sektor lain agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar kabupaten. Juga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menyertakan variabel di tingkat kabupaten untuk mempertajam peran variabel kontekstual level kabupaten terhadap status imunisasi anak. Daftar Pustaka 1. Green L. Health education planning. A diagnostic approach. The John Hopkins University Mayfield Publishing Co; 1980. 2. Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 1999. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1999. 3. Darmen T. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak umur 1-4 th di Kabupaten Indramayu. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2001. 4. Biro Pusat Statistik. Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002/2003. Jakarta: BPS; 2003. 5. Suhasim. Imunisasi anak. Jakarta: Pusat Kesehatan FK Usakti; 1991. 6. Isfan R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada anak di puskesmas Pauh Kota Padang [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2006. 7. Wardhana N. Pengaruh perilaku ibu tentang imunisasi terhadap status 95

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 2, Oktober 2009 kelengkapan imunisasi dasar pada anak di Kabupaten Majalengka tahun 1999-2001 [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2001. 8. Isatin N. Pengaruh faktor predisposisi dan pendukung terhadap status imunisasi anak uisa 9-59 bulan di Provinsi Jawa Barat tahun 2002. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2002 9. Salmaso. The ICONA study group, infant immunization coverage in Italy. Bulletin of World Health Organization; 1999. 96