KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Oleh: Syukria Dewi Pembimbing: Restu Agusti dan Rahmiati Idrus

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

Fidelius, Analisis Rasio untuk Mengukur. ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MANADO.

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH UNTUK BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA TOMOHON

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN KETERGANTUNGAN KEUANGAN DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SAROLANGUN. Amelia Sutriani C0E013027

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMBIAYAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS KOTA SEMARANG TAHUN )

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (SIPKD) TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN

Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo. Usman

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN Susilowati 1) Suharno 2) Djoko Kristianto 3) ABSTRACT

E.L. Tambuwun., S.S. Pangemanan., D.Afandi. Analisis Kinerja Keuangan. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN KOTA MANADO

KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA ABSTRACT

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN PADA APBD

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

STUDI KOMPARASI PENGUKURAN KINERJA FINANSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEDIRI DAN BLITAR

Transkripsi:

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI 1 Prasetyo Fitri Rizki 2 Mohammad Abdul Mukhy Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok 2 mukhyi@staff.gunadarma.ac.id ABSTRACT Granting autonomy to the Local Government is a must. In addition to the result of internal pressure area who want their own independence and democratization of a region, is also an answer to enter the era of globalization is increasingly widespread. The objective of this research is to find out how local government performance from several aspects such as level of financial independence, effectiveness and efficiency of the income of local own revenues, the level of development expenditure, revenue forecasting the income of local own revenues and local shopping development by using the double Exponential smoothing method, and the contribution of income to the original area Bekasi City shopping regional development, and also whether it has both a significant contribution or not. From the results of this research can be drawn the conclusion that the level independence of regional autonomy Bekasi still low, the level of effectiveness is quite good in the last 5 years and the level of efficiency of local government Bekasi still less efficient, the level of activity is quite good in allocating funds for development expenditure, the results of forecasting method with double Exponential smoothing is a equation Yt = 86464445951.56 + n 22895202794.12 for the income of local revenues and Yt = 329559989652.875 + n 69110120732.25 for development Shopping, and there is a significant contribution from the income of the income of local revenues to Shopping Regional Development. Keywords : Contibutions, The income of local revenues, Shopping Regional Development, autonomy. PENDAHULUAN Berdasarkan pada Undang- Undang No.22 Tahun 1999 yang kemudian di perbaharui dengan Undang- Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah serta Undang-Undang No.25 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah merupakan landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dimana Undang- Undang tersebut memiliki misi utama yaitu desentralisasi. TAP MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan Serta Perimbangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 yang menjadi titik awal dari serangkaian reformasi kelembagaan dalam mencapai good governance, yaitu pemerintahan yang bersih, ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif dan akuntabel. Dewasa ini daerah-daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan B101

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Otonomi yang diberikan kepada kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah dalam otonomi harus disertai dengan pelimpahan keuangan. Tanpa pelimpahan ini, otonomi daerah menjadi tidak bermakna. Salah satu indikator penting dari kewenangan keuangan adalah besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), makin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki daerah, makin tinggi peranan PAD dalam struktur keuangan daerah, dan begitu pula sebaliknya. Pembahasan bertujuan untuk : (a)mengetahui tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Bekasi, (b)mengetahui Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi, (c)mengetahui tingkat belanja pembangunan terhadap APBD kota Bekasi, (d)mengetahui peramalan pendapatan asli daerah dan belanja pembangunan daerah dengan menggunakan metode double exponential smoothing, (e)mengetahui kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja pembangunan Kota Bekasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menjadikan Pemerintah Daerah Kota Bekasi khususnya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pada Bidang Anggaran yang berlokasi di Jalan Jend. Ahmad Yani No. 1 Bekasi sebagai Objek penelitian Penulis menggunakan data-data yang bersumber dari Pemerintah Daerah Kota Bekasi berupa Laporan Pendapatan asli daerah Pada Periode 2004 sampai 2008 dan Laporan Belanja Daerah pada periode 2004 sampai 2008. Dan penulis B102 juga menggunakan variabel tidak bebas atau dependent (variabel Y) yaitu belanja pembangunan, sedangkan variabel bebas atau independent (variabel X) yaitu pendapatan asli daerah. Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan dengan penelitian lapangan secara langsung melalui pengamatan dan wawancara. Serta peneliti juga melakukan studi kepustakaan yaitu dengan membaca buku acuan, artikel yang berhubungan dengan materi penulisan. Dalam penelitian ini menggunakan Rasio tingkat kemandirian keuangan daerah, Rasio Efektivitas dan Rasio Efisiensi PAD, Rasio tingkat belanja pembangunan (Abdul Halim 2008 : 232), peramalan pendapatan asli daerah dan belanja pembangunan daerah dengan menggunakan metode double exponential smoothing (Purbayu Budi Santosa 2005 : 204), serta kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja pembangunan Kota Bekasi dan juga apakah kedua hal tersebut mempunyai kontribusi yang signifikan atau tidak dengan menggunakan uji regresi sederhana (uji t) (Bhuono Agung Nugroho 2005 : 54). PEMBAHASAN Perhitungan Rasio Kemandirian Daerah Dari perhitungan di atas terlihat bahwa kemandirian daerah Kota Bekasi dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugastugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat masih rendah. Bahkan mengalami kecenderungan turun. Hal ini di buktikan dengan hasil perhitungan pada tahun 2004 rasio kemandirian daerah sebesar 18,04%. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 20,79%. Pada tahun 2006 menurun menjadi 19,49%. Pada tahun

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 2007 kembali mengalami penurunan menjadi 18,22%. Bahkan pada tahun 2008 rasio kemandirian daerah mengalami penurunan menjadi 17,62% yang merupakan rasio kemandirian daerah terendah dalam 5 tahun terakhir. Perhitungan Rasio Efektivitas dan Efisiensi Dari perhitungan dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas Pemerintah Kota Bekasi dalam merealisasikan Pendapatan asli daerah yang di rencanakan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah secara keseluruhan dalam 5 tahun sudah cukup baik meskipun tidak terlalu baik pada tahun 2004. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan pada tahun 2004 rasio efektivitas Kota Bekasi sebesar 99,82 % yang merupakan rasio yang tidak terlalu baik karena tidak mencapai nilai 1 atau 100% sebagai kategori efektif. Pada tahun 2005 tingkat rasio efektivitas mengalami peningkatan menjadi sebesar 103,52 % dan dapat dikategorikan efektif. Pada tahun 2006 tingkat rasio efektivitas kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 101,79 % namun masih dapat dikategorikan cukup efektif. Tahun 2007 tingkat rasio efektivitas mengalami peningkatan menjadi sebesar 102,86 % dan dapat dikategorikan efektif. Pada tahun 2008 rasio efektivitas kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 106,23% yang merupakan rasio tertinggi dalam 5 tahun terakhir yang menandakan semakin baik atau efektifnya kinerja pemerintah daerah. Dari perhitungan dapat dilihat rasio efisiensi yang menggambarkan kinerja Pemerintah Daerah Kota Bekasi dalam perbandingan besarnya belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran 2004 hingga tahun anggaran 2008. Pada tahun 2004 rasio efisiensi sebesar 93,71 % yang masuk dalam kategori kurang efisien. Pada tahun 2005 rasio efisiensi menurun menjadi sebesar 99,81 % dan masih dalam kategori kurang efisien bahkan menjadi yang terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun 2006 rasio efisiensi sedikit meningkat menjadi 98,74 % dan masuk ke dalam kategori kurang efisien. Tahun 2007 rasio efisiensi kembali meningkat menjadi sebesar 92,65 % yang merupakan rasio efisiensi tertinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir namum masih masuk ke dalam kategori kurang efisien. Pada tahun 2008 tingkat rasio efisiensi kembali menurun menjadi sebesar 99,23 % dan masih masuk ke dalam kategori kurang efisien. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa secara garis besar kinerja pemerintah daerah Kota Bekasi kurang efisien dalam merealisasikan belanja daerah. Perhitungan Rasio Aktivitas Dari perhitungan diatas dapat dilihat perubahan rasio aktivitas dari tahun anggaran 2004 hingga tahun anggaran 2008. Dimana pemerintah daerah Kota Bekasi sudah cukup baik dalam mengalokasikan dananya untuk belanja pembangunan, karena persentase belanja pembangunan sudah melebihi setengah dari total APBD Kota Bekasi yaitu lebih dari 50%. Hal tersebut dapat dibuktikan pada tahun 2004 Rasio aktivitas pada belanja rutin sebesar 39,35% dan belanja pembangunan 60,65%. Pada tahun 2005 rasio belanja rutin mengalami penurunan menjadi sebesar 36,42% dan rasio belanja pembangunan mengalami peningkatan menjadi sebesar 63,58%. Tahun 2006 rasio belanja rutin kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 35,10% dan rasio belanja pembangunan kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 64,90%. Pada tahun 2007 rasio belanja rutin mengalami peningkatan menjadi B103

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 sebesar 46,70% dan rasio belanja pembangunan mengalami penurunan menjadi sebesar 53,30%. Tahun 2008 rasio belanja rutin kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 48,95%dan rasio belanja pembangunan kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 51,05%.] Peramalan Pad dan Belanja Pembangunan dengan Double Exponential Smoothing Dari perhitungan menggunakan SPSS dengan metode double exponential smoothing yang hasil yang peneliti dapat adalah : Level dasar dari grafik double exponential smoothing adalah 86464445951,56 sedangkan trend untuk pendapatan asli daerah adalah 22895202794,12. Persamaan prediksi untuk pendapatan asli daerah Kota Bekasi adalah : Yt = 86464445951,56 + n 22895202794,12 Di mana : Y adalah pendapatan asli daerah Kota Bekasi pada tahun ke- t dan T adalah tahun Dari perhitungan menggunakan SPSS dengan metode double exponential smoothing yang hasil yang peneliti dapat adalah : Level dasar dari grafik double exponential smoothing adalah 329559989652,875 sedangkan trend untuk Belanja Pembangunan adalah 69110120732,25. Persamaan prediksi untuk pendapatan asli daerah Kota Bekasi adalah : Yt = 329559989652,875 + n 69110120732,25 Di mana : Y adalah Belanja pembangunan Kota Bekasi pada tahun ke- t dan T adalah tahun Perhitungan Kontribusi Pad Terhadap Belanja Pembangunan B104 Dari hasil perhitngan dapat dilihat besarnya kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja pembangunan daerah dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Pada tahun 2004 kontribusi PAD sebesar 26,81%. Tahun 2005 kontribusi PAD naik menjadi sebesar 27,12%. Tahun 2006 Kontribusi PAD mengalami penurunan menjadi sebesar 25,46%. Pada tahun 2007 kontribusi PAD mengalami peningkatan menjadi 31,14%. Dan pada tahun 2008 kontribusi PAD kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 29,58%. Rata-rata Kontribusi PAD terhadap belanja pembangunan selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 28,02% yang berarti kemampuan PAD belum cukup dalam menutupi belanja pembangunan daerah Kota Bekasi sehingga Pemerintah Kota Bekasi masih mengandalkan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk menutupi belanja pembangunan Kota Bekasi. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (4,968 > 3,182) maka H0 ditolak, artinya bahwa Terdapat Kontribusi yang Signifikan dari Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pembangunan Daerah. PENUTUP 1. Dari perhitungan dengan menggunakan rasio kemandirian daerah dapat diketahui bahwa kemandirian daerah Kota Bekasi dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat masih rendah. Bahkan mengalami kecenderungan turun. 2. Dari perhitungan dengan menggunakan rasio efektivitas dapat diketahui bahwa bahwa tingkat efektivitas Pemerintah Kota Bekasi dalam merealisasikan Pendapatan asli daerah yang di rencanakan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah secara keseluruhan dalam 5 tahun

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 sudah cukup baik meskipun tidak terlalu baik pada tahun 2004. Dan dengan rasio efisiensi dapat diketahui bahwa secara garis besar kinerja pemerintah daerah Kota Bekasi kurang efisien dalam merealisasikan belanja daerah. Karena Pemerintah Daerah Kota Bekasi dalam melakukan pengeluarannya masih besar bahkan pengeluarannya hampir sebanding dengan penerimaannya yang menandakan pemerintah daerah tidak dapat melakukan penghematan anggaran. 3. Dari perhitungan dengan menggunakan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa pemerintah daerah Kota Bekasi sudah cukup baik dalam mengalokasikan dananya untuk belanja pembangunan, karena persentase belanja pembangunan sudah melebihi setengah dari total APBD Kota Bekasi yaitu lebih dari 50%. 4. Peramalan PAD dan belanja pembangunan dengan metode double exponential smoothing Kota Bekasi pada tahun 2004 hingga tahun 2008 adalah: 1. Level dasar dari grafik double exponential smoothing adalah 86464445951,56 sedangkan trend untuk pendapatan asli daerah adalah 22895202794,12. Persamaan prediksi untuk pendapatan asli daerah Kota Bekasi adalah : Yt = 86464445951,56 + n 22895202794,12 2. Level dasar dari grafik double exponential smoothing adalah 329559989652,875 sedangkan trend untuk Belanja Pembangunan adalah 69110120732,25. Persamaan prediksi untuk pendapatan asli daerah Kota Bekasi adalah : Yt = 329559989652,875 + n 69110120732,25 5. Rata-rata Kontribusi PAD terhadap belanja pembangunan selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 28,02% yang berarti kemampuan PAD belum cukup dalam menutupi belanja pembangunan daerah Kota Bekasi sehingga Pemerintah Kota Bekasi masih mengandalkan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk menutupi belanja pembangunan Kota Bekasi. Dan dalam pengujian signifikansi dengan menggunakan uji-t dapat diketahui bahwa bahwa Terdapat Kontribusi yang signifikan dari Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pembangunan Daerah. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran dengan harapan dapat memberikan manfaat dalam membantu memberikan alternatif pemecahan masalah yang di hadapi oleh Pemerintah Daerah Kota Bekasi adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Daerah Kota Bekasi hendaknya mengoptimalkan upayanya dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah untuk pembangunan Kota bekasi dengan cara program ekstensifikasi dan intensifikasi, caranya: a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia (Pegawai pemerintahan) khususnya yang berhubungan dengan Pendapatan Asli Daerah agar PAD dapat lebih ditingkatkan. b. Lebih menggali potensi-potensi yang dimiliki oleh Kota Bekasi. dan mencari potensi-potensi baru agar potensi tersebut dapat di maksimalkan guna menambah pemasukan daerah. c. Agar PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi bertambah sebaiknya Pemerintah Daerah Kota Bekasi melaksanakan penyempurnaan dan pembaharuan mengenai peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi tentunya disesuaikan dengan kondisi B105

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 perekonomian dan masyarakat Kota Bekasi. d. Menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. 2. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan peneliti dalam skripsi ini, Pemerintah Daerah Kota Bekasi sebaiknya memperhatikan penulisan ini agar menjadi pertimbangan ke depan. Khususnya menggunakan peramalan metode double exponential smoothing sehingga Pemerintah daerah dapat meramalkan PAD dan Belanja pembangunan untuk tahuntahun berikutnya yang dapat dijadikan patokan dalam menyusun APBD di tahun-tahun ke depan. DAFTAR PUSTAKA [1] Bahtiar, Arif, Muchlis, dan Iskandar. 2002. Akuntansi Pemerintahan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta. [2] Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE, Yogyakarta. [3] Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta. [4] Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi, Rahmawati Maulidah. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat, Jakarta. [5] Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Edisi 1. ANDI, Yogyakarta. [6] Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. ANDI, Yogyakarta. [7] Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. ANDI, Yogyakarta. [8] Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik : Organisasi Non Laba. Mitra Wacana Media, Jakarta. [9] Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis Statistik dengan Microsof Excel dan SPSS, Edisi 1. ANDI, Yogyakarta [10] Sumtaky, Maxion. 2001. Implementasi akuntansi Keuangan Daerah pada Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi, Jakarta. B106