BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan: (1) terdapat UPS pada lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. limbah padat. Sampah merupakan sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuanperlakuan,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

WASTE MANAGEMENT PROGRAM IN INDONESIA (Reduce, Reuse, Recycle Program)

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua kegiatan manusia pada awalnya adalah untuk memanfaatkan

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 2.1 organik dan anorganik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

KAJIAN VOLUME SAMPAH DI KOTA KEDIRI ( Lokasi TPA Klotok )

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN KELAYAKAN EKONOMI UNIT PENGOLAHAN SAMPAH MUTU ELOK DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK JAKARTA TIMUR VIDYA KHAIRUNISA

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN MESIN PELEBUR SAMPAH (INCINERATOR) PROPOSAL. Mudah dalam pengoperasian. Tidak perlu lahan besar. Hemat energy.

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PERENCANAAN

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

1. Pendahuluan ABSTRAK:

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Kota Depok. Alin Halimatussadiah Universitas Indonesia

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BERBASIS PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pelik terutama di kota besar maupun kota sedang di Indonesia. Beberapa pengelola

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

Lampiran 1. I. LAMA BEKERJA 1 Sudah berapa lama Bapak/Ibu memulung sampah? II. WAKTU BEKERJA. < 3 tahun 3 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

PENGOLAHAN SAMPAH DI TPA SUKOSARI JUMANTONO TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Widya Anantya, ST, M.EnvMan

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

Transkripsi:

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata 13,5 per hari. Sebanyak 10 dari sampah yang diangkut berasal dari rumahan dan sisanya sebanyak 3,5 berasal dari taman dan jalur hijau. Sebanyak 1,7 m3 sampah rumahan merupakan sampah organik dan sebanyak 8,3 merupakan sampah anorganik. Tidak semua sampah organik rumahan dapat terolah menjadi kompos, dari 1,7 dihasilkan, hanya 0,5 sebanyak 1,2 sampah rumahan yang yang merupakan sampah terolah dan selebihnya, merupakan sampah organik tidak terolah. Begitu juga halnya dengan sampah anorganik, dari 8,3 sampah yang dihasilkan, hanya yang merupakan sampah terolah atau dapat diambil oleh pemulung untuk kemudian diolah menjadi produk daur ulang. Sisanya, sebanyak 7,41 sampah anorganik tidak terolah dipindahkan ke dalam kontainer. Sampah yang biasanya diambil oleh pemulung terdiri dari sampah kertas, kaca, besi, dan barang plastik (bukan plastik kemasan). Sampah-sampah tersebut dijual ke penadah untuk selanjutnya didaur ulang dan dijual kembali. Sampah yang diangkut dari taman dan jalur hijau umumnya berupa sampah organik terolah dengan volume 1,5. Selebihnya, sebanyak 2 merupakan sampah anorganik atau sampah organik tidak terolah. Sampah anorganik dari taman biasanya berupa bekas bungkus makanan atau puntung rokok. Sesuai dengan uraian diatas, maka dalam sehari, Perumahan Cipinang Elok menghasilkan 3,2 sampah organik yang berasal dari rumahan, taman, dan 57

jalur hijau. Namun dari total sampah organik tersebut, hanya 2 dijadikan bahan dasar kompos dengan komposisi 0,5 yang dapat sampah rumahan dan 1,5 sampah taman dan jalur hijau. Kapasitas pengelolaan sampah di Perumahan Cipinang Elok terdiri dari kapasitas penampungan dan pengolahan. Kegiatan pengolahan di perumahan ini meliputi daur ulang dan pengomposan. Meskipun tidak terlibat dalam proses mendaur-ulang secara langsung, pemulung memiliki kemampuan untuk membuat sampah anorganik didaur-ulang setiap harinya. Oleh karena itu, kapasitas daur ulang didekati dari kemampuan pemulung dalam mengumpulkan sampah. Kapasitas pengomposan didekati dari kapasitas yang dimiliki UPS Mutu Elok dalam mengolah sampah menjadi kompos. Bangunan UPS Mutu Elok memiliki kapasitas sebesar 4 per hari, sedangkan mesin pencacah memiliki kapasitas per hari. Kapasitas penampungan didekati dari volume kontainer, yaitu 12 per hari. Total timbulan sampah tidak terolah dari Perumahan Cipinang Elok yang dibuang ke TPST Bantargebang mencapai 10,61 per hari. Timbulan sampah ini sama dengan 78,59 persen dari total sampah yang dihasilkan Perumahan Cipinang Elok setiap harinya. Berdasarkan keterangan dari pengurus RW, sebagian sampah yang dibuang ke TPST ini sebenarnya berpotensi untuk diolah, tetapi karena telah tercampur dengan sampah lainnya, maka sampah jadi rusak dan tidak dapat diolah. Rincian selengkapnya mengenai jumlah timbulan dan kapasitas pengelolaan sampah dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. Untuk mempermudah pemahaman, dapat juga dilihat pohon pengelolaan sampah pada Gambar 12. 58

Tabel 6. Jumlah Timbulan dan Komposisi Sampah yang Dihasilkan Perumahan Cipinang Elok Timbulan Terolah Jenis Sampah Teknik Pengolahan ( ) ( ) ( 1. Sampah rumahan: Organik 1,70 0,50 Pengomposan (UPS) Anorganik 8,30 Daur ulang (pemulung) Total sampah rumahan 10,00 1,39 2. Sampah tanaman & jalur hijau 3,50 1,50 Pengomposan (UPS) TOTAL TIMBULAN 13,50 2,89 Tidak Terolah Teknik Pengolahan ) 1,20 7,41 8,61 2,00 10,61 Dibawa ke TPA Dibawa ke TPA Dibawa ke TPA Tabel 7. Komposisi Sampah Anorganik Terolah di Perumahan Cipinang Elok Jenis Sampah Kertas Kaca Besi Barang plastik TOTAL Timbulan ( ) 0,06 0,04 0,04 0,75 (%) 6,74 4,49 4,49 84,27 100,00 Tabel 8. Macam dan Kapasitas Pengelolaan Sampah di Perumahan Cipinang Elok Pengelolaan Sampah Unit 1. Penampungan sementara Kontainer 2. Daur ulang Pemulung 3. Pengomposan a. Bangunan UPS b. Mesin pencacah Kapasitas 12,00 4,00 59 59

Total Timbulan Sampah 13,5 Taman & Jalur Hijau 3,5 Rumahan 10 Anorganik 8,3 Tidak Terolah 7,41 Terolah Kontainer TPST Total sampah organik 5,2 Organik 1,7 Tidak Terolah 1,2 Terolah 0,5 Organik 3,5 Terolah 1,5 Tidak Terolah 2,0 Kontainer Total Sampah Organik Terolah 2 Kontainer TPST UPS TPST Pemulung Langsung diolah Ditimbun 0,75 Gambar 12. Pohon Pengelolaan Sampah 7.2. Daya Dukung Lingkungan UPS Mutu Elok Setiap hari, Perumahan Cipinang Elok menghasilkan 5,2 organik. Sebanyak 1,7 sampah dari sampah tersebut merupakan sampah yang berasal dari rumahan dan sebanyak 3,5 merupakan sampah yang berasal dari taman dan jalur hijau. Jumlah sampah organik terolah yang berasal rumahan adalah 0,5, sedangkan jumlah sampah organik terolah dari taman dan jalur hijau adalah 60

1,5. Dengan demikian, potensi sampah organik terolah yang dimiliki UPS Mutu Elok adalah 2 per hari. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 7.1., mesin pencacah yang dimiliki UPS Mutu Elok mempunyai kapasitas 4 per hari. Namun dalam sehari, mesin ini hanya digunakan untuk mengolah sampah sebanyak karena harus menyesuaikan dengan kapasitas bangunan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa UPS Mutu Elok memiliki tingkat daya dukung lingkungan yang rendah dengan indeks sebesar 0,63 untuk timbulan dan 0,31 untuk mesin. Keterbatasan luas bangunan UPS Mutu Elok menyebabkan potensi timbulan sampah organik terolah tidak diolah seluruhnya serta pengunaan mesin yang tidak optimal. Rincian perhitungan tingkat daya dukung lingkungan UPS Mutu Elok dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Daya Dukung Lingkungan UPS Mutu Elok Timbulan ( ) Mesin ( ) Potensi 2,00 4,00 Termanfaatkan Daya dukung lingkungan < < Indeks daya dukung 0,63 0,31 Daya dukung lingkungan UPS Mutu Elok juga dianalisis dengan cara membandingkan antara ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki UPS Mutu Elok dengan jumlah kebutuhan. Jumlah kebutuhan UPS Mutu Elok didekati dari luas ideal bangunan UPS yang diperoleh dengan membagi antara total timbulan sampah terolah dari rumahan, taman, dan jalur hijau dengan volume cetakan satu bahan kompos. Total timbulan sampah organik terolah adalah 2. Setelah dibagi dengan volume cetakan satu tumpukan bahan kompos sebesar 0.96, diperoleh luas bangunan ideal UPS Mutu Elok sebesar 312,5 61

. Luas ideal ini > luas bangunan yang dimiliki UPS Mutu Elok, yaitu 60. Karena terdapat ketidaksesuaian antara luas bangunan dengan jumlah kebutuhan, maka dapat disimpulkan bahwa ada indikasi daya dukung lingkungan UPS Mutu Elok telah terlampaui. 7.3. Respon Warga terhadap UPS Mutu Elok Analisis terhadap respon warga dilakukan untuk melihat apakah terjadi pencemaran yang disebabkan oleh UPS Mutu Elok. Analisis ini dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam mengkaji tingkat pencemaran yang terjadi secara teknis. Sebanyak 100 persen responden menyatakan tidak terganggu dengan adanya UPS Mutu Elok, baik itu berupa gangguan bau, bising, maupun hilangnya estetika. Sebagian besar responden tidak merasa UPS merusak pemandangan karena bangunan UPS didesain selaras dengan bangunan di sekitarnya. Disamping itu, bangunan dicat warna hijau kalem, sehingga terlihat menyatu dengan pohon-pohon yang berada disekitarnya. Letak UPS yang agak ke dalam menyebabkan suara mesin pencacah dan pengayak tidak terdengar dari jalan. Suara mesin juga tidak bising karena telah dimodifikasi agar mengeluarkan bunyi yang lebih halus. Berdasarkan hasil wawancara tidak diketemukan juga adanya keluhan pencemaran. Seratus persen responden tidak merasakan pencemaran dan tidak pernah mendengar keluhan pencemaran baik dari tetangga maupun anggota keluarganya. Hal ini dikarenakan UPS tidak mengolah sampah organik basah yang biasa menimbulkan air lindi yang dapat mencemari lingkungan. 62

7.4. Pengaruh UPS Mutu Elok terhadap Daya Dukung Lingkungan Perumahan Cipinang Elok Pengaruh UPS Mutu Elok terhadap daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok dianalisis dengan cara membandingkan kondisi daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok dengan dan tanpa UPS Mutu Elok. Pada kondisi terdapat UPS Mutu Elok, kemampuan lingkungan perumahan dalam menerima beban sampah didekati dari kapasitas pengelolaan sampah yang terdiri dari kapasitas penampungan sementara, kapasitas daur ulang, dan kapasitas pengomposan. Meskipun mesin pencacah memiliki kapasitas yang lebih besar dari bangunan UPS Mutu Elok, tetapi tetapi kapasitas pengomposan tidak didekati dari kapasitas mesin pencacah karena kegiatan pengomposan lebih dibatasi oleh ruang untuk proses pembusukan, sehingga kapasitas bangunan UPS lebih cocok digunakan. Seperti yang dijelaskan pada sub bab 7.1., jumlah timbulan sampah yang dihasilkan Perumahan Cipinang Elok setiap harinya adalah 13,5, jika dibandingkan dengan kapasitas pengelolaan, terdapat selisih sebesar 0,64 yang merupakan kelebihan kapasitas dari pengelolaan. Sisa kapasitas ini mengindikasikan bahwa daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok belum terlampaui, karena jumlah sampah yang dihasilkan belum melebihi kemampuan lingkungan dalam menerima beban sampah. Perbandingan antara total timbulan sampah dengan total kapasitas pengelolaan dapat dilihat secara jelas pada Tabel 10. 63

Tabel 10. Perbandingan antara Total Timbulan Sampah dengan Total Kapasitas Pengelolaan Dengan UPS Mutu Elok Variabel Total timbulan sampah Kapasitas pengelolaan: a. Penampungan sementara (KPS) b. Daur ulang (KDU) c. Pengomposan (KPO) Total kapasitas pengelolaan SELISIH Volume ( ) 13,50 Keterangan Berasal dari rumahan, taman, dan jalur hijau 12,00 14,14 0,64 Kapasitas kontainer Kapasitas pemulung Kapasitas bagunan UPS Pada kondisi tidak terdapat UPS Mutu Elok, pengelolaan sampah hanya terdiri dari kapasitas penampungan sementara dan kapasitas daur ulang saja. Akibatnya, kapasitas pengelolaan sampah turun sebesar 8,8 persen dari 14,14 menjadi 12,89. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh Perumahan Cipinang Elok diasumsikan tetap, yaitu sebanyak 13,5. Dengan menggunakan perhitungan yang sama dengan sub bab 7.2., diperoleh selisih sebesar 0,61 yang merupakan limpahan timbulan sampah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah timbulan sampah akan melampaui daya dukung lingkungan jika tidak dibantu pengolahan sampah oleh UPS Mutu Elok. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penambahan IPTEK berupa UPS Mutu Elok dapat meningkatkan daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok. Perhitungan selisih antara total timbulan sampah dengan total kapasitas pengelolaan sampah tanpa keberadaan UPS Mutu Elok dijabarkan pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan antara Total Timbulan Sampah dengan Total Kapasitas Pengelolaan Tanpa UPS Mutu Elok Variabel Total timbulan sampah Kapasitas pengelolaan: a. Penampungan sementara (KPS) b. Daur ulang (KDU) Total kapasitas pengelolaan SELISIH Volume ( ) 13,50 12,00 12,89-0,61 Keterangan Berasal dari rumahan, taman, dan jalur hijau Kapasitas kontainer Kapasitas pemulung 64