STUDI KELAYAKAN PERENCANAAN KOMPLEKS GALANGAN PADA KAWASAN INDUSTRI MARITIM TANGGAMUS LAMPUNG Teddi Maharsa Adhikara Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia Abstrak Pada perencanaan pembangunan kawasan industri maritim di Kabupaten Tanggamus Lampung terdapat 5 industri yang saling berhubungan yaitu: industri pendukung, industri penarik, industri penyedia, penyedia jasa pendukung dan industri galangan kapal sebagai industri inti. Sebagai industri inti dalam konsep kawasan industri maritim, potensi pasar yang tersedia untuk pembangunan galangan dalam kawasan industri maritim harus didapatkan. Setelah didapatkan potensi pasar galangan maka akan ditentukan kapasitas galangan dari setiap galangan. Dari kapasitas galangan setiap galangan akan ditentukan fasilitas pengedokan yang harus dibuat dan disediakan. Galangan kapal pada kawasan industri maritim mempunyai konsep pembagian tugas antara galangan dengan perusahaan fabrikasi, hal ini yang menbuatnya berbeda dengan galangan konvensional. 1. Pendahuluan Peningkatan armada kapal nasional yang merupakan salah satu hasil dari penerapan asas cabotage di Indonesia, pada Maret 2005 armada kapal nasional ber 6.041 unit dan menurut kementrian perindustrian meningkat menjadi 11.547 Pada ahir tahun 2012. Peningkatan armada kapal ini tetapi sebagian besar dikarenakan peningkatan impor kapal bekas, kapal-kapal yang dimpor ini berumur sudah relatif tua berkisar 15 sampai 20 tahun [1]. Peningkatan armada kapal nasional ini tapi tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas galangan nasional, baik untuk reparasi maupun konstruksi bangunan baru. Dengan peningkatan armada kapal nasional ini menjadikan peluang pasar yang besar bagi industri galangan nasional. Untuk menangambil kesempatan emas ini maka dibangunlah konsep kawasan industri maritim. Konsep ini menggabungkan 5 industri yang saling berkaitan yaitu: industri pendukung, industri penarik, industri penyedia, penyedia jasa pendukung dan industri galangan kapal sebagai industri inti. Dengan konsep ini diharapkan produk yang dihasilkan oleh galangan yang terdpat di kawasan industri maritm ini menjadi lebih kompetitif dan efisien. Salah satu wilayah yang akan dijadikan kawasan industri maritim adalah di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Pemerintah Tanggamus juga telah mengeluarkan keputusan yang di keluarkan melalui Keputusan Bupati Tanggamus Nomor : B.105/20/12/2012 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Industri Maritim seluas 3.500 Hektar [2]. Luas area yang akan digunakan pada pembangunan awal adalah seluas 160,82 hektar. Pada wilayah ini akan direncanakan pembangunan 1 galangan besar, 1 galangan menengah, 2 galangan kecil, 1 galangan scrapping dan 1 perusahaan fabrikasi. 2. Metode Penelitian Pengklasifikasian kapasitas galangan kapal yang dirncanakan. Galangan kapal yang direncanakan untuk perbaikan dan pembuatan bangunan baru akan dibagi menjadi 1 galangan besar berkapasitas 30.001 sampai dengan 100.000 GT, 1 galangan menengah dengan kapasitas 3.001 sampai dengan 30.000 GT, dan galangan kecil berkapasitas 1.000 GT sampai dengan 3.000 GT. Sedangkan untuk galangan scrapping akan mempunyai kapasitas 3.001 sampai dengan 30.000 GT, Pengklasifikasian perkiraan pasar untuk galangan, potensi pasar yang diincar untuk pembangunan galangan ini adalah kapal-kapal yang teregistari di pelabuhan pulau Jawa, Kalimantan dan juga Sumatera sesuai data Kementrian Perhubungan pada tahun 2013. Pengklasifikasian kapal juga akan dibagi berdasarkan umur kapal dan berat kapal sesuai dengan kapasitas galangan yang direncanakan. Tabel 1. Total GT dan kapal keseluruhan kapasitas 1.001-100.000 GT kapasitas kapal kapal Total GT 30.001-100.000 GT 65 5.505.599 3.001-30.000 GT 2197 14.258.963 1.001-3.000 GT 3094 5.185.258 Sumber: Kementrian perhubungan (diolah kembali), 2014 1
Tabel 2 Total GT dan kapal berusia 21 tahun keatas pada kapasitas 1.001-100.000 GT kapasitas kapal kapal Total GT 30.001-100.000 GT 50 2.539.108 3.001-30.000 GT 760 5.623.410 1.001-3.000 GT 1.217 1.872.410 Sumber: Kementrian perhubungan (diolah kembali), 2014 Untuk melihat ketersediaan pasar juga akan dilihat berdasarkan kondisi galangan nasional yang sudah ada. Kondisi ini akan dilihat kemampuan kapasitas galangan nasional melayani reparasi kapal dan juga dalam pembuatan konstruksi kapal baru. Untuk kapasitas galangan terpasang nasional dapat terlihat pada tabel dibawah ini. galangan, maka akan ditentukan dimensi dari dok yang digunakan, tipe dok yang digunakan dan juga alat angkat yang sesuai dengan kebutuhan galangan. Untuk kelayankan pada perencanaan galangan di kawasan industri Tanggamus ini akan dilihat berdasarkan potensi pasar yang ada, kondisi alam, ketersediaan lahan dan juga industri didekatnya. 3. Perencanaan galangan Pada perencanaan pembangunan galangan di Kawasan Industri Maritim Tanggamus ini akan dibangun 5 galangan. Galangan yang akan dibangun terdiri dari 1 galangan besar, 1 galangan menegah, 2 galangan kecil dan 1 galangan scrapping. Galangan yang dibangun pada kawasan industri maritim ini berbeda dengan galangan konvensional biasanya. Pada galangan di kawasan industri maritim tidak akan melakukan proses pengadaan plat hingga fabrikasi, proses pengerjaannya akan dilakukan oleh perusahaan fabrikasi. Galangan hanya akan melakukan proses pengerjaan dari sub-assembly hingga peluncuran kapal. Tabel 0 nasional galangan bangunan baru Maksimal Galangan galangan GT DWT < 500 99 21.000 31.500 501-1.000 27 17.000 25.500 1.001-3.000 8 10.000 15.000 3.001-5.000 9 37.000 55.000 5.001-10.000 11 70.000 105.000 10.001-50.000 6 180.000 270.000 total 160 335.000 502.000 Sumber: IPERINDO, 2013 Tabel 4 nasional galangan reparasi Maksimal Galangan galanga n GT DWT < 500 121 480.000 720.000 501-1.000 45 495.000 742.500 1.001-3.000 25 455.000 682.500 3.001-5.000 6 400.000 600.000 5.001-10.000 7 900.000 1.350.000 10.001-50.000 6 1.270.000 1.905.000 50.001-100.000 3 1.560.000 2.340.000 >100.000 1 800.000 1.200.000 total 214 6.360.000 9.540.000 Sumber: IPERINDO, 2013 Setelah direncanakan kapasitas setiap galangan dan diketahui dimensi maksimal kapal yang beroperasi sesuai dengan kapasitas maksimal setiap Gambar 1. pembagian kerja pembangunan kapal di galangan dan perusahaan fabrikasi Sumber: Data olahan peneliti, 2014 Untuk bangunan yang akan dibangun di dalam galangan untuk mendukung pelaksanaan proses pengerjaan yang dilaksanakana anatara lain: Bangunan kantor dan ruangan pedukung lainnya, Sub-assembly atau panel shop, Blok assembly shop, Machinery shop, Gudang, Ruang Diesel generator, Ruang penyimpanan bahan bakar, Penyimpanan oksigen (hanya untuk galangan besar), Penyimpanan acetylene (hanya untuk galangan besar) dan tempat material sisa. 4. Hasil dan Pembahasan Potensi pasar setiap galangan Pada perhitungan ini hanya dipertimbangkan kondisi armada kapal yang sudah ada tanpa memprediksi pertumbuhan kapal dalam beberapa tahun kedepan. Untuk potensi pasar akan dibagi menjadi pasar untuk galangan reparasi dan untuk konstruksi bangunan baru kedalam klasifikasi kapasitas galangan yang direncanakan. Untuk perhitungan potensi pasar dari galangan reparasi akan dilakukan perhitungan dengan mencari selisih kapasitas kapal yang 2
dibutuhkan perbaikan dikurangi dengan kapasitas terpasang galangan reparasi nasional. Untuk perhitungan potensi pasar konstruksi kapal baru juga akan dicari selisih kapasitas kapal yang berusia 20 tahun keatas dikurangi dengan kapasitas terpasang galangan bangunan baru nasional. Sehingga didapatkan Potensi pasar reparasi dan perawatan kapal galangan besar sebesar 392.800 GT dan potensi pasar konstruksi bangunan baru galangan besar sebesar 2.539.108 GT. Untuk potensi pasar reparasi dan perawatan kapal galangan menengah adalah 5.859.482 GT, sedangkan untuk potensi pasar konstruksi bangunan baru mencapai 5.443.410 GT. Untuk Galangan kecil potensi pasar reparasi dan perawatan kapalnya mencapai 1.292.629 GT, sedangkan potensi pasar konstruksi bangunan barunya mencapai 1.765.410 GT. Untuk potensi pasar pada galangan scrapping hanya akan dilihat dari umur kapal yang berusia 21 tahun keatas dan yang berukuran 3.001 smapai dengan 30.000 GT seusai dengan kapasitas galangan scrapping. Untuk potensi pasar galangan scrapping mencapai 5.623.410 GT kondisi alam Kondisi laut dari teluk semangka merupakan lautan yang cukup tenang karena didepan teluk semangka terdapat pulau Tabuan yang menjadikannya sebagai breakwater alami. Kedalaman laut di perairan Tanggamus ini berkisar 100 meter. Menurut data dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama bulan 2013 kecepatan arus air ratarata di daerah sekitar Kota Agung yang akan dijadikan kawasan industri maritim berkisar antara 15-25 cm/s dengan kecepatan arus maksimum antara 25-40 cm/s. Sedangkan untuk ketinggian gelombang laut di sekitar Kota Agung rata-rata 0,5-0,75 meter dan ketinggian gelombang maksimum 0,75-1,25 meter. Gambar 2. Intensitas ketinggian gelombang sekitar kabupaten Tanggamus Sumber: BMKG (diolah kembali), 2014 ketersediaan lahan Menurut data kementrian prindustrian Pada kawasan industri maritim Tanggamus ini ada sekitar 160,82 ha lahan yang akan digunakan, dan hanya 70 % yang akan dijadikan lahan komersial industri. Dari lahan komersial industri tersebut hanya 70 % yang akan dijadikan kavling industri atau 78,8018 ha atau 780.000 m 2 [3]. Luas lahan yang digunakan ini telah memenuhi syarat untuk pembangunan kawasan industri maritim sesuai dengan peraturan kementrian perindustrian dimana minimal lahan untuk pembangunan kawasan industri adalah 50 hektar dan maksimal hanya 50 % persen dari luasnya saja yang boleh dijadikan kavling industri[4]. Industri yang berkaitan dengan industri galangan Untuk kelayakan berdasarkan industri pendukung, galangan yang direncanakan di wilayah ini sangat layak. Untuk industri plat baja walaupun tidak berada di wilayah Tanggamus, tetapi industri yang menyediakan plat baja di wilayah Cilegon mempunyai kapasitas produksi yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan kawasan industri maritim di Tanggamus. Selain itu dengan keberadaan industri plat baja di Cilegon yang berada di dekat laut, plat bisa langsung didistribusikan melalui jalur laut, sehingga dapat memesan plat dengan ukuran yang cukup besar tidak terbatas dengan lebar jalan raya apabila dibandingkan dengan pengiriman lewat darat. Untuk industri pemasok listrik juga tidak ada masalah karena akan dibangun PLTA di teluk Semangka untuk memasok listrik di kawasan industri[5]. Untuk idustri penyedia air bersih akan dipegang oleh pemerintah daerah sendiri dan pengerjaa fasilitasnya pun sudah mulai dilakukan. Sehingga secara keselurahan industri pendukung wilayah ini sangat layak Bila perencanaan dilihat dari industri penyedia jasa pendukung seperti institusi pendidikan di bidang perkapalan, biro klasifikasi dan kesyahbandaran, industri galangan pada wilayah ini terbilang cukup layak. Hanya biro klasifikasi saja yang hingga saat ini belom ada kantor cabang di wilayah Tanggamus, tetapi apabila dilihat dari keberadaan dari kantor biro klasifikasi yang ada di wilayah yang cukup ramai industri maritimnya maka dimungkinkan akan dibuka kantor cabang biro klasifikasi di wilayah Tanggamus, untuk sementara kantor cabang untuk biro klasifikasi terdekat ada di wilayah Cilegon[6]. Untuk kantor kesyahbandaran sendiri di wilayah ini sudah ada kantor kesyahbandaran. Untuk institusi pendidikan sudah dibangun SMK dengan jurusan teknik pengelasan kapal di wilayah ini, sehingga nantinya kawasan ini sudah mempunyai modal sumber daya alam untuk pengelasan kapal dari wilayahnya sendiri[7]. Untuk Insitusi pendidikan yang menghasilkan sarjana di bidang perkapalan, di wilayah ini tidak ada dan wilayah yang mempunyai banyak institusi di bidang ini yang terdekat di wilayah Jakarta. Untuk keseluruhan dalam penyedia jasa pendukung wilayah ini cukup layak. Apabila dilihat dari industri penyedia, perencanaan galangan di wilayah ini masih belum layak. Di karenakan belum ada industri jenis ini di 3
sekitar wilayah Tanggamus dan juga belum diketahui apakah akan ada yang akan membangun industri jenis ini di wilayah ini. Tetapi untuk melihat kedepannya industri seperti ini diperkirakan akan muncul apabila industri galangan di wilayah ini sudah berjalan. Untuk pemenuhan kebutuhan dari industri penyedia ini untuk sementara akan mengandalkan industri yang berada di wilayah Banten ataupun Jakarta. Untuk industri penarik dinilai sangat layak, walaupun tidak ada kapal yang menjadikan pelabuhan di Tanggamus ini menjadi pelabuhan utama, tetapi daerah ini dilewati oleh salah satu jalur ALKI dan juga dekat dengan jalur penyebrangan kapal ferry yang cukup ramai. Selain itu secar luas wilayah indonesia yang sebagian besar laut menjadikannya saling berhubungan. Kembali lagi seperti pada potensi pasar reparasi, bangunan baru dan scrapping, dimana kapasitas galangan nasional masih sangat kurang untuk melayaninya. Sehingga secar keselurahan industri penarik untuk wilayah ini sangat besar. Sehingga dinilai sangat layak untuk dibangun. Ukuran dan jenis dok yang digunakan Untuk pembangunan fasilitas pengedokan kapal terlebih dahulu akan dilihat kapasitas maksimal dari kapal yang dapat dibangun, sehingga nantinya dididapatkan ukuran dari dock dan juga kapasitas angkat crane yang dibutuhkan. Untuk galangan besar yang akan dibangun, galangan akan mengacu pada ukuran kapal terbesar yang beroperasi di wilayah Indonesia barat dengan ukuran kapal hingga 100.000 GT. Untuk ukuran maksimum dari kapal yang beroperasi hingga 100.000 GT mempunyai panjang 279,91 meter, lebar 54 meter dan draft maksimum 26,5 meter. Untuk Pembangunan dock akan ditambahkan sekitar 4 meter untuk panjang dan lebar dari dimensi maksimal kapal, hal ini dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak bagi pekerja. Ukuran dock yang direncanakan mempunyai dimensi panjang 284 meter, lebar 58 meter dan kedalaman sesuai dengan draft maksimum 26,5 meter. Untuk galangan besar direncanakan akan menggunakan graving dock, dengan alasan bobot kapal yang dilayani cukup besar, apabila menggunakan graving dock akan lebih mudah dalam proses peluncuran kapal. Untuk galangan menengah akan didesain untuk melayani kapal yang berukuran maksimal hingga 30.000 GT. Untuk itu dari data kementrian perhubungan ukuran maksimal kapal hingga 30.000 GT yang beroperasi di wilayah Indonesia barat mempunyai ukuran: panjang 191,5 meter, lebar 37,76 meter dan draft maksimum 19,3 meter. Dimensi untuk dock pada galangan menengah akan ditambahkan 4 meter dari dimensi kapal maksimum yang dapat dilayani untuk panjang dan lebar. Untuk dimensi dock pada galangan yang dibangun mempunyai panjang 195,5 meter, lebar 48 meter dan kedalaman 19,5 meter. Pada galangan menengah sistem pengedokan yang akan digunakan menggunak graving dock, karena kapal yang dibangun ukurannya sudah cukup besar, sehingga digunakan graving dock untuk memudahkan pada saat peluncuran. Untuk galangan kecil yang dibangun akan didesain untuk melayani kapal dengan ukuran maksimal sampai dengan 3.000 GT. Untuk ukuran dimensi kapal maksimal hingga 3.000 GT yang beroperasi di wilayah Indonesia barat mempunyai ukuran: 98,9 meter, lebar 36,18 dan draft maksimal 9,94 meter. Pada galangan kecil juga sama dengan galangan menengah dan galangan besar, untuk dimensi dock yang akan dibangun akan ditambah 4 meter pada lebar dan panjang dari ukuran dimensi kapal yang paling besar, sehingga dimensi dock yang akan dibangun mempunyai panjang 103 meter dan lebar 40 meter. Untuk galangan kecil akan menggunakan slipway untuk pengedokan, dengan alasan pada galangan kecil ukuran kapal yang dilayani tidak besar, sehingga galangan tidak perlu terlalu banyak berinvestasi untuk pembangunan graving dock, floating dock, ataupun sistem shiplift. Alat angkat yang direncanakan Untuk mendapat kapasitas crane akan terlebih dahulu ditentukan dimensi blok kapal yang akan dibangun pada tiap meja kerja. Dari dimensi tiap meja kerja ini, akan didapatkan perkiraan pembagian blok kapal yang akan dibangun. Setelah didapatkan dimensi dari tiap blok maka akan dihitung berat dari tiap blok. Untuk masa jenis dari baja diketahui sebesar 7,85 ton/m 3, dengan ketebalan yang digunakan diasumsikan sama sebesar 10 mm. Sehingga untuk galangan besar yang direncanakan harus memiliki crane yang mampu mengangkat blok seberat 370,47 ton, dikarenakan untuk berat crane yang tersedia terdiri dari kelipatan 50 ton untuk kapasitas yang besar, maka direncanakan untuk galangan besar akan menggunakan crane dengan kapasitas 400 ton. Untuk galangan menengah yang direncanakan harus memiliki crane yang mampu mengangkat blok seberat 199,11 ton, dikarenakan untuk berat crane yang tersedia terdiri dari kelipatan 50 ton untuk kapasitas yang besar, maka direncanakan untuk galangan besar akan menggunakan crane dengan kapasitas 200 ton. Sedangkan, untuk galangan kecil yang direncanakan harus memiliki crane yang mampu mengangkat blok seberat 76,16 ton, dikarenakan untuk berat crane yang tersedia terdiri dari kelipatan 50 ton untuk kapasitas yang besar, maka direncanakan untuk galangan besar akan menggunakan crane dengan kapasitas 100 ton. 5. Kesimpulan Dilihat dari pasar untuk pembangunan kapal baru ada potensi sekitar 2.539.108 GT untuk galangan besar, 5.443.410 GT untuk galangan menengah dan 1.765.410 GT untuk galangan kecil setiap tahunnya. Untuk potensi pasar ini hanya melihat dari pergantian 4
kapal yang sudah ada dan beroperasi di wilayah Indonesia barat tanpa memprediksi pertumbuhan kapal 5 tahun kedepan. Untuk potensi pasar perbaikan dan perawatan kapal ada sekitar 392.800 GT untuk galangan besar, 5.859.482 GT untuk galangan menengah dan untuk galangan kecil sebesar 1.292.629 GT. Seperti pada pasar pembuatan kapal baru, untuk potensi pasar ini hanya melihat dari kapal yang sudah ada dan beroperasi di wilayah Indonesia barat tanpa memprediksi pertumbuhan kapal 5 tahun kedepan. Sedangkan untuk potensi pasar galangan scrapping sendiri mencapai 5.623.410 GT. Untuk pembangunan galangan di kabupaten Tanggamus ini cukup layak. Dilihat dari kondisi alam ketinnggian gelombang dan kecepatan arus laut di wilayah ini masih terbilang normal. Apabila kelayakan perencanaan galangan ini dilihat dari 4 industri yang berkaitan, yaitu: untuk industri pendukung dinilai sangat layak, untuk penyedia jasa pendukung dinilai cukup layak, industri penyedia dinilai masih belum layak dan industri penarik dinilai sangat layak. Referensi 1. Sunaryo. (2012). Study On The Possibility of Establishing Shipbuliding Cluster in Lampung Province, Sumatra, Indonesia. Ambon. 2. (n.d.). Diakses Maret 10, 2014, dari Web site BAPPEDA Kabupaten Tanggamus: http://bappeda.tanggamus.go.id/index.php?option=com _content&view=article&id=233:tanggamus-segeramiliki-kawasan-industri-maritimterpadu&catid=52:news-frontpage 3. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2012). Kajian Pengembangan Kawasan Industri Perkapalan 4. Kementrian Peindustrian Republik Indonesia. (2010, Maret 12). Pedoman Teknis Kawasan Industri. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta, Indonesia 5. (n.d.). Diakses Juni 6, 2014, dari PT Multikarya Engineering Web site: http://www.multikaryaengineering.com/index.php? in it=read& x=4 6. (n.d.). Diakses juni 11, 2014, dari Biro Klasifikasi Indonesia web site: http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?me nuku=dua&idnya=16 7. (n.d.). Diakses juni 10, 2014, dari Pemerintah Kabupaten Tanggamus web site: http://www.tanggamus.go.id/index.php/84-beritatanggamus/325-tanggamus-miliki-smk-jurusan-teknikperkapalan 5