PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

I. PENDAHULUAN. Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menepakan asas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

PERAN CAMAT DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Suatu Studi di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

Jurnal PERANAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KALASEY II KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA. Oleh : Jane Tempoh.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Majalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur)

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Suatu Studi di Desa Pakuure III Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

Oleh : JELLY MAMANGKEY (NIM : , JUR : ILMU PEMERINTAHAN)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

PENERAPAN FUNGSI PEMBINAAN CAMAT TERHADAP APARATUR DESA DI KECAMATAN GALELA BARAT

1 of 5 02/09/09 11:52

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA. (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Raanan Baru Satu, Kecamatan Motoling Barat Kabupaten Minahasa Selatan)

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Transkripsi:

PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Meyer Kenedi Egeten ABSTRAKSI Pembangunan desa merupakan sarana menuju kesejahtraan masyarakat desa. Dalam meningkatkan pembangunan desa banyak bergantung pada kemampuan pemerintah desa khususnya peranan Kepala desa atau sebutan lainya, yang di daerah Minahasa lebih di kenal dengan sebutan Hukum Tua. Hukum Tua adalah aktor yang menjalankan atau yang memimpin penyelenggaran pemerintahan desa merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pembangunan desa, maupun dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa. Dengan melibatkan dan memberi kepercayaan kepada masyarakat dalam menetukan proses pembangunan yang didasari oleh keputusan yang diambil masyarakat itu sendiri, maka program tersebut akan lebih relevan dan lebih menyentuh permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat, karena perlu diingat bahwa masyarakatlah yang lebih tau apa yang mereka butuhkan, sehingga pembangunan yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara umum hasilnya akan lebih tepat sasaran dan dengan sendirinya menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, dan Swadaya Masyarakat PENDAHULUAN Dalam pembangunan desa, baik pembangunan fisik maupun non fisik harus lebih di dasarkan atau ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, sehingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya dan hasilnya pasti akan lebih efektif dan tepat sasaran. Hal ini diperlukan karena suatu pembangunan akan tepat sasaran dan dapat dikatakan baik dan berhasil apabila hasil pembangunan yang dilakukan benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan melibatkan dan memberi kepecayaan kepada masyarakat dalam menetukan proses pembangunan yang didasari oleh keputusan yang di ambil 1

masyarakat itu sendiri, maka program tersebut akan lebih relevan dan lebih menyentuh permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kesadaran warga masyarakat desa akan mengapa pentingnya usaha-usaha pembangunan berdasarkan swadaya masyarakat sebagai sarana menuju kesejahtraan masyarakat desa, banyak bergantung pada kemampuan pemerintah desa khususnya kepemimpinan kepala desa atau sebutan nama lainnya. Kepala desa atau sebutan lainnya, di daerah Minahasa Selatan lebih dikenal dengan sebutan Hukum Tua. Hukum Tua merupakan sebutan turun-temurun yang telah menjadi adat istiadat masyarakat Minahasa pada umumnya, mempunyai tugas dan kewajiban untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintan Nomor 72 tahun 2005 pasal 14, yakni Hukum Tua mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Menurut pengamatan sementara penulis di Desa Pakuure, peran dari pemimpin penyelenggara pemerintahan desa, dalam hal ini Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat desa di bidang pembangunan baik fisik maupun non fisik terlihat belum maksimal meskipun telah menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan beberapa pembangunan. Kurang maksimalnya peran Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan baik fisik dan non fisik dapat dilihat dari pembangunan yang dilakukan ada beberapa pembangunan yang belum dibangun padahal sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu juga didalam pelaksanaan pembangunan desa, kurang terlihatnya kontribusi generasi muda dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan atau dengan kata lain generasi muda kurang dilibatkan dan diberdayakan dalam menetukan pembangunan desa sehingga nantinya kedepan ditakutkan generasi muda sekarang tidak memiliki jiwa pembangunan sehingga akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat dalam bidang pembangunan 20 sampai 30 tahun kedepan, yakni dapat menyebabkan sifat malas dalam membangun yang bisa memicu ketergantungan pembangunan pada bantuan pemerintah yang di atas. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul Peran 2

Hukum Tua Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Dibidang Pembangunan (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan). Adapun tujuan dan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peran Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat desa di bidang pembangunan di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : a. Dapat memberikan wacana mengenai kajian teori dan pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat desa di bidang pembangunan serta peran pemimpin penyelenggara pemerintahan desa yakni Hukum Tua atau kepala desa dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukkan bagi pemerintah setempat untuk lebih mengoptimalkan peran Hukum Tua dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan, serta bermanfaat sebagai pedoman dalam mengevaluasi program untuk dapat meningkatkan kinerja di hari-hari berikutnya. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan pada objek yang diteliti. Menurut pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008 : 1), mereka menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang di amati. Fokus Penelitian Fokus penelitian di sini ditujukan terhadap peran penyelenggara pemerintahan desa, dalam hal ini Hukum Tua Desa Pakuure dalam melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan melalui penerapan prisipprisip dasar pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, menurut Ife (dalam Indrawijaya dan Pratono, 2011:64) dalam pembangunan. PEMBAHASAN 3

Hukum Tua merupakan pemimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Selain pemimpin roda pemerintahan, Hukum Tua juga memiliki peran penting dalam pembangunan lewat pemberdayaan masyarakat yang ada di desa, sebab pada tingkat pemerintah yang paling bawah Hukum Tua merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan dan terlaksananya pembangunan desa, maupun dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa. Sehingga berkembang atau tidak berkembangnya pembangunan suatu desa tergantung dari sosok pemimpin yang ada di desa tersebut. Pembangunan selalu dipahami sebagai serangkaian upaya untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat agar menjadi lebih baik, dengan cara menggerakkan partisipasi masyarakat itu sendiri. Dan Salah satu konsep pembangunan yang banyak diperbincangkan dan di gunakan saat ini, yang mengikut sertakan masyarakat dalam pembangunan adalah pemberdayaan masyarakat. Didalam pembangunan yang melibatkan masyarakat sebagai aktor dan subjek pembangunan, pembangunan non fisik tidak bisa diremehkan dan di pandang sebelah mata karena pembangunan non fisik menyangkut pembangunan mentalitas dan kepribadian masyarakat didalam menunjang berlangsungnya pembangunan fisik. Tanpa mentalitas pembangunan yang baik dari masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapakan. Talidzuhu Ndraha mengungkapkan bahwa yang menjadi sasaran pembinaan khususnya dalam membina kehidupan masyarakat adalah mentalitasnya. Mentalitas yang belum sadar harus dibangunkan, yang tidak sesuai dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat harus diubah, yang melenceng atau menyalahi aturan harus ditertibkan serta yang masih kosong harus diisi. Berdasarkan wawancara terhadap beberapa informan disimpulkan bahwa didalam pembangunan non fisik di desa Pakuure, peran Hukum Tua terlihat belum maksimal, perlu ditingkatkan lagi sehingga bisa di rasakan oleh seluruh lapisan masyarakat lebih khususnya generasi muda yang ada. 4

Menurut Kartasasmita (dalam Mardikanto dan Soebiato, 2012:48) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong dan memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam perealisasian pembangunan yang merupakan swadaya masyarakat desa, pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan karena pembangunan yang ada ini berbasis pada masyarakat. Peran yang dimainkan oleh pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya dan memampukan agar masyarakat semakin mandiri. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam masyarakat. Dalam hubungan ini, Hukum Tua harus mengambil peranan yang lebih besar karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi, potensi, dan kebutuhan masyarakatnya. Selain memotivasi, mengawasi dan mengarahkan pembangunan, Hukum Tua juga memiliki peran yang harus ia kerjakan yakni memberdayakan masyarakat, dimana setiap potensi atau keahlian yang dimiliki masyarakat yang berkaitan erat dengan pembangunan desa harus digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dapat disimpulkan bahwa Hukum Tua telah menjalankan salah satu perannya dalam pembangunan yakni memotivasi, mengawasi, mengarahkan serta memberdayakan masyarakatnya dalam pembangunan fisik dengan cara menggunakan keahlian yang dimiliki masyarakat. Hukum Tua juga harus menunjukan peran yang cukup baik sebagai dinamisator, katalisator dan juga sebagai pelopor dalam setiap gerak pembangunan yang dilaksanakan untuk memperoleh dukungan penuh dari masyarakat. a. Sebagai dinamisator, Hukum Tua harus memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan, mengarahkan maupun dalam hal mengajak masyarakat agar supaya berpartisipasi dalam setiap pembangunan. 5

b. Sebagai katalisator, Hukum Tua harus mampu dalam melihat dan mengkoordinir langsung faktor-faktor yang bisa mendorong laju perkembangan pembangunan. c. Sebagai pelopor, Hukum Tua harus memiliki dedikasi dan kewibawaan yang tinggi. Hukum Tua harus dapat mengayomi masyarakat, memberikan contoh yang baik dan benar, memiliki loyalitas yang tinggi sehingga di hargai dan dihormati oleh masyarakat. Dengan perpatokan pada pandangan yang sudah digambarkan sebelumnya, apabila Hukum Tua memainkan perannya dengan sebaik mungkin, maka dapat mendorong masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa. Karena tanpa adanya partisipasi dari masyarakat maka pembangunan tentunya tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Oleh sebab itu, pembangunan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kemauan masyarakat dan berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemberdayaan menurut Ife (dalam Indrawijaya dan Pratono, 2011:64). a. Prinsip Partisipasi. Untuk melaksanakan pembangunan di desa maka diperlukan adanya kemampuan dari Hukum Tua sebagai pemimpin penyelenggara pembangunan desa. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan memotivasi dan membina agar supaya tercipta partisipasi aktif dari masyarakat. Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang pembangunan di Desa Pakuure, gotong royong merupakan salah satu bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan desa. b. Prinsip Sustainability. Prinsip sustainability adalah membina dan mengarahkan hasil-hasil yang dicapai melalui kegiataan pemberdayaan dalam pembangunan, hendaknya dapat dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat secara bersama. Salah satu wewenang Hukum Tua adalah membina kehidupan masyarakat desa dalam pembangunan. Pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, baik itu pembinaan bagi perangkat desa maupun bagi masyarakatnya.. Disamping itu juga aktivitas 6

pembinaan kehidupan masyarakat hendaknya dilakukan melalui nilai-nilai kearifan lokal dan modal sosial yang dari dahulu memang dianut oleh warga desa diantaranya adalah semangat untuk bekerja bakti secara bersama-sama dalam merawat pembangunan yang saat ini sudah mulai terkikis dan mulai diganti kehadiran dalam bekerja bakti dengan uang. Peran Hukum Tua dalam membina masyarakat untuk merawat dan melestarikan pembangunan sangat dibutuhkan karena pembangunan tidak akan berarti lebih tanpa adanya pemeliharaan terus menerus yang dilakukan oleh pemerintah terutama masyarakat yang ada. Didalam merawat dan melestarikan pembangunan yang ada didesa, keteladanan Hukum Tua merupakan unsur yang memegang peran penting dan sangat menentukan bagi terciptannya rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat untuk merawat dan menjaga akan hasil pembangunan yang ada. Dari hasil wawancara, peran Hukum Tua desa Pakuure dalam melaksanakan pembinaan dalam rangka menjaga dan memelihara hasil pembangunan dapat dikatakan baik, yakni dengan memberdayakan masyarakat dengan cara memberikan keteladanan dan menggunakan nilai-nilai kearifan lokal yakni dengan cara bekerja bakti bersama-sama. c. Prinsip Akuntabilitas. Prinsip akuntabilitas dalam pembangunan desa, mengharuskan pengelolaan keuangan harus dapat dilakukan oleh masyarakat dan pelaksanaan program secara terbuka serta dapat di pertanggung jawabkan. Sikap Akuntabilitas seorang pemimpin dalam hal ini Hukum Tua, sangat berperan penting dalam pembangunan desa. Sikap pengambilan keputusan yang bijak merupakan hal yang harusnya selalu diterapkan para pemimpin, dalam hal ini Hukum Tua dalam memimpin pelaksanaan pemerintahan desa. Setiap keputusan yang diambil harus benar-benar didasari atas aspirasi masyarakat dan harus selalu ada keterbukaan dan pertanggung jawaban dari Hukum Tua kepada masyarakat mengenai pembangunan desa yang ada. d. Prinsip Transparansi. 7

Prinsip transparansi mengisyaratkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan melibatkan berbagai pihak sehingga dalam pengelolaan sumber daya-sumber daya terutama keuangan harus di lakukan secara transparan (terbuka) agar semua pihak ikut memantau dan mengawasi pembangunan yang ada. Sikap transparansi adalah sikap yang penting dimiliki oleh seorang Hukum Tua dalam memimpin pemerintahan desa. Transparansi Hukum Tua terhadap teman-teman aparat desa dan masyarakat yang ada dapat menanamkan saling kepercayaan, saling terbuka, saling membutuhkan dan menjauhkan diri dari sikap pengambilan keuntungan pribadi. Pada dasarnya pembangunan desa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mampu mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan kebutuhan kelompok sebagai suatu dasar pembangunan serta mendorong setiap warga masyarakat untuk mempergunakan hak mereka dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut dengan kepentingan masyarakat. Begitu juga dengan generasi muda yang merupakan bagian dari masyarakat sangat dibutuhkan peran serta mereka dalam proses perencanaan yang ada, disamping mempunyai ide-ide yang brilian generasi muda juga merupakan penerus pembangunan sehingga baiknya mulai dari sekarang generasi muda di ikut sertakan dalam perencanaan pembangunan sehingga mereka terlatih dalam merencanakan pembangunan dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan pembangunan di masa yang mendatang. Oleh karena itu di perlukan peran Hukum Tua dalam melibatkan generasi muda dalam pembangunan. Dari wawancara terhadapa informan dapat disimpulkan bahwa Hukum Tua telah melakukan tugasnya mengajak generasi muda dalam merencanakan pembangunan akan tetapi hasilnya belum efektif di lihat dari kehadiraan generasi muda dalam rapat yang ada. Meskipun Hukum Tua telah melakukan perannya dalam memberdayakan masyarakat dibidang pembangunan sehingga ada beberapa pembangunan yang 8

telah berhasil di lakukan akan tetapi tidak menjamin semua kalangan masyarakat sudah merasa puas dan menerima dengan baik akan semua pembangunan yang telah dilakukan, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki cara pandang dan kemauan yang berbeda-beda. PENUTUP A. KESIMPULAN a. Dalam pembangunan non fisik Hukum Tua sudah menjalankan perannya dalam melaksanakan pembangunan, tetapi hasilnya belum terlihat maksimal karena hasil pembangunan non fisik belum dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, lebih khususnya generasi muda yang ada. b. Hukum Tua memperhatikan prinsip-prisip dasar pemberdayaan, seperti : - Prinsip partisipasi, dimana dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan selalu memotivasi dan mengajak masyarakat untuk sama-sama bergotong royong dalam mengerjakan pembangunan. - Dalam rangka menjaga dan memelihara hasil pembangunan, Hukum Tua menjalankan perannya dengan baik, yakni dengan cara memberikan keteladanan dan menggunakan nilai-nilai kearifan lokal. - Hukum Tua juga menunjukkan sikap akuntabilitasnya dalam melaksanakan pembangunan desa dan bersikap transparan mengenai penggunaan keuangan secara lisan maupun tulisan, baik itu kepada masyarakat, perangkat desa maupun kepada pemerintah yang ada diatasnya. c. Selain itu juga Hukum Tua telah melakukan perannya mengajak generasi muda dalam merencanakan pembangunan, akan tetapi hasilnya belum sesuai dengan yang di harapkan, hal ini dapat di lihat dari kurangnya kehadiraan generasi muda merencanakan pembangunan. B. SARAN Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Peran Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pembangunan sebaiknya lebih dioptimalkan lagi. Khususnya 9

memberdayakan generasi muda di dalam merencanakan pembangunan lebih di tingkatkan lagi dan berusaha untuk banyak berbaur dengan mereka serta memperhatikan apa yang mereka butuhkan, karena partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring tumbuhnya rasa percaya masyarakat kepada pemerintahnya. Rasa percaya ini akan tumbuh bila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara. 2. Dalam melaksanakan pembangunan, pembangunan non fisik sebaiknya ada keseimbangan dengan pembangunan fisik serta program dan hasil dari pembangunan non fisik lebih menyentuh serta di rasakan oleh semua kalangan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Indrawijaya, H. Adam Ibrahim, & Pranoto, H. Juni. 2011. Revitalisasi Administrasi Pembangunan, Berbasis Jatidiri dan Karakter Bangsa Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alfabeta. Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pemberdayaan Masyarakat, Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Jakarta: Bappenas. Mardikanto, Totok, & Soebianto, Poerwoko. 2012. Pemberdayaan Masyarakat : dalam perspektif kebijakan publik. Pranarka, A.M.W dan Prijono, Onny. 1996. Pemberdayaan, Konsep dan Implementasi. Jakarta: CSIS. Soetomo. 2012.Keswadayaan Masyarakat, Manifestasi Kapasitas Masyarakat Untuk Berkembang Secara Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widjaja, HAW. 2010. Otonomi Desa, Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Rajawali Pers. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. 10