SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

KAJIAN ARUS PERAIRAN PANTAI SEMARANG PENDEKATAN PEMODELAN NUMERIK TIGA DIMENSI DISERTASI

Transpor Volume Massa Air Di Selat Sunda Akibat Interaksi Enso, Monsun dan Dipole Mode

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002

PEMODELAN NUMERIK SIRKULASI ARUS AKIBAT PENGARUH ANGIN DI SELAT MAKASSAR

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Indikasi Fluktuasi Arus Lintas Indonesia di sekitar Selat Makassar Berdasarkan Model Numerik

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

RINGKASAN EKSEKUTIF. The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

PEMODELAN NUMERIK SIRKULASI ARUS TIGA DIMENSI DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

JOHANNES PAULUS VAN DER STOK: DARI LOG BOOK ANGKATAN LAUT KE POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN NUSANTARA

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Resiko MODUL TRAINING

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

Gambar C.16 Profil melintang temperatur pada musim peralihan kedua pada tahun normal (September, Oktober, dan November 1996) di 7 O LU

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

Analisis Spasial dan Temporal Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Sumatera Barat

Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 1-9 ISSN : ANALISIS MASSA AIR DI PERAIRAN MALUKU UTARA

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

ANALISIS KEJADIAN EL NINO TAHUN 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN TITIK API DI WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN, INDONESIA

PENGARUH DINAMIKA OSEANOGRAFI PERAIRAN INDONESIA TERHADAP PRODUKTIFITAS PRIMER PERIODE EL-NINO (AGUSTUS 2002) DAN LA-NINA (SEPTEMBER 1998)

Identifikasi Upwelling Berdasarkan Distribusi Vertikal Suhu, Sigma-t, dan Arus di selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARUS PERMUKAAN YANG BERPENGARUH TERHADAP DISTRIBUSI 137 Cs (CESIUM-137) DI PERAIRAN GRESIK

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI WILAYAH UPWELLING BERDASARKAN VORTISITAS DAN DIVERGENSI DI PERAIRAN SELATAN JAWA HINGGA NUSA TENGGARA BARAT

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Karakteristik Upwelling di Sepanjang Perairan Selatan NTT Hingga Barat Sumatera

ANALISIS KEJADIAN EL-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS CURAH HUJAN DI WILAYAH JABODETABEK SELAMA PERIODE PUNCAK MUSIM HUJAN TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT SELAT MALAKA. Universitas Riau.

Transkripsi:

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa) Martono Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jl. Dr. Junjunan No 133 Bandung 40173 E-mail : mar_lapan@yahoo.com Abstract This research is conducted to study the characteristics of sea surface current over Java Sea at seasonal time scale under normal condition. A three-d baroclinic hydrodinamics model used in this research is Princeton Ocean Model (POM) which was developed by Blumberg dan Mellor (1977). Bathimetry, water temperature, salinity, and surface wind are used as input data. The result show that the variability of sea surface current over Java Sea is influenced by seasonal wind. From May to September sea current flows to the west and from November to March to the east. In April and October the direction of the flow change and eddies occur. Keywords : Sea Surface current, Java Sea, POM PENDAHULUAN Arus laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang banyak mendapat perhatian tidak hanya dalam masalah kelautan saja tetapi juga mendapat perhatian yang besar dalam masalah atmosfer khususnya yang berkaitan dengan cuaca dan iklim. Dalam masalah kelautan arus laut mempunyai peranan penting dalam sistem ekologi laut, pemanfaatan laut sebagai sarana transportasi dan usaha penanggulangan pencemaran laut (Dharma, 1994). Pola sirkulasi arus laut mempunyai peranan yang sangat penting dalam daur biota laut terutama pada tahap planktonik dan penyebaran makanan bagi biota yang hidupnya bersifat menetap di perairan tertentu. Dalam transportasi pola sirkulasi arus laut dimanfaatkan untuk mencapai suatu daerah tertentu maupun untuk mempercepat waktu pelayaran. Terhadap polutan pola sirkulasi arus laut menentukan pola penyebaran zat pencemar yang terdapat dalam kolol air. Sementara itu, arus laut terutama lapisan permukaan mempunyai peranan yang besar dalam sistem interaksi laut dan atmosfer. Sistem interaksi tersebut meliputi pertukaran momentum dari sirkulasi angin permukaan terhadap sirkulasi arus permukaan. Beberapa proses interaksi laut dan atmosfer yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap cuaca dan iklim global terutama wilayah Indonesia antara lain El Nino, La Nina dan Indian Ocean Dipole. Peristiwa El Nino dan La Nina terjadi di Samudera Pasifik tropis, sedangkan Indian Ocean Dipole terjadi di Samudera Hindia tropis. Peristiwa El Nino menyebabkan bencana kekeringan di sebagian wilayah Indonesia sebaliknya La Nina menyebabkan bencana banjir. Sementara itu, jika Indian Ocean Dipole fase positif maka akan menyebabkan bencana kekeringan di sebagian wilayah Indonesia terutama bagian barat dan sebaliknya jika Indian Ocean Dipole fase negatif menyebabkan bencana banjir. Oleh karena itu, penelitian para oseanografer dan meteorologis saat ini berkonsentrasi pada pemahaman yang lebih dalam tentang proses interaksi laut dan atmosfer yang mempengaruhi cuaca/iklim dan dinamika lautan (Sulasdi dkk, 2000). Laut Jawa yang merupakan bagian dalam Perairan Indonesia menarik untuk diteliti. Ada beberapa alasan utama mengapa perairan ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Pertama bahwa perairan ini mempunyai potensi sumber daya hayati laut yang besar terutama perikanan laut (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Ikan Laut, 1998). Perikanan adalah kegiatan ekonomi penting di Laut Jawa. Ada 3000 lebih spesies kehidupan laut di daerah ini. Kedua bahwa beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Cirebon yang berada di wilayah pantai dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa yang berfungsi sebagai lokasi pemukiman, perdagangan, perhubungan, perkembangan industri dan sektor lainnya (Diposaptono, 2006). Berkembangnya berbagai kepentingan tersebut membuat wilayah pantai menyangga beban lingkungan yang berat. Hal ini diperberat pula oleh kenyataan bahwa wilayah pantai rentan terhadap perubahan lingkungan dan bencana alam karena pengaruh besar dari daratan dan lautan seperti banjir, tsunami, kenaikan muka air laut. 1

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian mengenai arus permukaan yang terjadi di Laut Jawa penting untuk dilakukan dalam rangka mendukung program penelitian mengenai proses interaksi antara laut dan atmosfer yang mempunyai dampak besar terhadap cuaca dan untuk mendukung program pemanfaatan potensi sumber daya perikanan laut yang tersimpan di dalamnya. Namun demikian, masih terdapat kendala yaitu data dan informasi tentang sirkulasi arus laut masih sangat kurang. Hingga saat ini informasi terlengkap mengenai perairan Indonsesia masih bersumber pada Naga Report II oleh Wrytki (1961). Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer dan minimnya data arus permukaan hasil pengamatan secara langsung di lapangan, maka pemanfaatan pemodelan laut (model numerik) merupakan salah satu alternatif yang baik untuk mempelajari dinamika arus permukaan di perairan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik arus permukaan yang terbentuk di Laut Jawa yang disebabkan oleh sistem angin yang berkembang di atsanya dengan menggunakan model hidrodinamika laut baroklinik 3D. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan dengan menggunakan model hidrodinamika baroklinik tiga dimensi Princeton Ocean Model (lebih dikenal dengan POM). Model ini dikembangkan oleh Alan Blumberg dan George L. Mellor (1977) dari Princeton University. Data-data yang digunakan sebagai input dalam simulasi yaitu data bathimetri, suhu, salinitas dan angin permukaan. Data suhu dan salinitas yang digunakan diperoleh dari World Ocean Atlas (Levitus, 1998) dengan alamat : http://psc.apl.washington.edu/poles/phc2/data3.html. Data ini merupakan data klimatologis dengan resolusi 1 O dan mempunyai 33 level kedalaman. Untuk kedalaman level 1 24 menggunakan data bulanan, sedangkan level 25 33 menggunakan data tahunan. Data batimetri dengan resolusi 10 menit diperoleh dari http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/fliers/01mgg04.html. Data klimatologi yang digunakan adalah angin permukaan. Data angin diperoleh dari DMPS-SSM/I dan ADEOS NSCAT yang merupakan data rata-rata 6 jam-an harian selama tahun 1996. Model POM menggunakan teknik mode pemisah (mode-splitting) untuk mempercepat waktu simulasi. Metode ini menggunakan 2 langkah waktu yaitu mode eksternal ( t e ) untuk perhitungan dua dimensi (2D) dan mode internal ( t i ) untuk perhitungan tiga dimensi (3D). Simulasi ini menggunakan langkah waktu mode ekternal ( t e ) = 6 detik dan langkah waktu mode internal ( t i ) = 90 detik. Secara horizontal daerah simulasi dibagi menjadi beberapa grid dengan ukuran setiap grid Δ x = Δ y =15 km dan secara vertikal daerah simulasi dibagi menjadi 8 lapisan (dalam koordinat sigma). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil simulasi model meliputi sirkulasi arus permukaan rata-rata bulanan dengan periode waktu dari tahun 1996. Sebelum dianalisis lebih lanjut hasil simulasi model tersebut diverifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan data yang tersedia dan sudah banyak digunakan. Verifikasi dilakukan secara kualitatif dengan membandingkan sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dengan pola umum sirkulasi arus permukaan yang diperoleh dari Wyrtki (1961). Pola umum sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan Wyrtki pada bulan Februari 1996 diperlihatkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Dari hasil simulasi model terlihat bahwa pola arus permukaan Laut Jawa secara umum bergerak ke arah timur. Dari pola umum Wyrtki juga menunjukkan pola yang sama yaitu bergerak ke arah timur. Gambar 1. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan Februari 1996 Gambar 2. Pola Arus Permukaan Bulan Februari (Wyrtki,1996) Pola umum sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan Wyrtki pada bulan April 1996 diperlihatkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Dari Hasil simulasi menunjukkan pola arus permukaan di 2

sepanjang pantai utara Jawa secara umum masih bergerak ke arah timur, tetapi di bagian selatan Kalimantan arus bergerak ke arah barat dan kemudian di bagian tengah Laut Jawa berbelok arah ke timur. Sementara itu, dari pola umum Wyrtki di bagian selatan Laut Jawa secara umum masih bergerak ke arah timur, tetapi di bagian utara arus sudah bergerak ke arah barat. Gambar 3. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan April 1996 Gambar 4. Pola Arus Permukaan Bulan April (Wyrtki,1996) Pola umum sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan Wyrtki pada bulan Juni 1996 diperlihatkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Dari hasil simulasi model terlihat bahwa pola arus permukaan Laut Jawa secara umum bergerak ke arah selatan, tetapi di sepanjang pantai selatan Kalimantan sampai bagian tengah Laut Jawa arus bergerak ke arah barat. Sementara itu, dari pola umum Wyrtki pola arus permukaan di seluruh Laut Jawa secara umum arus bergerak ke arah barat. Pola umum sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan Wyrtki pada bulan Agustus 1996 diperlihatkan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Dari hasil simulasi model terlihat bahwa pola arus permukaan di sepanjang pantai utara Jawa dan pantai selatan Kalimatan secara umum bergerak ke arah barat, sementara di sekitar kepulauan Bawean arus permukaan bergerak ke selatan. Dari pola umum Wyrtki pola arus permukaan di seluruh Laut Jawa secara umum arus bergerak ke arah barat. Gambar 5. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan Juni 1996 Gambar 6. Pola Arus Permukaan Bulan Juni (Wyrtki,1996) Gambar 8. Pola Arus Permukaan Bulan Agustus (Wyrtki,1996) 3

Pola umum sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan Wyrtki pada bulan Oktober 1996 diperlihatkan pada Gambar 9 dan Gambar 10. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa pola arus permukaan di bagian selatan Laut Jawa secara umum masih bergerak ke arah timur, tetapi di bagian utara Laut Jawa sebagian bergerak ke arah barat dan sebagian ke arah timur dan di Laut Flores arus bergerak secara tidak beraturan. Sementara itu, dari pola umum Wyrtki di bagian selatan Laut Jawa arus permukaan bergerak ke arah timur sedangkan di bagian utara bergerak ke arah barat. Gambar 9. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan Oktober 1996 Gambar 10. Pola Arus Permukaan Bulan Oktober (Wyrtki,1996) Sementara itu, pola umum sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan Wyrtki pada bulan Desember 1996 diperlihatkan pada Gambar 11 dan Gambar 12. Dari hasil simulasi model terlihat bahwa pola arus permukaan Laut Jawa secara umum bergerak ke arah timur. Dari pola umum Wyrtki juga menunjukkan pola yang sama yaitu arus permukaan bergerak ke arah timur. Gambar 11. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan Desember 1996 Gambar 12. Pola Arus Permukaan Bulan Desember (Wyrtki,1996) Secara umum bahwa di Laut Jawa pola sirkulasi arus permukaan mengalami perubahan total dua kali dalam setahun sesuai dengan perkembangan sistem angin musim (Wyrtki, 1961 dalam Arief, 1994). Menurut Wyrtki (1961) bahwa dari bulan Mei sampai September arus permukaan Laut Jawa bergerak dari timur ke barat, sedangkan dari bulan Nopember sampai Maret arus permukaan bergerak dari barat ke timur. Pada bulan April dan Oktober sirkulasi arus permukaan melemah, tidak menentu dan terbentuk arus eddies. Pola sirkulasi arus permukaan hasil simulasi model dan pola angin permukaan rata-rata antara bulan Mei sampai September 1996 (musim timur) diperlihatkan pada Gambar 13 dan Gambar 14, antara bulan Nopember sampai Maret 1996 (musim barat) diperlihatkan pada Gambar 15 dan Gambar 16, pada bulan April 1996 (musim peralihan pertama) diperlihatkan pada Gambar 17 dan Gambar 18, dan pada bulan Oktober 1996 (musim peralihan kedua) diperlihatkan pada Gambar 19 dan Gambar 20. Dari hasil tersebut terlihat bahwa secara umum pola sirkulasi arus permukaan Laut Jawa mengikuti pola angin permukaan yang berkembang di atasnya. Pada musim timur baik angin permukaan dan arus permukaan secara umum bergerak dari timur ke barat dan pada musim barat bergerak sebaliknya yaitu dari barat ke timur. Pada musim peralihan pertama dan kedua pola arus permukaan melemah, tidak menentu dan terbentuk arus eddies. 4

Gambar 13. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Rata-rata Bulan Mei - September 1996 Gambar 14. Pola Angin Permukaan Rata-rata Bulan Mei - September 1996 Gambar 15. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Rata-rata Bulan Nopember - Maret 1996 Gambar 16. Pola Angin Permukaan Rata-rata Bulan Nopember Maret 1996 Gambar 17. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan April 1996 Gambar 18. Pola Angin Permukaan Bulan April 1996 Gambar 19. Pola Arus Permukaan Hasil Simulasi Bulan Oktober 1996 Gambar 20. Pola Angin Permukaan Bulan Oktober 1996 5

KESIMPULAN Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : Secara kualitatif hasil simulasi model telah menunjukkan hasil yang baik setelah dibandingkan dengan pola umum arus permukaan Wyrtki (1961). Pola sirkulasi arus permukaan Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh sistem angin yang berkembang di atasnya. Pada musim barat arus permukaan bergerak ke timur, sebaliknya pada musim timur arus bergerak ke barat. Pada bulan April dan Oktober terbentuk arus eddies yang bergerak bergerak berlawanan arah dengan arah jarum jam. DAFTAR PUSTAKA Arief, D, Sirkulasi Air Laut, Diktat Kursus Oseanografi bagi Perwira TNI-AL, LON-LIPI, Jakarta, 1994. Diposaptono, S, Karakteristik Laut Pada Kota Pantai, Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global, 2006. George, L.M, Users Guide for A Three-Dimensional, Primitive Equation, Numerical Ocean Model, Princeton University, 2004. http://psc.apl.washington.edu/poles/phc2/data3.html. http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/fliers/01mgg04.html. Komisi Nasional Pengkajian Stok sumber daya Ikan Laut, Potensi dan Penyebaran Sumber daya Ikan Laut Di Perairan Indonesia, LIPI, 1998. Nontji, A, Laut Nusantara, Djambatan, Jakarta, 1993. Sulasdi, W.N., Hadi, S., Mihardja, D.K., Hang Tuah., Nganro, N.R dan Supangat, A, Potensi dan Strategi Pengembangan Kelautan Di Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Proceeding, ITB, Volume 32 No 2, 2000. Wyrtki, K, Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters, Naga Report Volume 2, 1961. 6