PEMODELAN FUNGSI TRANSFER UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-249

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

ANALISIS DERET BERKALA MULTIVARIAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER: STUDI KASUS CURAH HUJAN DI KOTA MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT PADA HARGA EMAS PASAR KOMODITI. Abstract

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

BAB 2 LANDASAN TEORI

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

A. Judul : PEMODELAN FUNGSI TRANSFER PADA PERAMALAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN BANDUNG

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia meteorologi diasuh dalam Badan Meteorologi dan Geofisika di Jakarta

Pemodelan Kecepatan Angin di Perairan Pulau Bawean dengan Menggunakan Fungsi Transfer

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut :

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS TERKAIT KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA MADYA DENPASAR DENGAN METODE TRANSFER FUNCTION

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

BAB 2 LANDASAN TEORI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERAMALAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MULTI INPUT SKRIPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman Online di:

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peramalan Volume Distribusi Air di PDAM Kabupaten Bojonegoro dengan Metode ARIMA Box- Jenkins

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI. Oleh: IRLIZANTY YULYANTIKA RAHADI

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS TERKAIT KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA MADYA DENPASAR DENGAN METODE TRANSFER FUNCTION

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun )

III. METODE PENELITIAN

PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Total Hasil Penjualan

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

Transkripsi:

PEMODELAN FUNGSI TRANSFER UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG 1 Andayani Nurfaizah, 2 Rochdi Wasono, 3 Siti Hajar Rahmawati 1,2,3 Program Studi Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Semarang Alamat e-mail : 1 andyn1007@gmail.com ABSTRAK Informasi tentang curah hujan merupakan perihal penting yang berpengaruh terhadap berbagai macam aktifitas misalnya dalam bidang pertanian. Curah hujan (y t ) dan kondisi udara yang mempengaruhi seperti suhu udara (x 1 ) dan kelembapan udara (x 2 ) memiliki pola yang teratur yang disebabkan oleh fenomena iklim yang membentuk suatu deret berkala. Kota semarang memiliki luas wilayah 373,70 Km 2, dari luas wilayah yang ada 10,59% merupakan tanah sawah. Dari luas tanah sawah, 53.12% merupakan sawah tadah hujan. Metode peramalan curah hujan di Kota Semarang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan fungsi transfer. Model fungsi transfer yang terbentuk untuk meramalkan curah hujan, menunjukan bahwa kondisi udara yang signifikan berpengaruh dalam peramalan curah hujan adalah kelembapan udara. Model fungsi transfernya sebagai berikut: y t =... +... dari model yang diperoleh dapat diketahui bahwa curah hujan dipengaruhi tingkat curah hujan selama 12 bulan sebelumnya dan dipengaruhi langsung oleh kelembapan udara sampai dengan 18 bulan sebelumnya serta nilai sisan pada bulan yang sama dan nilai residual pada bulan tersebut. Peramalan curah hujan dengan menggunakan data curah hujan, kelembaban udara dari tahun 2003-2012 dengan menggunakan metode fungsi transfer single input menghasikan ramalan curah hujan untuk 12 bulan kedepan yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2013, curah huajn yang terjadi sebesar 7 mm 352 mm Kata Kunci : Curah Hujan, Peramalan, Fungsi Transfer. PENDAHULUAN Peramalan merupakan tehnik untuk memperkirakaan keadaan di masa depan, peramalan juga merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan [3]. Model fungsi transfer merupakan salah satu model peramalan kuantitatif yang dapat digunakan untuk peramalan data deret berkala yang multivariate [4]. Fungsi Transfer adalah menggabungkan karakter dari modelmodel ARIMA yang univariat dan beberapa karakter analisis regresi berganda. Fungsi Transfer menggabungkan pendekatan deret berkala dengan pendekatan sebab akibat. Informasi tentang curah hujan merupakan perihal penting yang berpengaruh terhadap berbagai macam aktifitas misalnya dalam bidang pertanian. Curah hujan (y t ) dan kondisi udara yang mempengaruhi seperti suhu udara (x 1 ) dan kelembapan udara (x 2 ) memiliki pola 15

yang teratur yang disebabkan oleh fenomena iklim yang membentuk suatu deret berkala. Penelitian yang pernah dilakukan dengan fungsi transfer antara lain tentang peramalan curah hujan dengan prediktor kelembaban udara dengan membandingkan model ARIMA dan fungsi transfer [1], peramalan curah hujan dengan prediktor suhu udara dan kelembaban udara dengan metode regresi linier berganda [5], sedangkan penulis mengunakan model fungsi transfer untuk meramalkan curah hujan dengan variable input kelembaban udara dan suhu udara. Deret waktu adalah serangkaian pengamatan yang diambil berdasarkan urutan waktu dan antara pengamatan yang berdekatan dan saling berkorelasi, sehingga dikatakan bahwa pada deret waktu, tiap pengamatan yang di ambil dari variabel berkorelasi dengan variabel itu sendiri pada waktu sebelumnya [6]. Suatu pengamatan Z 1, Z 2 Z n sebagai suatu proses stokastik, maka variabel random Z t1, Z t2 Z tn dikatakan stasioner apabila: F(Z t1, Z t2 Z tm ) = F (Z t1+k, Z t2+k Z tm+k ) (1) Dikatakan strictly stationary apabila persamaan (2.1) terpenuhi untuk m= 1,2,, n. Deret waktu yang bersifat strictly stationary, waktu pengamatan tidak terpengaruh terhadap mean µ,varians σ 2 dan kovarians γ k [6]. Model fungsi transfer merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah bila terdapat lebih dari satu data time series. Dalam statistika keadaan ini sering disebut data multivariate time series [2]. 1. Single input Bentuk umum model fungsi transfer single input (X t ) dan single output (Y t ) adalah : Y t = v( B) X t + Nt (2) dimana : Y t = representasi dari deret output X t = representasi dari deret input N t = pengaruh kombinasi dari seluruh faktor yang mempengaruhi Y t (disebut gangguan) v(b) = (v 0 B + v 1 B + v 2 B 2 +... + v k B k ), dimana k adalah orde fungsi transfer. 2. Multi input Pada fungsi transfer multi input terdapat beberapa variabel input X yang dimasukkan pada suatu pemodelan. Sehingga bentuk model fungsi transfer multi input adalah : yt 2 m 1 1 = [ δj ( B) ] ω j( B) x + [ φ ( B) ] θ( Ba ) j,t bj t (3) j = 1 dimana : y t = variabel dependen x jt = variabel independen ke-j ω j (B)=operator moving average order s j untuk variabel ke-j δ j (B)=operator autoregresi order r j untuk variabel ke-j θ(b)= operator moving average order q φ(b) = operator autoregresi order p a t = nilai gangguan acak Dalam fungsi transfer multi input dimana terdapat beberapa variabel input yang masuk dalam sistem ditambah dengan noise yang ada akan dihasilkan deret output [6]. METODE PENELITIAN Pembentukan model peramalan curah hujan digunakan pemodelan fungsi transfer dengan langkah langkah sebagai berikut : Tahap 1 : Identifikasi bentuk model 1 Membuat plot time series data keseluruhan untuk melihat pola yang terbentuk dari data bulanan. Mempersiapkan deret input dan output untuk mendapatkan deret yang stasioner. 3 Menentukan model ARIMA untuk deret input (x t ) serta melakukan prewhitening pada deret input untuk 16

mendapat deret yang waite noise (α t ). 4 Melakukan prewhitening pada deret output sesuai dengann transformasi prewhitening yang dilakukan pada deret input untuk mendapatkan (ββ t ). 5 Menghitungg CCF (Cross-correlation Function) dan Autocorrelation untuk deret input dan deret output setelah dilakukan prewhitening. 6 Menaksir secara langsung bobot respon impuls 7 Menetapkann r, s, b untuk model fungsi transferr yang menghubungkan deret input dan deret output. 8 Melakukan penaksirann awal deret noise (η t t) dan penghitungan Autocorrelation serta parsial Autocorrelation 9 Menetapkann ( p n, q n ) untuk model ARIMA Tahap 2 : Penaksiran parameter parameter model fungsi transfer Setelah bentuk model fungsi transfer diidentifikasi, selanjutnya dilakukan penaksiran parameter menggunakan metode maximum likelihood estimation. Tahap 3 : Uji diagnostik model fungsi transfer Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fungsi transfer yang terbentuk telah sesuai atau tidak. Pengujian ini sebagai berikut: dilakukan dengan cara 1. Menghitungg Autocorellation untuk nilai residual (a t ) model 2. Menghitungg CCF ( Cross- correlation) antara α t dan a t. Apabila autocorellation untuk α t dan a t telah nol makaa model yang diperoleh merupakan model yang sesuai. Tahap 4 : Pengunaan model fungsi transfer untuk peramalan Setelah model fungsi transfer yang sesuai diperoleh maka selanjutnya dapat digunakaan untuk meramalkan nilai dari deret output y t. HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai diskripsi variabel output yang berupa curah hujan per bulan di Kota Semarang. Untuk variabel input yang digunakan adalah suhu udaraa dan kelembaban hujan per bulan di Kota Semarang. Tabel 1 Deskripsi variabel output dan input Variabel Mean Std. Dev Min Max Curah hujan 194.14 162.798 0 806 ( mm ) Suhuu udara 27.71 0.739 25 30 ( 0C ) Kelembapan 76.18 6.950 61 91 udara ( % ) Tabel 2 Korelasi antara veriabel input dengan variabel output Variabel X Curah hujan ( Y ) Suhu Udara ( X 1 ) Kelembapan Udara ( X 2 ) 0.289 1 0.400 0.625 0.400 1 Hasil korelasi antar variabel diatas menunjukkan bahwa variabel yang berkorelasi tinggi dengan curah hujan adalah variabel kelembapan udara. Pemodelan Fungsi Transfer Curah Hujan dengann Deret Input Suhu Udara Pada gambar dibawah ini terlihat bahwa data belum stasioner dalam means sehingga perlu dilakukan didifferencing pada lag 12 Gambar 1 Plot Box-Cox suhu udara X 1 X 2 17

Gambar 2 Plot time seriess suhu udara Plot ACF dan PACF data suhu udaraa Plot ACF dan PACF data suhuu udara differencing 12 Gambar 3 Plot ACF dan PACF suhu udara Tabel 3 Estimate Parameter Model ARIMA Suhu Udara ARIMA Parameter p-value ([1,12,14],12,0) Φ 1 = 0.2904 0.0006 Φ 12 = -0.2446 0.0083 Φ 14 = -0.2308 0.0136 Model ARIMAA ([1,12,14],12,0) adalah Model deret output dipaksakan untuk sama dengan model padaa deret input, jadi data didifferencing pada lag 12 juga. Hal ini berguna untuk menjaga integritas model fungsi transferr karena pada dasarnya deret input akan dipetakan pada deret output. Oleh karena model deret output curah hujan adalah ARIMA ([1,12,14], 12,,0). Nilai bobot respon impuls didapatkan dari CCF yaitu b = 1. r = 0 dan s = 8,15. Pendugaan model deret noise untuk model fungsi transfer curah hujan tidak dapat dilakukan karenaa pada Tabel 4 estimasi parameter dari b,r,s yang terlihat melebihi dari α=0.05, sehingga model ARIMA diterapkan. deret noise tidak bisa Tabel 4 Estimasi Parameter b,r,s Parameter p-value b = 1, r = ω 1 = 1.07697 0.2564 0, s = 8,15 ω 8 = -0.25474 0.6959 ω 15 = 0.68359 0.4434 Pemodelan Fungsi Transfer Curah Hujan dengan Deret Input Kelembaban Udara (1 0. 29048 B 1 + - 0.24465 B 12 + -0.23088 B 14 )(1-B 14 )Z t =α 1t. Gambar 6 Plot Box-cox kelembaban udara Gambar 4 Plot Box-cox Curah hujan Gambar 7 Plot time series kelembaban udara Gambar 5 Plot time series curah hujan Gambar 8 Plot ACF dan PACF data kelembaban 18 udara

y t = + dengan nilai AIC dan SBC sebagai berikut AIC = 504.3244 SBC = 518.8374 Tabel 7 Aurocorrelation Residual Model Deret Input Kelembapan Udara. Gambar 9 Plot ACF dan PACF data kelembaban udara differencing lag 12 Tabel 5 Estimasi Parameter Model ARIMAA Kelembaban Udara ARIMA Parameter p-value ([1,12],12,0) Φ 1 = 0.52602 <.0001 Φ 12 = 0.39379 <.0001 Model ARIMAA ([1,12],12,0) adalah (1-0.52602 B 12 )Z t =α 1t B 1 + 0.39379 B 12 )(1- Model deret output dipaksakan untuk samaa dengan model pada deret input, jadi data didifferencing pada lag 12. Oleh karena model deret outpu curah hujan adalah ARIMAA ([1,12,14], 12,0). Nilai bobot respon impuls didapatkan dari CCF yaitu b = 0. r = 1 dan s = 13,18. Model deret noise dari kelembaban udaraa ([8,12],0,0) tersebutt dapat ditulis (1-φ 1 1B 8 - φ 1 B 12 ) n 1t = α 1t n 1t = (1-φ 1 B 8 - φ 1 1B 12 ) α 1t Tabel 6 Estimasi Parameter Model Curah Hujan dengan Kelembapan Udara. Parameter Std.Erorr t- p- Lag Shift value value φ 8 = 0.108588-2.45 0. 0145 8 0-0.26549 φ 12 = 0.106311-2.90 0. 0037 12 0-0.30872 ω 0 = 0.116411 6.57 <. 0001 0 0 0.76477 ω 13 = 0.11506-3.04 0. 0023 13 0-0.35026 ω 18 = 0.105400-4.59 <. 0001 18 0-0.48326 δ 1 = -0.40492 0.125522-3.23 0. 0013 1 0 Model fungsi transfer yang terbentuk sebagai berikut Lag Chi- DF P- Square value 6 6.48 4 0.1661 12 8.20 10 0.6095 18 15.61 16 0.4805 24 25.37 22 0.2796 Berdasarkan Tabel 7 residual model fungsi transfer telah memenuhi asumsi independen karena p-value lag 6,12, 18,24 lebih besar dari α = 0.05. Gambar 10 Plot kenormalan residual curah hujan dengan deret input kelembaban udara Tabel 8 Perhitungan Cross-correlation antara Residual Model dan Deret Input kelembapan udara yang telah Diprewhitening Lag Chi- DF P- Square value 5 5.52 2 0.0515 11 7.35 8 0.0536 17 9.30 14 0.0593 23 11.60 20 0.1505 Berdasarkan Tabel 8 antara residual model fungsi transfer dan deret input kelembaban udara (x 1 ) telah memenuhi asumsi independen karena p-value semua lag telah lebih besardari α= 0.05. Berdasarkan Gambar 10 residu dari curah hujan dengan deret input kelembapan Normal. udara juga berdistribusi Berdasarkan Tabel 9 menunjukan bahwa nilai standar errorr berada diantara batas bawah dan batas atas peramalan 19

dengan selang kepercayaan 95%. Pada Tabel 10 merupakan hasil pangkat dari peramalan deret output (y t ), karena hasil peramalan pada Tabel 9 merupakan transformasi akar dari deret output (y t ). Pada hasil peramalan yang telah dipangkatkan menujukan puncak curah hujan terjadi pada bulan Februari 2013 yaitu mencapai 325 mm, sedangkan bulan September 2013 merupak bulan yang curah hujannya paling rendah yaitu 7 mm, dan dari hasil ramalan menunjukan bahwa sepanjang tahun 2013 semua bulan mengalami hujan sedangkan bulan yang memiliki curah hujan rendah hanya tiga bulan saja yaitu bulan Juli, Agustus dan September. Tabel 9 Nilai Peramalan Curah Hujan yang ditransformasi akar pada bulan Januari 2013 hingga Desember 2013 Bulan SE Selang kepercayaan (2013) Ramalan 95% Batas bawah Batas atas Jan 16.8316 5.8511 5.3636 28.2996 Feb 18.7584 5.8649 7.2634 30.2534 Mar 16.2354 5.9133 4.6455 27.8254 April 13.8970 5.9160 2.3018 25.4921 Mei 10.4189 5.9188-1.1817 22.0196 Juni 11.4241 5.9191-0.1771 23.0253 Juli 8.3590 5.9193-3.2426 19.9606 Agst 5.1229 5.9193-6.4787 16.7245 Sep 2.7362 6.0560-9.1334 14.6059 Okt 12.3677 6.0560 0.4981 24.2374 Nov 11.1740 6.0560-0.6956 23.0436 Des 15.6551 6.0560 3.7855 27.5247 Tabel 10 Hasil Peramalan curah hujan (mm) setelah dipangkatkan Bulan Peramalan Januari 283 Februari 352 Maret 264 April 193 Mei 109 Juni 130 Juli 70 Agustus 26 September 7 Oktober 153 November 125 Desember 245 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Prosedur penentuan model fungsi transfer memperlihatkan bahwa variabel input (x 1 ) yaitu suhu udara hanya bisa dimodelkan dengan ARIMA saja karena korelasi suhu udara terhadap curah hujan sangat lemah hanya 0.285, hasil dari estimasi parameter cross-corellation dari bobot respon impuls yang dihasilkan tidak signifikan terhadap α = 0.05. pada variabel input (x 2 ) yaitu kelembaban udara semua prosedur penentuan fungsi transfer dapat dilakukan karena korelasi antara curah hujan dengan kelembaban udara kuat yaitu 0.625, sehingga model fungsi transfer yang didapatkan adalah model fungsi transfer single input. 2. Kelembaban udara signifikan mempengaruhi curah hujan pada α = 0.05, dengan model fungsi transfer single input yang terbentuk adalah y t =.... +.. 3. Dengan menggunakan model fungsi transfer single input yang terbentuk, dapat diramalkan bahwa untuk 12 bulan kedepan yaitu bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 curah huajn yang terjadi sebesar 7 mm 352 mm. Pergeseran musim hujan juga terlihat bahwa dalam satu tahun hanya tiga bulan yang memiliki curah hujan rendah dan tidak ada bulan yang curah hujan nya sampai 0 mm 20

DAFTAR PUSTAKA [1] Aprialis. 2011. Skripsi : Perbandingan Model Fungsi Transfer dan ARIMA Studi Kasus Model antara Curah Hujan dengan Kelembaban Udara. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [2] Ardiani. 2005. Skripsi : Pemodelan Fungsi Transfer Untuk Meramalkan Nilai Ekspor Tembaga. ITS Surabaya. [3] Aswi dan Sukarna. 2006. Analisis Deret Waktu. Makassar :Andira Publisher. [4] Siswanti. 2011. Skripsi : Model Fungsi Transfer Multivariat dan Aplikasinya untuk Meramalkan Curah Hujan di Kota Yogyakarta. Universitas Negri Yogyakarta. [5] Swarinoto, Y.S dan Sugiyono. 2011. Pemanfaatan Suhu dan Kelembaban Udara dalam Persamaan Regresi untuk Simulasi Prediksi Total Hujan Bulanan di Bandar Lampung. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Volume 12 No.3 hal 271-281 [6] Wei, W.W.S. 2006. Time Series Analysis Univariate and Multivariate Methods, Addison-Wesley Company Inc., New York. 21