TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Tahun 2013

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIP YANG RESPONSIP GENDER

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) PILOT PROJECK PENGEMBANGAN OPTIMASI LAHAN SENSITIVE GENDER TAHUN 2013

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN : BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 54 TAHUN 2008

dalam Pembangunan Nasional;

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender di Kementerian Keuangan

4.9 Anggaran Responsif Gender Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , telah menetapkan tiga strategi pengarusutamaan

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

Tujuan Anggaran yang Responsif Gender

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

PENGANTAR DAN PENGENALAN PUG & IMPLEMENTASINYA

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) BIDANG KETAHANAN PANGAN

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) : Kedeputian Bidang SDM dan Kebudayaan. Perlindungan Anak

PROGRAM DAN KEGIATAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BUPATI SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Nama Program. Anggaran No dan Kegiatan. Target Sasaran Program/Kegiatan. (Rp.) Program Pelayanan Administrasi 1. Perkantoran

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

2015, No Gubernur selaku wakil pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1;" TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANAK REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SOSIALISASI PERENCANAAN PROGRAM TAHUN 2016

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VII P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai manusia sehat yang cerdas, produktif dan mandiri. Upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Harapannya, pengembangan wilayah dilakukan agar dapat meningkatkan

Transkripsi:

TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN 2013 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Badan Ketahanan Pangan Program : Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Hasil : Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan. Unit Eselon II/Satker : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan. Kegiatan : Pengembangan ketersediaan pangan dan penanganan kerawanan pangan. Indikator Kinerja Kegiatan : 1.929 Desa A. Latar Belakang 1. Dasar Hukum Tugas dan Fungsi/Kebijakan a. Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 (1) dicantumkan bahwa semua orang mempunyai kedudukan dan hak yang sama dalam hukum dan pemerintahan. b. Inpres No.9 tahun 2000 tentang PUG dalam Pembangunan Nasional yang mengamanahkan agar program pembangunan pada umumnya dapat merespon potensi, permasalahan, kebutuhan, dan kepentingan sumberdaya manusia yang menjadi subyek pembangunan, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang mengamanatkan bahwa dalam penyusunan rencana dan anggaran menggunakan analisis gender, dengan menyusun GAP, GBS dan TOR. d. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian menyatakan bahwa Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pengkajian, pengembangan dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, bersama-sama instansi lainnya dalam memantapkan ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan percepatan diversifikasi/penganekaragaman pangan dan memantapkan ketahanan pangan 1

masyarakat. Dalam melaksanakan pengembangan ketahanan pangan terutama mengurangi jumlah penduduk rawan pangan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian nomor 15/Permentan/RC.110/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 serta Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2010-2014, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan Kegiatan Desa Mandiri Pangan. Kegiatan Desa Mandiri Pangan merupakan salah satu komponen kegiatan atau salah satu output dari Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan dalam mengurangi jumlah penduduk rawan pangan. Untuk mengatasi masalah rawan pangan, dilakukan pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat kepada kelompok afinitas (keanggotaannya berdasarkan tempat tinggal) selama 4 (empat) tahun yaitu: tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Tahapan tersebut dilaksanakan melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian dengan fokus pengembangan usaha produktif dan pemantapan ketahanan pangan keluarga. Pengembangan usaha produktif dimaksudkan untuk meningkatkan daya beli sehingga mampu mengakses pangan dari pasar yang tidak dapat dipenuhi sendiri, sedangkan pengetahuan pemantapan ketahanan pangan keluarga adalah upaya memenuhi kebutuhan pangan sendiri dengan sumber daya pangan yang dimiliki. Sebelum kegiatan dimulai, dilakukan identifikasi peserta di desa yang mempunyai jumlah penduduk miskin minimal 30% dan sebagian dalam kondisi rawan pangan. Peserta yang telah terjaring dibentuk kelompok afinitas sebagai sarana komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam pendampingan selama 4(empat) tahun. Pendampingan diarahkan sampai dengan kelompok afinitas menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Bagi kelompok afinitas yang berhasil, akan ditunjuk sebagai inti dalam memperluas pengembangan desa mandiri melalui replikasi desa yang berada di sekitarnya dalam mendorong Gerakan Kemandirian Pangan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 sebanyak 30,02 juta orang atau 12,49% dari total jumlah penduduk Indonesia. Sebagian dari jumlah penduduk miskin tersebut mengalami rawan pangan karena rata-rata konsumsi energi per kapita hanya 70-90% dari Angka Kecukupan Gizi (2.000 kkal/kap/hari). Rawan pangan tersebut terutama disebabkan oleh daya beli yang rendah dan pengetahuan pangan dan gizi yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan 2

tersebut pemerintah melaksanakan Kegiatan Desa Mandiri Pangan, namun dalam penerapan di lapangan ada kesenjangan gender dalam sasaran pembinaan. Dari penetapan sasaran pembinaan yang telah berjalan selama ini, proporsi perempuan hanya sebesar 10%. Hal ini dapat diperhatikan berikut ini: a. Akses Perempuan Kepala Rumah Tangga (PKRT) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, fasilitas/ dana bantuan dan pelatihan/peningkatan kapabilitas lebih rendah dibanding Lelaki Kepala Rumah Tangga (LKRT); b. Laki-laki memiliki kontrol terhadap sumberdaya lahan dan sarana prasarana yang lebih tinggi dibanding perempuan; c. Anggota kelompok afinitas(berdasarkan tempat tinggal) pada umumnya lakilaki, sehingga merekalah yang lebih banyak berpartisipasi mengikuti pembinaan dan diskusi dengan petugas setempat; d. Dikarenakan masarakat pedesaan yang terdata pada umumnya laki-laki, maka pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat cenderung lebih dimanfaatkan oleh petani laki-laki. Padahal baik laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang yang sama dalam mengikuti pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat, bahkan perempuan mempunyai kemampuan dan peranan lebih baik dari pada laki-laki karena disamping perempuan dapat berusaha dalam peningkatan pendapatan keluarga juga bisa menerapkan pendidikan pangan dan gizi di lingkungan keluarganya. Kesenjangan antara laki-laki dengan perempuan tersebut disebabkan oleh : a. Kesenjangan internal : 1) Belum dilakukan pendataan terpilah antara peserta laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri Pangan; 2) belum semua orang/petugas baik di pusat maupun daerah yang mengetahui kegiatan responsif gender; 3) issue gender belum dianggap sebagai issue penting yang perlu ditangani secara serius oleh personil yang merencanakan maupun yang melaksanakan program/kegiatan. b. Kesenjangan eksternal : 1) masih kuatnya persepsi yang bias gender di kalangan masyarakat yaitu Kepala Rumah Tangga itu laki-laki dan perempuan hanya berperan dalam urusan rumah tangga; 2) motivasi perempuan untuk mengikuti peningkatan kapabilitas khususnya pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat yang masih rendah dikarenakan perhatiannya yang lebih fokus kepada urusan rumah tangga. Atas kondisi tersebut, perlu direformulasikan tujuan dari kegiatan ini yaitu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan bagi petugas, petani 3

dan kelompok afinitas dalam rangka pemantapan ketahanan pangan keluarga melalui Kegiatan Desa Mandiri Pangan yang berbasis responsif gender dengan memberi kesempatan, peran dan peluang yang sama bagi laki-laki dan perempuan. 2. Gambaran Umum Pada dasarnya pengembangan desa mandiri pangan memberdayakan kelompok miskin dan rawan pangan menjadi kelompok dengan ketahanan pangan keluarga yang mantap. Untuk menunjang suksesnya pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri Pangan di 33 Propinsi, maka dibentuk kelompok kerja di tingkat pusat dan propinsi, serta tim teknis tingkat kabupaten/kota, sedangkan di tingkat desa/kelurahan dibentuk tim pangan desa. Bentuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kelompok Kerja (Pusat dan Propinsi) Kelompok kerja dibentuk untuk mempersiapkan, memantau dan membina, melaporkan dan mengevaluasi serta memberikan pelatihan. Kelompok kerja beranggota dari instansi terkait sesuai dengan kebutuhan manajemen dan teknis yang menjadi tanggungjawabnya dalam pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri Pangan. b. Tim Teknis Kabupaten/Kota Berdasarkan arahan dan kebijakan dari Kelompok Kerja tersebut, dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota yang bertugas mempersiapkan kegiatan, membimbing teknis dan manajemen, memecahkan permasalahan, mengusahakan kemitraan serta melaporkan dan mengevaluasi kegiatan. Agar tim dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan lapangan, maka anggotanya berasal dari instansi terkait berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta tanggungjawab dalam pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri Pangan. c. Tim Pangan Desa/Kelurahan Tim Pangan Desa/Kelurahan bertugas memberikan saran dan usulan kegiatan serta membantu pemecahan masalah kegiatan Kegiatan Desa Mandiri Pangan di tingkat lapangan. Tim tersebut beranggota pamong desa dan tokoh masyarakat. B. Penerima Manfaat Penerima manfaat pada kegiatan ini adalah rumah tangga miskin di 1.929 desa, baik laki-laki maupun perempuan di desa pada lokasi rawan pangan, petugas Badan 4

Ketahanan Pangan di 33 Propinsi (410 Kabupaten/Kota) dan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan. C. Stategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan dengan pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian..2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan. a. Kelompok Kerja 1) Tahapan pelaksanaan i. Persiapan : Penyusunan pedoman dan petunjuk umum, serta Sosialisasi program; ii. Pelaksanaan : Pemantauan dan pembinaan; iii. Pelaporan : Pembuatan laporan kegiatan. 2) Waktu Pelaksanaan Bulan Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Identifikasi dan penetapan kelompok afinitas Penetapan dan pelatihan bagi pendamping penyuluh pertanian Pendampingan usaha produktif dan pengelolaan ketahanan pangan keluarga Pelaporan dan evaluasi 5

D. Waktu Pencapaian Keluaran Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari-Desember tepat waktu. E. Analisis Resiko Berdasarkan hasil identifikasi, kegiatan Desa Mandiri Pangan terdapat 3 (tiga) titik kritis, yaitu : a. Penetapan kelompok afinitas, dengan ditetapkannya kelompok afinitas sesuai dengan pedoman/petunjuk diharapkan anggota yang menjadi seseran pembinaan merupakan masyarakat yang memenuhi persyaratan, mempunyai komitmen tinggi dan ada keinginan kuat untuk memantapkan ketahanan pangan keluarga. Dengan demikian diharapkan kegiatan desa mandiri pangan dapat berjalan lancar serta berfungsinya kegiatan dalam mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan. b. Penyusunan RUK, penyusunan rencana tersebut disesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok. RUK yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota kelompok akan menyebabkan anggota tidak dapat melaksanakan kegiatan produktif dalam rangka pemantapan ketahanan pangan keluarga. c. Pemberian bantuan, pemberian bantuan disesuaikan dengan jumlah anggaran yang dibutuhkan berdasarkan RUK, demikian pula pendistribusian kepada anggota, serta waktu pemberiannya. Alokasi yang tidak tepat akan mempengaruhi kegiatan usaha produktif yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompok afinitas. F. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan Kegiatan Desa Mandiri Pangan sebanyak 1.929 Desa sebesar Rp. 115.165.000.000,-. Jakarta, Juli 2012 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan, Dr. Ir. Hermanto, MS NIP. 19550708.197903.1001 6