KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengenalan Gerakan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE APRIL JULI 2010 Y. ARIFIANTI, W.I. RETNONINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Transkripsi:

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007 RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Indonesia adalah negara kepulauan yang secara tektonik menjadikan kawasan ini memiliki tingkat kebencanaan geologi yang tinggi. Gerakan tanah merupakan bencana geologi yang paling sering terjadi terutama pada saat musim hujan. Pada Tahun 2007 sebanyak 93 kejadian bencana tanah longsor terjadi di Indonesia dengan jumlah korban tewas mencapai 274 orang. Keadaan ini menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang tinggal di daerah rewan bencana tanah longsor. Pendahuluan Negara Indonesia merupakan salah satu kawasan rawan bencana geologi, karena terletak pada batas pertemuan lempeng aktif dunia. Evolusi tektonik tersebut mengakibatkan terbentuknya zona penunjaman yang dapat menimbulkan gempabumi, deretan gunungapi yang dapat menimbulkan letusan gunungapi dan topografi berbukit yang mengakibatkan beberapa wilayah rawan terhadap kejadian gerakan tanah. Gerakan tanah pada umumnya terjadi pada musim hujan, karena curah hujan tinggi merupakan salah satu faktor pemicu. Faktor pemicu lainnya adalah goncangan gempabumi, terutama gempabumi yang bersumber di darat dengan kedalaman dangkal (kurang dari 40 km). Seiring dengan perkembangan penduduk di sejumlah wilayah maka dengan sendirinya akan diikuti berbagai kegiatan fisik yang dapat merubah kondisi lingkungan khususnya perubahan tata guna lahan. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan daya dukung lereng dan gerakan tanah dapat terjadi bila lereng di wilayah tersebut tidak mampu menahan daya dukungnya. Kejadian gerakan tanah di Indonesia pada Tahun 2007 merupakan peristiwa yang paling menonjol baik dari segi jumlah kejadian maupun jumlah korban yang diakibatkannya. Fenomena alam ini sungguh memprihatinkan namun di lain pihak ini menjadi pembelajaran bagi kita akan perlunya dilakukan upaya mitigasi bencana gerakan tanah, khususnya dengan menyediakan peta zona kerentanan gerakan tanah maupun peringatan dini pada skala operasional dan peningkatan pengetahuan bagi penduduk yang bermukim di wilayah rawan bencana gerakan tanah.. Data kejadian gerakan tanah Selama tahun 2007 telah terjadi bencana gerakan tanah di wilayah Indonesia sebanyak 93 kejadian. Provinsi Jawa Barat menempati Hal -44-

peringkat teratas kejadian bencana gerakan tanah yaitu 33 kejadian dengan jumlah korban tewas 19 orang. Namun meskipun demikian ternyata di wilayah lain dengan jumlah kejadian bencana gerakan tanah yang lebih sedikit ternyata menimbulkan korban jiwa yang lebih besar. Sebaran kejadian bencana gerakan tanah di Indonesia selengkapnya pada tahun 2007 terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Data Kejadian Gerakan Tanah Tahun 2007 No PROVINSI MD LL RR RH RT BLR BLH KEJADIAN 1 DKI 1 1 2 Jawa Barat 19 85 47 47 241 1 33 3 Jawa Tengah 75 16 23 18 4 DIY 1 5 Jawa Timur 3 15 3 57 7 6 Sumatera Utara 4 4 6 7 Sumatera Barat 25 12 4 5 8 Lampung 6 4 2 9 Sulawesi Utara 35 4 33 3 2 10 Sulawesi Barat 2 2 3 11 Sulawesi Tengah 57 450 450 92 9 3 12 Sulawesi Tenggara 10 13 Sulawesi Selatan 3 14 NTT 62 50 15 Kalimantan Timur 3 18 Jumlah 285 539 137 192 365 10 2 93 Keterangan MD : Manusia Meninggal RH : Rumah Hancur BLH : Bangunan Lain Rusak LL : Manusia Luka-luka RT : Rumah Terancam RR : Rumah Rusak BLR : Bangunan Lain Rusak Dari tabel 1 terlihat bahwa kejadian gerakan tanah di Indonesia selama tahun 2007 mengakibatkan jumlah korban jiwa sebanyak 285 orang tewas dan 539 orang luka-luka. Korban jiwa terbesar terjadi di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur akibat kejadian gerakan tanah tanggal 3 Maret 2007. banyaknya korban jiwa akibat gerakan tanah menunjukkan bahwa masih banyaknya masyarakat yang tetap bermukim dan beraktifitas di daerah rawan tanah longsor. Bencana gerakan tanah yang terjadi kadang-kadang diikuti oleh peristiwa banjir bandang dan dampak yang ditimbulkan berupa besarnya korban jiwa dan kerugian harta benda seperti yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah. Beberapa kejadian gerakan tanah yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar yang terjadi selama tahun 2007 secara ringkas akan dijelaskan pada bab berikut ini, diuraikan di bawah ini. Hal -45-

Gerakan Tanah Dengan Jumlah Korban Terbanyak Sulawesi Utara Kepulauan Sangihe Kejadian gerakan tanah di Kepulauan Sangihe berupa longsoran bahan rombakan (debris slide) yang diikuti banjir bandang terjadi pada hari Kamis tanggal 11 Januari 2007 sekitar pukul 22.00 WIT, pada saat sebagian besar penduduk telah beristirahat. Bencana ini diawali dengan hujan deras. Gerakan tanah ini terjadi di Kampung Makawang, Kelurahan Soataloara 1, dan di Kampung Pisang, Kelurahan Sawang Sendar Kecamatan Tahuna sedangkan banjir bandang pada Sungai Akembuala dan Sungai Melebuhe. Permukiman yang terkena bencana terletak di bawah lereng bukit terjal dan yang lainnya menempati bantaran sungai. Dampak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor di Kecamatan Tahuna, yaitu di Kampung Makawang sebanyak 18 orang tewas tertimbun, 3 rumah dan 1 bangunan umum hancur serta tanah longsor di Kampung Pisang mengakibatkan 14 rumah hancur. Sedangkan di Kecamatan Tahuna Timur tanah longsor dan banjir bandang mengakibatkan 12 orang tewas, 6 orang luka-luka dan 15 rumah hancur. Disamping itu banjir bandang yang terjadi pada Sungai Melebuhe mengakibatkan 10 rumah yang berada pada bantaran sungai hancur dan 1 jembatan putus. Daerah bencana merupakan bagian dari lereng perbukitan G. Posong yang memiliki kemiringan sangat terjal berkisar antara 35-40, dibentuk oleh batuan vulkanik dari breksi laharik dan lava blok. Batuan umumnya telah melapuk menjadi lempung pasiran hingga pasir lempungan bersifat lunak hinggá lepas dengan ketebalan berkisar antara 3-4 m. Kawasan perbukitan di beberapa tempat telah dimanfaatkan untuk lokasi permukiman, sedangkan lahan penutup di lereng bagian atas sudah mulai jarang karena sudah menjadi kawasan kebun campuran, berupa kebun kelapa dan kebun pisang yang masih diselingi semak belukar. Sebelum terjadi bencana, daerah ini sudah diguyur hujan selama 2 hari berturut-turut dan berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofísika (BMG) setempat di Stasiun Naha menunjukkan bahwa curah hujan saat itu cukup tinggi yang mencapai 156 mm/hari, sehingga diikuti oleh naiknya debit sungai di beberapa tempat, Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Sulawesi Utara, Januari 2007 (PVMBG, 2007), daerah bencana termasuk pada Potensi Terjadi Gerakan Tanah menengah, artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah bila lereng diganggu serta curah hujan tinggi. Hal -46-

Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Bencana alam gerakan tanah di Kabupaten Manggarai terjadi pada tanggal 3 Maret 2007 pada saat hujan turun dalam kurun waktu 6 hari berturut-turut. Lereng perbukitan yang labil di daerah ini bergerak sebagai longsoran bahan rombakan (debris slide) di beberapa lokasi, yaitu di Desa Gapong, Kecamatan Cibal yang mengakibatkan 44 orang tewas, 21 orang lukaluka, 6 rumah rusak berat dan 500 orang terpaksa mengungsi ke tempat aman. Di sepanjang tebing jalan yang terjal di Kecamatan Cibai terdapat 5 titik longsoran besar, 14 longsoran sedang dan 12 titik longsoran kecil yang mengakibatkan ruas jalan Ruteng - Reo putus total dan mengakibatkan pengiriman bahan bakar minyak (BBM) dari Reo ke Ruteng terhenti, menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak di daerah tersebut. Di Kecamatan Lambaleda, longsoran (debris slide) telah mengakibatkan 19 orang tewas tertimbun, 9 rumah rusak berat, 16 rumah hilang terkubur material longsoran, jalur jalan putus total dan sebanyak 1100 orang yang masih menempati kawasan perbukitan labil ini terpaksa harus mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Bentang alam di daerah ini secara umum merupakan lereng perbukitan sangat terjal dengan kemiringan berkisar antara 40 80 dan pada beberapa bagian lereng terdapat banyak alur sungai. Batuan dasar berupa breksi andesit yang bersifat kurang kompak sebagian terkekarkan sehingga pecah-pecah dan mudah lepas, sedangkan tanah penutup berupa pasir tufaan bersifat agak lepas dengan ketebalan berkisar 2 4 meter. Kondisi lereng perbukitan bagian tengah sebagian sudah merupakan kawasan permukiman, sedangkan lereng bagian atas sudah diolah menjadi kawasan kebun campuran yang diselingi semak belukar. Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maret 2007 (PVMBG, 2007), daerah bencana termasuk potensi gerakan tanah menengah artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah bila lereng diganggu serta curah hujan tinggi. Aktifitas manusia yang intensif pada batuan vulkanik kurang kompak dapat bertindak sebagai pelatuk terjadinya tanah longsor di daerah ini, sedangkan alur-alur sungai yang mengalir di daerah ini memiliki potensi menggerus tebing dan membawa material longsoran menjadi bencana banjir bandang. Sulawesi Tengah Kabupaten Morowali Bencana tanah longsor berupa longsoran bahan rombakan (debris slide) disertai banjir bandang melanda Desa Ueruru, Kecamatan Bungku Utara yang terjadi pada hari Minggu Hal -47-

22 Juli 2007, setelah kawasan perbukitan di daerah tersebut diguyur hujan selama 15 hari berturut-turut. Dampak yang terjadi akibat gerakan tanah dan banjir bandang adalah : 50 orang tewas terkubur material longsoran, 17 orang di antaranya belum diketemukan, 450 orang luka luka, 91 unit rumah rusak dan hancur, 2 unit bangunan ibadah rusak, 1 unit bangunan sekolah rusak, 6 jembatan putus, Jalan darat yang menghubungkan desa dengan daerah lain putus. Luapan air akibat banjir bandang menggenangi 3 (tiga) kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Mamosalato, Petasia dan Soyo Jaya. Perbukitan sangat terjal di daerah ini memiliki kemiringan > 36 0 yang dibangun oleh batuan ultramafik (serpentinit, dunit) serta batuan rijang dan kalsilutit yang retak-retak. Tanah pelapukan batuan bersifat lunak dengan ketebalan mencapai 3 meter. Pada lereng bagian tengah terdapat alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan dan ladang. Bencana yang terjadi berupa pergerakan material longsoran bercampur air dengan kayu pepohonan yang bergerak sangat cepat sejauh kurang lebih 550 m melalui lembah-lembah sungai menuju perkampungan di Desa Ueruru. Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Juli 2007 (PVMBG, 2007), daerah bencana termasuk pada Potensi Terjadi Gerakan Tanah menengah artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah bila lereng diganggu serta terjadi curah hujan tinggi. Banyaknya korban jiwa di daerah ini adalah dampak dari maraknya pembangunan permukiman yang dibangun di bawah lereng bukit yang labil. Jawa Tengah Kabupaten Karanganyar Gerakan Tanah terjadi Rabu, 26 Desember 2007 dini hari jam 04.00 WIB, yang sebelumnya diawali hujan lebat yang berlangsung sejak dua hari sebelumnya. Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan yang melanda 9 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tawangmangu,Karangpandan, Matesih, Ngargoyoso, Jatiyoso, Jumapolo, Jenawi, Kerjo dan Jumantono. Dampak akibat gerakan tanah sedikitnya 64 orang tewas tertimbun material longsoran, ratusan hektar lahan pertanian dan puluhan rumah mengalami kerusakan. Rincian jumlah korban tewas akibat tanah longsor yang melanda sejumlah Kecamatan di daerah ini adalah sebagai berikut Kec. Tawangmangu : 37 orang Kec. Karangpandan : 1 orang Kec Matesih : 4 orang Kec. Jatiyoso : 5 orang Kec. Ngargoyoso : 3 orang Hal -48-

Kec. Jumapolo : 8 orang Kec.Jenawi : 3 orang Kec. Kerjo : 3 orang Perbukitan yang longsor memiliki kemiringan sangat terjal berkisar antara 40-45 sedangkan di bawahnya terdapat lembah alur sungai yang terjal. Lereng bukit dibangun oleh produk vulkanik muda dari Gunung Lawu dengan tanah pelapukan berupa pasir lempungan bersifat kurang padat dan lepas dengan ketebalan berkisar antara 4-5 meter. Lereng bukit ini umumnya telah diolah menjadi ladang dan perkebunan sehinga mempengaruhi daya dukung lereng. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa Tengah (PVMBG, 2006), daerah bencana termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah sampai tinggi, artinya pada daerah ini sering terjadi gerakan tanah dan gerakan tanah lama bisa terjadi lagi apabila curah hujan tinggi. Gerakan tanah pada rangkaian perbukitan terjal yang dipicu oleh curah hujan tinggi di sejumlah wilayah memiliki peluang berkembang menjadi banjir bandang. Sedangkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang bahaya tanah longsor menjadi penyebab tingginya korban jiwa, sehingga untuk itu sosialisasi tentang bencana tanah longsor di wilayah rawan gerakan tanah perlu lebih ditingkatkan frekuensinya. Foto Kegiatan Foto 1. Bagian atas longsoran di Kp. Makawang, Kec. Tahuna. Tampak rumah yang masih tersisa, tercatat 18 orang tewas tertimbun (Kep. Sangihe, Sulawesi Utara) Kesimpulan Bencana gerakan tanah selama tahun 2007 pada umumnya terjadi pada lereng perbukitan yang dibangun oleh batuan vulkanik kurang padu yang umumnya telah mengalami gangguan baik secara alami (erosi sungai) maupun oleh perbuatan manusia terutama akibat pemotongan lereng dan penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya. Foto 2. Jalan Raya Ruteng Reo di Desa Gapong putus oleh longsoran (Manggarai, NTT). Hal -49-

Daftar Pustaka Foto 3. Longsoran yang menimbun 4 rumah dan menyebabkan 29 orang tewas terkubur di Desa Gapong (Manggarai, NTT). Foto 4. Tampak rumah penduduk di Desa Ueruru rata tertimbun material longsoran, mengakibatkan 50 orang tewas tertimbun dan 21 orang lainnya belum ditemukan (Morowali, Sulawesi Tengah). Foto 5. Gerakan tanah yang terjadi di Tawangmangu, mengakibatkan 37 orang tewas (Karanganyar, Jawa Tengah). Darsoatmodjo, Agoes., dkk, 2007., Tanggap Darurat Pasca Bencana Gerakan Tanah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Lutfhi, Anas., dkk, 2007, Tanggap Darurat Pasca Bencana Gerakan Tanah di Kab. Morowali, Sulawesi Tengah, Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Sutarjono, Jojon., dkk, 2007., Tanggap Darurat Pasca Bencana Gerakan Tanah di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Suranta dkk, 2007, Tanggap Darurat Pasca Bencana Gerakan Tanah di Kecamatan Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Hal -50-