IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

III KERANGKA PEMIKIRAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

III. METODE PENELITIAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ASPEK FINANSIAL Skenario I

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) mengingat Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing PE yang cukup tinggi seperti yang tertera pada Lampiran 3. Peternakan ini dipilih juga didasarkan atas pertimbangan adanya potensi untuk pengembangan usaha karena permintaan yang ada masih belum dapat terpenuhi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei 2010 dengan penelitian di lapang yang dilakukan pada bulan Maret 2010. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang diperoleh meliputi : 1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha. 2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui metode wawancara langsung, dan observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa responden yang relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Responden yang diwawancarai antara lain pemilik peternakan, karyawan peternakan (dua orang), konsumen susu kambing Prima Fit, masyarakat sekitar peternakan seperti sekretaris Desa Cibuntu, ketua Rukun Warga (RW) 3, ketua Rukun Tetangga (RT) 1, ketua RT 2, ketua RT 3, dan pihak terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 33

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Perpustakaan Departemen Agrbisnis, dan informasi dari media internet. 4.3 Metode Penentuan Responden Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak peternakan yang terkait seperti pemilik, dan karyawan peternakan serta masyarakat sekitar. Menurut Cooper (2006) pemilihan semacam ini disebut sebagai metode non probablitity sampling. Metode ini terdiri atas beberapa metode, tetapi metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling karena pemilihan sampel didasarkan atas berbagai pertimbangan seperti pengetahuan, keahlian serta pengalaman sampel. Pertimbangan-pertimbangan tersebut secara langsung diberikan oleh peneliti pada mereka. 4.4 Metode Pengolahan Data Data primer yang diperoleh diolah untuk dapat diinterpretasikan sehingga diperoleh hasil penelitian yang diinginkan. Pengolahan dan analisis data primer ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif pada data yang telah diperoleh, ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek non finansial pada pengembangan usaha peternakan Prima Fit yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan data kuantitatif untuk analisis aspek finansial yang meliputi data penjualan, biaya-biaya operasional dan investasi pada pengembangan usaha peternakan Prima Fit diolah dengan memanfaatkan program komputer Microsoft excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk dapat mempermudah pemahaman. 4.4.1 Aspek Non Finansial Aspek non finansial merupakan aspek-aspek yang tidak terkait dengan kondisi finansial pengembangan usaha ternak di peternakan Prima Fit. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. 34

4.4.1.1 Aspek Pasar Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan. Pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit dikatakan layak bila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha peternakan kambing perah ini, masih terbukanya peluang pemasaran susu kambing sehingga seluruh hasil produksi susu kambing yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar. 4.4.1.2 Aspek Teknis Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi peternakan mampu menunjang pengembangan usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout peternakan sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat, kondisi kandang, pemberian pakan dan air, penanganan penyakit pada kambing perah, teknik perkawinan dan penanganan kelahiran, teknik pemerahan serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya pengembangan usaha. 4.4.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen pada pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dapat dikatakan layak bila manajemen sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha peternakan tersebut telah dikelola dengan baik, pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan. Pada aspek hukum sebuah usaha ternak layak dilaksanakan bila telah memiliki izin persetujuan lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), atau pihak Desa. Izin dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor baru diperoleh jika populasi kambing perah telah mencapai lebih dari 300 ekor. 35

4.4.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Pengembangan usaha kambing perah pada peternakan Prima Fit dikatakan layak pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya bila mampu meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, serta pendapatan asli daerah Kabupaten Bogor. Selain itu, pengembangan usaha ternak kambing perah ini juga diharapkan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat. 4.4.1.5 Aspek Lingkungan Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah peternakan yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar. 4.4.2 Aspek Finansial Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial pengembangan usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari perhitungan harga pokok produk, kriteria kelayakan investasi, analisis sensitivitas, dan analisis switching value. 4.4.2.1 Harga Pokok Produk Perhitungan harga pokok produksi yaitu: Biaya Bahan Baku xxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung xxx Biaya Overhead Tetap xxx Biaya Overhead Variabel xxx + Harga Pokok Produksi xxx 1) Biaya bahan baku tidak digunakan dalam proses produksi susu kambing karena tidak ada komponen bahan mentah yang menjadi bagian dari produk akhir susu kambing. Biaya bahan baku akan dialihkan menjadi biaya sarana produksi seperti: ampas tempe, obat-obatan, susu sapi, dan untuk anak kambing. 36

2) Biaya tenaga kerja yang terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung termasuk ke dalam biaya produksi sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung termasuk ke dalam biaya non produksi. 3) Biaya overhead tetap antara lain biaya transportasi, listrik, pajak dan komunikasi. Sedangkan contoh biaya overhead variabel antara lain biaya kemasan produk. Setelah dilakukan perhitungan harga pokok produksi maka dapat dilakukan perhitungan harga pokok produk dengan menambahkan harga pokok produksi dengan biaya non produksi seperti pemasaran, administrasi dan umum. Dalam penelitian ini tidak menggunakan penggolongan biaya seperti di atas tetapi digunakan penggolongan biaya seperti biaya variabel, dan biaya tetap. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel digolongkan menjadi biaya variabel. Biaya tenaga kerja tidak langsung, overhead tetap, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum digolongkan menjadi biaya tetap, dimana biaya penyusutan termasuk dalam biaya overhead tetap. Dengan demikian, HPP dapat dihitung dengan menggunakan cara: Total Biaya Variabel xxx Total Biaya Tetap xxx + Total Harga Pokok Produk xxx Untuk mengetahui harga pokok produk per unit mka total harga pokok produk harus dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. 4.4.2.2 Kriteria Kelayakan Investasi Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya melalui kriteria kelayakan investasi. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto). Hal ini terkait dengan adanya preferensi uang terhadap waktu dimana sejumlah uang yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa yang akan datang sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus : 37

DF =..... (1) Keterangan : i : Discount rate (DR) sebesar 6,0% t : tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh Dalam menghitung DF perlu diketahui nilai discount rate (DR). Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman. Penggunaan DF erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang akan datang sehingga agar seluruh manfaat dan biaya dapat dibandingkan maka digunakanlah DF. Beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain : 1) Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value manfaat bersih tambahan selama umur usaha. NPV memiliki nilai satuan mata uang (Rp) dengan rumus:......... (2) Keterangan : B t = Penerimaan pada tahun t C t = Biaya-biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat DR sebesar 6,0% Kriteria kelayakan menurut NPV yakni : NPV > 0, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit layak untuk dijalankan. NPV < 0, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. 38

2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dengan manfaat bersih yang merugikan bisnis. Secara matematis, net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut : Net B/C = n t 1 n t 1 Bt Ct t (1 i) Bt Ct t (1 i) Keterangan : B t = Penerimaan pada tahun t C t = Biaya-biaya pada tahun t i = Tingkat DR sebesar 6,0 % t = Tahun Kriteria kelayakan menurut Net B/C yakni : Net B/C > 1, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. Net B/C < 1, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. 3) Internal Rate of Return (IRR) Kelayakan investasi juga dapat dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR menunjukan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan satuan persentase. Perhitungan tingkat IRR dapat dilakukan dengan menggunakan metoda interpolasi di antara tingkat DR yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR :... (4) Keterangan : i 1 i 2 NPV 1 NPV 2 = DR yang menghasilkan NPV positif = DR yang menghasilkan NPV negatif = NPV positif = NPV negatif (B t - C t ) > 0...... (3) (B t - C t ) < 0 39

Kriteria kelayakan dilakukan dengan membandingkan nilai IRR dengan tingkat DR yang digunakan. Tingkat DR yang digunakan dalam penelitian sebesar 6,0% yang merupakan bunga deposito Bank Centra Asia (BCA). Pemilihan bunga ini disebabkan oleh pemilik peternakan menggunakan dana milik sendiri untuk mendirikan usaha dan Bank yang digunakan oleh pemilik dalam menyimpan uang dan bertransaksi yaitu BCA. Dengan demikian kriteria kelayakan menurut IRR yakni : IRR > 6,0%, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. IRR < 6,0%, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. 4) Payback Period Kriteria ini mengukur seberapa cepat pengembalian investasi pada suatu usaha. Namun terdapat kelemahan pada kriteria ini yakni diabaikannya time value of money dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan yang pertama, maka terkadang digunakan discounted payback period. Adapun rumus payback period adalah... (5) Keterangan : I = Besarnya investasi yang diperlukan Ab= Manfaat bersih rata-rata per tahun yang didiskontokan selama lima tahun. Semakin kecil nilai payback period pada pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit ini maka akan semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan sehingga pengembangan usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan. Jika payback period lebih cepat dibandingkan dengan umur usaha yaitu lima tahun maka pengembangan usaha ternak ini layak untuk dilaksanakan 4.4.2.3 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan maximum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga susu kambing, dan 40

penurunan produksi susu kambing) dan outflow yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan tidak boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi nilai tersebut maka pengembangan usaha menjadi tidak layak. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow. Pada usaha peternakan Prima Fit, analisis Switching Value akan dilakukan untuk mangetahui harga maksimum peningkatan harga ampas tempe sebagai komponen biaya operasional terbesar, penurunan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing sebagai ouput utama sehingga pengembangan usaha masih dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Untuk mempermudah perhitungan, maka switching value dapat dicari dengan metode interpolasi. Adapun rumus dari metode interpolasi ini yakni :... (6) Keterangan : Δi 1 = Perubahan yang menhasilkan NPV positif Δi 2 = Perubahan yang menhasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif 4.4.2.4 Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Pada penelitian ini perubahan ditentukan berdasarkan hasil analisis switching value dengan melakukan perubahan secara terpisah antar variabel. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan pengembangan (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period). Analisis sensitivitas yang dilakukan pada peternakan Prima Fit digunakan untuk melihat kepekaan kelayakan pengembangan usaha ternak ini terhadap perubahan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe yang dibeli. 41

4.5 Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi, maka batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas. Adapun istilah operasional yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 1) Usaha ternak kambing perah adalah semua kegiatan produksi usaha kambing perah dengan tujuan utama menghasilkan susu kambing, disamping menghasilkan anak untuk bibit/produksi daging. 2) Produksi susu adalah jumlah air susu yang dihasilkan oleh kambing-kambing laktasi selama satu periode laktasi (liter/ekor/hari). 3) Kambing laktasi adalah kambing perah yang sedang dalam masa produksi (menghasilkan susu untuk diperah). 4) Lama laktasi merupakan lama waktu berlangsungnya proses menghasilkan air susu dimulai sejak kejadian melahirkan sampai memasuki masa kering. 5) Periode laktasi adalah suatu tahapan dalam laktasi setelah kambing beranak dan menghasilkan air susu. 6) Satuan ternak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi ternak kambing dimana satu ekor kambing dewasa = 0,14 ST, satu ekor kambing dara = 0,07 ST, satu ekor anak kambing (umur < 0,5 tahun) = 0,035 ST (Setiadi et all. 1997). 7) Kotoran kambing perah merupakan sisa hasil metabolisme kambing perah yang dikeluarkan dalam bentuk feses dan urin kambing perah. 4.6 Asumsi Dasar Dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit secara finansial perlu digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan antara lain: 1. Periode usaha ditetapkan selam lima tahun. Periode usaha ini ditetapkan berdasarkan umur produktif dari kambing perah laktasi I yang merupakan investasi terbesar dalam pengembangan usaha dan investasi yang paling krusial atau paling dibutuhkan dalam pengembangan usaha ternak. 2. Seluruh modal yang digunakan dalam pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit ini menggunakan modal sendiri. 42

3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang pada pemilik peternakan, dan karyawan peternakan. 4. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini konstan hingga akhir umur usaha, yang berlaku pada bulan Maret 2010. 5. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan, dan 360 hari. Sedangkan satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari. 6. Populasi kambing diasumsikan baru ada pada bulan kelima tahun pertama, dimana kambing perah baru berproduksi setelah pembangunan kandang selama 4 bulan. 7. Selama periode usaha diasumsikan tidak terjadi pembelian kambing dari peternakan lain. 8. Diasumsikan seluruh kambing perah yang ada saat ini dibeli pada tahun pertama bulan kelima. 9. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni : 10. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Pasal 17 ayat 2 a.tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 11. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Centra Asia (BCA) pada tanggal 5 Mei yakni sebesar 6,0 persen per tahun. Pemilihan bunga deposito pada bank BCA karena pemilik peternakan memiliki tabungan di bank tersebut dan rekening tersebut sering digunakan untuk transaksi penjualan baik susu kambing, maupun produk sampingan lainnya. 12. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain tidak berubah. 43

13. Jumlah produksi susu kambing selalu tetap yakni 0,66 liter per ekor per hari. 14. Nilai sisa kambing pada akhir umur usaha dihitung sebagai kambing afkir dengan harga Rp 17.500,00 per kg berat hidup. Rincian berat hidup kambing sebagai berikut: Jenis Berat Hidup (kg) anak < 3 bulan 7 > 3 bulan 12 Dara < 12 bulan 15 > 12 bulan 20 Induk 30 Jantan Dewasa 50 44