Profil Kepribadian Tes Wartegg (Studi Deskriptif pada Seleksi Karyawan)

dokumen-dokumen yang mirip
Tes Wartegg disusun oleh Ehrig Wartegg, seorang psikolog Jerman, yang termasuk dalam aliran Gestalt. Dalam mempelajari tes Wartegg, ada 2 pendekatan:

PERSONALITY : OVERVIEW. Novia sinta R

Pengantar Psikodiagnostik

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

RPS Mata Kuliah Diagnostik Industri Program Studi Psikologi Halaman 1 dari 10

PEDOMAN PRAKTIKUM PSIKODIAGNOSTIK: TES PROYEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

Pengertian Pengukuran

ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA HASIL TES RORSCHACH DENGAN WARTEGG ZEIHEN TEST (WZT) DALAM MENGGALI ASPEK EMOSI DARI KEPRIBADIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 SELEKSI & PENEMPATAN TENAGA KERJA

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

Adhyatman Prabowo, M.Psi. By PresenterMedia.com

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian.

HUBUNGAN INTELEGENSI, STABILITAS EMOSI, DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA N 7 PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi obyek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang berperan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris.

BAB III METODE PENELITIAN. dibuat secara sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang. betul-betul dan mudah diikuti secara mendasar.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan variasi dalam variabel lain (Trianto, 2010: 201). Penelitian ini terdiri dari 2 variabel

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-kecamatan Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

KONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

FORMAT LAPORAN TES GRAFIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

PROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan literatur, yang terkait dengan tema yang diajukannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang berlokasi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian. atas dua macam, yaitu : penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

FORMAT LAPORAN TES GRAFIS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB 5. SELEKSI & PENEMPATAN KARYAWAN

ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X IPA DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI SKRIPSI

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode

DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

III. METODE PENELITIAN. yang juga dibahas dalam bab ini antara lain definisi operasional variabel, teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peneliti akan menggunakan penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pedoman Wawancara

DAFTAR HARGA ALAT TES PSIKOLOGIS

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto,

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menguji suatu data yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel

Rahasia Psikotest terbongkar [buat yg mw nglamar kerja masuk]

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian. suatu penelitian (Arikunto,2006: 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

Profil Kepribadian Tes Wartegg (Studi Deskriptif pada Seleksi Karyawan) Adhyatman Prabowo, Amelia Choirun Nisa', Gerdaning Tyas Jadmiko Universitas Muhammadiyah Malang adhyatman@umm.ac.id Abstrak. Tes Wartegg merupakan salah satu asesmen tes psikologi untuk mengungkap kepribadian. Hingga sekarang tes ini masih digunakan sebagai salah satu pemeriksaan psikologis pada bidang psikologi industri organisasi. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan profil kepribadian calon karyawan yang ditinjau dari Tes Wartegg. Penelitian ini menggunakan responden yang melamar kerja di perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi data calon karyawan yang mengikuti pemeriksaan psikologis pada tahun 205 di salah satu Biro Psikologi Kota Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal; yang pertama, jika dibandingkan 4 fungsi kepribadian dalam tes wartegg, hasil frekuensi tertinggi ada pada fungsi activity yaitu aspek controlled dengan prosentase 7,% dan hasil terendah pada fungsi intellect yaitu aspek practical dengan prosentase 5,%. Temuan lain dalam penelitian ini adalah data IQ dari Culture Fair Intelligence Test (CFIT) yang tidak memiliki pengaruh dengan skor fungsi intellect pada tes wartegg. Kata kunci : Profil kepribadian, tes wartegg, seleksi karyawan Pendahuluan Asesmen menggunakan instrumen psikologis telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang yang berbeda, seperti industri dan organisasi, sekolah, klinis, pusat konseling dan lain sebagainya. Pada bidang industri dan organisasi, asesmen tes psikologi ini sering digunakan untuk seleksi karyawan. Sehingga mampu membantu mengklasifikasikan kondisi psikologis calon karyawan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Pada bidang industri dan organisasi, instrumen psikologis yang sering digunakan dalam melakukan seleksi pada karyawan yaitu, Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Tes Kemampuan Differensial (TKD), Pemahaman (A), Dominan Influence Steadiness Conscientiousness (DISC), Papi Kostick, Kraepelin, Tes Wartegg dan Grafis. Masingmasing instrumen psikologis ini mempunyai makna yang berbeda-beda, Tes Wartegg sendiri menggali mengenai kepribadian individu. Menurut Sunberg (977) asesmen kepribadian yaitu prosedur yang digunakan untuk mengembangkan impresi dan gambaran, membuat keputusan dan menguji hipotesis mengenai pola dari karakter individu yang menentukan perilakunya ketika berinteraksi dengan lingkungan. Tes Wartegg masih menjadi salah satu andalan alat tes yang digunakan dalam seleksi karyawan, karena sampai saat ini masih diyakini mampu menggambarkan profil kepribadian seseorang. Tes Wartegg mengungkapkan fungsi-fungsi dan aspek-aspek di dalamnya. Fungsi Emotion memiliki dua aspek, yaitu aspek Open dan Seclusive. Fungsi Imagination juga memiliki dua aspek, yaitu aspek Combinate dan aspek Creative. Fungsi Intellect memiliki dua aspek, yaitu aspek Practical dan Speculative. Fungsi Activity juga memiliki dua aspek di dalamnya, yaitu aspek Dinamic dan aspek Controlled. Hasil penelitian oleh Aulia, Kustimah dan Frerick (2007) tentang Hubungan antara Hasil Tes Rorschach dengan Wartegg Zeihen Test (WZT) dalam Menggali Aspek Emosi dari Kepribadian menyebutkan bahwa stimulus emosi dari lingkungan memiliki korelasi yang positif dengan eksekusi seseorang untuk memberikan respon yang menggambarkan indikator content emosi Outgoing. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian seseorang dapat ditinjau dari instrumen psikologi, salah satunya adalah tes wartegg. Tes Wartegg berkembang sejak awal 920-an dan 930-an, dipelopori oleh Ehrigg Wartegg bermula di negara Jerman hingga saat ini di Indonesia masih berkembang dan terus digunakan. Tes Wartegg menggunakan teknik proyektif, yaitu teknik yang diberikan melalui stimulus-stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu (Roivainen, 2009). Setiap individu diminta untuk merespon stimulus dari 8 kotak pada Tes Wartegg dan dari hal tersebut akan diperoleh berbagai respon yang menggambarkan sisi ketidaksadaran (unconsiousness) diri individu. Sehingga Tes Wartegg ini tidak mampu dimanipulasi, meskipun dimanipulasi tetap akan memproyeksikan apa yang sedang dirasakan individu tersebut. Dilansir dari hasil penelitian Soilevuo dan Cato (20) mengenai Wartegg Zeichen Test: A Literature Overview and a Meta-Analysis of Reliability and Validity menyebutkan bahwa meski Tes Wartegg memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, namun Tes Wartegg belum mampu 23

membangun pengetahuan yang kumulatif, karena memiliki bias budaya yang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa Tes Wartegg memiliki kelemahan yang tidak dapat diabaikan, namun tingkat reliabilitas dan validitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Karena Tes Wartegg dapat di interpretasi melalui analisa kuantitatif dan analisa kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil kepribadian pada calon karyawan dengan menggunakan Tes Wartegg, yaitu penggambaran kepribadian calon karyawan melalui tes seleksi kerja. Tinjauan Pustaka Definisi Tes Wartegg Tes Wartegg merupakan salah satu asesmen tes psikologi yang digunakan untuk evaluasi kepribadian (personality assessment). Tes ini adalah tes proyektif yang merupakan kombinasi dari teknik completions dan expressions karena telah memiliki stimulus-stimulus yang perlu diselesaikan dengan mengekspresikan suatu gambar (nieizel & bemstein,987). Teknik proyektif dalam tes wartegg adalah teknik konstitutif yaitu subjek diberikan materi yang belum berstuktur, yang kemudian subjek diminta untuk memberi struktur (Frank, dalam Karmiyati & Suryaningrum, 2008). Materi tes yang digunakan dalam tes wartegg bertujan untuk menghindarkan faktor-faktor yang mengancam, misalnya dari tes yang ambigu dan asing, yang mungkin menimbulkan keragu-raguan. Ukuran segi empat bertujuan membantu subjek memusatkan perhatiannya pada tempat yang terbatas pada stimulus. Bingkai hitam segiempat bertujuan untuk memusatkan perhatian pada stimulus. Hasil karya wartegg kemudian lebih dikenal dengan istilah drawing completion test, hal ini karena subyek harus melengkapi gambar-gambar kecil yang telah tersedia dengan tujuan mengeksplorasi struktur kepribadian/ fungsi-fungsi dasar. Cakupan diagnostik dari tes wartegg adalah menggali fungsi dasar kepribadian seperti emosi, imajinasi, dinamika, kontrol dan fungsi realitas yang dimiliki oleh individu (Kinget, 964). Dasar dari tes ini adalah bahwa tiap individu memiliki cara-cara yang berbeda di dalam mempersepsi dan bereaksi terhadap situasi yang tidak terstruktur dan cara-cara ini merupakan pembeda bagi masing-masing kepribadian (Kinget, 964). Teori Wartegg Tes Wartegg dikembangkan pada tahun 920 dan 930-an. Tes Wartegg merupakan tes yang berakar dari psikoanalisis dan psikologi Gestalt (Roivainen, 2009). Psikologi Gestalt berasumsi bahwa keseluruhan terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian adalah keseluruhan, bahwa objek atau gambar dalam tes wartegg adalah sebuah kesatuan yang merupakan cerminan dari pengalaman seseorang yang menggambar. Psikologi Gestalt dikembangkan dari Teori Psikoanalisa yang menekankan bahwa manusia dibentuk oleh pengalaman masa lalunya yang tidak bisa lepas dari dirinya saat ini. Begitupun dalam menggambar, saat subjek memunculkan respon stimulus jelas merupakan pengalaman masa lalu atau apa yang pernah ia lihat sebelumnya. Respon-respon yang muncul dalam gambar merupakan suatu ide yang dapat memunculkan ide-ide baru, hal ini terkait dengan teori psikologi asosiasi, yaitu semua gambar memiliki hubungan dengan ide-ide pertama yang muncul dan sebagai simbol-simbol tertentu merespon stimulus. Profil Kepribadian pada Tes Wartegg Ada 4 fungsi dasar menurut wartegg yang dimiliki oleh manusia dengan intensitas yang berbeda-beda. Keempat fungsi dasar tersebut adalah emosi, imajinasi, intelek dan aktivitas. Empat fungsi dasar tersebut dibagi menjadi 8 aspek/ tipe kepribadian yaitu ; a. Emotion Open atau Outgoing (extraversion) : Individu berorientasi pada dunia luar dan mudah berhubungan dengan orang lain. Mereka biasanya penggembira, easy going dan bebas dari ketegangan, yang memudahkan penyesuaian dirinya tetapi cenderung membuat mereka secara emosionil agak datar. Seclusive (introversion) : Kurang berorientasi pada lingkungan di luar dirinya, perhatiannya lebih terarah pada dirinya sendiri, cenderung melihat sesuatu dari sudut pandang dan sikap pribadi, sangat sensitive dan mudah menjadi terlalu sensitive atau depresi. 24

b. Imagination Combining : Tipe combining mengambil materi langsung dari sekelilingnya dan diorganisir sesuai dengan standar yang obyektif serta menghasilkan bentuk yang sesuai dengan dunia luar. Imajinasi ini didasarkan atas persepsi dan berorientasi pada realitas. Creative : Ditandai dengan kurangnya hubungan dengan realitas. Individu lebih menyukai hal-hal abstrak atau simbol-simbol emosional, filosifis atau mistikly. Kalau berlebihan imajinasi ini akan merupakan hambatan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. c. Intellect Practical : Individu dengan practical intellect bertindak terutama berdasarkan persepsi, observasi dan ditandai antara lain oleh cara berpikir yang teratur. Orientasinya tertuju pada fakta, hal-hal yang konkrit dan penalaran induktif. Speculative : Mengutamakan prinsip-prinsip, penalaran, teori lebih ditekankan daripada fakta, observasi dan hal yang tidak praktis. d. Activity Dinamic : Aktivitas yang dinamis mencakup semua bentuk dan tingkat dorongan energi dari yang mobil sampai yang impulsive. Individu dengan aktivitas yang dinamis senang akan hal-hal yang baru, percaya diri, antusias, berani. Individu memiliki energi yang memungkinkan melakukan bermacam-macam aktivitas dalam waktu yang sama. Controlled : Aktivitas yang ditandai dengan konsistensi bertingkah laku dan kemampuan untuk mengambil keputusan secara tegas. Individu membuat perencanaan sebelum bertindak. Perhatiannya terpusat, mereka menyukai ketenangan dan keteraturan. Tingkah lakunya tampak konsisten dan tenang. Jika berlebihan mungkin berkembang menjadi fiksasi, terhambat dan kompulsif. Metode Penelitian Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu menginterpretasikan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian yang dianalisis sesuai dengan metode statistik (Sugiyono, 2003). Subjek penelitian Subjek penelitian ini merupakan pelamar pekerja yang mengikuti pemeriksaan psikologis di salah satu Biro Psikologi Kota Malang pada tahun 205. Jumlah sampel penelitian ini adalah responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling, yaitu data yang diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada responden (Winarsunu, 2009). Variabel dan intrumen penelitian Peneliti mengkaji variabel profil kepribadian dari Tes Wartegg, yang terdiri dari 4 fungsi kepribadian, yaitu Emotion, Imagination, Intellect, dan Activity. Masing-masing fungsi tersebut memiliki dua aspek, yaitu pada Emotion terdapat Outgoing dan Seclusive, Imagination terdapat Combining dan Creative, Intellect terdapat Practical dan Speculative, Activity terdapat Dinamic dan Controlled. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik analisa kuantitatif pada Tes Wartegg, yaitu analisa content dan execution. Analisa content dan execution pada kuantitatif setiap stimulus diberi skor antara ½ sampai 3, setelah itu dijumlahkan. Dan didapatkan skor yang kemudian hasil tiap skor tiap subjek dilakukan analisa deskriptif. Prosedur dan analisa data penelitian Prosedur penelitian yaitu mengumpulkan data dilakukan dengan dokumentasi data peserta calon karyawan yang mengikuti pemeriksaan psikologis di salah satu Biro Psikologi Kota Malang pada tahun 205. Metode analisa data menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan mengkategorisasikan tingkat fungsi dan aspek menggunakan T-score. Tahapan yang dilakukan peneliti dalam analisa data, pertama memberikan skor pada tiap-tiap stimulus sesuai dengan analisa kuantitatif Tes Wartegg. Kedua, mengkategorisasikan berdasarkan fungsi dan aspek pada Tes Wartegg dengan menggunakan T-score sehingga ditemukan kategori tinggi dan rendah. Ketiga, peneliti melakukan analisa profil kepribadian berdasarkan kategorisasi tersebut. 25

Hasil dan Pembahasan Deskripsi subjek penelitian Penelitian ini dilakukan pada responden sebagai berikut. Tabel. Deskripsi subjek penelitian Kategori Frekuensi Persentase % Usia 2-30 tahun 8 36% 3-40 tahun 5 23% 4-50 tahun 7 32% 5-60 tahun 2 9% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Diploma S S2 IQ Diatas Rata-rata > 00 DIbawah Rata-rata < 90 Berdasarkan tabel mengenai deskripsi subjek penelitian diatas terlihat bahwa usia 2-30 tahun memiliki prosentase yang paling banyak yaitu 36% disusul dengan usia 4-50 tahun sebanyak 32%. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan usia 2-30 tahun paling banyak yang sedang mencari pekerjaan. Tidak jauh berbeda dengan usia 4-50 tahun yang ternyata terbukti terbanyak kedua yang sedang mencari pekerjaan. Pada aspek jenis kelamin, ditemukan bahwa pelamar lebih banyak berjenis kelamin laki-laki, yaitu dengan prosentase 59%, dan untuk pelamar kerja yang berjenis kelamin perempuan memiliki prosentase 4%. Pada aspek pendidikan terakhir, ditemukan bahwa responden ada yang lulusan SD hingga lulusan S2, dengan prosentase pelamar kerja terbanyak pada lulusan S yang memiliki prosentase 36%. Pada aspek IQ yang dibuktikan dengan hasil skor Tes Culture Fair Intelligence Test (CFIT) bahwa responden memiliki keseimbangan IQ, yaitu 50% yang memiliki IQ diatas rata-rata, dan 50% yang memiliki IQ dibawah rata-rata. Dari deskripsi subjek diatas bisa dikatakan bahwa responden pada penelitian ini memiliki keragaman latar belakang, yaitu usia, pendidikan terakhir, jenis kelamin dan IQ. Maka keragaman ini bisa menjadi salah satu latar belakang untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran profil kepribadian responden sebagai calon karyawan. Tabel 2. Deskripsi fungsi kepribadian Fungsi Tinggi Rendah Emotion 38,7% 6,3% Imagination 40,9% 59,% Intellect 34% 66% Activity 45,4% 54,6% Tabel 3. Deskripsi aspek kepribadian Aspek Frekuensi Tinggi Rendah Frekuensi Tinggi Rendah Open 9 3 2,9% 2,3% Seclusive 8 4,4% 3,2% Combinate 8 4,4% 3,2% Creative 0 2 4,3%,3% 26 3 9 2 9 8 59% 4% 9,% 4,5% 4% 4.5% 36,4% 4.5% 50% 50%

Aspek Frekuensi Tinggi Rendah Frekuensi Tinggi Rendah Practical 6 6 8,6% 5,% Speculative 9 3 2,9% 2,7% Dinamic 8 4,4% 3,2% Controlled 2 0 7,% 9,4% Berdasarkan deskripsi aspek kepribadian diatas, ditemukan bahwa dari keseluruhan 8 aspek dalam Tes Wartegg, aspek Controlled yang memiliki frekuensi tertinggi dengan prosentase 7,%. Dan aspek Practical memiliki jumlah frekuensi terendah dengan prosentase 5,%. Frekuensi ini diperoleh dari analisis hasil jumlah responden yang menjawab untuk 8 aspek pada Tes Wartegg. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal, yang pertama ditemukan bahwa sebagian besar dari responden memiliki fungsi activity dengan skor tinggi. Fungsi activity menggambarkan tentang keaktifan atau kegiatan dalam sehari-hari. Fungsi ini menunjukan seberapa besar individu dalam melakukan bermacam-macam pekerjaan dalam satu waktu. Seseorang yang tidak mampu melakukan bermacam-macam aktivitas dalam waktu yang bersamaan merupakan tipe orang yang cocok dalam pekerjaan monoton, tidak membutuhkan adaptasi diri yang tinggi, dan keberanian dalam mengambil keputusan. Hasil kedua ditemukan bahwa skor ekstrem tertinggi ada pada pada aspek Controlled sebesar 7,%. Hal ini menunjukkan bahwa 2 responden adalah pribadi yang memiliki perencanaan sebelum bertindak, menyukai ketenangan dan keteraturan pada saat bekerja, serta memiliki sikap yang konsisten. Namun, sikap ini menjadi hambatan dalam bekerja jika berlebihan. Sedangkan pada skor ekstrem terendah ada pada aspek Practical dengan prosentase 5,%, yang menunjukan bahwa persepsi dan cara berfikir 6 responden penelitian ini berorientasi pada hal- hal yang fakta, konkrit, praktis, dan logis. Ketiga, ditemukan keunikan pada hasil tes wartegg para responden. Sebagian besar responden menunjukkan hasil yang rendah pada tiap-tiap aspek dalam tes wartegg. Hal ini memungkinkan adanya temuantemuan baru yang bisa diteliti, berkaitan dengan latar belakang responden, atau hal-hal yang mempengaruhi responden dalam mengerjakan tes wartegg. Keempat, terdapat temuan lain pada penelitian ini, yakni Intelligence Quotient (IQ) setiap responden dari tes Cultural Fair Intelligence Test (CFIT) tidak ada kaitannya dengan profil kepribadian fungsi intellect pada tes wartegg. Pada skor IQ Cultural Fair Intelligence Test (CFIT), responden memiliki skor IQ < 90 (dibawah ratarata) dan responden memiliki skor IQ > 00 (diatas rata-rata). Sedangkan pada skor fungsi intellect tes wartegg 9 responden memiliki skor aspek speculative yang tinggi, dan 6 responden memiliki skor aspek practical yang tinggi. Penutup Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa Tes Wartegg secara keseluruhan mampu menggambarkan profil kepribadian individu. Namun memahami individu akan lebih baik jika tidak hanya menggunakan Tes Wartegg, bisa di kombinasikan dengan beberapa alat tes lain seperti Papi Kostick, Kraepelin dan sebagainya, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam mencari calon karyawan yang sesuai. Daftar Pustaka Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kinget, G. (952). The Drawing-Completion Test. New York: Gruine & Stratton, Inc. Surakhmad, W. (989). Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar Tekhnik. Edisi ke-7. Bandung: Tarsito. Munandar, A. (200). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press. Roivainen, E. (2009). A Brief History of the Wartegg Drawing Test. Jurnal Gestalt. 3, (), 55-7. Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press. 27