PENGARUH TEPUNG KACANG HIJAU, TEPUNG LABU KUNING, MARGARIN TERHADAP FISIKOKIMA DAN ORGANOLEPTIK BISKUIT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TEPUNG LABU KUNING, TEPUNG LELE DUMBO, NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKO, KIMIA, ORGANOLEPTIK COOKIES

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Persiapan Bahan Baku

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERI NASI (Stolephorus spp.)

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORIS PRODUK PATISERI BERBASIS MOCAF (Physicochemical and Sensory Characteristics of Patisseries Made from Mocaf)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

SUBSTITUSI MARGARIN DENGAN MINYAK BABI PADA PROSES PEMBUATAN KUE PIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

PEMANFAATAN BEKATUL DAN AMPAS WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN COOKIES. THE USED OF BRAND AND CARROT WASTE (Daucus carota) IN COOKIES MADE

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

: Methanol, DPPH, alumunium foil. antioksidan

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB III METODE PENELITIAN

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

OPTIMALISASI ZAT GIZI SERTA UJI ORGANOLEPTIK PADA PRODUK BISKUIT MORINGGA OLEIFERA DENGAN SUBSTITUSI SERBUK DAUN KELOR

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. labu ukur, gelas ukur, labu erlenmeyer, alat UV-Vis Auto UV-2600,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

III. METODE PENELITIAN. laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG KEDELAI : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

J U R N A L. PEMANFAATAN PATI TACCA (Tacca Leontopetaloides) PADA PEMBUATAN BISKUIT ALFIAN Z. AATJIN Dosen Pembimbing:

III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN. dan penelitian utama dengan rancangan perlakuan konsentrasi koji Bacillus

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

PEMBUATAN KERUPUK CEKEREMES KAJIAN PROPORSI TEPUNG (MOCAF : BUNGKIL KACANG : TAPIOKA) SERTA PENAMBAHAN KONSENTRASI CMC

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

I. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB II LANDASAN TEORI

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KECAMBAH KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III BAHAN DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan

Transkripsi:

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 PENGARUH TEPUNG KACANG HIJAU, TEPUNG LABU KUNING, MARGARIN TERHADAP FISIKOKIMA DAN ORGANOLEPTIK BISKUIT Effect of Mungbean Flour, Pumpkin Flour, Margarine on Physico-Chemical and Organoleptic Biscuit Diah Ratnasari 1*, Yunianta 1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 515 *Penulis Korespondensi, Email: dyah.ratnasari9@gmail.com ABSTRAK Biskuit adalah salah satu makanan selingan yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tetapi pada umumnya biskuit hanya memiliki keunggulan tinggi energi.sehingga dibutuhkan bahan utama lain yang dapat meningkatkan kandungan gizi pada biskuit. Seperti protein dan pro vitamin A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio tepung labu kuning : tepung kacang hijau dan proporsi margarin untuk menghasilkan biskuit perlakuan terbaik.penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor dimana faktor I adalah penambahan tepung labu kuning dengan tepung kacang hijau (%:3%, 5%:5%, 3%:%) dan faktor II adalah penambahan margarin (5%,3%,35%). Perlakuan terbaik dari segi fisik kimia di peroleh pada penambahan tepung labu kuning dengan tepung kacang hijau 3%:% dan penambahan margarin 35%. Dengan karakterisik: kadar abu.77%, kadar lemak 1.%, kadar pati 3.7% kadar karoten13.11 μg/g, daya patah.7 N dan kecerahan (L) 5. Kata Kunci: Biskuit, Kacang Hijau, Karoten, Labu Kuning ABSTRACT Biscuit is snack that can be consumed by many people, but that snack only focused on high energy. Biscuit need other ingredient to produce more nutrituon of biscuit, like provitamin-a and protein. Alternative additional main ingridient is pumpkin flour and mungbean flour.the purpose of this research is to know the ratio of pumpkin flour : mungbean flour and margarine proper proportions to produce the best treatmenr biscuits.the method used randomized block design (RBD) with two factors where the first factor is the addition of flour pumpkin with mung bean flour (%: 3%, 5%: 5%, 3%: %) and the second factor is the addition of margarine (5%, 3%, 35%). The best treatment is obtained on physical chemycal treatment ratio of flour pumpkin with mungbean flour 3%: % and margarine adding 35% with characteristic ash content.77%, fat content 1.%, starch content 3.7%, carotene content 13.11 μg/g, separate power.7% and brightness 5. Keywords: Biscuits, Caroten, MungBean, Pumpkin PENDAHULUAN Biskuit merupakan salah satu makanan ringan yang dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan Namun biskuit di pasaran memiliki kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi namun rendah protein dan provitamin A. Bahan utama pembuatan biskuit umumnya adalah terigu, diperlukan substitusi dengan bahan baku lokal alternatif yang dapat meningkatkan kandungan gizi Biskuit. Salah satu bahan pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karotenoid adalah labu kuning yang mengandung karoten sebesar 159 µg/1 g bahan [1]. KEP dapat dicegah dengan meningkatkan konsumsi bahan pangan yang memiliki kadar 15

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 protein tinggi, salah satunya sumber protein nabati yaitu kacang hijau yang mengandun protein sebesar % []. Pembuatan tepung kacang hijau untuk memperpanjang umur simpan dan lebih mudah dalam pemanfaatannya. Biskuit yang baik harus memenuhi syarat mutu biskuit yang ditetapkan SNI 1-973- 199 [3]. Pencampuran dua jenis atau lebih tepung yang memiliki karakteristik yang berbeda, akan menyebabkan tekstur produk akhir menjadi keras. Oleh karena itu perlu penambahan margarin agar biskuitmemiliki kerenyahan yang baik. Margarin adalah salah satu lemak yang bersifat sebagai shortening dimana akan meningkatkan kerenyahan pada biskuit []. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain labu kuning yang diperoleh dari Pasar Gadang, kacang hijau yang diperoleh dari Pasar Besar Malang, tepung terigu merk Segitiga Biru, margarin merk Blueband, gula halus, susu bubuk merk Dancow, dan telur yang diperoleh dari Toko Avia Malang. Bahan yang digunakan untuk analisa antara lain Aseton, Petroleum Eter, H SO pekat, NaOH, HCl,1 N, K SO 1%, alkohol 95%, H 3 BO 3 3%, tablet kjeldahl, indikator metil red, indikator PP, natrium sulfat anhidrit, aluminium oxide, dan aquades yang diperoleh dari toko Makmur Sejati Malang. Alat Alat yang digunakan pada pembuatan produk antara lain pengering kabinet, slicer, oven listrik, blender, ayakan 8 mesh, pencetak biskuit, timbangan digital, mixer, spatula, baskom plastik, sendok, pisau, loyang, pengukus, pengering oven, kayu pemipih, plastik. Alat yang digunakan untuk analisa antara lain glassware, timbangan analitik, desikator, oven listrik, labu kjedahl, destilator, soxhlet, color reader, pengukur absorbansi, rak tabung reaksi, corong plastik, corong kaca refluks, lemari asam, spektrofotmeter, vortex, dan Tensile Strength kertas saring, dan kapas. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan dua faktor yang terdiri dari masing-masing 3 level, yaitu : K1M1 = 1% tepung labu kuning : 3% tepung kacang hijau dan 5% Margarin; K1M = 1% tepung labu kuning : 3% tepung kacang hijau dan 3% Margarin; K1M3 = 1% tepung labu kuning : 3% tepung kacang hijau dan 35% Margarin; KM3 = % tepung labu kuning : % tepung kacang hijau dan 5% Margarin; KM = % tepung labu kuning : % tepung kacang hijau dan 3% Margarin; KM3 = % tepung labu kuning : % tepung kacang hijau dan 35% Margarin; K3M1 = 1% tepung labu kuning : 3% tepung kacang hijau dan 5% Margarin;K3M = 1% tepung labu kuning : 3% tepung kacang hijau dan 3% Margarin; K3M3 = 1% tepung labu kuning : 3% tepung kacang hijau dan 35% Margarin Metode 1. Pembuatan Tepung Labu Kuning Labu kuning matang, dikupas kulitnya, dibuang bijinya kemudian dicuci dengan air, kemudian diiris tipis dengan menggunakan mesin slicer dengan ketebalan 1- mm. Setelah itu dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering kabinet dengan suhu o C selama jam dan didapatkan labu kuning kering. Labu kuning dihancurkan dengan blender dan diayak dengan ayakan 8 mesh, didapatkan tepung labu kuning, dianalisa kadar air, total karoten, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan warna (L, a, b).. Pembuatan Tepung Kacang Hijau Biji kacang hijau dibersihkan, biji kacang hijau ditiriskan dan, biji kacang hijau diberi perlakuan steam blanching selama 1 menit, dikupas kulit biji kacang hijau, kecambah biji kacang hijau dikeringkan di pengering kabinet suhu ºC selama 18 jam, didapatkan biji 153

rerata kadar air (%) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 kacang hijau kering diblender dan diayak 8 mesh, didapatkan tepung kacang hijau, dianalisis kadar air, kadar abu, lemak, protein, dan warna 3. Pembuatan Biskuit dengan Proporsi Tepung Labu Kuning : Kacang Hijau dan Penambahan Margarin Margarin, gula, dan telur dicampur sampai tercampur rata. Adonan ditambahkan tepung labu kuning, tepung kacang hijau, tepung terigu, susu bubuk kemudian dicampur sampai membentuk adonan yang kompak. Adonan dicetak kepingan seberat 7 gram perkeping. Dipanggang suhu15ºc selama 15 menit Prosedur Analisis Pada penelitian ini analisis yang digunakan meliputi analisis kadar air metode thermogravimetri [5], analisa kadar abu [5], analisa kadaar lemak metode soxhlet [], analisa kadar protein [5], analisa warna dengan color reader [7], analisa daya patah dengan tensile strength [7], analisa total karoten metode kromatografi [], uji organoleptik menggunakan Hedonic scale [8], penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny [8] HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kadar Air Nilai rerata kadar air dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. 5 3 1 % 5% 3% 35% % K1 (Tepung Labu Kuning % : Tepung kacang Hijau 3%) K (Tepung labu Kuning 5% : Tepung kacang Hijau 5%) K3 (Tepung labu Kuning 3% : tepung Kacang Hijau %) Gambar 1. Grafik Kadar Air Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Margarin Kadar air biskuit semakin tinggi seiring semakin banyak proporsi tepung labu kuning yang ditambahkan, sedangkan semakin banyak proporsi penambahan tepung kacang hijau yang ditambahkan maka kadar air semakin menurun. Hal ini disebabkan karena tepung labu kuning memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan tepung kacang hijau. Tepung labu kuning memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sebesar 8.7%, terdiri dari pati yang jumlahnya sebesar 1.3%[9]. Penurunan kadar air terjadi akibat adanya mekanisme pati dan protein, menyebabkan air tidak lagi dapat diikat dengan maksimum. Ikatan hidrogen yang terbentuk antara molekul pati dengan air akan berkurang dengan adanya interaksi antara pati dan protein [1]. Kadar air cenderung meningkat dengan bertambhanya margarin. Hal ini disebabkan karena margarin adalah emulsifier water in oil (W/O)[1]. Selama proses pembuatan biskuit dapat memungkinkan adanya kerusakan emulsifier yang melepaskan air dalam emulsi [11].. Kadar Protein Kadar protein biskuit cenderung meningkat seiring dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau. Berdasarkan hasil analisa bahan baku yang telah dilakukan, tepung kacang hijau mengandung kadar protein sebesar 19.9% sehingga semakin banyak proporsi tepung kacang hijau yang ditambahkan, maka kadar protein biskuit juga akan semakin meningkat. Kadar protein cenderung menurun seiring dengan meningkatnya proporsi tepung labu kuning dan menurunnya proporsi tepung kacang hijau. Kandungan 15

Rerata total karoten µg/gr Rerata kadar protein (%) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 protein dalam tepung labu kuning sebesar.1% [1] jauh dibawah kadar protein tepung kacang hijau. 15 1 5 % 5% 3% 35% % K1 (Tepung labu Kuning % : tepung kacang Hijau 3%)" K (Tepung Labu Kuning 5%: Tepung Kacang Hijau 5%) K3 (Tepung labu Kuning 3%: tepung Kacang Hijau %) Gambar. Grafik Kadar Protein Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin 3. Total Karoten 1 1 8 % 5% 3% 35% % K1 ( Tepung labu Kuning % : tepung Kacang Hijau 3%) K (Tepung labu Kuning 5%: Tepung kacang Hijau 5%) K3 (Tepung labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Gambar 3. Grafik Total Karoten Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin Total karoten semakin meningkat seiring dengan semakin tinggi proporsi tepung labu kuning yang ditambahka. Labu kuning merupakan salah satu tanaman yang buahnya mengandung karoten yang tinggi. Pada tepung labu kuning kandungan total karoten dapat mencapai 1187.3 µg/g [13]. Hasil analisa yang dilakukan juga menunjukkan bahwa tepung labu kuning memiliki total karoten mencapai 11.33 µg/g. Hal ini yang menyebabkan total karoten pada biskuit semakin tinggi seiring dengan meningkatnya proporsi tepung labu kuning. Semakin tinggi proporsi tepung kacang hijau, total karoten biskuit semakin menurun. Pada tepung kacang hijau kandungan nutrisi utamanya adalah protein yang tinggi [1]. Selain itu, karotenoid banyak terkandung pada pangan nabati seperti buah dan sayur dan tetapi pada kacang hijau kadar karotennya hanya sedikit.[15]. Kadar Abu Proporsi tepung kacang hijau yang semakin meningkat dan proporsi tepung labu kuning yang semakin rendah, menunjukkan kadar abu biskuit mengalami peningkatan. Pada proporsi tepung labu kuning yang semakin meningkat dan proporsi tepung kacang hijau yang semakin menurun menunjukkan kadar abu biskuit yang cenderung menurun. Kadar abu yang terkandung pada labu kuning segar adalah 11. mg [1]. Hal ini yang menyebabkan peningkatan proporsi tepung labu kuning tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar abu biskuit. Abu merupakan unsur mineral atau zat anorganik yang terkandung dalam bahan pangan [17]. Abu juga merupakan zat dalam bahan pangan selain air dan bahan organik. Selain itu kadar abu juga merupakan unsur mineral sebagai sisa yang tertinggal setelah bahan dibakar sampai bebas unsur karbon, merupakan 155

Rerata kadar lemak (%) Rerata kadar abu (%) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 komponen yang tidak mudah menguap, dan tetap tinggal dalam pembakaran dan pemijaran senyawa organik [18]. 3 1 K1 ( Tepung Labu Kuning % : tepung kacang Hijau 3%) K (tepung Labu Kuning 5% : tepung Kacang Hijau 5%) % 5% 3% 35% % Penambahan Margarin (%) K3 (Tepung Labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Gambar. Grafik Kadar Abu Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin 5. Kadar Lemak 3 5 15 1 5 % 5% 3% 35% % Penambahan margarin (%) K1 ( Tepung Labu Kuning % : tepung Kacang Hijau 3% K (Tepung labu Kuning 5%: Tepung kacang Hijau 5%) K3 (Tepung labu Kuning 3%; Tepung kacang Hijau %) Gambar 5. Grafik Kadar Lemak Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin Kadar lemak biskuit cenderung meningkat seiring semakin banyaknya proporsi tepung labu kuning dan semakin sedikit proporsi penambahan tepung kacang hijau dan meningkatnya penambahan maragrin. Berdasarkan hasil analisa kadar lemak tepung labu kuning yang digunakan pada penelitian ini sebesar 3.8%, sedangkan dari hasil analisa kadar lemak tepung kacang hijau didapatkan kadar lemak sebesar.9%. Kadar lemak tepung labu kuning adalah sebesar 3.% [19], sedangkan semakin tinggi penambahan margarin, kadar lemak semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena margarin adalah bahan yang berbasis lemak [].. Daya Patah Daya patah biskuit cenderung meningkat dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau namun akan cenderung menurun seiring dengan semakin banyak proporsi tepung labu kuning. Pada penambahan margarin, semakin banyak penambahan margarin maka daya patah biskuit cenderung menurun. 15

rerata kemerahan (a+) rerata kecerahan (L) rerata daya patah (N) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 1 1 8 % 5% 3% 35% % K1 (Tepung labu Kuning % : Tepung Kacang Hijau 3%) K (Tepung labu Kuning 5% : tepung Kacang Hijau 5%) K3 (Tepung Labu Kuning 3%: tepung Kacang Hijau %) Gambar. Grafik Daya Patah biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin 7. Warna Tingkat Kecerahan (L) 8 % 5% 3% 35% % K1 (Tepung labu Kuning % : tepung Kacang Hijau 3%) K ( Tepung labu Kuning 5%: Tepung Kacang Hijau 5%) K3 (Tepung Labung Kuning 3%: Tepung Kacang Hijau %) Gambar 7. Grafik Tingkat Kecerahan (L) Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Tingkat kecerahan (L) biskuit cenderung menurun dengan semakin banyak proporsi penambahan tepung kacang hijau namun akan cenderung meningkat seiring dengan semakin banyak proporsi penambahan tepung labu kuning. Pada penambahan biskuit tingkat kecerahan semakin meningkat. 8. Warna Tingkat Kemerahan (a) 8 % 5% 3% 35% % K1 (Tepung Labu Kuning %:Tepung kacang Hijau 3%) k (Tepung Labu Kuning 5%: tepung Kacang Hijau 5%) K3 (Tepung Labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Gambar 8. Grafik Tingkat Kemerahan (a) Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Tingkat kemerahan (a) biskuit cenderung meningkat dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau namun akan cenderung menurun seiring dengan semakin banyak proporsi tepung labu kuning. Pada penambahan biskuit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemerahan (a) biskuit.. 157

warna tekstur Rerata kekuningan (b+) 9. Warna Tingkat Kekuningan (b) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 3 1 % 5% 3% 35% % Penambahan margarin (%) K1 (Tepung labu Kuning % : Tepung Kacang Hijau 3%) K ( Tepung Labu Kuning 5% : Tepung Kacang Hijau 5%) K3 (Tepung Labu Kuning 3%: Tepung Kacang Hijau %) Gambar 9. Grafik Tingkat Kekuningan (b) Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Tingkat kekuningan (b) biskuit cenderung meningkat dengan semakin banyak proporsi tepung labu kuning namun akan cenderung menurun seiring dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau. Pada penambahan margarin memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna kekuningan. 1. Kesukaan Terhadap Tekstur 5% 3% 35% Kontrol K1 ( Tepung labu Kuning % : Tepung Kacang Hijau 3%) K ( Tepung labu Kuning 5% : Tepung Kacang Hijau 5%) K3 ( Tepung labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Kontrol Gambar 1. Grafik Kesukaan Panelis TerhadapTekstur Biskuit Tersubtitusi Tepung Labung Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur biskuit berkisar antara.8 3. dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai. 11. Kesukaan Terhadap Warna 5% 3% 35% Kontrol K1 ( Tepung labu Kuning % : Tepung Kacang Hijau 3%) K ( Tepung labu Kuning 5% : Tepung Kacang Hijau 5%) K3 ( Tepung labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Kontrol Gambar 11. Grafik Kesukaan Panelis Terhadap Warna Biskuit Tersubtitusi Tepung Labung Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Rerata kesukaan panelis terhadap warna biskuit berkisar antara.88.8 dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai. 158

aroma rasa 1. Kesukaan Terhadap Rasa Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 5% 3% 35% Kontrol Penambahan margarin K1 ( Tepung labu Kuning % : Tepung Kacang Hijau 3%) K ( Tepung labu Kuning 5% : Tepung Kacang Hijau 5%) K3 ( Tepung labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Kontrol Gambar 1 Grafik Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Biskuit Tersubtitusi Tepung Labung Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap biskuit berkisar antara.5. dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai. 13. Kesukaan Terhadap Aroma 5 3 1 5% 3% 35% Kontrol K1 ( Tepung labu Kuning % : Tepung Kacang Hijau 3%) K ( Tepung labu Kuning 5% : Tepung Kacang Hijau 5%) K3 ( Tepung labu Kuning 3% : Tepung Kacang Hijau %) Kontrol Gambar 13. Grafik Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Biskuit Tersubtitusi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin Rerata nilai kesukaan panelis terhadap aroma biskuit berkisar antara.5-3.3 dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai. 1. Nilai Kandungan Gizi Biskuit Perlakuan Terbaik Segi Kimia Fisik Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 15. Tabel 1. Informasi NilaiGizi Informasi Nilai Gizi Takaran Saji: 3 gr Jumlah Sajian Per Kemasan : 5 keping Energi Total : 1,9 Kkal Energi dari lemak :,5 kkal %AKG Protein 1.% Lemak.5% Karbohidrat 5.1% Vitamin A.3% *% AKG berdasarkan jumlah kebutuhan energi Kkal Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah 159

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 Berdasarkan informasi nilai gizi dalam setiap takaran saji (3 g = 5 keping biskuit) dapat memenuhi kebutuhan protein sebesar 1.%; kebutuhan lemak sebesar.5%; kebutuhan karbohidrat sebesar 5.1% dan kebutuhan vitamin A sebesar.3%. Guna pencantuman informasi nilai gizi dalam produk adalah untuk memberikan informasi kandungan gizi pada konsumen. [1] SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung labu kuning : tepung kacang hijau memberikan pengaruh yang nyata (α = 5%) terhadap kadar air, kadar protein, total karoten, kadar abu, kadar lemak, daya patah dan warna (L, a, b) biskuit. Penambahan margarin memberikan pengaruh yang nyata (α = 5%) terhadap daya patah kadar lemak, tingkat kemerahn (a) dan tingkat kekuningan (b) biskuit. Tidak adainteraksi antara kedua faktor antara proporsi tepung labu kuning : tepung lkacang hijau serta penambahan margarin. Biskuit perlakuan terbaik segi kimia dan fisik diperoleh pada perlakuan dengan proporsi tepung labu kuning : tepung kacang hijau (3% : %) dan penambahan margarin 35%. Biskuit perlakuan terbaik segi organoleptik diperoleh pada perlakuan dengan proporsi tepung labu kuning : tepung kacang hijau (3% : %) dan penambahan margarin 5%. DAFTAR PUSTAKA 1). Pongjanta, J., Naulbunrang, A., Kawngdang, S., Manom, T. And Thapjaikat, T.. Utulization of Pumpkin Powder in Bakery Products. Songklanakarin Journal of Science Technology 8: 71-79. ). Almatsier, S.. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Standar Nasional Indonesia. 199. Mutu dan Cara Uji Biskuit. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. 3). Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ). Meilgaard, M., Civille, G. V. And Carr, B. T. 1999. Sensory Evaluation Techniques 3 rd Edition. CRC Press LLC. USA. 5). AOAC.199. Official Methods of Analysis of The Association of Official of Analytical Chemist. AOAC,Inc Washington D.C ). Sudarmadzi, SBH dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta 7). Yuwono, ss dan T. Susanto.1998. Pengujian Fisik Pangan. Jurusan Teknologi Hasol Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.Malang 8). Zeleny, M. 198. Multiple Criteria Decision Making. McGraw-Hill Co. New York. 9). Lehninger, A.H., 1995. Dasar Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta. 1). Komah, RI. 13. Pengaruh Subtitusi Tepung Kacang Hijau Terhadap Tingkat Kesukaan Kue Jongkong. Jurnal Pangan. Vol.: 18-11). Setyaningtyas, AG. 8. Formulasi Produk Pangan Darurat Berbasis Tepung Ubi Jalar, Tepung Pisang dan Tepung Kacang Hijau Menggunakan Teknologi Intermediate Moisture Food (imf). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor 1). Faridi, H. 199. The Science of Cookies and Cracker Production. Chapman and Hall. New York. 13). Wood, B.J.B. 1989. Microbiology of Fermented Food. Applied Science. Publisher. London. 1). Stauffer, C.E. 199. Bakery Leavening Agents in Y.H. Hui. Encyclopedia of Food Science an Technology. John Willey and Sons, Inc. New York. 15). Gardjito, M, Haryadi dan Sutardi. 1989. Pembuatan Makanan Kecil Dari Tepung Sagu dan Waluh. PAU Pangan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 1). Yuliani, S. E. Y. Purwani, H. Setiyanto, S. Usmiati dan P. Raharto. 3. Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung dari Bahan Pangan Sumber Karbohidrat Lokal: Kegiatan Penelitian Labu Kuning (Laporan Akhir). Balai Penelitian dan 1

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No p.15-11, September 15 Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 17). Soebito, S. 1988. Analisis Farmasi. UGM Press. Yogyakarta. 18). Departemen Kesehatan. 1. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta. 19). Moeljanto. 198. Penanganan Ikan Segar. Jakarta. PT. Penebar Swadaya. ). See, E. F., Wan Nadiah W. A. and Noor Aziah A. A. 7. Physico-chemical and Sensory Evaluations of Bread Supplemented with Pumpkin Flour. ASEAN Food Journal (Scopus) 1 (): 13-13. 1). BPOM.5. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. Jakarta 11