ANALISIS TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 STUDI LITERATUR

STUDI TINGKAT PELAYANAN SELASAR PEJALAN KAKI PADA PASAR UJUNG MURUNG DI BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEDESTRIAN DI SIMPANG EMPAT KANTOR POS BESAR YOGYAKARTA

EVALUASI KINERJA DAN PERENCANAAN PERBAIKAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI JALAN MERDEKA KOTA BANDUNG

TINGKAT PELAYANAN SELASAR PEJALAN KAKI DI PASAR KAHAYAN PALANGKARAYA

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

USULAN STANDAR DAN EVALUASI TINGKAT PELAYANAN SELASAR DI MASPION SQUARE SURABAYA

ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO)

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAU PUSTAKA

OPTIMALISASI PENATAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DENGAN EFISIENSI PERGERAKAN BERDASARKAN PADA KARAKTERISTIK PEDESTRIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

ANALISA KARAKTERISTIK ARUS PEDESTRIAN DI KOTA MANADO SEGMEN DEPAN IT CENTRE DEPAN BANK MEGA KAWASAN MEGAMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBALIKAN ARAH ARUS LALU LINTAS TERHADAP KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Nonongan Kota Surakarta)

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21)

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS PEDESTRIAN (STUDI KASUS)

ANALISIS PARKIR PADA BADAN JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA RUAS JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

ANALISIS OPERASIONAL WAKTU SINYAL LAMPU LALULINTAS PADA TEMPAT PENYEBERANGAN PEJALAN KAKI DI RUAS JALAN PAHLAWAN KOTA MADIUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

HUBUNGAN VOLUME, KECEPATAN, DAN KEPADATAN LALULINTAS DI RUAS JALAN H.R. RASUNA SAID (JAKARTA) 1. Ofyar Z. Tamin 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL JALAN RAYA MENGKRENG KABUPATEN JOMBANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).


BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT)

ANALISIS BUNDARAN PADA SIMPANG EMPAT JALAN A. YANI KM 36 DI BANJARBARU. Rosehan Anwar 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PERPARKIRAN PADA BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN (Studi kasus : Pada Jln. Gajah Mada Meulaboh Aceh Barat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

ANALISIS KINERJA RUANG TRANSPORTASI MULTIMODA PADA SISTEM JALAN SATU ARAH DENGAN CONTRA FLOW MENGGUNAKAN TIC-TOOLS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

STUDI KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI DI LAMPU PENYEBERANGAN. Gumilang Cipta NRP : NIRM : Pembimbing : Silvia Sukirman, Ir

BAB V PENUTUP. Kesimpulan Evaluasi dibuat berdasarkan pada tujuan Evaluasi, pertanyaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB III METODOLOGI Lokasi Studi

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menentukan Tujuan Penelitian. Studi Literatur. Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

Bab III Metodologi Penelitian

STUDI EVALUASI KINERJA TROTOAR DI JALAN PASAR BESAR KOTA MALANG TUGAS AKHIR. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang

KINERJA LALU LINTAS JALAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL EMPAT LENGAN PATUNG KUDA PAAL DUA MANADO. Johanis E. Lolong ABSTRAK

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI Nursyamsu Hidayat Staf PengajarProgram Diploma Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil FT UGM Jln. Yacaranda, Sekip Unit IVBulaksumur, Yogyakarta Telp. (0274) 522126 email: nursyamsu_h@yahoo.co.id Abstrak Berjalan kaki merupakan kegiatan transportasi yang pertama kali dikenal manusia. Saat ini mobilitas manusia dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat transportasi yang semakin modern, sehingga aktifitas berjalan kaki hanya dilakukan untuk menempuh jarak pendek. Fenomena sekarang menunjukkan populasi pejalan kaki (pedestrian) semakin meningkat di kota-kota besar pada daerah pusat perekonomian/ perbelanjaan (Central Business Distric, CBD). Keberadaan pejalan kaki tersebut sebagai bagian dari sistem transportasi perlu diatur dan dibuat tolok ukur bagi perancangan fasilitas-fasilitasnya. Berbagai cara ditempuh untuk melayani kebutuhan pejalan kaki, terutama pembangunan sarana dan prasarana yang memadai. Pejalan kaki menuntut disediakannya jalur tersendiri sebagai prasarana utama, dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Pengembangan fasilitas pejalan kaki perlu terus dilakukan sehingga mencapai kondisi yang diharapkan oleh pejalan kaki yaitu situasi yang aman, nyaman, lancar, dan ekonomis. Penelitian ini mencoba mengamati karakteristik pejalan kaki serta berusaha untuk mengetahui keandalan jalur pejalan kaki (trotoar) dalam melayani pemakainya. Penelitian dilakukan dengan metode US HCM 2000 dan dilakukan di Jl. A Yani, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan nilai-nilai parameter karakteristik yaitu kecepatan, kerapatan, dan tingkat arus pejalan kaki dengan metode Greenshields serta nilai tingkat pelayanannya, maka didapatkan nilai kecepatan arus bebas 62,49 m/menit, kerapatan maksimum 3,22 pejalan kaki/m 2, tingkat arus maksimum (kapasitas trotoar) 50 pejalan kaki/menit/m, dan tingkat pelayanan berkisar antara C dan D. Pengaruh pemakaian trotoar untuk aktifitas selain pejalan kaki (berdagang) berdampak pada pengurangan lebar jalur. Pada tempat-tempat tertentu, untuk berjalan kaki tinggal disisakan jalur dengan lebar tidak lebih dari 25 % dari lebar trotoar. Kondisi ini sangat merugikan pejalan kaki karena mengurangi keleluasaan dan mempengaruhi kelancaran pergerakan. Kata kunci : pejalan kaki, trotoar, tingkat pelayanan, tingkat arus, kecepatan, kerapatan PENDAHULUAN Konsentrasi pejalan kaki (pedestrian) terjadi di kota-kota besar terutama di daerah pusat kegiatan perekonomian (Central Business Distric, CBD). Pengembangan tradisi berjalan kaki sebagai moda transportasi di daerah perkotaan mempunyai berbagai keuntungan, antaral lain mengurangi polusi (udara dan suara), menghemat bahan bakar dan menghemat biaya. Disamping manfaat yang bersifat praktis dapat dipetik pula manfaat lain yang bersifat sosial, antara lain mengembalikan peran kota sebagai tempat pertemuan individu-individu, menawarkan interaksi sosial yang lebih manusiawi, menimbulkan kesan kota yang lebih santai, dan menyehatkan bagi pelaku jalan kaki. Pengembangan fasilitas jalan kaki perlu terus dilakukan untuk mencapai kondisi ideal bagi aktifitas berjalan kaki. Pejalan kaki mengharapkan situasi yang aman, nyaman, lancar, dan ekonomis. Karakteristik pejalan kaki merupakan faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan fasilitas pejalan kaki. Karakteristik arus pejalan kaki pada suatu tempat akan berbeda dengan karakteristik di tempat lain, tergantung pada faktor tata guna lahan, tujuan perjalanan, usia dan lain-lain. Perbedaan karakteristik tersebut disebabkan oleh perilaku yang berbeda. Karakteristik pejalan kaki dapat diamati melalui Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 2 Desember 2006: 129-138 129

aliran pejalan kaki yang terjadi dengan tolok ukur kecepatan, tingkat arus dan kepadatannya. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini hanya meninjau pejalan kaki di trotoar dan mempunyai tujuan sebagai berikut: (1) Mempelajari hubungan antara kecepatan, kerapatan dan arus pejalan kaki dengan metode Greenshields (2) Mengevaluasi kecepatan maksimum, kerapatan dan arus maksimum (kapasitas) pejalan kaki (3) Menentukan tingkat pelayanan (level of service, LOS) prasarana pejalan kaki dengan metode US Highway Capacity Manual 2000 LANDASAN TEORI Hubungan Kecepatan Arus Kerapatan Pejalan Kaki Penentuan ukuran kualitatif arus pejalan kaki serupa dengan pengukuran untuk arus kendaraan, demikian juga hubungan fundamental antara kecepatan-arus-kerapatan pejalan kaki adalah analog dengan penerapan pada lalulintas kendaraan. Greenshields (1981) maupun Puskharev & Zupan (1975) menyatakan bahwa persamaan-persamaan dari hubungan kecepatan-aliran-kepadatan adalah berdasarkan persamaan berikut: q = u * k (1) dengan: q : aliran (pejalan kaki/menit/meter) u : kecepatan (meter/menit) k : kerapatan (pejalan kaki/meter 2 ) Karena kepadatan merupakan kebalikan dari ruangan, maka didapat hubungan yang lain: u q = M (2) dengan M adalah ruangan pejalan kaki (m 2 /pejalan kaki). Hubungan kecepatan-aliran-kepadatan pejalan kaki telah dipelajari oleh sejumlah peneliti, yaitu antara lain Oeding (1963) meneliti mixed urban di Jerman Barat, Older (1968) meneliti pejalan kaki yang berbelanja di Oxford Street, London, Navin & Wheeler (1969) meneliti pelajar di Universitas Missouri Amerika Serikat dan Fruin (1971) meneliti komuter pada terminal bus pelabuhan New York. Trotoar (Walkways/Sideways) Trotoar termasuk fasilitas pejalan kaki yang tidak terganggu (uninterrupted pedestrian facilities). Fasilitas ini adalah meliputi jalur pejalan kaki yang tidak tercampur dengan fasilitas kendaraan dan tidak terganggu oleh hambatan-hambatan semisal persimpangan bersinyal atau tak bersinyal. Pejalan kaki yang berjalan di trotoar tidak mengalami hambatan apapun kecuali hambatan akibat berinteraksi dengan pejalan kaki lainnya. Tolok ukur utama tingkat pelayanan trotoar adalah ruang (space) yang tersedia untuk pejalan kaki (US HCM 2000). Ruang adalah kebalikan dari kerapatan. Ruang dapat diukur secara langsung dengan pengamatan di lapangan dengan mengukur luas area trotoar 130 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 2 Desember 2006: 129-138

dan menghitung jumlah maksimum pejalan kaki yang ditampung pada waktu yang ditetapkan. Kecepatan pejalan kaki dapat juga digunakan sebagai kriteria tambahan tingkat pelayanan trotoar. Untuk mempermudah pengamatan lapangan, tingkat arus satuan pejalan kaki digunakan sebagai tolok ukur tingkat pelayanan, yaitu dengan menghitung arus pejalan kaki selama 15 menit puncak dan menentukan lebar efektif lajur pejalan kaki/trotoar (US HCM 2000). v15 v p = 15* WE (3) dengan: v p : tingkat arus satuan pejalan kaki (pejalan kaki/menit/m) v 15 : tingkat arus puncak 15 menit (pejalan kaki/15 menit) W E : lebar efektif jalur pejalan kaki (meter) Studi Karakteristik Pejalan Kaki Studi tentang aliran pejalan kaki di daerah pertokoan sudah pernah dilakukan di Singapura oleh Tanaboriboon, Y. et al (1986). Dasar tujuan studi aliran pejalan kaki di Singapura yaitu akan membantu dalam optimasi penggunaan lahan dalam disain fasilitas pejalan kaki. Pengumpulan data dilakukan pada Orchard Road Site 1,2 dan Shenton Way, dengan arus pejalan kaki dua arah. Waktu tempuh, kepadatan dan aliran pejalan kaki yang melewati daerah observasi dan situasi daerah observasi direkam dengan menggunakan peralatan video. Tabel 1. mengilustrasikan hasil studi aliran di Singapura dibandingkan penelitian sejenis di Amerika (Fruin) dan di Inggis (Older). Tabel 1 Perbandingan Berbagai Studi Karakteristik Pejalan Kaki Fungsi Tempat Studi Singapura Amerika Inggris Persamaan kecepatan-kepadatan u = f (k) 73,9 15,3 k 81,4 20,4 k 78,6 20,2 k Persamaan aliran-kepadatan q = f (k) 73,9 k 15,3 k 2 81,4 k 20,4 k 2 78,6 k 20,2 k 2 Persamaan aliran-kecepatan q = f (u) u (73,9 u) / 15,3 u (81,4 u) / 20,4 u (78,6 u) / 20,2 Kecepatan aliran bebas (m/menit) u f 73,9 81,4 78,6 Aliran maksimum (pejalan kaki/m/menit) q maks 89 81 78 Lebar Efektif Jalur Pejalan Kaki Menurut US HCM (2000) istilah lebar efektif jalur pejalan kaki adalah bagian dari jalur pejalan kaki yang dapat digunakan secara efektif untuk pergerakan pejalan kaki. Lebar efektif dapat dihitung sebagai berikut, WE = WT Wo (4) dengan: W E : lebar efektif jalur pejalan kaki (m) W T : lebar total jalur pejalan kaki (m) W o : jumlah lebar dan jarak gangguan pada jalur pejalan kaki (m) Analisis tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki (Nursyamsu Hidayat) 131

Pejalan kaki akan bergerak menjauhi kerb dan tidak akan merapat terlalu dekat dengan dinding. Karena itu, ruangan yang tidak digunakan harus dikurangi pada saat menentukan tingkat pelayanan pejalan kaki. Suatu lajur yang ditempati oleh pejalan kaki yang berdiri di dekat gedung (seperti pada saat sedang melihat-lihat etalase) dan/atau dekat halangan secara fisik seperti lampu, tiang, bus surat dan lainnya juga harus diperhitungkan. Metode Observasi Pejalan Kaki Metode pengukuran kecepatan pejalan kaki paling sederhana adalah dengan mencatat waktu tempuh yang diperlukan untuk melintasi suatu jarak tertentu (RRL, 1965). Pencatatan tidak mungkin dilakukan terhadap seluruh pejalan kaki yang ada, oleh karena itu pencatatan harus terseleksi sehingga data yang diperoleh dapat merepresentasikan tipe pejalan kaki pada daerah studi. Pengelompokan dapat digunakan untuk merepresentasikan perbedaan kecepatan berjalan, misalnya tua dan muda, laki dan perempuan, remaja dan anak-anak. Pengukuran tundaan secara langsung dapat dilakukan dengan mencatat waktu pejalan kaki, sehingga dapat diketahui perbedaan waktu tempuh untuk melintas suatu jarak yang ditentukan (RRL, 1965). Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Tingkat pelayanan (level of Service, LOS) adalah penggolongan kualitas aliran lalulintas pada berbagai fraksi kapasitas maksimum. Konsep tingkat pelayanan berhubungan dengan faktor kenyamanan, seperti kemampuan untuk memilih kecepatan berjalan, menyiap pejalan kaki yang lebih lambat, dan menghindari konflik dengan pejalan kaki lain, berhubungan dengan kepadatan dan volume. Kriteria dari berbagai tingkat pelayanan untuk aliran pejalan kaki berdasarkan pengukuran subyektif yang mungkin tidak terlalu tepat/teliti. Akan tetapi, sangat mungkin untuk menentukan rentang dari ruangan per pejalan kaki, arus dan kecepatan, yang dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas dari kriteria arus Sejumlah penelitian telah dapat menentukan tingkat pelayanan untuk pejalan kaki berdasarkan rata-rata ruangan yang digunakan setiap pejalan kaki. Puskharev dan Zupan (1975) membandingkan beberapa penelitian mengenai tingkat pelayanan pejalan kaki sebagai berikut, (1) Fruin (1971), mendefinisikan enam (6) tingkat pelayanan serupa dengan tingkat pelayanan bagi kendaraan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kemudahan aliran pejalan kaki menurut Fruin adalah sebagai berikut: a. Kemungkinan perkembangan pada kecepatan berjalan normal yang diinginkan b. Adanya konflik diantara pejalan kaki pada arus utama dan pada arah yang berlawanan c. Kesempatan untuk menyiap pejalan kaki yang lebih lambat d. Ada atau tidaknya lalulintas dua arah. (2) Oeding, memberikan definisi yang serupa dengan Fruin. Tingkat pelayanan dibagi dalam lima kategori, dari aliran bebas sampai aliran terhambat (3) Puskharev dan Zupan, juga memberikan definisi tingkat pelayanan yang serupa. Mereka mendefinisikan enam tingkat pelayanan, diawali dengan aliran bebas dan tidak terhalangi (open) sampai pada aliran terhambat dan macet (congested-jammed). Highway Capacity Manual (2000) menentukan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki menjadi enam tingkat mulai dari A sampai F seperti disajikan pada Tabel 2. 132 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 2 Desember 2006: 129-138

Tabel 2 Kriteria Tingkat Pelayanan pada Jalur Berjalan Kaki Tingkat pelayanan A B C D E F Sumber: US HCM 2000 Ruang (m 2 /p) > 5.6 > 3.7 5.6 > 2.2 3.7 > 1.4 2.2 > 0.75 1.4 0.75 Tingkat arus (p/menit/m) 16 > 16 23 > 23 33 > 33 49 > 49 75 variable Kecepatan (m/det) > 1.30 > 1.27 1.30 > 1.22 1.27 > 1.14 1.22 > 0.75 1.14 0.75 v/c 0.21 > 0.21 0.31 > 0.31 0.44 > 0.44 0.65 > 0.65 1.00 variable Volume per kapasitas (v/c) ratio dapat dihitung dengan mengasumsikan kapasitas jalur pejalan kaki sebesar 75 pejalan kaki/menit/meter. Tingkat pelayanan A : pejalan kaki bergerak pada jalur yang diinginkan tanpa mengubah pergerakan akibat kehadiran pejalan kaki lain. Bebas memilih kecepatan dan tidak ada konflik dengan pejalan kaki lain Tingkat pelayanan B : tersedia cukup ruangan sehingga pejalan kaki dapat menentukan kecepatan bebas untuk menyiap dan menghindari konflik pejalan kaki lain yang memotong. Pada level ini pejalan kaki mulai waspada oleh kehadiran pejalan kaki lainnya dan memberikan reaksi dalam pemilihan alur. Tingkat pelayanan C : tersedia cukup ruang untuk berjalan dengan kecepatan normal, dan menyiap pejalan kaki lain terutama pada arus dua arah. Bila terdapat arus yang berlawanan atau gerakan memotong, akan terjadi konflik minor dan kecepatan dan volume menurun Tingkat pelayanan D : kebebasan untuk memilih kecepatan dan menyiap pejalan kaki lain menjadi terbatas. Bila terjadi gerakan memotong atau berlawanan, probabilitas adanya konflik menjadi tinggi, untuk menghindarinya diperlukan perubahan yang sering dari kecepatan dan posisi. LOS D memberikan aliran yang masih dapat diterima, tetapi mungkin terjadi friksi dan interaksi antar pejalan kaki Tingkat pelayanan E : seluruh pejalan kaki sudah terbatas kecepatan normalnya, memerlukan berkali-kali penyesuaian gaya berjalan. Pada LOS yang lebih rendah dari tingkat pelayanan ini, gerakan maju hanya mungkin dilakukan dengan merayap. Tidak tersedia ruang untuk menyiap pejalan kaki yang lebih lambat. Sulit melakukan gerakan memotong atau berlawanan. Volume mendekati kapasitas yang menyebabkan aliran terhenti dan terganggu Tingkat pelayanan F : seluruh kecepatan berjalan sangat terbatas, dan gerakan maju hanya dapat dilakukan dengan merayap. Sering terjadi kontak yang tidak dapat dihindari dengan pejalan kaki lain. Tidak mungkin terdapat arus memotong dan berlawanan. Aliran menjadi sporadis dan tidak stabil. Ruang yang tersedia lebih sesuai untuk antrian daripada untuk arus pejalan kaki yang bergerak METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunkan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan survei secara langsung dilapangan. Data primer itu meliputi survei pencacahan pejalan kaki, pencatatan waktu tempuh pejalan kaki untuk menempuh jarak 10 m pada ruas yang ditentukan dan survei pengukuran geometrik trotoar. Analisis tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki (Nursyamsu Hidayat) 133

Penelitian dilakukan di sepenggal trotoar pada sisi timur di Jalan Ahmad Yani, Yogyakarta. Survei dilaksanakan pada hari Selasa 23 Mei 2006, selama lima jam yaitu 12.00-17.00. Jumlah titik pengamatan arus pejalan kaki pada penelitian ini ditetapkan sebanyak satu titik observasi. Jumlah aliran pejalan kaki ditentukan dari jumlah pejalan kaki yang lewat titik obervasi tersebut dalam satuan waktu (periode 1 menitan), dari kedua arah. Titik observasi kecepatan pejalan kaki adalah sama dengan titik pengamatan pada survei arus. Pengamatan dilakukan dengan membagi jarak tertentu pada trotoar (dari garis acu ke garis acu berikutnya sepanjang 10 meter) dengan waktu yang diperlukan pejalan kaki untuk melewati jarak tersebut. Kecepatan aliran bebas didefinisikan sebagai kecepatan maksimal yang dapat dicapai oleh seorang pejalan kaki tanpa adanya gangguan baik oleh sesama pejalan kaki maupun oleh hal-hal lainnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengukuran Lebar Efektif Trotoar Lebar total trotoar (W T ) pada daerah pengamatan adalah 3,7 meter. Jumlah total lebar pemakaian trotoar untuk aktivitas selain berjalan kaki (pedagang kaki lima) pada tepi trotoar adalah 2,7 meter dan lebar lajur bebas diasumsikan 0,4 meter, dengan demikian jumlah lebar dan jarak gangguan pada jalur pejalan kaki (W O ) adalah 3,1 meter. Berdasarkan persamaan (4) maka didapat lebar efektif trotoar (W E ) adalah 0,6 meter. Hubungan Antara Kecepatan-Arus-Kerapatan Pejalan Kaki Data survei jumlah dan kecepatan pejalan kaki yang dilakukan dalam interval waktu 1 menitan selama 5 jam menghasilkan 300 pasang data. Angka kerapatan diperoleh berdasarkan data arus dan kecepatan pejalan kaki dengan menggunakan persamaan (1). Data-data tersebut dikompilasi dalam bentuk tabel sebagai data input bagi penyajian grafik hubungan kecepatan-arus-kerapatan. Tabel 3 Contoh rekap data penghitungan arus-kecepatan-kerapatan pejalan kaki Interval waktu (15 menitan) arus pejalan kaki arus pejalan kaki Kecepatan Kerapatan (pej. Kaki/menit) (pej. Kaki/menit/m) (m/menit) (pej kaki/m2) 12.00-12.01 29 48 58.1 0.8 12.01-12.02 22 37 43.9 0.8 12.02-12.03 34 57 44.4 1.3 12.03-12.04 31 52 44.4 1.2 12.04-12.05 26 43 43.9 1.0 12.05-12.06 20 33 30.0 1.1 12.06-12.07 29 48 28.6 1.7 12.07-12.08 27 45 40.0 1.1 12.08-12.09 33 55 30.0 1.8 12.09-12.10 17 28 69.2 0.4 Analisa hubungan kecepatan-arus-kerapatan pejalan kaki menggunakan metode Greenshields dengan anggapan analog penerapannya pada kendaraan. Kecepatan dan kerapatan menunjukkan hubungan yang berupa grafik linear seperti ditunjukkan Gambar 1. 134 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 2 Desember 2006: 129-138

100 y=62.488-19.392*x+eps 90 80 kecepatan (m/menit) 70 60 50 40 30 20 10 0 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 kerapatan (pejalan kaki/m2) Gambar 1 Grafik Hubungan Antara Kecepatan dan Kerapatan Pejalan Kaki Grafik hubungan antara kecepatan dan kepadatan mempunyai persamaan sebagai berikut: y = 62,488-19,392.x Grafik pada Gambar 1. memperlihatkan bahwa kecepatan bebas (U f ) pada ruas jalan tersebut adalah 62,49 m/menit dan kerapatan maksimal (jam density, k j ) pada kondisi arus macet adalah 3,22 pejalan kaki/m 2. Hubungan antara arus pejalan kaki dan kerapatan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan q = U f U * k k f j * k 2 Nilai U f dan k j diperoleh dari grafik hubungan kecepatan dan kepadatan, sehingga grafik hubungan arus dengan kerapatan mempunyai persamaan garis y = 62,488 x (62,488 / 3,222) x 2 yang berbentuk parabola seperti diperlihatkan oleh Gambar 2. 100 y=62.488*x-(62.488/3.222)*x^2 90 80 arus (pejalan kaki/menit/m) 70 60 50 40 30 20 10 0 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 kerapatan (pejalan kaki/m2) Gambar 2. Grafik hubungan antara arus pejalan kaki dengan Kerapatan Analisis tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki (Nursyamsu Hidayat) 135

Grafik pada Gambar 2. memperlihatkan bahwa arus (volume) pejalan kaki maksimum pada ruas jalan tersebut adalah 50 pejalan kaki/menit/m dengan kepadatan pada kondisi tersebut sebesar 1,61 pejalan kaki/m 2. Grafik hubungan kecepatan dengan arus dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan k j 2 q = k j * Us * Us Uf Nilai k j dan U f berasal dari grafik hubungan kecepatan dengan kerapatan, sehingga grafik hubungan kecepatan dengan arus mempunyai persamaan garis: y = 3,222 x (3,222 / 62,488) x 2 seperti diperlihatkan oleh Gambar 3. 100 y=3.222*x-(3.222/62.488)*x^2 90 80 kecepatan (m/menit) 70 60 50 40 30 20 10 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 arus (pejalan kaki/menit/m) Gambar 3. Grafik Hubungan antara Kecepatan dan Arus Kendaraan Grafik hubungan kecepatan-arus dan hubungan arus-kerapatan memperlihatkan bahwa kapasitas trotoar pada titik pengamatan adalah 50 pejalan kaki/menit/m (arus maksimum, q max ), dengan kecepatan optimum sebesar 31,55 m/menit. Nilai kapasitas trotoar hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas trotoar hasil penelitian Tanaboriboon yaitu 89 pejalan kaki/menit/m maupun nilai kapasitas yang digunakan US HCM 2000 sebesar 75 pejalan kaki/menit/m. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan tata guna lahan daerah pengamatan. Tingkat Pelayanan Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat pelayanan prasarana pejalan kaki (trotoar) di kawasan Jalan A Yani, Yogyakarta. Penentuan tingkat pelayanan dilakukan dengan mengolah data primer terutama data volume pejalan kaki dan ukuran lebar trotoar. Pada penelitian ini untuk menentukan tingkat pelayanan trotoar (level of service in walkways) menggunakan metode US Highway Capacity Manual 2000 (US HCM 2000). Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. 136 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 2 Desember 2006: 129-138

Tabel 4 Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan Interval waktu (15 menitan) V 15 V p Tingkat pelayanan (pej.kaki/15 mnt) (pej.kaki/mnt/m) 12.00-12.15 369 41 D 12.15-12.30 366 41 D 12.30-12.45 393 44 D 12.45-13.00 381 42 D 13.00-13.15 239 27 C 13.15-13.30 290 32 C 13.30-13.45 297 33 C 13.45-14.00 308 34 D 14.00-14.15 335 37 D 14.15-14.30 300 33 C 14.30-14.45 296 33 C 14.45-15.00 272 30 C 15.00-15.15 322 36 D 15.15-15.30 281 31 C 15.30-15.45 304 34 D 15.45-16.00 328 36 D 16.00-16.15 380 42 D 16.15-16.30 422 47 D 16.30-16.45 426 47 D 16.45-17.00 429 48 D Tingkat pelayanan daerah observasi yang merupakan area perbelanjaan berada pada level C dan D. Selama lima jam pengamatan dari pukul 12.00-17.00, interval 15 menit terpadat terjadi pada periode akhir pengamatan yaitu sebanyak 429 pejalan kaki/15 menit dengan tingkat pelayanan D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Hubungan kecepatan-arus-kerapatan pejalan kaki di trotoar Jalan A Yani, Yogyakarta menghasilkan persamaan-persamaan: a) Kecepatan-kerapatan : y = 62,488-19,392.x b) Arus-kerapatan : y = 62,488 x 19,392 x 2 c) Kecepatan-arus : y = 3,222 x 0,052 x 2 (2) Berdasar grafik kecepatan-arus-kerapatan diperoleh hasil bahwa kecepatan pada kondisi arus bebas adalah 62,49 m/menit, kerapatan maksimum 3,22 pejalan kaki/m 2, dan kapasitas trotoar adalah 50,33 pejalan kaki/menit/m dengan kecepatan optimum 31,55 m/menit (3) Jalur pejalan kaki mempunyai nilai tingkat pelayanan rata-rata C dan D. Saran (1) Jalan A Yani Yogyakarta adalah termasuk daerah perbelanjaan, diusulkan nilai tingkat pelayanan untuk trotoar area tersebut minimal adalah C, dengan demikian untuk meningkatkan tingkat pelayanannya perlu dilakukan pengaturan bagi para pedagang kakilima Analisis tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki (Nursyamsu Hidayat) 137

(2) Pedagang kaki lima di Malioboro merupakan salah satu daya tarik kawasan tersebut, supaya tidak mengganggu pergerakan pejalan kaki keberadaan pedagang kaki lima perlu ditertibkan agar tidak banyak menyita lahan trotoar, yaitu dengan mengurangi space yang dipakai berdagang sehingga lebar efektif bagi pejalan kaki meningkat (3) Alternatif lain adalah menyediakan lahan bagi pedagang kaki lima di luar trotoar. DAFTAR PUSTAKA Fruin, J., (1971), Pedestrian Planning and Designing, Metropolitan Association of Urban Designers and Environtment Planners, Inc., New York. Fruin, J. (1975), The role of the pedestrian, Proceeding of the Fourth National Seminar on Planning Design and Implementation of Bicycle and Pedestrian Facilities, New Orleans, Louisiana, 26-32. HCM 2000, Highway Capacity Manual, Transportation Research Board National Research Council, Washington DC. Puskharev, B., and J. Zupan, (1975), Urban Space for Pedestrians, MIT Press, Cambridge, Mass. RRL (1965), Research on Road Traffic, Road Research Laboratory, Her Majesty s Stationery Office, London, 390-396. Tanaboriboon Y, Sim Siang Hwa & Chin Hoong Chor, (1986), Pedestrian Characteristic Study in Singapore, Journal of Transportation Engineering, Vol 112, No 3, 229-235. 138 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 2 Desember 2006: 129-138