4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB II LANDASAN TEORI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB III METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pengertian Metode AHP

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

P11 AHP. A. Sidiq P.

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

Analytic Hierarchy Process

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

Penyebaran Kuisioner

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK SELEKSI TENAGA KERJA (Studi Kasus PT. GE Lighting Indonesia Sleman Yogyakarta)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. negara, atau instansi. Sedangkan transportasi adalah pengangkutan atau

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pendidikan Responden

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Transkripsi:

19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang mampu mengembangkan agribisnis komoditas unggulan di Provinsi Papua Barat. Pengambilan data dan penelitan dilaksanakan selama 6 bulan yaitu Juli hingga Desember 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara langsung maupun pengamatan langsung untuk memperoleh data sosial ekonomi. Data sekunder berupa data produksi tanaman pangan, peternakan, dan perkebunan tahun 2008 hingga tahun 2012. Data diperoleh dari Dinas Pertanian dan perkebunan Provinsi Papua Barat, Badan Perencanaan Daerah Provinsi Papua Barat, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat, serta pustaka yang mendukung penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara yaitu, wawancara, diskusi kelompok serta penelusuran dokumen. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi masyarakat yang memiliki lapangan usaha disektor pertanian melalui kuisioner terstruktur yang telah dibuat. Wawancara ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini seperti BAPPEDA, Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Diskusi kelompok dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi petani. Wawancara diarahkan untuk mendapatkan bahan analisa mengenai sosial ekonomi masyarakat tani dan penilaian bobot kepentingan alternatif pencapaian tujuan dengan proses hirarki analitik. Teknik pengambilan responden berdasarkan purposive. Fungsi masing-masing responden dapat dilihat pada Tabel 6.

20 Tabel 6 Jumlah dan fungsi responden berdasarkan jenis responden No Responden Jumlah Fungsi 1 Pemilik kios saprodi 4 pedagang Mengetahui kondisi subsistem agribisnis hulu 2 Kelompok tani 20 kelompok Mengetahui kondisi sosial ekonomi petani dan kondisi usahatani masyarakat Papua Barat Dinas Pertanian, Peternakan Mengetahui faktor pendukung subsistem 3 dan Ketahanan Pangan sarana penunjang terhadap 2 orang (DPPKP) dan Dinas penilaian penerapan Perkebunan teknologi dan sarana publik. 4 Dinas Perdagangan dan Perindustrian 1 orang 5 BAPPEDA 1 orang 6 Pedagang 20 pedagang Mengetahui faktor pendukung subsistem sarana penunjang terhadap penilaian sarana pemasaran. Mengetahui faktor pendukung subsestem sarana penunjang terhadap kordinasi, kebijakan dan peraturan. Mengetahui kondisi subsistem hilir Metode Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengidentifikasi sektor basis dan penyebarannya di Provinsi Papua Barat. Sedangkan analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui prioritas komoditas unggulan di Papua Barat yang di gabungkan dengan analisis kuantitatif. Beberapa alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) untuk dibudidayakan di suatu wilayah (Badan Litbang Pertanian 2003). Dari definisi ini diperoleh kriteria komoditas unggulan yaitu memiliki posisi strategis, secara teknis dapat diusahakan (sesuai dengan daya dukung lahan), secara ekonomi layak diusahakan (memberikan keuntungan secara ekonomi), dan secara sosial kelembagaan

diterima (dukungan sumberdaya manusia, infrastruktur, teknologi, dan aspek hukum). Pemilihan prioritas komoditas unggulan dilakukan dengan menggunakan metode AHP yaitu suatu metode yang dapat digunakan oleh pengambilan keputusan agar dapat memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melalukan prediksi berdasarkan penilaian, pertimbangan yang logis dan sistematis (Saaty dan Niemira, 2006). Aplikasi AHP dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama yaitu (1) choice (pilihan), yang merupakan evaluasi atau penetapan prioritas dari berbagai alternatif tindakan yang ada, dan (2) forecasting (peramalan), yaitu evaluasi terhadap berbagai alternatif hasil di masa yang akan datang (Ozdemir dan Saaty, 2006). Penggunaan AHP dimaksudkan untuk proses penelusuran permasalahan untuk membantu pengambilan keputusan memilih strategi terbaik dengan cara: 1) mengamati dan meneliti ulang tujuan dan alternatif strategi atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini kebijakan yang baik, 2) membandingkan secara kuantitatif dari segi biaya/ekonomis, manfaat dan resiko dari tiap alternatif, 3) memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan, dan 4) membuat strategi secara optimal, dengan cara menentukan prioritas kegiatan (Saaty, 1993) Beberapa keuntungan dari penggunaan metode AHP antara lain dapat mempresentasikan suatu sistem yang dapat menjelaskan bagaimana perubahan pada level yang lebih tinggi mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur pada level yang lebih rendah, membantu memudahkan analisis guna memecahkan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan memberikan skala, kelebihan Metode AHP pengukuran yang jelas guna mendapatkan prioritas mampu mendapatkan pertimbangan yang logis dalam menentukan prioritas dengan tidak memaksakan pemikiran linier, mengukur secara komprehensif pengaruh unsur-unsur yang mempunyai korelasi dengan masalah dan tujuan, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas. Sedangkan beberapa kelebihan AHP dibanding metode lain yaitu struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam, memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan, memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan, merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif (Setiyanto dan Irawan 2012) Data yang dianalisis diperoleh dari hasil analisis kuantitatif dan penyebaran kuesioner terhadap para responden terpilih yang dapat mendukung penilaian. Nilai skor yang diperoleh dari hasil perhitungan kuantitaif tersebut kemudian dianalisis dengan bantuan program aplikasi expert choice. Untuk mendukung dalam penilaian AHP, maka diperlukan analisis lainnya, seperti analisis LQ, Shift share, perhitungan produktifitas, serta analisis kuantitatif lainnya. Langkah-langkah dalam AHP adalah sebagai berikut (Saaty 1993): 1. Menentukan tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif yang kemudian disusun dalam sebuah hirarki. Dalam penelitian ini, tujuan dari AHP adalah untuk menentukan prioritas komoditas unggulan di Provinsi Papua Barat. Kriteria (aspek) yang dilihat dari setiap komoditas antara lain; aspek ekomoni, agroekosistem, teknologi dan infrastuktur, sosial budaya, dan 21

22 sumber daya manusia. Masing-masing aspek memiliki sub kriteria untuk merincikan masing-masing kriteria yang digunakan. a. Tujuan (sasaran yang ingin dicapai): Penentuan prioritas komoditas unggulan di Provinsi Papua Barat. b. Kriteria/Indikator: agroekosistem, ekonomi, sosial budaya, daya dukung, dan sumber daya manusia. c. Subkriteria: Kondisi lahan, produksi, produktivitas, trend produksi merpakan subkriteria untuk agroekosistem; pengolahan, pendapatan, perdagangan merupakan subkriteria untuk indikator ekonomi; Komoditas merupakan komoditas yang diusahakan secara turun menurun, dikenal dan dapat di terima oleh masyarakat setempat untuk dibudidayakan merupakan subkriteria untuk sosial budaya; mudah memperoleh modal, adanya pasar inpus dan output, terdapat teknologi dan lembaga yang mendukung merupakan subkriteria daya dukung; kemampuan dalam menyerap tenaga kerja dan adanya pelaku usaha merupakan subkriteria dalam sumber daya manusia. d. Alternatif: Komoditas yang sesuai dengan kriteria yang telah disusun. Prioritas Komoditas Unggulan Tujuan Agroekosistem Ekonomi Daya Dukung Kriteria Produktivitas Pendapatan Modal Produksi Trend produksi Kelayakan Usaha Perdagang Industri Pengolahan Pasar Teknologi SDM Lembaga Sub Kriteria Sarana Kebijakan Komoditas I Komoditas II Komoditas IV Alternatif Gambar 3 Struktur AHP untuk penentuan prioritas komoditas

23 2. Melakukan pembobotan terhadap kriteria dengan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan skala 1 sampai 9 dimana: 1 = sama penting (equal importance); 3 = sedikit lebih penting (moderate more importance); 5 = cukup lebih penting (essential, strong more importance); 7 = jauh lebih penting (demonstrated importance); 9 = mutlak lebih penting (absolutely more importance); 2, 4, 6, 8 = nilai-nilai antara yang memberikan kompromi (grey area). Perbandingan dilakukan berdasarkan peringkat/rengking dari komoditas satu terhadap komoditas yang yang dinilai. Matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perbandingan berpasangan antar komoditas pada masing-masing sub kriteria Alternatif Komoditas 1 Komoditas 2 Komoditas 3 Komoditas 4 Komoditas 1 Komoditas 2 Komoditas 3 Komoditas 4 3. Terakhir yaitu pengujian konsistensi dengan mengambil rasio konsistensi (CR) dari indeks konsistensi (CI) dengan nilai yang tepat. Rasio konsistensi dilakukan karena di dalam analisa multi kriteria ganda diperhitungkan juga kriteria kualitatif yang memungkinkan terjadinya ketidakkonsistenan (inconsistency) dalam penilaian perbandingan kriteria-kriteria atau alternatifalternatif. CI didefinisikan sebagai berikut: CI = λ max n n 1 Dimana, n menyatakan jumlah kriteria/alternatif yang dibandingkan dan λ max adalah nilai eigen (eigen value) yang terbesar dari matriks perbandingan berpasangan orde n. Jika CI bernilai 0 maka keputusan penilaian tersebut bersifat perfectly consistent dimana λ max sama dengan jumlah kriteria yang diperbandingkan yaitu n. Semakin tinggi nilai CI semakin tinggi pula tingkat ketidakkonsistenan dari keputusan perbandingan yang telah dilakukan. Nilai CR dapat diterima, jika tidak melebihi 0,10. Jika nilai CR > 0,10, berarti matriks tersebut tidak konsisten. Rasio konsistensi (CR/Consistency Ratio) dirumuskan sebagai berikut: CR = CI RI Dimana: CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index RI = Random Index

24 Penilaian Sub Ktriteria dalam AHP 1. Agroekosistem: Produktivitas: Untuk menentukan komoditas yang lebih unggul digunakan patokan produkstivitas ideal. Produktivitas fisik rata-rata adalah keluaran (output) yang dihasilkan tiap unit masukan (input) baik masukan modal maupun tenaga kerja (Nicholson, 1995). Produktivitas = jumlah produksi komoditas Luas lahan Produksi: Penilaian produksi berdasarkan analisis LQ. Metode LQ untuk mengidentifikasi komoditas unggulan diakomodasi dari Miller & Wright (1991). Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Secara matematik, LQ diformulasikan sebagai perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Hood 1998). LQ = Si/Ni S/N = Si/S Ni/N Keterangan: LQ = Besarnya koefisien lokasi komoditas. Si = Jumlah produksi komoditas i pada provinsi. S = Jumlah total produksi tingkat nasional. Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat provinsi. N = Jumlah total produksi komoditas tingkat nasional. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sektor. Hasil dari analisis ini akan memperlihatkan sektor yang berperan secara dominan sebagai sektor basis dan sektor yang tidak berperan secara dominan disebut sebagai sektor non basis. Pengelompokan sektor basis dan non basis berdasarkan besaran LQ yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai berikut: LQ>1: menunjukkan komoditas tersebut termasuk komoditas basis. LQ<1: menunjukkan komoditas tersebut termasuk komoditas non basis. LQ=1: menunjukkan komoditas tersebut hanya dapat mencukupi wilayah sendiri. Trend produksi: Perhitungan trend produksi berdasarkan tingkat pertumbuhan produksi kabupaten dan provinsi. Analisis yang digunakan adalah Pertumbuhan Regional (PR) berdasarkan analisis shift share: Pertumbuhan Regional (PR) digunakan untuk mengetahui pertumbuhan komoditas tanaman secara agregat di tingkat provinsi. Nilai PR positif menunjukan komoditas tanaman disuatu kabupaten sedang mengalami kemajuan yang berarti, sebaliknya jika bernilai negatif menunjukan pertumbuhan komoditas sedang mengalami penurunan (Arsyad 1999).

25 PR = Nt NP 1 Keterangan: Nt = Jumlah total produksi komoditas pada tingkat provinsi pada tahun t (terakhir). Np = Jumlah total produksi komoditas pada tingkat provinsi pada tahun p (permulaan). 2. Ekonomi: Pengolahan: Dihitung dengan melihat adanya industri pengolahan yang melakukan aktivitas nilai tambah. Pendapatan: Dalam perhitungan untuk menentukan tingkat pendapatan menurut komoditas dilakukan pendekatan R/C rasio untuk komoditas tanaman semusim dan B/C rasio untuk tanaman tahunan. Adapun pendekatan perhitungan R/C dan B/C rasio sebagai berikut (Soekartawi 1996). Perhitungan RC ratio: RC ratio = Nilai total penerimaan (Rp per Ha) Nilai total biaya (Rp per Ha) Perhitungan BC ratio: Net BC = n t=0 n t=0 Bt CT (1 + i) t Ct Bt (1 + i) t Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = discount rate t = tahun Perdagangan: Subkriteria perdagangan dihitung dengan pendekatan net ekspor komoditas kabupaten dibagi dengan net ekspor komoditas tingkat provinsi. Subkriteria perdagangan merupakan Tabel perdagangan ekspor (perdagangan ke luar daerah) kabupaten dan provinsi. 3. Daya dukung: Beberapa tahap penting yang harus dilalui untuk dapat melakukan identifikasi terhadap aspek-aspek mana yang menjadi faktor pendukung maupun faktor pembatas terhadap sektor agribisnis disuatu wilayah. Tahap pertama adalah melakukan wawancara dipandu kuisioner terstruktur terhadap responden-responden yang terlibat didalam subsistem agribisnis hulu, usahatani, hilir, dan jasa penunjang pada setiap subsektor pertanian. Tahap kedua yaitu memberikan penilaian terhadap jawabanjawaban responden dan menghitung nilai rata-rata skor. Tahap terakhir melakukan pengelompokan terhadap nilai-nilai skor masing-masing aspek

26 yang dievaluasi disetiap subsektor pertanian berdasarkan kelompok selang. Sub kriteria pada kriteria daya dukung adalah sebagai berikut: Pasar: Keunggulan suatu komoditas juga ditentukan oleh adanya dukungan pasar, baik pasar input maupun pasar output. Dalam pasar input dapat diketahui sampai sejauh mana input-input pertanian tersebut dapat dipenuhi dengan melihat adanya kios input. Sementara itu dalampasar output dapat dilihat dimana petani pada umumnya menjual output, bagaimana pembayaran hasil penjualan dan juga dilihat bagaimana penentuan harga yang terjadi. Modal: Kemudahan memperoleh modal menentukan keberlangsungan perkembangan komoditas unggulan yang akan dipilih. Pengukuran modal dengan menetahui ada atau tidaknya sumber modal baik bersumber dari petani sendiri, pemerintah maupun swasta. Teknologi: Pengukuran teknologi dilakukan degan mengetahui seberapa banyak penggunaan teknologi yang telah digunakan dan diterapkan oleh petani dalam pengembangan komoditas. Lembaga: Pengukuran kelembagaan dengan mengetahui lembagalembaga apa saja yang dapat mendukung keberlangsungan pengembangan komoditas. Lembaga yang dimakasud antara lain, ada atau tidaknya kelompok tani, koperasi, perbankan, penyuluh, pemerintah dan lembaga lain yang mendukung. Sumber daya manusia: Indikator kriteria penyerapan tenaga kerja merupakan nilai perbandingan jumlah tenaga yang bekerja pada subsektor di kabupaten terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja pada subsektor yang sama pada tingkat provinsi. Penetapan Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Indikator-indikator penentu dalam penetapan sentra produksi pegembangan komoditas unggulan yaitu jarak ekonomi dari daerah ke pusat pasar atau perekonomian terdekat, produkstivitas, produksi, potensi wilayah dan kesesuaian wilayah. Penetapan sentra produksi dapat dikerjakan setelah komoditas unggulan telah diperoleh. Struktur AHP dapat dilihat pada Gambar 4. Sentra Pengembangan Tujuan Jarak Ekonomi Produktivitas Produksi Potensi Lahan Kesesuaian lahan Kriteria Kabupaten Sentra Alternatif Gambar 4 Struktur AHP untuk penentuan sentra pengembangan komoditas unggulan