BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEBAHAGIAAN DALAM KELUARGA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Manusia dalam kehidupannya akan melalui proses perkembangan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. semua yang diciptakan olehnya senantiasa berpasang-pasangan. Keadaan ini dapat dilihat dari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. Aunur Rohim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2001, hlm. 70 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA JANDA YANG MENIKAH LAGI DI KALANGAN ETNIS ARAB

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang didirikan berdasarkan azas-azas yang Islami

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya kepuasan hidup, tingginya afek positif seperti senang, puas, dan bangga, serta rendahnya afek negatif seperti rasa kecewa, cemas, dan takut. Kebahagiaan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Kebahagiaan adalah suatu hal yang menjadi harapan dalam keluarga seseorang, bahkan setiap orang sangat mendambakan kehidupan yang berbahagia semasa hidupnya. Menurut Lukman (2008) kebahagiaan pada tiap individu tergantung pada pemaknaan dan memahami kebahagiaan. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan terpenuhinya kebutuhan hidup dan ada banyak cara yang ditempuh oleh masing-masing individu. Orang bekerja untuk memperoleh penghasilan dan pencapaian karier. Orang berkeluarga untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Begitu pula orang belajar untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan. Semua kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh satu tujuan, yaitu kebahagiaan. Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan suatu 1

2 kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak dan ibu-anak. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua pribadi dalam keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini ternyata berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya (Schwarze, 2010). Keadaan bahagia dalam keluarga dapat dibuktikan dengan adanya hasil dari hubungan baik dan harmonis antara pasangan suami istri yang menghasilkan anak-anak berprestasi. Dalam konsep islam, hubungan harmonis dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai hubungan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Allah SWT berfirman : Artinya : Diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Ruum: 21) Ayat diatas menjelaskan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga yang sakinah (tenang), mawaddah (cinta), warahmah (sayang) antara suami dan istri bersama anak-anaknya. Hubungan keluarga yang harmonis ataupun yang sakinah, mawaddah, warahmah merupakan impian setiap orang untuk menciptakan keadaan bahagia didalam kehidupan berkeluarga.

3 Begitu juga sebaliknya, keluarga disebut disharmonis apabila ada seorang atau beberapa orang anggota keluarga yang kehidupannya diliputi konflik, ketegangan, kekecewaan dan tidak pernah merasa puas dan bahagia terhadap keadaan serta keberadaan dirinya. Keadaan ini berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam penyesuaian diri terhadap orang lain atau terhadap lingkungan sosialnya (Diener, Scollon dan Lucas, 2003). Fenomena perceraian yang terjadi di Solo beberapa tahun ini tidak lepas dari faktor kebahagiaan yang sudah hilang dari masing-masing anggota keluarga. Menurut Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Solo, Wasalam (2013), angka kasus perceraian di Kota Solo meningkat 10 persen saban tahunnya. Selain, dipicu hilangnya tanggung jawab salah satu pasangan, masalah ketidakbahagiaan dan berakhir perselingkuhan masih menjadi pemicu perceraian warga Solo. Perselingkuhan menjadi faktor ketiga pemicu perceraian warga di Solo. Penyebab pertama karena lepasnya tanggung jawab salah satu pasangan, dan pemicu kedua karena perbedaan karakter (joglosemar.com diakses 23 September 2013). Kata cerai bukan berarti hanya menyangkut kedua belah pihak pasangan saja, yaitu ayah dan ibu. Sayangnya tidak banyak dari pasangan yang memperhatikan bagaimana dan apa yang sedang terjadi pada anak ketika perceraian akan dan sedang berlangsung. Menurut Holder (2007), dampak dari orang tua yang bercerai mengakibatkan tekanan psikologis pada anak hingga waktu yang lama. Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dan semakin membahayakan bagi keluarga khususnya suami dan istri yang terlibat konflik. Penyelesaian konflik seperti ini terjadi bila setiap

4 pihak tidak mampu bekerjasama untuk menciptakan suatu hubungan yang selaras. Pasangan suami istri tersebut hanya mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Penyelesaian bisa dilakukan dengan kemarahan yang berlebihlebihan, hentakan-hentakan fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian berupa kata-kata kotor maupun ekspresi wajah merah padam menyeramkan yang dilakukan oleh suami maupun istri (Bachtiar, 2004). Seringkali pula muncul pola-pola perilaku yang bersifat menyerang, memaksa, menciptakan ancaman atau mencederai secara fisik yang dilakukan oleh pasangan (suami-istri). Pola-pola perilaku seperti ini menjurus pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang secara lebih luas diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan oleh salah satu anggota keluarga kepada anggota keluarga lain dengan melanggar hak individu. Fenomena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Solo sendiri kian mengkhawatirkan. Setiap tahun, angka korban yang melaporkan adanya KDRT terus meningkat. Tahun ini Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P2AKB) Solo telah menangani 80 kasus KDRT. Jumlah tersebut meningkat 10% dari tahun sebelumnya. Menurut Gunawan (2013), problem KDRT ibarat fenomena gunung es. Artinya, imbuh dia, jumlah korban KDRT yang tidak berani melapor bisa lebih banyak dari yang melapor. Hasta mengimbau para korban KDRT mau menginformasikan kekerasan yang dialami pada pihak terkait. Memang perlu keberanian dan pengorbanan untuk membuka aib keluarga. Namun dalam pantauan kami, jumlah korban KDRT yang memiliki kesadaran itu terus meningkat. Dari 80 kasus yang didampingi Bapermas, Hasta menyebut mayoritas KDRT menimpa pihak

5 istri. Bapermas juga menemukan KDRT yang menimpa anak-anak. Untuk KDRT terhadap suami, Hasta menyatakan nihil (solopos.com diakses 24 September 2013). Tidak hanya pada kasus KDRT, masalah lain seperti pertengkaranpertengkaran dalam keluarga yang mengakibatkan ketidakharmonisan, perselingkuhan, bahkan yang berakhir pada perceraian juga sebenarnya dilatarbelakangi sebuah mindset atau pandangan tertentu yang mengarahkan perlakuan suami atau istri terhadap pasangannya. Ketegangan maupun konflik dengan pasangan atau antara suami dan istri merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Apabila konflik dapat diselesaikan secara sehat maka masing-masing pasangan (suami-istri) akan mendapatkan pelajaran yang berharga, menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian, gaya hidup dan pengendalian emosi pasangannya sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan keluarga (Nes, 2009). Kebahagiaan yang terdapat pada keluarga adalah menjalani hidup dengan anggota keluarganya dengan penuh semangat dan optimisme serta jauh dari penderitaan. Tataran pada keluarga dalam melihat realitas yang ada di sekitar adalah sebuah tantangan melihat pemahaman kebahagiaan. Mussen, Conger, dan Kagen (dalam Compton, 2005) menyatakan memang antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam segi psikologis, wanita lebih mudah merasakan sebuah kejadian. Kebahagiaan memang dapat muncul oleh berbagai kejadian, selain itu tataran lingkungan yang kurang mendukung memiliki pengaruh pada pemaknaaan kebahagiaan. Kebahagiaan juga dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mempengaruhi

6 pola berfikir seseorang. Kematangan emosi juga dapat mempengaruhi bagaimana kebahagiaan seseorang terhadap pemaknaan dari kebahagiaan. Kebahagiaan juga melihat dari sisi pandang individu terhadap realitas yang ada. Cara berfikir positif serta syukur adalah bagian dari pemahaman realitas kebahagiaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frontier Consultant Group pada tahun 2007 (Wijayanti & Nurwiyanti, 2010) menunjukkan bahwa diantara enam propinsi di Indonesia, rata-rata penduduk yang paling bahagia berada di Propinsi Jawa Tengah. Indeks kebahagiaan di Jawa Tengah mencapai 48,17 melebihi indeks rata-rata Indonesia. Disusul oleh Sulawesi utara (47,95), Jawa Barat (47,85), Jawa Timur (47,19), DKI Jakarta (46,20), dan Sumatera Utara (46,12). Padahal bila dilihat tingkat pendapatan, rata-rata penduduk yang berdomisili di Propinsi Jawa Tengah berpenghasilan lebih rendah dari penduduk yang berdomisili di Propinsi DKI Jakarta. Penduduk yang tinggal di Propinsi Jawa Tengah memiliki kebahagiaan yang tinggi kemungkinan karena tidak memiliki harapan yang tinggi. Selain itu ditambahkan bahwa sikap nrima khas orang Jawa melekat pada masyarakatnya yang membuat mereka menjadi lebih tenang dengan segala kondisi yang ada. Sehingga hidup mereka lebih rileks dan dapat menikmati apa yang mereka miliki. Mengacu pada uraian diatas betapa rentannya keluarga mengalami permasalahan dan pentingnya upaya dalam menumbuhkan kebahagiaan agar menjadi keluarga yang harmonis, maka penelitian ini berfokus pada pemahaman faktor-faktor pembentuk kebahagiaan pada keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam).

7 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor pembentuk kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam). C. Manfaat Penelitian Peneliti berharap dengan adanya penelitian tentang faktor-faktor Pembentuk kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) dapat membawa manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Secara Teoritis Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berguna untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam kajian psikologi positif dan psikologi indigenous-islami 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi informan dan masyarakat, diharapkan dapat mengetahui apa saja faktorfaktor pembentuk kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam). b. Bagi Aparat Kelurahan, diharapkan dapat memberikan informasi tentang apa saja faktor-faktor pembentuk kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) sehingga impian keluarga yang sakinah, mawaddah, warhamah dapat terwujud. c. Bagi peneliti lain, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam dan mengembangkan khasanah teoritis mengenai faktor-faktor

8 pembentukan kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) serta dapat diajadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.