BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

Skripsi Oleh : Nanik Ramini NIM K

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan. yang memungkinkan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Menurut Nana Syaodih &

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

ABSTRAK PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. aktif dan interaktif, karena guru berinteraksi langsung dengan siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas salah satunya dalam bidang dasar dan pengukuran listrik.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :

I. PENDAHULUAN. satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

I. PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang akan datang. Pendidikan juga merupakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi- potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai- nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha atau keinginan yang dilakukan dengan sengaja dan teratur secara berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia kearah yang diinginkan. Pendidikan berkaitan erat dengan bagaiman proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah, walaupun kunci pokok keberhasilan proses belajar mengajar teletak pada seorang guru (pendidik) tetapi bukan berarti dalam proses belajar mengajar hanya guru saja yang aktif, sedangkan peserta didiknya menjadi pasif. Proses belajar mengajar menuntut keaktifan kedua belah pihak baik dari pendidik maupun peserta didik. Guru merupakan ujung tombak pelaksana kegiatan pembelajaran, oleh karena itu guru harus dapat membuat suasana pembelajaran yang lebih efektif. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru juga harus menentukan metode pembelajaran yang tepat agar situasi pembelajaran menyenangkan dan siswa mudah menangkap materi yang diajarkan.guru juga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan motivator atau sutradara dalam kelas. Dari variabel guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pengajaran adalah kompetensi profesional yang dimilikinya. Artinya, kemampuan dasar yang dimiliki guru baik di bidang kognitif/ intelektual seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesi dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar dan menilai hasil belajar siswa. Tetapi sarana-

2 prasarana yang tidak lengkappun membuat kemampuan yang dimiliki seorang guru terhambat. Biologi adalah salah satu bidang ilmu (science) yang mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Maka dalam mempelajarinya dengan baik dibutuhkan fakta, realita dan data yang obyektif. Hal ini menggambarkan bahwa siswa harus benar benar dapat melihat dengan jelas serta memahami materi yang diajarkan sehingga tercapai suatu indikator dari materi tersebut. Akan tetapi berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, banyak sekali kendala yang dihadapi oleh para siswa untuk dapat memahami materi pelajaran mulai dari keterbatasan alat dan bahan praktikum sampai pada kurangnya variasi mengajar oleh guru sehingga siswa merasa pelajaran Biologi adalah pelajaran yang membosankan. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum KKG secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. KKM berfungsi sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) suatu mata pelajaran atau Standar Kompetensi (SK), sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran, sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD nya, sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran, dan sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik dan masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid). Untuk penentuan KKM itu sendiri dilihat berdasarkan (1) Kompleksitas: merupakan tingkat kesulitan materi pada tiap indikator, kompetensi dasar maupun standart kompetensi. Semakin tinggi tingkat kompleksitas maka semakin kecil skor yang dipakai, (2) Daya Dukung: Faktor ini lebih ditujukan pada ketersedian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang Kegiatan Belajar Siswa. Sekolah yang memiliki daya dukung tinggi maka skor yang

3 digunakan juga tinggi, (3) Intake: Intaks merupakan tingkat kemampuan rata-rata siswa. Intaks bisa didasarkan pada hasil/nilai penerimaan siswa baru dan nilai yang dicapai siswa pada kelas sebelumnya (menentukan estimasi). Dan dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Namorambe, KKMnya adalah 70. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi SMA Negeri 1 Namorambe yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan adanya beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu siswa yang cenderung bersifat pasif dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga menyebabkan hasil belajar Biologi siswa yang belum tuntas yaitu hanya mencapai rata-rata 5,5 sedangkan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 70, terlihat dari 60 siswa kelas XI IPA, hanya 40% yang mencapai KKM. Keadaan yang seperti ini jika terus berlanjut akan mengakibatkan terpuruknya hasil belajar siswa. Rendahnya nilai yang diperoleh merupakan gambaran bagaimana tingkat kemampuan siswa menguasai materi pelajaran berupa konsep-konsep materi pelajaran serta aplikasinya dalam bentuk soal-soal pelajaran. Selain hal tersebut adanya dominansi beberapa siswa mengakibatkan siswa lain merasa kurang pantas untuk mengemukakan pendapat yang dimilikinya. Sehingga pada pelaksanaannya saat diskusi berlangsung, hanya 5-7 orang siswa yang benar-benar melakukan diskusi. Siswa yang lainnya sibuk dengan aktivitas lain diluar diskusi dan kadang ada yang bermain di dalam kelas sehingga mengganggu jalannya diskusi. Berdasarkan hasil observasi tersebut perlu solusi yang tepat untuk perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melakukan inovasi/ pembaharuan terhadap metode belajar yang dilakukan oleh seorang pendidik, sehingga proses pembelajaran lebih bervariasi. Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakann untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan (Sa ud, 2008). Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti memilih melakukan inovasi pendidikan dengan mengkombinasikan metode konvensional dengan metode GI (Group

4 Investigation). Dengan adanya inovasi tersebut, maka kegiatan belajar mengajar akan terlihat lebih efektif dan efisien. Metode konvensional merupakan metode pembelajaran tradisional dimana guru memiliki peranan yang cukup besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Walaupun pada saat ini metode konvensional sangat banyak dikritik dan dianggap tidak mengembangkan potensi peserta didik, tetapi pada kenyataannya metode konvensional masih sangat banyak diterapkan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Hal ini tidak dapat dipungkiri metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dan tanya-jawab. Menurut Sagala (2009) ceramah adalah sebuah interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Ceramah selalu dilakukan dalam proses pembelajaran walaupun metode yang digunakan bukan metode konvensional. Ceramah biasa dilakukan pada saat memulai pembelajaran, menyampaikan materi dan menutup pelajaran. Untuk itu peneliti melakukan inovasi metode pembelajaran bervariasi seperti metode konvensional dengan GI (Group Investigation). Dimana metode GI (Group Investigation) merupakan metode yang dapat mengaktifkan proses belajar siswa, dimana siswa dituntut untuk aktif, menggali, bahkan mengupas habis persoalan yang akan dibahas. Metode ini dipilih karena diyakini dapat membuat situasi belajar yang lebih efisien dalam suatu kelompok. Selain itu, metode pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara individual dan sosial. Peneliti juga tertarik mengambil materi sistem ekskresi untuk kombinasi metode tersebut karena sistem ekskresi ini berhubungan dengan kehidupan seharihari manusia, terlebih untuk pengeluaran zat pada tubuhnya. Begitu juga untuk gangguan atau penyakit yang dapat mengganggu ke-4 sistem ekskresi tersebut, sehingga peserta didik akan aktif dan tertarik membahas materi tersebut untuk dijadikan diskusi kelompok mereka. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di

5 antaranya adalah Setiawan (2008), pada penelitian yang dilakukan diperoleh peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I dengan persentase siswa yang mendapatkan nilai 7,5 keatas sebesar 32,5% meningkat menjadi 47,5% pada siklus II dan meningkat menjadi 80% pada siklus III, dan penelitian yang dilakukan oleh Hajar (2008), dimana siswa yang memperoleh nilai tuntas pada pretes berjumlah 10 siswa, pada postes I berjumlah 17 siswa, dan pada postes II meningkat menjadi 34 siswa. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, bahwa penerapan metode pembelajaran konvensional dengan kombinasi GI (Group Investigation), perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul : Inovasi Pembelajaran Metode Konvensional Dikombinasikan Dengan Metode GI (Group Investigation) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Sub Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Dikelas X1 IPA 1 SMA Negeri I Namorambe T.P 2013/2014 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya, masalah yang ada pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 1 Namorambe: 1. Rendahnya hasil belajar biologi siswa SMA Negeri 1 Namorambe. Hal ini dilihat dari beberapa siswa yang belum mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan minimal ) yaitu 70. 2. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Rendahnya kemampuan siswa mengingat materi pelajaran yang telah diajarkan, hal ini dipengaruhi oleh keadaan kelas yang tidak kondusif, dimana adanya siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, berbincangbincang ketika KBM, bahkan bermain dan menggangu teman saat proses belajar berlangsung. 4. Metode Konvensional dengan kombinasi metode GI (Group Investigation) tidak pernah diterapkan dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri I Namorambe

6 5. Kurangnya menggunakan kombinasi metode pembelajaran yang bervariasi antara lain metode konvensional dengan metode GI (Group Investigation) 1.3. Batasan Masalah Dalam penelitian ini masalah yang dibatasi hanya untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan inovasi pembelajaran melalui kombinasi metode konvensional dengan metode GI (Group Investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada sub materi sistem ekskresi di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Namorambe Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam p enelitian ini apakah inovasi pembelajaran dengan kombinasi metode konvensional dengan metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub materi sistem ekskresi di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Namorambe Tahun Ajaran 2013/2014? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam inovasi pembelajaran dengan kombinasi metode Konvensional dengan metode GI (Group Investigation) pada sub materi system ekskresi di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Namorambe Tahun Ajaran 2013/2014. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Siswa, Sebagai pendukung belajar siswa agar siswa lebih aktif, semangat dan meningkatkan hasil belajar biologi maupun pada mata pelajaran lainnya. 2. Guru, Untuk memudahkan guru dalam mengajar, karena guru tidak harus terlalu lama menjelaskan materi yang diajarkan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang baik dan variatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa.

7 3. Mahasiswa, Sebagai acuan dan bekal untuk menjadi guru yang profesional dalam bidang pendidikan dengan menguasai berbagai pendekatan yang tepat dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan proses pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. 1.7. Definisi Operasional 1. Inovasi pembelajaran yaitu suatu pembaharuan proses belajar mengajar, baik dari cara, proses, maupun perbuatan yang dilakukan secara sengaja. 2. Metode konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep- konsep, bukan kompetensi. 3. GI (Group Investigation) adalah salah satu metode belajar yang dibagi kedalam beberapa kelompok heterogen yang memiliki tugas/ materi yang berbeda- beda setiap kelompoknya dan akan dipresentasikan kedepan audiens/ teman- teman lain.