FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. dengan orang lain. Kekurangan ini boleh diartikan sebagai kebodohan, kejahilan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki sekolah bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Mulai dari sekolah regular,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

TINJAUAN TENTANG SOSIALISASI ANAK DENGAN TEMAN SEBAYA DALAM PERKEMBANGAN SOSIALNYA DI TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI 1 KANTOR GUBERNUR PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat, misalnya penggunaan smartphone. Bagi masyarakat, smartphone

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi secara lisan dengan baik dan benar di hadapan publik.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk Abstrak Bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak diantaranya adalah karena anak mengalami kesulitan dalam berbicara, kondisi fisiknya, faktor keturunan, perasaan rendah diri, dan pola asuh yang kurang tepat dilakukan oleh orang tua. Kesulitan berbicara memang dapat menghambat anak untuk berkomunikasi dengan orang lain sebab apa yang disampaikan oleh anak sulit untuk dimengerti. Kondisi ini bisa saja membuat anak merasa kurang percaya diri, minder dan malu untuk bergaul dengan teman-temannya. Anak yang mengalami kesulitan berbicara agak sulit untuk diajak bicara baik oleh guru maupun teman sekolahnya. Kata kunci : Sifat Pemalu A. Pendahuluan Tujuan pendidikan nasional yang mengacu pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya sangat membutuhkan partisipasi dan peran serta seluruh masyarakat dan personil pendidikan dalam bentuk tindakan-tindakan yang nyata. Dalam pasal 4 undang-undang nomor 20 tahun 2003 ditetapkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan). Dari pernyataan pasal 4 Undang-Undang sistem pendidikan nasional tersebut diharapkan upaya pembinaan dan pengembangan kecerdasan visual anak anak dapat dilakukan secara kontinu yang dimulai dari pendidikan Taman Kanak-Kanak. Sebagai makhluk yang merasa dan berpikir, anak mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan pikiran dengan berbagai macam cara menurut keinginannya sendiri. Dalam menyatakan perasaan dan pikiran atau berekspresi itu anak menghayati berbagai macam perasaan tentang hal-hal atau peristiwa yang dialami, seperti perasaan senang, perasaan puas, perasaan sedih, perasaan takut, perasaan berani, malu dan sebagainya. Salah satu masalah yang sering ditemui pada anak usia 3-5 tahun yakni merasa malu dalam menyampaikan keinginan ataupun bergaul dengan lingkungan sosialnya. Anak yang pemalu adalah anak yang selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan teman dan lingkungannya (Depdiknas, 2004:70). Artinya bahwa anak dengan sifat malu dapat mengalami masalah yang serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, kemampuan dasar dan penyesuaian diri. Sifat pemalu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yakni terlalu banyak ancaman/kritikan dari anggota keluarga maupun orang lain, perasaan rendah diri yang berlebihan, lingkungan, kurang bermasyarakat, pandangan orang lain serta kurangnya peran orang tua. B. Kajian Pustaka Pengertian Sifat Pemalu Menurut Prayitno (2004:208) bahwa malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih belum dikenal. Gejalanya adalah wajah yang memerah, bicara dengan gagap, suara lemah, meremas-remas jari dan sembunyi serta mencari perlindungan. Sifat pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang diberi sejak lahir. Para ahli mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi tertentu. Pemalu juga sering disebut sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri. Menurut Hidayani (2006:3.15) bahwa anak yang pemalu secara stimulus baru cepat membangkitkan amygada (struktur otak atau inner brain structure yang mengontrol reaksi menghindar) dan hubungannya cerebral cortex dan sistem syaraf simpatis, yang membuat tubuh bersiap-siap untuk bertindak menghadapi ancaman.

Gunarsah (2001:56) mengemukakan bahwa perasaan malu adalah rasa gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain terhadap dirinya. Malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerut untuk menghindari kontak dengan orang lain, terutama yang belum dikenal. Banyak cara bahkan sangat mudah sekali untuk mengenali atau mengidentifikasi anak pemalu mulanya anak akan bersembunyi dibelakang teman atau hanya menunduk terus dengan mengisap jempol jika mendapat giliran maju di depan kelas. Menurut Kak Seto (Depdiknas, 2004:70) bahwa anak pemalu yaitu anak yang selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan teman dan lingkungannya. Definisi ini menyatakan bahwa anak dengan sifat pemalu dapat mengalami masalah yang serius sebab akan menghambat kehidupan anak misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, kemampuan dasar dan penyesuaian diri. Swallow (2002:20) membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan atau dirasakan oleh anak pemalu yakni menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa, terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk yang dilakukan untuk menghilangkan kecemasannya, tidak banyak bicara, tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas, tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal, mengalami demam panggung (pipi merah, tangan berkeringat, keringat dingin dan bibir terasa kering) disaat-saat tertentu, menggunakan alasan sakit atau tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agar tidak perlu pergi ke sekolah), mengalami psikomatis dan merasa tidak ada yang menyukainya. Lebih lanjut Dewi (2005:122) mengemukakan ciri-ciri anak pemalu, meliputi: (a) le bih senang bermain sendiri, (b) tidak berani tampil dalam permainan, (c) membatasi diri dalam pergaulan, (d) kurang berani berbicara dengan guru atau orang lain. Sedangkan menurut Yusuf (2006:66) menjelaskan tugas perkembangan pada fase perkembangan usia Taman Kanak-Kanak antara lain: (a) belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang lain, (b) belajar mengadakan hubungan baik dan buruk yang berarti mengembangkan kata hati. Menurut Kelly (2003:61) bahwa perilaku pemalu adalah perilaku yang ditunjukkan oleh anak pada saat memasuki situasi baru, cemas, takut, ragu-ragu, merasa tak enak ketika mencoba sesuatu atau memasuki kelompok baru. Guru tidak hanya menerima perilaku dan keterampilan yang dibawa anak ke sekolah, tetapi guru juga menjamin bahwa setiap anak mendapat penerimaan tertentu dalam kelompok. Guru meminta anak-anak membuat ruang kelas mereka menjadi tempat yang membuat anakanak akan merasa diterima, disukai, nyaman dan aman. Ciri-Ciri Sifat Pemalu Sifat pemalu memiliki ciri-ciri seperti menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa, terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk yang dilakukan untuk menghilangkan kecemasannya, tidak banyak bicara, tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas, tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal, mengalami demam panggung (pipi merah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir terasa kering) disaat-saat tertentu, menggunakan alasan sakit atau tidak berhubungan dengan orang lain (misalnya a gar tidak perlu ke sekolah), mengalami psikomotoris dan merasa tidak ada yang menyukainya (Swallow, 2002:20). Dijelaskan pula oleh Swallow (2002:21) bahwa adanya beberapa situasi dimana seseorang merasa malu yang wajar dan dapat diterima adalah saat bertemu dengan orang yang baru dikenal, tampil di depan orang banyak dan pada situasi baru misalnya sekolah baru atau pindah rumah. Menurut Rosmala (2005:122) bahwa ciri anak pemalu adalah sebagai berikut: a. Kurang berani berbicara dengan guru dan teman lain. Anak yang pemalu, selalu gugup dalam berkata-kata sehingga cenderung jadi seorang pendiam dan kurang berbicara orang lain yang dikenalnya; b. Sifat pemalu anak juga dapat dilihat dari keberaniannya mengadakan kontak dengan orang lain. Anak pemalu selalu berusaha menghindari bertatapan mata dengan lawan bicaranya. Saat berkomunikasi dengan orang lain, anak tersebut memilih untuk menunduk atau mengalihkan pandangan ke arah lain; c. Situasi di sekolah terkadang mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan gurunya, misalnya bernyanyi, bercerita atau mengucap syair. Anak yang pemalu cenderung bersikap pasif atau menolak perintah yang mengharuskan dia menjadi objek perhatian, sehingga dia selalu menolak ketika mendapat giliran untuk tampil di depan kelas.

d. Karena merasa diri banyak kekurangan seorang yang pemalu sering memilih untuk melakukan aktivitas sendiri. Kecenderungan ini menyebabkan dia selalu menolak ajakan orang lain untuk bergabung bersama. e. Anak yang memiliki sifat pemalu, tidak suka bertutur panjang lebar dalam berkomunikasi dengan orang lain ia lebih suka berbicara seperlunya saja. f. Sifat pemalu dapat pula disebabkan oleh rasa kurang percaya diri atau merasa dirinya sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini menyebabkan dia takut untuk berterus terang atau terbuka dengan masalah yang dihadapinya. Sehingga segala sesuatu yang menjadi beban pikirannya seringkali disimpannya dalam hati, atau dipecahkannya sendiri. Sehubungan dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan malu menimbulkan kesadaran diri pada anak yang cukup tinggi terutama kekurangan dirinya karena tidak dapat memenuhi harapan orang lain. Meskipun kesadaran ini belum tentu benar, tetapi kesadaran ini tetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak. Akibatnya anak tidak berani berkomunikasi dan mengekspresikan diri apa adanya. Faktor Penyebab Sifat Pemalu Menurut Gunarsah (2001:12) bahwa faktor -faktor yang menyebabkan sifat pemalu yakni keadaan fisik, kesulitan dalam berbicara, kurang terampil dalam berteman, harapan orang tua terlalu tinggi, pola asuh yang mencela, unsur keturunan, masa kanak-kanak kurang gembira, kurang bermasyarakat, perasaan rendah diri, dan pandangan orang lain. Keadaan fisik menyebabkan sifat pemalu sebab anak yang sering sakit kurang mempunyai peluang melakukan berbagai aktivitas. Baik aktivitas dalam gerak motorik, sosial maupun aktivitas lainnya. Keadaan fisik anak sering sakit tentu saja membuat ruang gerak akan menjadi terbatas dan anak tidak bebas bermain seperti anak yang sehat lainnya. Kelainan fisik juga dapat menumbuhkan rasa malu pada anak misalnya kelainan pada bentuk atau tangan anak. Faktor penyebab kedua yang dapat menyebabkan sifat pemalu adalah kesulitan berbicara. Anak yang tidak jelas mengungkapkan bahasanya sering mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman atau orang dewasa lain. Semua ini merupakan gejala anak mengalami kesulitan bergabung dalam kelompok lain. Kurang terampil dalam berteman juga dapat menyebabkan sifat pemalu sebab kurang terampil dalam membina hubungan maksudnya anak belum berhasil melakukan tata cara berteman yang dapat diterima anak seusianya, hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan tempat tinggal atau pola asuh orang tua. Selain itu harapan orang tua terlalu tinggi dapat mempengaruhi sifat pemalu pada anak sebab harapan orang tua yang terlalu tinggi menuntut pada anak tentang teman-temannya. Orang tua hanya mengizinkan anaknya berteman dengan anak-anak yang memiliki status ekonomi yang tinggi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat pemalu adalah masa kanak-kanak kurang gembira. Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orang tua sering berpindah-pindah, orang tua bercerai, orang tua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal. Sifat pemalu juga dapat disebabkan oleh perilaku kurang bermasyarakat. Anak yang hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orang tuanya atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat. Begitu juga dengan sikap rendah diri yang dapat menyebankan sikap pemalu. Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri keramaian. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi sifat pemalu diantaranya juga adalah pandangan orang lain. Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan temantemannya juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu. Padahal anak-anak seperti ini kelak akan menjadi anak yang unggul di bidang sains dan teknologi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemalu di Lihat Dari Orang Tua, Teman Sebaya, Lingkungan Anak dan Keluarga Perilaku pemalu di lihat dari faktor orang tua Perilaku pemalu dapat dipengaruhi oleh orang tua dalam hal ini pola asuh yang diberikan orang tua. Pola asuh orang tua yang permisif biasanya diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini nantinya berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal dan memiliki kemampuan sosial yang buruk (Maya dan Wido, 2007:79). Perilaku pemalu dilihat dari lingkungan anak Menurut Yusuf (2006:35) bahwa lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Lingkungan merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat inderanya (penglihatan, penciuman, pendengaran dan rasa). Perilaku pemalu di lihat dari faktor keluarga Sauri (2006:5) menjelaskan pendidikan keluarga termasuk p endidikan jalur luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Perilaku pemalu di lihat dari faktor teman sebaya Seiring dengan perkembangan anak, mereka mulai belajar berteman dan bersosialisasi baik dalam kegiatan bermain dan lain-lain. Anak belajar mengetahui tata cara berteman seperti menunggu giliran, saling berbagi, mengikuti aturan permainan dan lain-lain. Keterampilan ini diperoleh anak melalui pengalaman dalam bermain bersama anak yang lain di rumah atau di sekolah. Menurut Dewi (2005:133) bahwa anak menjadi malu sebagai akibat kurang terampilnya dia membina hubungan pertemanan di kelompok. Kurang terampil membina hubungan pertemuan dalam hal ini anak belum berhasil melakukan tata cara berteman yang dapat diterima anak seusianya. Hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan tempat tinggal atau pola asuh orang tua. Upaya Meminimalkan Sifat Pemalu Rasa malu adalah sebuah kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkoordinasian sosial. Untuk mengatasi rasa malu ini, yang dibutuhkan adalah belajar bersikap rileks dalam pergaulan sosial. Untuk itu dibutuhkan usaha mengarahkan diri anda jauh dari terlalu berpusat pada diri sendiri, serta memberi diri anda ruang untuk mempraktekkan kemampuan bercakap-cakap. Dalam kebanyakan kasus, emosi yang memuncak dalam bersosialisasi membuat orang menanggapi berbagai kejadian dengan rasa takut. Untuk memulai mengurangi rasa malu, bagi anda yang pemalu, ada beberapa hal di bawah ini yang mungkin dapat dilakukakan diantaranya adalah memikirkan cara untk merasa dan bertindak di sekitar orang-orang, hindari terlalu memperhatikan diri anda sendiri, buat pertanyaan terbuka pada semua orang, berhentilah percaya pada imajinasi anda, berhentilah memikirkan segalanya atau bukan apa-apa, nikmati waktu anda dan gunakan latihan hipnotis. D. Kesimpulan Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri anak pemalu ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga sulit bergaul. Jadi mereka perlu diberi bantuan. Dijelaskan pula oleh Gunarsah (2001:12) bahwa faktor -faktor yang menyebabkan sifat pemalu yakni keadaan fisik, kesulitan dalam berbicara, kurang terampil dalam berteman, harapan orang tua terlalu tinggi, pola asuh yang mencela, unsur keturunan, masa kanak-kanak kurang gembira, kurang bermasyarakat, perasaan rendah diri, dan pandangan orang lain. Penyebab masalah seorang anak menjadi pemalu. Daftar Pustaka Dewi Morsala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas Depdiknas, 2004. Masalah Anak Pemalu. Jakarta: Depdiknas

Gunarsah. 2001. Kruteria Anak Pemalu. Jakarta. Rineka Cipta Kelly Kate. 2003. Menghentikan Perilaku Buruk Anak. Jakarta: Buana Populer Maya, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Prasekolah. Bandung: Prestasi Pustaka Prayitno. 2004. Pengertian_Malu. http://www.pengertian_malu.indoskrip@ yahoo.co.id diakses tanggal 3 Maret 2012 Swallow. 2002. Berbagai Masalah Anak. Jakarta: Rineka Cipta Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya