BOKS 1 PENGARUH SHOCK NLA TUKAR RUPAH DAN PENDAPATAN NEGARA MTRA DAGANG TERHADAP EKSPOR PROPNS BANTEN Pendahuluan Sektor industri di Banten yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Banten (45,28% terhadap PDRB Banten tahun 2008) tidak dapat terlepas dari kegiatan perdagangan internasional. Berdasarkan data PEB Bank ndonesia menurut SC, pada tahun 2008 nilai ekspor sektor industri di Banten mencapai lebih dari 90% terhadap total nilai ekspor Banten. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari industri di Banten yang berorientasi ekspor. Namun di sisi lain, nilai impor Banten juga sangat besar dimana import content dunia usaha di Banten sangat tinggi (86,76% terhadap total impor Banten pada tahun 2008). Krisis keuangan global yang menimpa banyak negara maju di dunia berimbas pada kegiatan ekspor dan impor Banten. Depresiasi nilai tukar Rupiah terjadi setelah krisis yang seharusnya membantu peningkatan ekspor namun menjadi tertahan dan bahkan mengalami penurunan karena pendapatan negara mitra dagang seperti USA juga menurun. % Growth Volume Ekspor (y-o-y) 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00-20.00-40.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 % 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00-50.00 Growth Nilai Ekspor (y-o-y) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Growth Nilai Ekspor Banten (y-o-y) Poly. (Growth Nilai Ekspor Banten (y-o-y)) Growth Ekspor (y-o-y) Poly. (Growth Ekspor (y-o-y)) Grafik 1.1 Pertumbuhan Volume Ekspor Banten Sumber : Bank ndonesia Grafik 1.2 Pertumbuhan Nilai Ekspor Banten Sumber : Bank ndonesia Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikaji bagaimana struktur ekspor Propinsi Banten serta pengaruh dari shock nilai tukar Rupiah dan perubahan pendapatan negara mitra dagang terhadap kegiatan ekspor Propinsi Banten. Hal ini penting untuk memberikan gambaran dan rekomendasi mengenai komoditas utama ekspor Banten dan dampak dari pergerakan nilai tukar serta pendapatan negara mitra dagang terhadap ekspor Propinsi Banten. Penelitian tersebut dikembangkan dengan metode analisis deskriptif, melalui suatu adaptasi terhadap model Performance-mportance Analysis untuk melihat komoditas unggulan ekspor serta menggunakan metode Vector Auto Regression untuk melihat dampak dari shock nilai tukar Rupiah dan pendapatan negara mitra dagang terhadap ekspor Banten. Hasil Penelitian Alas kaki merupakan komoditas utama ekspor Banten dengan pangsa mencapai 18,67% terhadap total ekspor, kemudian diikuti oleh beberapa produk mulai dari bahan plastik, Boks 1-1
produk kimia organik dan lainnya hingga komoditas plastik olahan. Dilihat dari negara tujuannya, USA merupakan negara tujuan utama ekspor Banten dengan rata-rata pangsa sebesar 17,78%. Komoditas yang memiliki rata-rata pangsa terhadap total nilai ekspor Banten tinggi dan ratarata pertumbuhannya pun tinggi adalah produk kimia organik sehingga digolongkan ke dalam kuadran dipertahankan yang berarti kestabilan industri tersebut harus dijaga karena menjadi penopang bagi ekspor Banten. Sedangkan untuk komoditas bahan plastik yang memiliki rata-rata pangsa relatif tinggi namun pertumbuhannya rendah berada pada kuadran prioritas tinggi yang berarti perlu didorong pertumbuhannya karena memiliki kontribusi yang tinggi terhadap total ekspor. No. Tabel 1. Sepuluh Komoditas Utama Ekspor Banten Jenis Barang Menurut Kode STC 2 digit Rata-rata Pangsa Terhadap Nilai Ekspor Rata-rata Pangsa Terhadap Volume Ekspor 1. 85 - Alas Kaki 18,67 1,80 2. 57 - Bahan plastik 10,60 14,81 3. 51 - Produk Kimia Organik 9,74 17,02 4. 84 - Pakaian Jadi 8,53 0,71 5. 64 - Kertas dan olahannya 7,17 16,35 6. 65 - Tekstil dan Produk Tekstil 6,35 3,10 7. 68 - Logam bukan besi 5,35 1,49 8. 63 - Barang-barang olahan dari kayu dan gabus 3,55 3,38 9. 67 - Besi dan baja 2,90 11,40 10. 58 - Plastik olahan 1.92 1,07 Tabel 2. Sepuluh Negara Tujuan Utama Ekspor Banten No. Negara Tujuan % 1 USA 17,78 2 China 11,46 3 Japan 10,70 4 Malaysia 6,04 5 Singapore 4,15 6 Belgium 4,06 7 Thailand 3,30 8 South Korea 3,12 9 Germany 2,98 10 Australia 2,95 Untuk komoditas besi dan baja, logam bukan besi, kertas dan olahannya, pakaian jadi serta tekstil dan produk tekstil dikategorikan ke dalam prioritas rendah yang berarti Boks 1-2
pengembangan jangka panjang dibutuhkan untuk menaikkan rating komoditas ini menuju kuadran yang lebih baik. Karena industi besi dan baja, tekstil dan produk tekstil, serta industri lainnya yang masuk ke dalam kuadran ini tingkat penyerapan tenaga kerjanya tinggi, maka dibutuhkan perhatian khusus untuk menjaga eksistensi industri-industri tersebut. Terakhir, untuk komoditas plastik olahan dan barang-barang olahan dari kayu dan gabus karena pangsa maupun pertumbuhannya relatif rendah, digolongkan ke dalam kuadran potensial, yang berarti masih potensial untuk dikembangkan di masa depan (Grafik 3). 20.00 85 - Alas kaki 20.00 85 - Alas kaki 18.00 51 - Produk kimia organik 18.00 51 - Produk kimia organik PangsaterhadapNilai EKspor(%) -Sumbu Vertikal Prioritas Tinggi 16.00 14.00 12.00 10.00 0.00 20.00 40.00 8.0060.00 80.00 100.00 Prioritas Rendah 6.00 4.00 dipertahankan 57 - Bahan plastik 84 - Pakaian jadi 65 - Tekstil dan Produk Tekstil 64 - Kertas dan olahannya 67 - Besi dan Baja 68 - Logam bukan besi 2.00 63 - Barang-barang olahan dari Kayu dan Gabus 0.00 Potensial 58 - Plastik olahan Pertumbuhan nilai (%) - Sumbu Horizontal Grafik 3. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Ekspor Banten (1) PangsaterhadapNilai Ekspor(%) -Sumbu Vertikal Prioritas Tinggi 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Prioritas Rendah 6.00 4.00 dipertahankan 57 - Bahan plastik 84 - Pakaian jadi 68 - Logam bukan besi 65 - Tekstil dan Produk Tekstil 64 - Kertas dan olahannya 67 - Besi dan Baja 2.00 63 - Barang-barang olahan dari Kayu dan Gabus - Potensial 58 - Plastik olahan Pertumbuhan volume (%)-Sumbu Horizontal Grafik 4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Ekspor Banten (2) Jika dilihat dari hubungan antara pertumbuhan volume ekspor dengan kontribusinya terhadap nilai ekspor, komoditas yang masuk ke dalam kuadran dipertahankan adalah alas kaki dan produk kimia organik. Komoditas yang tergolong ke dalam kuadran prioritas tinggi adalah bahan plastik, komoditas yang tergolong ke dalam kuadran prioritas rendah adalah kertas dan olahannya, logam bukan besi, dan pakaian jadi. Tekstil dan produk tekstil, plastik olahan, besi dan baja, serta barang-barang dari kayu dan gabus tergolong ke dalam komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Response to Cholesky One S.D. nnovations ± 2 S.E. Response of LNVOL_X to LNVOL_X Response of LNVOL_X to LNRER Response of LNVOL_X to LNYUS.25.25.25.20.20.20.15.15.15.10.10.10.05.05.05.00.00.00 -.05 -.05 -.05 -.10 -.10 -.10 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Grafik 5. Grafik mpulse Response antara Volume Ekspor dengan Nilai Tukar Riil dan PDB USA Boks 1-3
Response to Cholesky One S.D. nnovations ± 2 S.E..3 Response of LNX to LNX.3 Response of LNX to LNER.3 Response of LNX to LNY_US.2.2.2.1.1.1.0.0.0 -.1 -.1 -.1 -.2 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Grafik 6. Grafik mpulse Response antara Nilai Ekspor dengan Nilai Tukar Nominal dan PDB USA Respon yang diberikan oleh volume ekspor atas shock dari kenaikan nilai tukar riil adalah negatif pada awal terjadinya shock dan juga pada periode selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika nilai tukar Rupiah mengalami shock positif (terapresiasi) terhadap USD pada saat periode ke-1, volume ekspor Propinsi Banten akan mengalami penurunan dari periode ke-1 hingga periode ke-3 dan berangsur kembali ke titik keseimbangannya. Hal ini masih sejalan dengan teori yaitu ketika nilai tukar riil dari suatu negara meningkat akibat mata uangnya terapresiasi, maka harga barang-barang dari negara tersebut relatif menjadi meningkat dibandingkan dengan sebelum terapresiasi. Dengan kata lain, jika berbicara pada sisi sebaliknya, ketika rupiah terdepresiasi volume ekspor Banten secara empirikal akan terdorong meningkat (ceteris paribus). Jika dilihat dari kaitannya dengan risiko nilai tukar, depresiasi rupiah akan mengakibatkan terjadinya set off, dimana ketika rupiah terdepresiasi volume ekspor secara empirikal akan terdorong meningkat (nilai ekspor pun akan meningkat ceteris paribus) di sisi lain depresiasi yang terjadi justru dapat meningkatkan harga barang impor (import content untuk industri di Banten sekitar 80%). Akhirnya, depresiasi rupiah dapat menghambat ekspor dan menimbulkan efek saling menghilangkan sehingga net ekspor tidak langsung terdorong meningkat (exchange rate risk effect). Ditambah pula dengan adanya fakta bahwa import content industri di Banten yang tinggi, depresiasi yang terjadi justru dapat membawa neraca perdagangan Banten menjadi defisit. Begitu pula dengan respon dari volume ekspor terhadap pendapatan USA yang baru terasa dampaknya mulai periode ke-2. Berdasarkan Grafik 6 diketahui bahwa respon dari nilai ekspor terhadap shock positif (apresiasi) nilai tukar Rupiah terhadap USD tidak segera menurunkan nilai ekspor, dan akan terasa dampaknya pada periode ke-2 dan berangsur-angsur mendekati titik keseimbangannya pada periode ke-4. Begitu pula halnya dengan respon dari nilai ekspor terhadap shock positif pendapatan negara mitra dagang. Shock positif (peningkatan) pendapatan USA tidak langsung meningkatkan nilai ekspor, namun membutuhkan waktu penyesuaian. Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh dari pendapatan negara mitra dagang lebih besar daripada pengaruh nilai tukar terhadap ekspor Banten. Boks 1-4
Period S.E. LNVOL_X LNRER LNYUS 1 0.177623 100.0000 0.000000 0.000000 2 0.196528 98.71280 0.332747 0.954454 3 0.201924 97.24125 0.415009 2.343738 4 0.204518 95.87642 0.404581 3.718997 5 0.206391 94.60971 0.448951 4.941337 6 0.208008 93.43305 0.564366 6.002580 7 0.209478 92.35103 0.721190 6.927777 8 0.210831 91.36539 0.891713 7.742897 9 0.212077 90.47221 1.059767 8.468023 10 0.213223 89.66427 1.217961 9.117765 Cholesky Ordering: LNVOL_X LNRER LNYUS Tabel 3. Forecast Error Variance Decomposition Volume Ekspor Period S.E. LNX LNY_US LNER 1 0.132747 100.0000 0.000000 0.000000 2 0.175416 96.35078 1.550012 2.099210 3 0.206791 83.53206 1.203692 15.26425 4 0.217336 83.24904 2.558357 14.19260 5 0.239378 72.89449 12.10781 14.99770 6 0.268575 59.20394 24.81578 15.98027 7 0.286900 52.10268 31.67795 16.21937 8 0.295699 49.06897 34.20995 16.72108 9 0.300958 47.38359 35.35055 17.26585 10 0.304744 46.26168 36.22819 17.51013 Cholesky Ordering: LNX LNY_US LNER Tabel 4. Forecast Error Variance Decomposition Nilai Ekspor Rekomendasi Berdasarkan hasil uji empirikal dan analisis deskriptif terhadap pengaruh variabelvariabel yang diuji terhadap volume dan nilai ekspor Banten serta mengingat nilai impor Banten lebih besar dibandingkan dengan ekspornya, perlu dicari cara-cara untuk lebih meningkatkan ekspor dan mengurangi impor Banten seperti: a. Krisis yang melanda perekonomian banyak negara maju yang menjadi mitra dagang industri dari Banten mendorong penurunan ekspor, untuk itu diharapkan pemerintah dapat bekerjasama dengan pengusaha untuk mencari pasar-pasar yang baru di luar yang telah ada kini. b. Mengingat pakaian jadi merupakan salah satu dari sepuluh produk utama ekspor Banten namun perlu ditingkatkan pertumbuhan dan pangsanya, pembangunan industri di wilayah Banten Selatan dapat dijadikan alternatif solusi. Hal ini dikarenakan selain industri pakaian jadi dapat menyerap banyak tenaga kerja, juga karena masih adanya kesenjangan pembangunan di Banten Utara dan Banten Selatan, sehingga diharapkan pada jangka panjang dapat meningkatkan kesejahteraan Propinsi Banten dan mengurangi pengangguran. c. Disarankan pula untuk menggiatkan pengusaha untuk mengekspor barang jadi sehingga harga jualnya dapat lebih tinggi. d. Pemerintah Daerah Banten disarankan untuk meningkatkan kondisi infrastruktur dimana keadaan infrastruktur yang tidak memadai di sejumlah kawasan industri (seperti jalan di kawasan Cilegon) dapat menghambat kondisi usaha dan pada akhirnya kepada ekspor Banten. Boks 1-5
e. nfrasturuktur pelabuhan di Banten seperti Merak, Ciwandan dan Cigading saat ini belum memadai (sebagian besar digunakan sebagai lalu lintas barang yang berbentuk curah dan tidak dapat digunakan untuk barangbarang manufaktur lainnya) sehingga banyak industri di Banten tetap menggunakan jasa pelabuhan di Jakarta dan pada akhirnya meningkatkan biaya. Untuk itu disarankan untuk mempercepat pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus yang di dalamnya termasuk pembangunan pelabuhan Bojonegara, dimana hal ini dapat menguntungkan pengusaha karena akan mengurangi biaya, dan pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian Banten. Boks 1-6