Yoseph Payong Ado. (Peneliti) Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN I) Samarinda

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Pengembangan Pembelajaran dan Pemberian Balikan.

Oleh : Umi Sholikhah, S.Pd. Kata Kunci: pengetahuan sosial, pembelajaran kooperatif model jigsaw

Lince Sibuea Guru SDN Bojong Rawalumbu VIII, Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi ABSTRAK

Jurnal Ilmiah DUNIA ILMU VOL. 3. NO. 1 Juli 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBERIAN BALIKAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 PRAYA TENGAH

Jurnal Ilmiah d ComPutarE Volume 2 Juni 2012

Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pembelajaran Kooperatif

Ahmad Yasin 5. Kata Kunci: metode kooperatif model group investigation, hasil belajar. Guru SDN 03 Tlogosari

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGHEMATAN AIR MELALUI METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL SISWA KELAS V SD. Sunarti

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE CERAMAH KELAS V. Nurul Hamsi SD Negeri Sumber V Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat 14. mencapai hasil belajar yang meksimal.

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER DALAM MENGENAL IBADAH DI BULAN RAMADAN. Nurohmah

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KOMPONEN PETA

Oleh : R.Hobro Pranasmoro Hadi Guru SMA Negeri 1 Jogorogo. Kata Kunci : matematika, belajar aktif, kerja kelompok

PENINGKATAN PRESTASI PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE BELAJAR AKTIF MODEL PEMBELAJARAN TERARAH

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika dan Pembelajarannya, Menyongsong Kurikulum 2013 Surabaya, 01 Juni 2013

MODEL PEMBELAJARAN TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENGENAL MAKNA PENINGGALAN SEJARAH.

Volume 6 Nomor 2-Juli 2015 ISSN:

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN BANYUAJUH 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Menerapkan Metode Pemberian Balikan pada Siswa Kelas III.a SDN 02 Kota Bima

Oleh: N. Komariyah, S.Pd.I NIP ABSTRAK

Jurnal Florea Volume 2 No. 1, April 2015 (13-17)

Jurnal Ilmiah DUNIA ILMU VOL. 3. NO. 1 Juli 2017

Minarlin Listiani 12. Guru SDN 2 Tamansari Situbondo

SRI WINARNI SDN Kandat 2 Kab. Kediri

ISSN: Drs, M.Si, SDN Sukorejo 02 Bangsalsari Jember

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IX MTSN MODEL PALOPO

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

STRATEGI PEMBELAJARAN GABUNGAN CERAMAH DAN SIMULASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

Sudarjatiningsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Fungsi

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 6 ISSN X

Zainal Mufti SMA Negeri 1 Sekaran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Seting dalam penelitian ini meliputi: Materi yang diteliti, tempat dan waktu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR. Ratna Juita

KOMPETENSI MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINKS PAIR SHARE

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

Suminem dan Siti Khaeriyah MAN 2 Kota Pontianak, Dinas Pendidikan Kota Pontianak

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBERIAN BALIKAN

ISSN No Media Bina Ilmiah 71

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MOTIVASI CETEMAT DASAHIL PADA SISWA KELAS V TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SDN 1 KENDALREJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XII IPA 1 SMA NEGERI 5 PALEMBANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

Kamilah SDN Sukaoneng Tambak Gresik

BAB III METODE PENELITIAN

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS

Oleh: Unik Maryani SD Negeri 3 Ngantru, Trenggalek

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

PROSIDING ISBN :

Melalui Strategi Pembelajaran Ekspositori Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa Kelas VI/A SD Negeri 20 Sabang

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PERMAINAN LEMPAR TURBO MELALUI PENERAPAN METODE PRAKTEK TERBIMBING. Sulama

BAB III METODE PENELITIAN

Volume 07, Nomor 02, desember 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Darsih Windarwanti Guru SMP Negeri 1 Paron ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. Nurdin Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Amanah Makassar Abstrak

RAHYANTI YUDIATI, S.Pd.

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Implementasi Metode Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PADA PELAJARAN PRODUKTIF LISTRIK DI SMK MELALUI GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL TPS (THINK PAIR SHARE)

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

SITI QOTIJAH SDN Tiron 1 Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri

Jus Sulastri SDN 009 Tanjung Palas

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS V SDN 3 TLOGOSARI SEMESTER II TAHUN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN MODEL STAD DAN ROLE PLAYING

Oleh: Siti Wadingah SD Negeri 1 Tulungrejo, Karangrejo, Tulungagung

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI IPS MELALUI METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS DI KELAS V SD NEGERI SUKOSARI - MANTUP - LAMONGAN SKRIPSI

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VI SDN 181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No 2, Juni Darmiyanto 1) dan A.A. Sujadi 2) 1), 2) Program Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP

SITI ROPI AH, S.Pd. *) NIP *) Guru SDN 01 Podorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia dengan Menerapkan Model Pengajaran Tuntas pada Siswa Kelas XI.IPA SMA Negeri 1 Madapangga

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA RANGKAIAN LISTRIK MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN

Transkripsi:

1 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI SISWA KELAS XII AK 2 SMKN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TGT PADA I SAMARINDA TAHUN 2014/20015 Yoseph Payong Ado. (Peneliti) Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN I) Samarinda ABSTRAK Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model TGT terhadap hasil belajar Bahasa Inggris. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model TGT. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberi pemahaman kepada guru-guru bahasa Inggris terhadap penggunaan metode pembelajaran koorperatif model TGT dalam menciptakan situasi belajar bahasa Inggris yang menyenangkan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran/silus. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XII AK 2 SMKN I Samarinda. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa kelas XII AK 2 SMKN I Samarinda serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pengajaran Bahasa Inggris. Kata Kunci: pembelajaran Bahasa Inggris, kooperatif model TGT A. Latar Belakang Untuk mengantisipasi kekurangan jam akibat implementasi kurikulum 2013 hendaknya diusahakan penerapan jam pelajaran yang memungkinkan semua materi pelajaran itu dapat tersampaikan dengan baik. Guru bahasa Inggris harus mempunyai strategi yang tepat untuk menanggulangi kekurangan jam pelajaran tersebut dengan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar bagi mata pelajaran bahasa Inggris dengan baik tanpa mengorbankan hal apa saja yang berkaitan dengan pelajaran bahasa Inggris tersebut. Guru bahasa Inggris perlu mempunyai persepsi yang sama terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar

2 bahasa Inggris bahwa, kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris itu tidak harus dilaksanakan di dalam ruangan kelas. Kegiatan tersebut dapat juga dilaksanakan di luar kelas dengan pemberian tugas. Untuk hal ini guru harus mempunyai keinginan kuat untuk menciptakan kondisi belajar yang mumpuni yang membuat siswa dapat melewati kegiatan belajar bahasa Inggris itu dengan penuh semangat. Kegiatan belajar mengajar di luar kelas tersebut dilaksanakan dengan pemberian tugas proyek kepada siswa untuk dikerjakan dalam kelompok belajar. Kelompok belajar dimaksud hendaknya dibentuk di bawah kendali guru agar diperoleh suatu kelompok yang heterogen, sehingga di dalam implementasinya tidak mengalami kesulitan. Karena kelompok belajar yang dibentuk itu bertujuan agar dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara bersama-sama. Dalam kelompok belajar tersebut diharapkan para siswa dapat belajar bersama dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Belajar bersama yang dimaksud adalah siswa yang dianggap mampu diharapkan dapat membantu siswa yang kurang mampu dan siswa yang kurang mampu diharapkan tidak merasa malu dan canggung un tuk bertanya kepada yang mampu. Di sinilah pada akhirnya terjadi saling asah, salinng asuh dan saling asih. Inilah tujuan heterogenitas kelompok bentukan guru yang bijak. Dalam penelitian ini tugas kelompok tersebut dinamakan Belajar koperatif model Team game tournament (TGT). Model pembelajaran TGT ini menghantar para siswa kepada suatu situasi belajar bersma sambil bermain secara akademik di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencapai suatu kompetensi belajar bahasa Inggris yang dalam penelitian ini ditekankan pada kemampuan berbicara (speaking anbility). Belajar korperatif (coorperative learning) terjadi didasari pada hakekat bahwa manusia itu unik yang berbeda satu sama yang lain. Atas perbedaan inilah manusia itu akhirnya saling membutuhkan sehingga terjadilah hal yang saling asah, saling asih dan saling asuh seperti yang telah dikemukakan di atas.

3 B. Landasan Teori Model TGT adalah pelajaran yang terjadi dalam kelompok yang lebih kecil sehingga terjadi saling kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama dalam model TGT ini adalah menjadi kelompok yang terbaik di dalam suatu kelas. Karena realisasi dari model TGT ini adalah para siswa akan diadu dalam suatu permainan atau pertandingan akademik yang dikemas dalam bentuk pertandingan mingguan. Siswa dalam kelompok memainkan pertandinganpertandingan akademik dalam tournament mingguan ini dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Pertandingan individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang telah dimiliki sebelumnya. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata hasil sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain. Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu hal yang penting, berharga dan menyenangkan demi masa depannya, juga diyakinkan belajar itu sebenarnya bukan untuk sekedar dapat mengerjakan soal dalam ujian dan lulus, akan tetapi belajar pada hakekatnya untuk menguasai ilmu yang dipelajari itu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

4 C. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai dengan baik. Penelitian ini berupa peneltian tindakan kelas (PTK) karena menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Silabus yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2). Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3).Lembar Kegiatan Siswa. Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. 4) Tes formatif. Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba,

5 kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Dari proses validasi dan reliabilitas akhirnya didapatilah soal yang valid yang layak digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 butir soal dan yang tidak valid atau yang tidak layak dipakai berjumlah 16 butir soal. Proses validasi soal sebelum diujikan kepada siswa merupakan langkah yang sangat penting. Karena validitas butir soal atau validitas item dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal, mana yang valid dan mana yang tidak valid sehingga pada saat diterapkan kita akan memperoleh hasil yang benar-benar akurat. Hal ini juga bertujuan untuk menentukan mana butir soal yang gagal dan yang diterima. tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment: N XY X Y 2 2 2 N X X NY Y r xy (Suharsimi Arikunto, 2001: 72) Dengan: r xy N ΣY ΣX ΣX 2 : Koefisien korelasi product moment : Jumlah peserta tes : Jumlah skor total : Jumlah skor butir soal : Jumlah kuadrat skor butir soal ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut: r 11 2r1/ 21/ 2 (Suharsimi Arikunto, 2001: 93) (1 r ) 1/ 21/ 2 Dengan: r 11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r 1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Kriteria reliabilitas tes jika harga r 11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel. 2

6 Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat: 20 soal mudah, 15 soal sedang dan 11 soal sukar. Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Di samping itu hal ini juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: Untuk menilai ulangan atau tes formatif. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: Dengan : X = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah semua nilai siswa X X N

7 Σ N = Jumlah siswa Untuk ketuntasan belajar pada penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P D. Hasil Penelitian Siswa. yang. tuntasbelajar. x100% Siswa 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 60,71%, 75,00%, dan 89,29%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif model TGT dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Kondisi ini disebabkan oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pelajaran dan usaha memotivasi siswa untuk belajar bersama dalam kelompok. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan penguasaan materi pelajaran yang telah diterima

8 selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran BAHASA INGGRIS dengan pembelajaran kooperatif model TGT yang paling dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model TGT dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%). 2). Penerapan pembelajaran kooperatif model TGT mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar BAHASA INGGRIS, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran kooperatif model TGT sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 3). Pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam

9 kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu. (proses tutor sebaya) E. Simpulan dan Saran 1. Pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%). 2. Penerapan pembelajaran kooperatif model TGT mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar BAHASA INGGRIS, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran kooperatif model TGT sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 3. Pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu. (proses tutor sebaya) disampaikan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model TGT memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran kooperatif model TGT dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

10 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di satu kelasa pada satu tinkat saja yaitu kelas XII AK 2 tahun pelajaran 2014/2015. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

11 Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas I. Jakarta: Erlangga. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta. Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah PanitianPelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-kabupaten Tuban. Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu. Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

12 Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU- PPAI, Universitas Terbuka. Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset. Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.