PEMETAAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET SISWA SMA MENGGUNAKAN TES OPERASI LOGIS (TOL) PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

dokumen-dokumen yang mirip
TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII BERDASARKAN TEORI PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah

MENGUKUR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA SMA MENGGUNAKAN OPERASI LOGIKA PIAGET (Konfirmasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai

PERBANDINGAN HASIL TES KETERAMPILAN PENALARAN FORMAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH PERKULIAHAN PENGANTAR DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. matematika ini diperkenalkan pada siswa sejak tingkat sekolah dasar sampai

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan proses berpikir seseorang dalam mengambil

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL PEMECAHAN SOAL MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TAHAP BELAJAR DIENES DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

PEMBELAJARAN PENALARAN FORMAL MELALUI BAHAN AJAR MATEMATIKA SISWA SMA DENGAN MATERI ALJABAR

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM BELAJAR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI BELAJAR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA. Agustina, Ika Wahyuni, Skripsi: Profil Pengajuan Soal Matematika. Kelamin, Surabaya: UNESA, 2013.

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

Analisis Perbandingan Penalaran Kreatif Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2016 Tingkat Sekolah Lanjutan Atas

PROFIL PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI PERBANDINGAN DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Inquiry Berbantuan Software Wingeom

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak

PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA DALAM OPERASI LOGIS BERDASARKAN TEORI PIAGET DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

PROFIL PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI SISWA MTs DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR DAN PERBEDAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan

TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA MTs ASY SYIFA KELAS IX BERDASARKAN TEORI PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari, matematika juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak banyak mendapatkan pengalaman saat ia bermain. dengan sekumpulan benda mainannya, misalnya ia memiliki seperangkat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Utama, 2008), hlm Bumi Aksara, 2008), hlm. 37

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING (DLPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DI KELAS XI SMA NEGERI 5 LANGSA SKRIPSI

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dirancang secara kuantitatif dengan rancangan Kuasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

BAB III METODE PENELITIAN

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA / MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018. memahami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA kemala Bhayangkari Surabaya kelas XII pada tanggal 17 April

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Film Pembelajaran

BAB III. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH KEMAMPUAN PENALARAN FORMAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEMPERHATIKAN TINGKAT PENDIDIKAN AYAH SISWA. Baso Intang Sappaile * )

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan. dipresentasikan kepada orang lain.

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan adalah proses kognitif kritis di setiap bidang kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memahami materi pelajaran yang disampaikan 1. Menurut Kamus Besar

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB III METODE PENELITIAN. penalaran adaptif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII

Transkripsi:

PEMETAAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET SISWA SMA MENGGUNAKAN TES OPERASI LOGIS (TOL) PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN Muhamad Badrul Mutammam 1, Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya 31 Email: roelbad1991@gmail.com 1, megatbudiarto@yahoo.com ABSTRAK Sebagian besar siswa SMA mengalami kesulitan pada saat mempelajari materi ajar matematika. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut yakni dimungkinkan siswa SMA masih belum memasuki tahap operasi formal. Meskipun berdasarkan tahapan Piaget berdasarkan usia, pada usia SMA seharusnya siswa sudah memasuki tahap operasi formal. Peneliti juga melihat tahap perkembangan kognitif Piaget ditinjau dari perbedaan jenis kelamin karena terdapat perbedaan kemampuan matematika antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemetaan perkembangan kognitif Piaget siswa laki-laki dan perempuan menggunakan tes operasi logis (TOL) Piaget. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah 3 siswa kelas XI A di SMA Negeri 1 Cerme Gresik. Penelitian ini dirancang dengan memberikan TOL Piaget kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan 73,33% siswa laki-laki pada tahap operasi formal dan,7% pada tahap operasi konkret. 3,% siswa perempuan pada tahap operasi formal dan 3,15% pada tahap operasi konkret. Skor rata-rata TOL Piaget siswa laki-laki yakni 7,7 dan siswa perempuan yakni 71,3 yang artinya rata-rata siswa cenderung pada tahap formal awal. Pemahaman matematika siswa berdasarkan 7 operasi logis menunjukkan bahwa pada tipe klasifikasi, seriasi dan perkalian logis rata-rata siswa laki-laki berpemahaman cukup sedangkan tipe kompensasi, proporsi, probabilitas, dan korelasi berpemahaman belum cukup. Pada tipe klasifikasi, seriasi, perkalian logis, kompensasi dan proporsi berpemahaman cukup, tipe probabilitas berpemahaman rendah dan tipe korelasi berpemahaman belum cukup. Kata Kunci: konkret, formal, operasi logis, Piaget 1. PENDAHULUAN Keterampilan berfikir, lebih khusus lagi perkembangan kognitif, merupakan salah satu pusat perhatian pendidikan matematika dan sains. Perkembangan kognitif merupakan salah satu penentu dalam pengembangan kurikulum matematika dan sains []. Tentunya untuk mewujudkan perkembangan kognitif yang baik terhadap peserta didik perlu dilakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian guna memperoleh data bagaimana mewujudkan perkembangan kognitif yang baik. Salah satu cara yang biasa digunakan yaitu dengan mengkaji teoriteori perkembangan kognitif yang telah ada. Salah satu teori yang sering digunakan dalam membahas teori perkembangan kognitif yaitu teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog yang juga ahli biologi kelahiran Swiss pada tahun 19. Teori perkembangan kognitif dan teori pengetahuan Piaget sangat banyak mempengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun kurikulum, memilih metode pegajaran dan juga memilih bahan bagi pendidikan anak, terlebih pendidikan di sekolah. Teori kontruktivisme Piaget sangat mempengaruhi bagaimana sebaiknya seorang guru membantu murid membangun suatu pengetahuan. Teori kontruktivisme mempertanyakan apa dan bagaimana peran guru yang baik dan peran murid yang sesungguhnya dalam menggeluti ilmu pengetahuan. Tidak ketinggalan, metode penelitian Piaget banyak mewarnai penelitiap pemikiran anak [1]. Menurut Piaget pengertian dan pemahaman seseorang itu mengalami perkembangan dari lahir sampai menjadi dewasa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi dalam empat tahapan, yakni sensorimotor, pra-operasional, operasi konkret dan operasi formal. Tiap-tiap tahap berkaitan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda [7]. Menurut Piaget penalaran sudah mulai digunakan individu pada usia 7 tahun, yakni pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Sementara penalaran yang sudah melibatkan logika 1

itu terjadi pada tahap operasi formal. Tahap ini mulai muncul pada usia sebelas sampai lima belas tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal []. Penalaran formal ditandai dengan kemampuan berpikir tentang ide-ide abstrak, menyusun ide-ide, menalar tentang apa yang akan terjadi kemudian. Individu yang berada pada tahap operasi formal apabila dihadapkan kepada sesuatu masalah, dapat merumuskan dugaan-dugaan atau hipotesishipotesis tersebut. Dengan kata lain, individu yang berada pada tahap operasi formal dapat terlibat dalam tipe penalaran hipotetiko-deduktif []. Yang dimaksud dalam penalaran hipotetiko-deduktif disini mengandung konsep bahwa individu yang berada pada tahap operasi formal dapat menyusun hipotesis (dugaan terbaik) tentang cara untuk memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis [] Di Indonesia individu yang memasuki tahap operasi formal terjadi pada usia remaja yakni pada usia sekolah menegah (SMP dan SMA). Namun berdasarkan pengalaman peneliti pada saat menempuh mata kuliah PPL, praktik mengajar di SMA menunjukkan sebagian besar siswa kesulitan pada saat mempelajari materi ajar matematika. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Salah satunya dikarenakan karakteristik materi ajar matematika yang bersifat abstrak. Selain itu dimungkinkan bahwa siswa SMA masih belum memasuki tahap operasi formal. Meskipun berdasarkan tahapan Piaget berdasarkan usia, pada usia SMA seharusnya siswa sudah memasuki tahap operasi formal. Seperti yang dikatakan Russefendi bahwa masih terdapat peserta didik yang telah lulus di jenjang sekolah menengah dan juga mahasiswa tidak pernah mencapai tahap penalaran formal [1]. Penulis ingin menggunakan tes yang bisa mengukur hal-hal tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan Tes Operasi Logis (TOL) Piaget dengan mengacu pada 7 pola penalaran logis. Pola penalaran tersebut meliputi klasifikasi, seriasi, perkalian logis, kompensasi, proporsi, probabilitas dan korelasi []. Selain melihat 7 operasi logis Piaget, penulis juga ingin melihat tahap perkembangan kognitif ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, karena terdapat perbedaan kemampuan matematika antara laki-laki dan perempuan.. KAJIAN TEORI.1 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Menurut Piaget pengertian dan pemahaman seseorang itu mengalami perkembangan dari lahir sampai menjadi dewasa [7]. Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi dalam empat tahapan yakni sensorimotor (- tahun), pra-operasional (-7 tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan operasi formal (11-15 tahun). Tiap-tiap tahap berkaitan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda [7].. Pada penelitian ini pada operasi konkret dan operasi formal masing-masing dibagi menjadi yakni konkret awal, konkret akhir, formal awal, dan formal akhir.. Operasi Logis Piaget Konsep Piaget mengenai berpikir logis telah diteliti secara luas dan populer digunakan untuk pengajaran matematika dan sain disemua tingkatan. Piaget menekankan perlu untuk memahami konsep operasi logis. Dia mendefinisikan operasi ini dalam hal tindakan yang dapat dilakukan dalam pemikiran juga pelaksanaan sebenarnya. Operasi ini kekal, invarian dan reversibel. Dia mengklaim bahwa pelajar perlu untuk menggunakan operasi ini dalam rangka untuk mendapatkan struktur pengetahuan dan transformasi [] Operasi logis diantaranya yaitu klasifikasi, seriasi, perkalian logis, kompensasi, berpikir proporsional atau rasio, peluang dan berpikir korelasi yang bisa digunakan sebagai alat kognitif dalam pemecahan masalah matematika. Setiap operasi logis mengacu pada tahap perkembangan intelektual dan operasi logis ini dapat dicapai siswa pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget operasi logis yang digunakan dalam operasi konkret yaitu klasifikasi, seriasi, perkalian logis, kompensasi. Sedangkan pada operasi formal, operasi logis yang digunakan yaitu proporsi atau rasio, probabilitas dan korelasi []..3 Tes Operasi Logis (TOL) Piaget Tabel Operasi Logis dalam Matematika No Pola penalaran Deskripsi 1. Klasifikasi Membuat acuan untuk variabel atau sifat-sifat numerik yang tercakup dalam pengelompokan.. Seriasi Aturan relatif tentang himpunan atribut atau sifat numerik untuk urutan. 3. Perkalian Membuat acuan untuk logis kategori, relasi, atau fungsi yang diterapkan dalam perkalian.

. Kompensasi Mengacu pada sifat-sifat alasan yang digunakan dalam menyeimbangkan. 5. Proporsi Mengacu pada besaran relatif tentang naik turunnya rasio.. Probabilitas Dapat bernalar tentang waktu kemunculan hasil yang mungkin. 7. Korelasi Dapat bernalar tentang hubungan antar variabel dan simbol-simbol []. Perbedaan Jenis Kelamin Krutetskii mengungkapkan (1) laki-laki lebih unggul dalam penalaran logis, perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan berpikir () lakilaki mempunyai kemampuan matematika dan mekanika lebih baik daripada perempuan. Perbedaan ini tidak nyata pada tingkat Sekolah Dasar, namun pada tingkat lebih tinggi mulai tampak [3]..5 Pemetaan Perkembangan Kognitif Piaget Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin Pemetaan perkembangan kognitif Piaget ditinjau dari perbedaan jenis kelamin adalah pengelompokan, penggambaran dan pendeskripsian siswa pada tahap perkembangan kognitif siswa menurut Piaget ditinjau dari perbedaan jenis kelamin 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemetaan perkembangan kognitif piaget siswa laki-laki dan siswa perempuan Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Yang dimaksud penelitian deskriptif disini yaitu penelitian yang mendeskripsikan pemetaan kemampuan matematika siswa SMA dengan TOL Piaget ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Penelitian ini bersifat kuantitatif karena data yang diperoleh berupa nilai hasil pengerjaan TOL. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cerme Gresik. Rancangan penelitian ini yaitu dengan memberikan TOL Piaget terhadap subyek 1 kelas. Kemudian hasil TOL akan dinilai kemudian tiap subyek akan dikelompokkan ke dalam tahap perkembangan kognitif Piaget berdasarkan hasil nilai subyek. Dari tiap tahap perkembangan kognitif, subyek dikelompokan berdasarkan jenis kelamin. Misalkan subyek masuk kategori laki-laki konkret awal. Setelah itu pada tiap kategori akan dinilai tingkat pemahaman subyek pada tiap tahap operasi logis berdasarkan rata-rata nilai menggunakan penilaian Schoenfeld. Berikut diagram alur rancangan penelitian. 3. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan : a. Membuat TOL Piaget 1) membuat TOL Piaget ) validasi TOL Piaget b. Mencari subyek penelitian. Tahap pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan : a. Revisi TOL Piaget b. Uji Coba TOL Piaget hasil revisi c. Revisi TOL Piaget berdasarkan uji coba d. Memberikan TOL Piaget pada tiap subyek. 3. Tahap analisis Setelah didapatkan data dari TOL Piaget maka data tersebut akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Subyek akan dikelompokkan kedalam tahap perkembangan kognitif Piaget. Analisa juga dilakukan berdasarkan perbedaan jenis kelamin pada tiap operasi logis. 3.3 Instrumen Instrumen dari penelitian ini ialah TOL Piaget. TOL terdiri dari soal-soal matematika yang disusun berdasarkan 7 operasi logis Piaget. Setiap operasi logis diwakili dengan 5 soal sehingga terdapat 35 soal. Soal-soal tersebut merupakan soal essay. Subyek diberikan waktu sebanyak 15 menit untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Cakupan materi soal pada TOL merupakan materi pelajaran matematika yang telah diterima subyek di SMA maupun jenjang pendidikan sebelumnya. Adapun spesifikasi materinya sebagai berikut, 1. Geometri (G), terdiri dari masalah pada ukuran sudut, hubungan sudut, keliling, luas, volume dan sifat bangun datar. Aljabar (Al), terdiri dari berbagai jenis menggunakan persamaan linear dan barisan. 3. Aritmatika (Ar), mencakup persentase, rasio dan proporsi, pecahan, desimal dan teknik konversi.. Statistik (S), menggunakan probabilitas/peluang dan korelasi. Tabel Kisi-Kisi Soal Tes Operasi Logis No Tipe Operasi Nomor Soal dan Bab 1. Klasifikasi (KL) 1Ar, Ar, 3Ar, G, 5G. Seriasi (SR) Ar, 7Ar, Ar, 9Ar, 1Ar 3

3. Perkalian logis 11Al, 1Al, 13Ar, (PL) 1Al, 15Al. Kompensasi (KP) 1Ar, 17G, 1G, 19G, G 5. Proporsi (PR) 1Ar, Ar, 3Ar, Ar, 5Ar. Probalilitas (PB) S, 7S, S, 9S, 3S 7. Korelasi (KR) 31Ar, 3Ar, 33G, 3G, 35G 3. Teknik Analisis Data Analisis data akan dilakukan setelah subyek diberikan Tes Operasi Logis (TOL) Piaget dan data yang dibutuhkan telah terkumpul. Data tersebut akan dinilai tiap butir soal dengan menggunakan adaptasi dari skema yang dibuat Schoenfeld (dalam Jaime A. Loengson dan Auxencia A. Limjap, 3) seperti pada penilaian berikut. 1. Nilai, tidak mencoba untuk menyelesaikan masalah atau menuliskan hal yang tidak merujuk pada terselesaikannya soal.. Nilai 1, mencoba dalam bentuk sketsa, mencatat hubungan yang diperlukan, mencatat data yang diperlukan, atau menjelaskan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan aturan menyelesaikan masalah. 3. Nilai, menunjukkan pemahaman tentang masalah dengan membuat gambaran dan berusaha untuk menyelesaikan masalah. Masalah terselesaikan 5%.. Nilai 3, masalah diselesaikan dengan cara yang benar dan hasil yang benar, masih ada kesalahan. Maksimal kesalahan. 5. Nilai, semua masalah telah diselesaikan dengan cara yang benar dan hasilnya juga benar. Kemudian skor TOL Piaget dipetakan dengan tahap perkembangan kognitif Piaget sebagai berikut : Tabel Pedoman Pengelompokan Subyek dalam Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Tahap perkembangan kognitif Piaget Skor awal akhir awal akhir 35 3 7 71 15 15 1 [] Setelah didapatkan pemetaan kemampuan matematika subyek selanjutnya menganalisis pemahaman matematika subyek pada tiap tipe operasi logis Piaget. Untuk menganalisis pemahaman subyek tiap tipe masalah, penilaian ditafsirkan menggunakan rangkaian penilaian Schoenfeld berdasarkan rata-rata skor pada kelompok subyek tiap tipe operasi logis Piaget. Tabel Rangkaian penilaian Schoenfeld Skor Rata-rata Diskripsi x 5, Pemahaman rendah 5,5 x 1, Pemahaman belum 1,5 x 15, cukup 15,5 x Pemahaman cukup Pemahaman sempurna [] Rumusan yang digunakan untuk menghitung rata-rata yaitu Keterangan : = rata-rata nilai tipe operasi logis Piaget ke-k = jumlah nilai tiap tipe operasi logis Piaget subyek ke-i pada tipe operasi logis Piaget ke-k n = banyaknya subyek pada tipe operasi logis Piaget ke-k Subyek menunjukkan pemahaman rendah masalah terhadap masalah dalam operasi logis jika mereka gagal memahami masalah dan membuat sedikit usaha untuk menyelesaikannya. Subyek menunjukkan pemahaman belum cukup terhadap masalah jika yang paling bisa mereka lakukan adalah menafsirkan masalah dengan benar dan membuat penjelasan yang jelas dari solusi dari masalah. Subyek menunjukkan pemahaman cukup terhadap masalah jika mereka mampu menunjukkan atau melakukan operasi logis yang terlibat. Mereka memiliki kemajuan dalam memberikan solusi dan kesalahan berasal dari penyimpangan dalam aritmatika atau perhitungan aljabar. Para siswa menunjukkan pemahaman lengkap dalam operasi Logis jika mereka mewujudkan pemahaman esensi dan hubungan struktural data dalam masalah. Siswa menunjukkan karakteristik ini jika mereka memiliki kemampuan untuk memahami sepenuhnya tugas matematika yang disajikan kepada mereka dan memecahkan dengan akurasi dan wawasan mendalam. Lebih dari itu, siswa dalam kategori ini dapat menangani masalah lebih sulit. Kesalahan yang dilakukan hanya sedikit. [].. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Hasil pemetaan perkembangan kognitif Piaget siswa Berdasarkan tes yang dilakukan diperoleh data yang disajikan dalam diagram berikut :

Jumlah Jumlah Nilai rata-rata Diagram Hasil Pemetaan Perkembangan Kognitif Piaget Siswa 1 1 1 1,9% awal,1% akhir 3,% Awal 1,71% Akhir Tahap Perkembangan Kognitif. Hasil pemetaan perkembangan kognitif Piaget siswa ditinjau dari perbedaan Jenis kelamin Dari hasil pemetaan perkembangan kognitif siswa kemudian dispesifikkan pembagian berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Akan disajikan dalam diagram berikut : Diagram Diagram Pemetaan Perkembangan Kognitif Siswa Laki-laki dan Perempuan 1 1 1 1 awal Laki-laki 3.3 Hasil pemetaan pemahaman matematika siswa pada tiap tipe operasi logis Piaget Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan adaptasi rangkaian penilaian Schoenfeld untuk mencari tingkat pemahaman siswa terhadap tiap tipe pada operasi logis Piaget maka didapatkan : 1 akhir 5 awal Perempuan 3 akhir 1 1 1 1 1 Diagram Rata-rata Pemahaman Matematika 1.1 11 13.3 13. 13. 13. 1. 1.5 1.3 1.5 KL SR PL KP PR PB KR Laki-laki Perempuan Pada diagram. terlihat bahwa pada tipe klasifikasi, seriasi, dan perkalian logis rata-rata siswa laki-laki dan perempuan menunjukan pemahaman cukup. Pada tipe kompensasi dan proporsi menunjukan perbedaan pemahaman antara rata-rata siswa laki-laki dan perempuan. Rata-rata siswa perempuan memiliki pemahaman cukup, sedangkan rata-rata siswa laki-laki masih belum memiliki pemahaman yang cukup. Pada tipe terakhir, yakni probabilitas dan korelasi rata-rata siswa lakilaki dan perempuan belum memiliki cukup pemahaman, terlebih pada tipe probabilitas rata-rata siswa laki-laki mengalami pemahaman yang rendah. Berdasarkan nilai rata-rata yang disebutkan di atas dapat diketahui nilai rata-rata siswa lakilaki yaitu 7,7 dan siswa perempuan 71,3. Jika dikategorikan dalam tahap perkembangan konitif, maka rata-rata siswa laki-laki dan siswa perempuan telah memasuki tahap formal awal dimana sebagian besar kemampuan operasi logis telah dimiliki. Ini berarti siswa dalam kelas tersebut memiliki usaha yang baik dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan semua operasi logis yang dimilikinya. Solusi yang dihasilkan benar tetapi terdapat kesalahan-kesalahan sedikit dalam menggunakan tipe operasi logisnya. Mereka dapat memprediksi jawaban akhir sehingga setiap data dan informasi diarahkan untuk mencapai tujuan itu []. 5. SIMPULAN berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang pemetaan perkembangan kognitif siswa SMA dengan 7 operasi logis Piaget yang ditinjau dengan perbedaan jenis kelamin diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Hasil pemetaan perkembangan kognitif siswa laki-laki SMA menunjukkan bahwa 73,33% telah berada pada tahap operasi formal dengan rincian 53,33% berada pada 7.7. 9.5. 5

tahap formal awal dan % berada pada tahap formal akhir. Sedangkan,7% masih berada pada tahap operasi konkret dengan rincian,7% berada pada tahap konkret awal dan % berada pada tahap konkret akhir. Namun, berdasarkan nilai rata-rata tes operasi logis (TOL) Piaget siswa laki-laki memiliki skor 7,7 yang artinya rata-rata siswa laki-laki cenderung pada tahap formal awal.. Hasil pemetaan perkembangan kognitif siswa perempuan SMA menunjukkan bahwa 3,% telah berada pada tahap operasi formal dengan rincian,3 % berada pada tahap formal awal dan 1,53% berada pada tahap formal akhir. Sedangkan 3,15% masih berada pada tahap operasi konkret, dimana semua siswa operasi konkret berda pada tahap konkret akhir dan tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi konkret awal. Namun, berdasarkan nilai rata-rata tes operasi logis (TOL) Piaget siswa perempuan memiliki skor 71,3 yang artinya rata-rata siswa perempuan cenderung pada tahap formal awal. 3. Hasil pemetaan kepahaman matematika siswa SMA pada tiap tipe operasi logis Piaget dirangkum dalam tabel berikut: Tabel Hasil Pemahaman Siswa SMA pada Tiap Tipe Operasi Logis Piaget No Tingkatan Tingkatan Operasi Pemahaman Pemahaman Logis Laki-laki Perempuan 1. Klasifikasi cukup cukup. Seriasi cukup cukup 3. Perkalian cukup cukup logis. Kompensasi belum cukup cukup 5. Proporsi belum cukup cukup. Probabilitas belum cukup rendah 7. Korelasi belum cukup belum cukup [3] Maf ulah, Syarifatul. 1. Profil Kreatifitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri Ploso dalam pengajuan soal MAtematika Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. [] Nur, Muhamad. 1991. Pengadaptasian Test of Logical Thinking (TOLT) dalam Setting Indonesia. Surabaya : Pusat Penelitian IKIP Surabaya. [5] Piaget, Jean dan Barbel Inhelder. 1. Psikologi anak (The Psychologyof the Child). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [] Santrock, John W... Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. [7] Suparno, Paul. 1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisus. REFERENSI [1] Lamisu, 199. Pengaruh Kemampuan Penalaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas III SLTP Negeri Se-Kotamadya Kendari. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. [] Loengsong, Jaime A. ; Limjap, Auxencia A. 3. Assessing the Mathematics Achievement of College Freshmen Using Piaget s Logical Operation. Manila: De La Sale University. pp: 1-35