BAB II KONSEPSI IMAMAH DAN BAI AT DALAM SIYASAH DUSTURIYAH. merupakan agama yang komprehensif dan telah mengatur seluruh sendi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS SIYASAH DUSTURIYAH TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM PRESIDENSIAL DENGAN FORMAT KOALISI

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA BERDASARKAN FIQH SIYASAH DUSTURIYAH

Al Fajri Asbahri Rifan Ahmad Fauzi Dedi Sutarma Ecep Hidayat Fakhri Muhammad Hanif Indra

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH

Perjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Kelompok 4. Sadri wahyudi Siti cholifah Sarah haikal

BAB III PEMILU DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH. tidak ditentukan oleh Pemilu dengan prosedur-prosedur yang ketat. Prinsip

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintahan. Menurut Titik Triwulan Tutik, sistem adalah suatu

Kewajiban Menunaikan Amanah

Bukti Cinta Kepada Nabi

Menjadi Hakim Zhalim ????????????:

Pendidikan Agama Islam

Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Surat Untuk Kaum Muslimin

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


Renungan Pergantian Tahun

P e n t i n g n y a T a b a y y u n

MUZAKKI DI KALANGAN SAHABAT RASULULLAH SAW. Oleh: M. Yakub Amin

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

*** Tunaikanlah Amanah

Sebagai contoh, anda boleh lihat Piagam Madinah di bawah.

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

$! " # %& ' ( ) * &+, -. /0 1 & ! "#$

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

Indahnya Mengikuti Sunnah

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Perjanjian Hudaibiyah. Oleh: Farid Nu man

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

Bab 4 باب الصدق. Kebenaran

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Hak-hak Persaudaraan (Ukhuwah) Sesama Muslim

BAB III PEMIKIRAN AL-MAWARDI DAN AN-NABHANI TENTANG PENGANGKATAN KEPALA NEGARA

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Bimbingan Islam di Musim Hujan

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Allah SWT mewajibkan umat Islam mengatur hidupnya dengan syariah Islam. Allah SWT berfirman:

Ulama berselisih pendapat tentang hukum berdoa bagi kaum muslimin ketika khotbah kedua.

Tiga Yang Diridhai Allah dan Tiga Yang Dia Benci

FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

Pendukung dan Penghalang dari Taubat

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

*** Syarat Amal Diterima

Perdamaian Itu Lebih Baik

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

Apakah zuhud itu sebenarnya?

Perjanjian Aqabah I. Pada tahun ke-12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi. Muhammad saw. menemui rombongan haji dari Yatsrib.

Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syariah Islam itu terbagi dua bagian:

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Syiah meyakini adanya dua belas imam yang menjadi penerus. kenabian. Bagi syiah, masalah imamah sudah tidak bisa ditawar lagi,

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

Rukun wakalah ada tiga: pertama, dua pihak yang berakad yaitu pihak yang mewakilkan (al-mu wakkil ) dan pihak yang mewakili ( alwakîl

Janganlah Berlaku Zalim

Munakahat ZULKIFLI, MA

3 Wasiat Agung Rasulullah

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS KONTROL

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu

Islam Adalah Agama Wahyu

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

KELAS X SMAN 5 PADANG. Pilihlah Jawaban Yang Paling Tepat Pada Soal di Bawah Ini!

Kewajiban Pemerintah dan Rakyat

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Serial Akhlak Muslim : Amanah

Memahami Takdir Secara Adil

Jujur Hati, Lisan, dan Perbuatan

Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji

Perdagangan Perantara

BAB IV PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH DENGAN SATU PASANGAN CALON DI KAB. BLITAR TAHUN 2015 DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

Beramal Untuk Bekal Hari Pembalasan

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Transkripsi:

BAB II KONSEPSI IMAMAH DAN BAI AT DALAM SIYASAH DUSTURIYAH A. Sistem Pemerintahan dalam Siyasah Dusturiyah Sebagaimana yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, Islam merupakan agama yang komprehensif dan telah mengatur seluruh sendi kehidupan manusia, tidak hanya dalam masalah individual namun termasuk juga dalam masalah kenegaraan. Berkaitan dengan sistem pemerintahan, dalam Islam tercermin sebagaimana pada konsep imamah dimana hal ini secara eksplisit telah diatur dalam siyasah dusturiyah, yaitu siyasah yang berhubungan dengan peraturan dasar tentang bentuk pemerintahan dan batasan kekuasaannya, cara pemilihan (kepala negara), batasan kekuasaan yang lazim bagi pelaksanaan urusan umat, dan ketetapan hak-hak yang wajib bagi individu dan masyarakat, serta hubungan antara penguasa dan rakyat. 1 Ruang lingkup pembahasan dalam siyasah dusturiyah ini meliputi masalah-masalah imamah, hak dan kewajibannya, rakyat status dan hak-haknya, bai at, waliyul ahdi, perwakilan, ahlul h}alli wal aqdi dan wazarah. 2 1 Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), 40 2 Ibid, 41 21

22 Ruang lingkup siyasah dusturiyah tersebut di atas tidak akan dipaparkan semua dalam penulisan ini, sebab sehubungan dengan tema dalam penelitian ini, maka pembahasan dalam penulisan ini hanya akan dipaparkan dua masalah saja yaitu tentang imamah dan bai at. Dimana imamah ini merupakan cerminan daripada sistem pemerintahan di dalam Islam sedangkan bai at sendiri merupakan cerminan tentang adanya konsep koalisi di dalam Islam. Kedua masalah tersebut akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Imamah a. Pengertian Imamah Imamah menurut bahasa berarti kepemimpinan. Imama yang memiliki arti pemimpin, ia laksana ketua yang memimpin bawahanya. Imamah sering juga disebut khalifah, yaitu penguasa atau pemimpin tertinggi rakyat. Kata imam juga digunakan untuk orang yang mengatur kemaslahatan sesuatu, untuk pemimpin pasukan, dan untuk orang dengan fungsi lainnya. 3 Di dalam Al-Qur an tidak disebutkan kata imamah, yang ada hanya kata imam (pemimpin) dan aimmah (pemimpin-pemimpin), seperti: 3 Ali Ahmad As-Salus. Aqidah al-imamah Inda as-syi ah Al-Isna Asyariyah.Tjmh (Jakarta: Gema Insani Prees, 1997), 15

23 Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpinpemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,. (Q.S. Al-Anbiya : 73) 4 dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. Q.S. Al-Baqarah : 124) 5 Dengan demikian, (berdasarkan tinjauan arti imamah secara epistimologi), kata imam berarti pemegang kekuasaan atas umat Islam. Syekh Abu Zahrah mengatakan bahwa imamah itu berarti juga khalifah, sebab orang yang menjadi khalifah adalah penguasa tertinggi (pimpinan tertinggi) bagi umat Islam setelah Nabi wafat. 6 4 Departemen Agama, Al-Qur an Dan Terjemahnya : Al-Jumanatul Ali (CV PENERBIT J-ART, 2005), 328 5 Ibid, 19 6 Ali Ahmad As-Salus. Aqidah al-imamah Inda as-syi ah Al-Isna Asyariyah.Tjmh, 16

24 Suyuthi Pulungan dalam bukunya fiqh siyasah mengemukakan bahwa pengertian imamah baik secara etimologis maupun terminologis, menunjukkan bahwa istilah-istilah itu muncul dalam sejarah Islam sebagai sebutan bagi institusi politik untuk menggantikan fungsi kenabian dalam urusan agama dan urusan politik. Secara historis institusi khilafah muncul sejak terpilihnya Abu Bakar sebagai khilafat Rasulullah dalam memimpin umat Islam sehari setelah beliau wafat. Kemudian setelan Abu Bakar wafat berturut-turut terpilih Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dalam kedudukan yang sama. Jadi perkembangan arti khilafah dari penggantian kepada pemerintahan alias institusi pemerintahan dirasionalisasikan dan diberi label agama yang dikaitkan dengan kedudukan Abu Bakar dan penerusnya dalam memimpin umat islam dalam urusan agama dan politik. 7 Sebagai pemangku jabatan dalam keimamahan ini disebut imam. Kata imam sendiri merupakan turunan dari kata amma yang berarti menjadi ikutan. Kata imam berarti pemimpin, atau contoh yang harus diikuti. Adapun secara istilah Imam adalah seorang yang 7 Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, 45

25 memegang jabatan umum dalam urusan agama dan urusan dunia sekaligus. 8 b. Suksesi Imamah Berkaitan dengan sistematika untuk menentukan seorang imam, hal ini dapat dilihat dari beberapa praktik dari proses pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama hingga masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Seluruh mekanisme dalam pemililihan Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib tersebut telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana mekanisme pemilihan seorang kepala negara dalam pemerintahan Islam. Pemilihan dan penetapan Abu Bakar as-siddiq sebagai khalifah dilakukan secara demokratis. Pencalonannya, diusulkan oleh Umar bin Khattab yang kemudian mendapatkan dukungan dari Basyir bin Sa d, selaku ketua suku Khazraj dan Usaid bin Hudhair seorang pemimpin kaum Aus. Pencalonan Abu Bakar tesebut akhirnya memperoleh kesepakatan dari sebagian besar yang hadir pada saat itu walaupun sebelumnya harus melalui proses perdebatan yang panjang. 9 Ketika Abu Bakar sakit dan merasa kematiannya sudah dekat, ia memanggil para pemuka sahabat yaitu, Umar, Usman, Ali, Abdurrahman bin Auf, Mu adz bin Jabal, Ubay bin Ka ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa 8 Ibid, 59 9 Hashem, Sejarah Islam Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal Beliau Di Saqifah, (Jakarta : Yapi, 2004), 107

26 tokoh lainnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar. kemudian mengangkat Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Para pemuka yang dipanggil Abu Bakar tersebut ternyata tidak keberatan dengan pilihan khalifah Abu Bakar tersebut. 10 Selanjutnya setelah Khalifah Umar wafat, posisi beliau digantikan Usman bin Affan. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Keenam sahabat ini mempunyai hak memilih dan dipilih. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah. 11 Usman dikenal sebagai khalifah yang bijaksana, beliau adalah orang yang anti kekerasan ataupun kesewenang-wenangan, tanpa adanya suatu dasar hukum yang dapat membenarkan tindakannya itu. Namun sangat disayangkan, sikap bijaksana khalifah Usman itu telah dieksploitir dan dikhianati oleh kelompok Sabaiyah, karena ternyata mereka 10 M. Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), 131 11 Ibid, 135

27 mengepung tempat kediaman khalifah Usman dan kemudian membunuhnya secara kejam. 12 Dengan wafatnya Usman maka jabatan khalifah menjadi kosong. Ali dicalonkan untuk mengisi kekosongan itu. Mula-mula Ali menolak dan Ali menghubungi Talhah dan Zubair, Ali menginginkan salah seorang diantara mereka bersedia untuk dipilih sebagai khalifah dan beliau siap untuk melakukan bai at kepada salah seorang dari mereka. Pada akhirnya masalah penentuan khalifah itu diserahkan kepada umat Islam untuk menentukannya melalui suatu musyawarah yang dihadiri rakyat Madinah. Dalam proses penentuan khalifah tersebut mayoritas sahabat mempertimbangkan bahwa orang yang paling tepat untuk mengisi jabatan khalifah ketika itu adalah Ali. Ali yang semula menolak jabatan itu, karena pertimbangan untuk kepentingan umat Islam, ia menyatakan persetujuannya untuk dicalonkan. Dengan begitu maka ia terpilih sebagai khalifah keempat. 13 Dengan berdasarkan suksesi kepemimpinan keempat khulafaurrasyidin diatas dapat disimpulkan bahwa, agama Islam dalam bentuk asalnya, tidak menetapkan cara atau prosedur tertentu dalam memilih seorang khalifah, pengganti Rasulullah Saw. Menurut Suyuthi 12 Ibid, 137 13 Ibid, 137-138

28 Pulungan 14 prosedur empat khulafaurrasidin yang secara silih berganti memimpin masyarakat Islam selama 29 tahun (632-661 M), jelas nampak, bahwa setiap khalifah terpilih dengan cara-cara yang berbeda ( empat cara) yaitu: 1. Pada pemilihan khalifah pertama Abu Bakar Sidik, yaitu dengan cara pembaiatan dari para sahabat, lalu diikuti oleh para kaum muslimin secara langsung. 2. Dengan cara menyampaikan amanat oleh khalifah Abu Bakar kepada Umar bin Khatab ra sebagai pelanjutnya sebagai khalifah yang kedua. Tetapi setelah Abu Bakar wafat, Umar menyerahkan kembali kekuasaannya kepada umat Islam lalu beliau terpilih kembali melalui syura. 3. Membentuk suatu majelis terbatas yang terdiri dari orang-orang pilihan, lalu setelah memperhatikan aspirasi umat majelis tersebut memilih satu diantara mereka Utsman bin Affan ra. sebagai khalifah ketiga. 4. Pada pemilihan yang keempat hampir sama dengan yang ketiga yaitu pemilihan dengan cara melalui perwakilan umat dan hasil dari penjaringan opini umum yang ada memilih Ali bin Abi Thalib ra. Sebagai Khalifah keempat dalam pemerintahan Islam. 14 Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, 159-160

29 Itulah cara pemilihan kepala negara yang dilakukan pada masa khulafaurrasyidun, dan untuk selanjutnya dalam sejarah Islam kita lihat untuk menentukan para pemimpin masa selanjutnya seperti pada masa bani Uamayah, Abasiyah dan seterusnya yang paling dominan adalah dengan menggunakan sistem kerajan. c. Hak dan Kewajiban Imamah Al-mawardi menyebut dua hak imam yaitu, hak untuk dita ati dan hak untuk dibantu. Akan tetapi apabila kita pelajari sejarah, ternyata ada hak lain bagi imam, yaitu hak untuk mendapatkan imbalan dari harta baitul mal untuk keperluan hidupnya dan keluarganya secara patut, sesuai dengan kedudukannya sebagai imam. 15 Adapun tugas-tugas dari seorang imamah, yaitu : melindungi/menjaga keutuhan agama menerapkan hukum pada para pihak yang berperkara (masalah perdata) melindungi wilayah negara dan tempat suci menegakkan supremasi hukum (h}udud) (masalah pidana) melindungi daerah perbatasan dengan benteng yang kokoh 15 Ahmad Djazuli, Fiqh Siyasah-Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu Syari ah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), 93

30 memerangi para penentang Islam, setelah mereka didakwahi & masuk Islam atau dalam perlindungan kaum muslimin (ahlu ẓimmah) mengambil fa i (harta yang diperoleh kaum muslimin tanpa peperangan) dan sedekah sesuai dengan kewajiban syariat menentukan gaji, dan apa saja yang diperlukan dalam kas negara tanpa berlebihan mengangkat orang-orang terlatih dalam tugas-tugas kenegaraan (misalnya: orang jujur yang mengurusi keuangan, dsb) terjun langsung untuk menangani berbagai persoalan, menginspeksi keadaan Imam harus mundur dari imamah, karena dua hal, yaitu: cacat dalam keadilan atau fasik, akibat adanya syahwat atau syubhat; cacat tubuh, terbagi tiga: cacat pancaindra; cacat organ tubuh; cacat tindakan. 16 d. Struktur Pemerintahan Dalam Imamah 17 Dengan meneliti dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur an, Al- Hadist ataupun Ijma Sahabat dan Qiyas, struktur pemerintahan yang terdapat dalam pemerintahan Islam hanya ada delapan bagian, yaitu : 16 Imam al-mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah 17 Oksep Adhayanto, Khilafah Dalam Sistem Pemerintahan Islam, (Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No. 1, 2011) 94-96

31 a. Imam Imam adalah orang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan serta menerapkan hukum-hukum syara. b. Mu awin Tafwiḍ (Wakil imam bidang pemerintahan) Mu awin Tafwiḍ adalah seorang pembantu yang diangkat oleh imam agar dia bersama-sama dengan imam memikul tanggungjawab pemerintahan dan kekuasaan. Maka dengan demikian, seorang imam akan menyerahkan urusan-urusan negara dengan pendapatnya serta memutuskan urusan-urusan tersebut dengan menggunakan ijtihadnya, berdasarkan hukum-hukum syara. Mengangkat mu awin merupakan masalah yang dimubahkan, sehingga seorang imam diperbolehkan untuk mengangkat mu awinnya untuk membantunya dalam seluruh tanggungjawab dan tugas yang menyangkut dengan masalah pemerintahan. c. Mu awin Tanfiẓ (setia usaha negara) Mu awin Tanfiẓ adalah pembantu yang diangkat oleh seorang imam untuk membantunya dalam masalah operasional dan senantiasa menyertai imam dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dia adalah seorang protokoler yang menjadi penghubung antara imam dengan rakyat, dan antara imam dengan negara-negara lain. Ia bertugas

32 menyampaikan kebijakan-kebijakan dari imam kepada mereka,serta menyampaikan informasi-informasi yang berasal dari mereka kepada imam. d. Amir Jihad (panglima perang) Amir Jihad adalah orang yang diangkat oleh imam untuk menjadi seorang pimpinan yang berhubungan dengan urusan luar negeri, militer, keamanan dalam negeri dan perindustrian. Dia bertugas untuk memimpin dan mengaturnya. e. Wullat (pimpinan daerah tingkat I dan II) Wullat atau biasa disebut dengan sebutan wali adalah orang yang diangkat oleh imam untuk menjadi pejabat pemerintahan di suatu daerah tertentu serta menjadi pimpinan di daerah tersebut. Adapun negeri yang dipimpin oleh imam Islamiyah bisa diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian itu disebut wilayah (setingkat propinsi). Setiap wilayah dibagi lagi menjadi beberapa bagian, di mana masing-masing bagian itu disebut imalah (setingkat kabupaten). Orang yang memimpin wilayah disebut wali, sedangkan orang yang memimpin imalah disebut amil atau hakim.

33 f. Qadhi atau Qadha (Hakim atau lembaga peradilan) Qadhi atau Qadha adalah lembaga yang bertugas untuk menyampaikan keputusan hukum yang sifatnya mengikat. Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota masyarakat atau mencegah hal-hal yang dapat merugikan hak masyarakat atau mengatasi perselisihan yang terjadi antara warga masyarakat dengan aparat pemerintahan, baik imam, pejabat pemerintahan atau pegawai negeri yang lain. g. Jihad Ida>ri> (jabatan administrasi umum) Penanganan urusan negara serta kepentingan rakyat diatur oleh suatu departemen, jawatan atau unit-unit yang didirikan untuk menjalankan urusan negara serta memenuhi kepentingan rakyat tersebut. Pada masing-masing departemen tersebut akan diangkat kepala jawatan yang mengurusi jawatannya, termasuk yang bertanggungjawab secara langsung terhadap jawatan tersebut. Seluruh pimpinan itu bertanggungjawab kepada orang yang memimpin departemen, jawatan dan unit-unit mereka yang lebih tinggi, dari segi kegiatan mereka serta tanggungjawab kepada wali, dari segi keterikatan pada hukum dan sistem secara umum.

34 h. Majlis Ummat Majlis Ummat adalah majlis yang terdiri dari orang-orang yang mewakili aspirasi kaum muslimin, agar menjadi pertimbangan imam dan tempat imam meminta masukan dalam urusan-urusan kaum muslimin. Mereka mewakili ummat dalam muḥasabah (kontrol dan koreksi) terhadap pejabat pemerintahan (ḥukkam). Anggota Majlis Ummat dipilih melalui pemilihan umum, bukan dengan penunjukkan atau pengangkatan, karena status mereka adalah mewakili semua rakyat dalam menyampaikan pendapat mereka, sedangkan seorang wakil itu hakekatnya hanya akan dipilih oleh orang yang mewakilkan. Pemerintahan di dalam konsep imamah juga bisa disebut sebagai pemerintahan hukum Tuhan atas manusia. Allah memerintahkan kaum muslimin untuk mewujudkan pemerintahan yang islami, berbagai ayat dalam al-qur an bisa dijumpai yang menerangkan perintah Allah tersebut, diantaraya yaitu:

35 Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah: 49) 18 Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (al-maidah : 50) 19 Sesuai dengan tujuan dan misinya, pemerintah dalam konsep imamah memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: (1) mempertahankan lembaga-lembaga dan hukum Islam; (2) melaksanakan hukum Islam; (3) membangun tatanan yang adil; (4) memungut dan memanfaatkan pajak sesuai dengan ajaran Islam; (5) menentang segala bentuk agresi, mempertahankan kemerdekaan dan integrasi teritorial tanah Islam; (6) memajukan pendidikan; (7) memberantas korupsi dan segala jenis penyakit sosial lainnya; (8) memberikan perlakuan yang sama kepada semua warga 18 Departemen Agama, Al-Qur aan Dan Terjemahnya : Al-Jumanatul Ali, 116 19 ibid

36 tanpa diskriminasi; (9) memecahkan masalah kemiskinan dan (10) memberikan pelayanan kemanusiaan secara umum. 20 Berdasarkan tujuan dan misi pemerintahan tersebut di atas, maka Untuk dapatnya dicapai tujuan dari pemerintahan di dalam konsep imamah tersebut, bagi ummat Islam diberikan hak untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah dan menasihatinya sehingga pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahan. Sedangkan pemerintah diperintah untuk bermusyawarah dengan rakyat, menghargai aspirasinya, dengan mengambil yang baik dari masukan-masukannya. Maka dengan demikian cita-cita untuk menciptakan tatanan sosial yang adil sesuai dengan ketentuan syari at akan bisa direalisasikan. Cita-cita keadilan berdasarkan syari at merupakan cita-cita ideal bagi suatu pemerintahan dalam konsep imamah. 2. Bai at a. Pengertian Bai at Secara etimologis kata berasal dari akar kata (menjadi ) yang berarti menjual. Bai at adalah kata jadian yang mengandung arti perjanjian, janji setia atau saling berjanji dan setia, karena dalam pelaksanaanya selalu melibatkan dua pihak secara sukarela. Bai at 20 M. Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), 142

37 berarti juga berjabat tangan untuk bersedia menjawab akad transaksi barang atau hak dan kewajiban, saling setia dan taat. 21 Menurut Ibnu Khaldun secara terminilogis baiat adalah perjanjian orang yang berbai at untuk taat melakukan sumpah setia kepada pemimpinnya bahwa ia akan menyelamatkan pandangan yang diembannya dari pemimpin, baik berupa perintah yang disenangi maupun tidak disenangi. Sedangkan menurut Ibnu Manzur bai at adalah ungkapan perjanjian antara dua pihak yang seakan-akan salah satu pihak menjual apa yang dimilikinya, menyerahkan dirinya dan kesetiannya kepada pihak kedua secara ikhlash dalam urusannya. 22 Implementasi bai at dalam hak dan kewajiban secara timbal balik tergambar dalam al-qur an yang menyatakan, bila datang kepada Nabi perempuan-perempuan yang beriman untuk Mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat Dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka ia harus menerima janji itu dan memperlakukan mereka dengan baik serta memohonkan ampunan dari Allah kepada mereka. 23 21 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), 179 22 Ibid, 179 23 Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah, 73

38 b. Dasar Hukum Bai at Nabi Muhammad SAW. telah mewajibkan kepada setiap Muslim agar di pundaknya terdapat baiat. Beliau juga menyifati orang yang mati, yang di pundaknya tidak terdapat bai at, sebagai orang yang mati seperti kematian Jahiliah. 24 Adapun di dalam al-qur an, ayat-ayat yang menjadi dasar tentang bai at ini di antaranya adalah: Artinya : Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuanperempuan yang beriman untuk Mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat Dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S al- Mumtahanah : 12) 25 Artinya: Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka maka barangsiapa yang melanggar janjinya sendiri 24 Yahya A.R, Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi), (Jakarta: Dar al-ummah, 2006), 16 25 Departemen Agama, Al-Qur aan Dan Terjemahnya : Al-Jumanatul Ali, 551

39 dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Q.S. Al-Fath: 10) 26 Artinya : Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbai at kepadamu dibawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya. (Qs. Al-Fath:18) 27 Adapun dalil dari as-sunnah, di antaranya adalah apa yang pernah diriwayatkan dari Nafi yaitu: Dari nafi Ia berkata: Abdullah bin Umar telah berkata kepadaku: Aku mendengar Rasulullah saw. Pernah bersabda: Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan, ia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat kelak tanpa memiliki hujjah, dan siapa saja yang mati, sedangkan di pundaknya tidak terdapat baiat (kepada Khalifah), maka ia mati seperti kematian Jahiliah. (HR Muslim). 28 c. Sejarah Bai at Di dalam sejarah bai at pernah terjadi dari sebelum masa Rasulullah. Bai at tersebut diantaranya adalah Bai at Muthayyibin, yaitu perjanjian antara kabilah Bani Abdud Dar, Bani Jamah, Bani Salim, Bani Makhzum dan Bani Adi, yaitu untuk tidak saling berebut kekuasaan atas Ka bah yaitu dengan memasukkan masing-masing tangannya ke dalam 26 Departemen Agama, Al-Qur aan Dan Terjemahnya : Al-Jumanatul Ali, 512 27 Ibid, 513 28 Hussein Bahreisy, Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahihbukhari, (Surabaya : al-ikhlas, 1992)

40 mangkok berisi minyak wangi dan mengusapkannya ke Ka bah sehingga dinamakan Muthayyibin (orang-orang yg memakai minyak wangi). 29 Pada masa Rasulullah bai at juga terjadi beberapa kali diantaranya bai at Aqabah pertama dan bai at Aqabah kedua. Bai at Aqabah pertama terjadi pada tahun 621 M disuatu bukit yang bernama Aqabah. Bai at Aqabah pertama ini dilakukan antara Nabi dengan 12 (dua belas) orang dari Kabilah Kharaj dan Aus dari Yastrib. Isi dari bai at ini adalah: mereka berjanji setia kepada Nabi untuk tidak menserikatkan Allah, tidak akan mencuri, berzina, membunuh anak-anak, menuduh dengan tuduhan palsu, tidak akan mendurhakai Nabi di dalam kebaikan. 30 Bai at Aqabah Kedua terjadi tahun 622 M, dilakukan antara Nabi dengan 75 orang Yastrib yang terdiri dari berbagai kalangan baik dari muslim maupun non muslim yang mewakili warga sukunya. Bai at Aqabah kedua ini disebut juga bai at kubra,di dalam bai at ini terjadi dialog antara Rasulullah dengan orang-orang Yastrib, dan pada akhirnya orang-orang Yastrib membai at Rasul dengan kata-kata: Kami berbai at (janji setia) untuk taat dan selalu mengikuti baik pada waktu kesulitan maupun pada waktu dalam kemudahan, pada waktu senang dan pada waktu susah dan tetap berbicara benar dimaapun kami berada, tidak takut celaan orang di dalam membela kalimah Allah. 31 29 30 Ahmad Djazuli,Fiqih Siyasah,Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu Syari ah,104 31 Ibid, 104-105

41 Demikian di atas merupakan sejarah dari beberapa bai at yang pernah terjadi baik pada masa rasulullah maupun sebelum masa rasulullah. Adapun setelah masa rasulullah bai at juga masih tetap terjadi, diantaranya adalah pembaiatan terhadap khulafaurrasyidin dan lain sebagainya. Dari bai at-bai at yang dilakukan Muslimin kepada Nabi SAW. tersebut di atas intinya adalah janji setia, patuh dan ta at kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam (perintah agama), melaksanakan Islam dan membela atau melindungi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan siap mati untuk berjuang serta berjihad melawan orang kafir dalam mempertahankan Islam. Dan bila melihat beberapa contoh bai at tersebut diatas, bahwa bai at itu tidak hanya dilakukan antara dua belah pihak saja melainkan juga beberapa belah pihak. Sementara itu bai at yang mencerminkan adanya koalisi di dalam pemilihan kepala Negara bisa dilihat dalam peristiwa pembaiatan terhadap kholifah pertama Sayyidina Abu Bakar Shiddiq. Dimana pada saat itu terjadi perdebatan yang sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin tentang siapa yang akan menggantikan kepemimpinan Rasul SAW. Pada peristiwa tersebut Umar mengusulkan agar Abu Bakar yang menjadi pemimpin, namun usulan tersebut tidak begitu saja langsung diterima, malah terjadi perdebetan. Ada beberapa nama selain Abu Bakar yang dikemukakan mayarakat pada saat itu, diantaranya adalah Ali bin Abi

42 Thalib dan Sa d bin Ubadah. Ditengah-tengah perdebatan tersebut akhirnya ada dua orang yang masing-masing dari suku kharaj dan dari kaum aus yang kemudian menyatakan baiatnya terhadap abu bakar. Orang tersebut adalah Basyir bin Sa d, ayah Nu man bin Basyir, saudara sepupu Sa d bin Ubadah, ketua suku Khazraj dan pemimpin kaum Aus, Usaid bin Hudhair. 32 Maka setelah Umar Bin Khattab dan dua orang tersebut menyatakan baiatnya kepada Abu Bakar, baiat tersebut akhirnya diikuti oleh masyarakat lainnya sehingga dengan demikian Abu Bakar yang akhirnya terpilih sebagai pemimpin 33. 32 O. Hashem, Sejarah Islam : Wafat Rasulullah Dan Suksesi Sepeninggal Beliau Di Saqifah, (Jakarta : Yapi, 2004), 108 33 Ibid, 108