BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hlm Muhammad Idris Ramulya, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan isi Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

II. TINJAUAN PUSTAKA. UU Perkawinan dalam Pasal 1 berbunyi Perkawinan adalah ikatan lahir batin

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya metode yang digunakan. Dengan demukian, agar penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB VI PENUTUP. bawah umur yang berlaku di Kota Batam ; Sebagaimana berlaku di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang mempunyai banyak pulau serta keragaman

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan di bawah umur merupakan peristiwa yang dianggap wajar oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah umur bisa menjadi isu yang menarik perhatian publik dan berlanjut menjadi kasus hukum. Di Indonesia, kasus perkawinan anak dibawah umur bukanlah persoalan baru. Praktik ini sudah berlangsung lama dengan banyak pelaku tidak hanya dipedalaman, namun juga di kota besar 1. Dalam Hukum Positif Indonesia yang mengatur tentang perkawinan dan tertuang di dalam UU No.1 Tahun 1974 menyatakan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan sesorang wanita sebagai suami istri 1 Yusuf Hanafi, Kontroversi Perkawinan Anak Dibawah Umur (Child Marriage) Perspektif Fikih Islam, HAM Internasional, Dan UU Nasional, (Bandung: Mandar Maju, 2011), h. 10 1

2 dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Bagi perkawinan tersebut tentu harus dapat diperbolehkan bagi mereka yang telah memenuhi batasan usia untuk melangsungkan perkawinan seperti dalam Pasal 7 ayat 1 UU No.1 Tahun 1974 yang tertera bahwa, batasan usia untuk melangsungkan perkawinan itu pria sudah berusia 19 (Sembilan belas) tahun dan wanita sudah mencapai usia 16 (Enam belas) tahun. Secara eksplisit ketentuan tersebut dijelaskan bahwa setiap perkawinan yang dilakukan oleh calon pengantin prianya yang belum berusia 19 tahun atau wanitanya belum berusia 16 tahun disebut sebagai Perkawinan di bawah umur. Bagi perkawinan di bawah umur ini yang belum memenuhi batas usia perkawinan, pada hakikatnya disebut masih berusia muda (anak-anak) yang ditegaskan dalam Pasal 81 ayat 2 UU No.23 Tahun 2002, Bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dikategorikan masih anak-anak, juga termasuk anak yang masih dalam kandungan, apabila melangsungkan perkawinan tegas dikatakan adalah perkawinan di bawah umur 3. Bagi mereka yang ingin menikah, tetapi belum memenuhi syarat umur maka harus meminta izin "dipensasi nikah" kepada pengadilan atau pejabat lain 2 Undang-Undang Pepublik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 5 3 perkawinan-di-bawah-umur-menurut-hukum. html. diakses pada tanggal 30 agustus 2013.

3 yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perkawinan 4. Dipensasi pernikahan merupakan keringanan untuk perkawinan yang calon mempelai laki-laki atau perempuannya yang masih dibawah umur dan belum diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pada dasarnya dipensasi perkawinan di bawah umur merupakan pernikahan yang dilangsungkan dimana para calon mempelai atau salah satu calon mempelai belum mencapai batas umur minimal, yakni batas umur minimal sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Dengan demikian, pihak pengadilan agama dapat memberikan ijin perkawinan di bawah umur dengan alasan-alasan tertentu yakni adanya pertimbangan kemaslahatan yang dimaksudkan apabila tidak segera dilangsungkan pernikahan terhadap calon mempelai tersebut maka akan dikhawatirkan terjadi perbuatanperbuatan yang melanggar norma agama dan peraturan yang berlaku. Aspek positif diberikan dipensasi perkawinan di bawah umur diharapkan akan mampu untuk membantu kedua calon mempelai terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum yang berlaku. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) 2012 telah diperoleh bahwa di Indonesia 4 dispensasi-nikah.html. http://aliranim.blogbpk SPot.com/2012/04/. diakses pada tanggal 30 agustus 2013.

4 termasuk negara dengan perosentase pernikahan usia muda tertinggi di ASEAN setelah Kamboja. Dimana perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun yang sudah menikah sebanyak 0.2 persen, atau lebih dari 22.000 wanita. Sedangkan jumlah dari perempuan muda yang berusia 15-19 yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda yang berusia 15-19 tahun, dan perbandingannya adalah (11,7 % P : 1,6 % L). Sedangkan diantara kelompok umur perempuan dengan usia 20-24 tahun lebih dari 56,2 persen sudah menikah 5. Sedangkan pada tahun 2013 berdasarkan hasil rilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur (Jatim) menyatakan bahwa dari 18.792 persen wanita, sebanyak 16,84 persen pada wanita atau remaja yang sudah melakukan pernikahan dini pada usia dibawah 20 tahun 6. Perkawinan dini banyak terjadi pada anak usia sekolah. Akibatnya pada anak-anak yang telah menikah dini, tingkat putus sekolah mereka sangat tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini, banyak fenomena adanya perkawinan di bawah umur yang terjadi, terutama di kalangan masyarakat pedesaan khususnya didaerah Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi. Hal ini terjadi disebabkan adanya faktor yang mendorong kepada perbuatan tersebut, diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. 5 Hasil Penelitian Pernikahan Usia Dini-BKKBN Tahun 2012. http hasil-pernikahan-usia-dini- BKKBN-PPT. Diakses Pada Tanggal 04 Desember 2013. 6 Di Jatim Angka Pernikahan DiniLumayan, http:surabayajawatimur.blogspot.com/2013/05/. html, diakses pada tanggal 12 Maret 2014

5 Dalam proses berlangsungnya pernikahan tersebut, kebanyakan masyarakat menambah umur demi terlaksananya pernikahan, padahal dalam undang-undang sudah ada peraturan mengenai permohonan dipensasi nikah kepada pengadilan agama bagi mereka yang belum memenuhi syarat batas usia minimal dalam pernikahan. Tetapi mereka lebih memilih untuk menambah umur (memalsukan umur) sendiri. Adapun kasus di Dusun. Cungkingan, Desa. Badean, Kecamatan. Kabat, Banyuwangi ini kerap terjadi dan itu berlaku hampir pada setiap keluarga. Mereka lebih mengedepankan untuk menambah usia/memalsukan umur bagi calon pengantin dengan cara melewati seorang mudin (penghulu), khususnya untuk pihak perempuan, dimana mereka masih berusia antara umur 13 sampai 15 tahun. Dari latar belakang tersebut, menurut peneliti hal ini sangat menarik untuk dikaji dan dijadikan sebagai penelitian. Dengan demikian peneliti mengadakan penelitian dengan judul Fenomena Pemalsuan Umur Pernikahan (Studi di Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi). B. Rumusan Masalah 1. Mengapa masyarakat Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi banyak yang melakukan pemalsuan umur pernikahan?

6 2. Bagaimana dampak dari pemalsuan umur bagi masyarakat Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi? C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah dijabarkan, sesungguhnya banyak sekali permasalahan yang timbul dalam suatu perkawinan. Oleh karena itu untuk memperoleh pemahaman yang lebih fokus, maka diperlukannya batasan masalah untuk menghindarkan terjadinya pelebaran pembahasan yang akan dikaji. Dengan demikian peneliti lebih menekankan pembahasan yang akan dikaji mengenai Fenomena Pemalsuan Umur Pernikahan yang ada didalam masyarakat Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka disini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, diantaranya adalah: 1. Untuk mengetahui alasan masyarakat Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi melakukan pemalsuan umur untuk pernikahan. 2. Untuk mengetahui dampak dari pemalsuan umur bagi masyarakat Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi.

7 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peneliti dan pembaca. Dalam hal ini peneliti membagi dalam dua perspektif, yakni pertama secara teoritis dan yang kedua secara praktis, dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dan pembaca mengenai masalah yang diteliti ini. b. Untuk memberikan pemahaman dan wawasan terhadap khazanah keilmuan terhadap objek yang diteliti. 2. Secara Praktis a. Untuk memenuhi salah satu syarat gelar kesarjanaan dalam bidang hukum keperdataan islam. b. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat umum khususnya pemuda dan pemudi yang hendak melakukan pernikahan dini mengenai permohonan Dipensasi Perkawinan. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah penyusunan dan melengkapi penjelasan dalam pengembangan materi, maka peneliti memberikan gambaran sistematika dari bab ke bab. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

8 Bab I merupakan Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang pemilihan judul berdasarkan permasalahan yang ada. Selain itu menguraikan tentang rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian yang dirangkai dengan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Dan adapun tujuan dari pengklasifikasian pendahuluan ini adalah untuk mempermudah pembaca untuk memahami dari pembahasan yang dikaji. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, sebagai landasan awal dalam penelitian fenomena pemalsuan umur pernikahan, point pertama menjelaskan tentang kajian terhadap hasil penelitian terdahulu. Dan dan poin kedua adalah kajian teori, yang merupakan pemaparan landasan hukum pernikahan dan praktik pemalsuan, yang meliputi pernikahan dalam tinjauan sosiologi-religius dan hukum, pengertian perkawinan dan prinsipnya, syarat-syarat perkawinan, batasan usia kawin baik itu menurut hukum islam, hukum adat dan menurut undangundang nasional. Cara pelaksanaan perkawinan, deskriptif mengenai pemalsuan identitas, serta dispensasi pernikahan dan pembatalan perkawinan. Bab III merupakan Metode Penelitian, pada bab ini akan menjelaskan tentang bagian-bagian yang akan mendukung penyelesaian masalah, yakni mengulas mengenai metode-metode yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini. Metode tersebut meliputi uraian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, dan metode keabsahan data. Dan dalam penelitian ini, metode

9 yang digunakan lebih kepada penelitian lapangan yang mendasarkan pada penggalian informasi pada hasil wawancara. Bab IV merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini merupakan inti dari penelitian, karena pada bab ini peneliti akan menganalisis data-data yang akan dikemukakan pada bab sebelumnya, dimana untuk menjawab rumusan masalah yang ditetapkan. Dan peneliti akan menguraikan dan memaparkan analisis yang telah diperoleh dari lapangan tentang fenomena pemalsuan umur pernikahan, baik itu alasan masyarakat melakukan pemalsuan umur serta dampak yang diperoleh setelah melakukan pemalsuan umur pernikahan khususnya bagi pasangan, dan juga mengetahui proses-proses dari pemalsuan umur. Bab V merupakan Kesimpulan dan Saran, dari bab ini akan menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah peneliti lakukan, selain itu berisi tentang saran yang ditujukan kepada masyarakat dan juga kepada mahasiswa yang hendak menjadikan penelitian ini sebagai referensi.