BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi merupakan suatu istilah yang menunjuk pada kekuatan tarikan

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan mengenai teori dari variabelvariabel

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB II LANDASAN TEORI. McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) mendefinisikan motivasi berprestasi

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuasaan dan pertalian merupakan tiga kebutuhan penting yang

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari:

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat membantu seseorang. melakukan dan mencapai sesuatu aktivitas yang diinginkannya, jadi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja.

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tira Nur Indah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana S-1. Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS V DI SDSN BENDUNGAN HILIR 09 PAGI JAKARTA DENGAN SISWA KELAS V DI SDN 30/IX TEMPINO

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Bola yang berdiri pada tahun 1978 di Cengkareng-Jakarta Barat, dan

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

Psikologi Industri & Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan path analysis antara Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan. dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas (Schunk dkk., 2012). Menurut Santrock (2007), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga dapat memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan- bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, serta menyelesaikan tugas yang diberikan. Motivasi terbagi dua, yaitu motivasi intrinsik (memotivasi diri) dan motivasi ekstrinsik (penghargaan). Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk melibatkan diri dalam suatu aktivitas karena nilai manfaat dari aktivitas tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk melibatkan diri dalam suatu aktivitas sebagai suatu cara untuk mencapai sebuah tujuan (Schunk dkk., 2012). Sukadji (2001) mengatakan bahwa motivasi instrinsik cenderung akan memberikan hasl positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Namun, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu (Mikarsa dkk., 2007). Dalam kegiatan belajar, Sadirman (2004) menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. 7

8 2.2 Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (Santrock, 2007) motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai sesuatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Kemudian lebih lanjut McClelland menambahkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk mencari tantangan, menyukai tugas yang cukup sulit, dan menginginkan semua kemungkinan umpan balik. McClelland (dalam Lussier & Achua, 2009) membagi motivasi kedalam 3 jenis, yaitu: 1. Motivasi untuk berkuasa (Need of Power) Motivasi untuk berkuasa adalah dorongan untuk mengusai dan mempengaruhi orang lain. Dimana seseorang ingin mendominasi dan mengontrol orang lain melalui pengaruhnya. 2. Motivasi untuk berafiliasi (Need of Affiliation) Motivasi ini merupakan suatu dorongan yang mengarahkan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Seseorang dengan need of affiliation yang kuat memiliki hubungan yang baik dan menyenangkan dengan orang lain. 3. Motivasi untuk berprestasi (Need of Achievement) Motivasi untuk berprestasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk mendapatkan kepuasan akan berprestasi. Seseorang yang dominan dengan need of achievement akan berusaha keras untuk berhasil mencapai standar yang telah mereka tetapkan bagi dirinya sendiri. Seseorang dengan need of achievement yang tinggi memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil dalam kompetisi, dan mereka akan mencari situasi dimana mereka dapat mencapai tanggung jawab pribadi untuk menemukan pemecahan masalah, serta menerima umpan balik sebagai wujud tanggung jawab untuk sukses atau gagal. 2.3 Aspek-aspek Motivasi Berprestasi Menurut Atkinson (dalam Sukadji, 2001), motivasi berprestasi dapat tinggi atau rendah, berdasarkan dua aspek yang terkandung didalamnya, yaitu harapan

9 untuk sukses atau berhasil, dan juga ketakutan akan kegagalan. Seseorang dengan harapan untuk berhasil lebih besar dibandingkan dengan ketakutan akan kegagalan dikelompokkan kedalam golongan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, sedangkan orang yang memiliki ketakutan lebih besar daripada harapan untuk berhasil termasuk kedalam golongan yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.kemudian Rabideu (2005) menambahkan, bahwa usaha menghindari kegagalan dapat diartikan sebagai upaya mengerjakan tugas seoptimal mungkin, untuk memperoleh kesempatan yang akan datang. Demikian pula usaha untuk sukses dapat diartikan sebagai pendorong yang memberi kepercayaan diri, sehingga mampu mencapai keberhasilan, dengan mempertimbangan kemampuan untuk menghindari kegagalan. Seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempunyai harapan untuk berhasil yang tinggi, terutama jika dihadapkan dengan tugas yang memiliki resiko sedang dan tinggi. Sementara orang-orang dengan motivasi berprestasi yang rendah sebaliknya. 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi McClelland (dalam Sukadji, dkk 2001) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu: a. Harapan orang tua terhadap anak Orang tua yang mengharapkan anaknya agar bekerja keras untuk mencapai sukses akan mendorong anak untuk bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian prestasi. Dari penilaian, diperoleh bahwa orang tua dari anak yang berprestasi melakukan usaha khusus terhadap anaknya. b. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang sering menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan berprestasi dalam diri seseorang. Biasanya hal itu dipelajari pada masa kanak-kanan awal, terutama melalui interaksi dengan orang tua. c. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan. Apabila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang

10 selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui rasa takut akan kegagalan, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi. d. Peniruan tingkah laku. Melalui observational learning anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi, jika model yang ditiru memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu. e. Lingkungan tempat proses belajar berlangsung. Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisisme pada siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.

11 Motivator Dominan Tabel 2.1 Dimensi Motivasi McClelland Karakteristik Berprestasi Memiliki kebutuhan yang kuat untuk Berafiliasi Berkuasa menetapkan dan mencapai tujuan yang menantang Memperhitungkan pengambilan resiko untuk mencapai tujuan Suka menerima umpan balik demi kemajuan prestasi Kerap bekerja sendiri Ingin menjadi anggota kelompok Ingin disukai dan sangat ingin bergabung dengan kegiatan kelompok Mendukung kerjasama dalam kompetisi Tidak suka resiko tinggi atau ketidakpastian Ingin mengontrol dan mempengaruhi orang lain Suka memenangkan argumen Menyukai kompetisi dan menang Menyukai status dan pengakuan Sumber: McClallend (Lussier & Achua, 2009) 2.5 Perkembangan Anak Piaget (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan 4 tahap dalam perkembangan anak, yaitu: 1. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun) Dalam tahap ini anak membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensori, seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik. Pada tahap ini, bayi

12 yang baru lahir memiliki lebih dari sekadar pola-pola refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Akhir pada tahap ini, anak umur 2 tahun memiliki pola sensorimotor kompleks dan mulai menggunakan simbolsimbol sederhana. 2. Tahap Preoperasinal (usia 2-7 tahun) Pada tahap ini, anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan. Meskipun demikian menurut Piaget anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi (istilah Piaget untuk tindakan mental yang terinternalisasi, yang memungkinkan anak melakukan sesuatu secara mental sebelum dapat dilakukan secara fisik. 3. Tahap Preoperasinal Konkret (usia 7-11 tahun) Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti berada pada tahap perkembangan preoperasional konkret, yaitu dengan rentang usia 7-11 tahun. Dimana pada tahap ini, subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti telah dapat berpikir secara logis mengenai kejadian-kejadian yang konkret. Menurut Miller (2011), pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk konservasi. Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Anak-anak umumnya mencapai konservasi benda cair kira-kira pada usia 7 tahun. Ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang memasuki tahapan operasi berfikir konkret / operasional konkret. Pada dasarnya anak-anak mencapai pengobservasian dengan menggunakan tiga argumen. a. Anak mungkin berkata, kita tidak menambah atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama. Ini adalah argumen identitas.

13 b. Anak mungkin berkata, gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama. Ini disebut argumen kompensatif. c. Anak mungkin berkata, mereka masih sama karena kita bisa menuang kembali cairan itu ke tempatnya yang semula ini disebut argumen inverse. d. Kemampuan mengelompokkan secara memadai. Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut). Melakukan pengurutan (dari yang kecil sampai yang besar dan sebaliknya). Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Proses pemikiran diarahkan kepada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat melakukan operasi problem yang sedikit kompleks selama problem itu konkret dan tidak abstrak. 4. Tahap Operasional Konkret (usia 11 tahun-dewasa) Pada tahap ini individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal, mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Dalam pemecahan masalah, individu pada tahap ini mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis tersebut dengan cara deduktif. 2.8 Kerangka Berpikir Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraih siswa, dengan prestasi yang tinggi, siswa memiliki indikasi pengetahuan yang baik (Sadirman, 2004). Motivasi berprestasi yang dimiliki

14 siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya (Nashar, 2004). Siswa yang termotivasi akan merasa bahwa ia butuh mencapai tujuan karena suatu hal, jika itu didorong oleh motivasi intrinsik maka individu akan melakukannya demi kepuasan, sedangkan jika melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasi ekstrinsik itu dapat dikarenakan ia menginginkan sesuatu jika mencapai tujuannya, contohnya seorang anak dijanjikan akan dibelikan sebuah mainan jika ia mendapat juara di kelas, maka ia akan belajar untuk mendapatkan nilai yang baik agar ia mendapatkan mainan tersebut (Mikarsa dkk, 2007). McClelland (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu jenis motivasi yang paling penting dalam dunia pendidikan. Menurut Atkinson & Raynor (dalam Schunk dkk, 2012), seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki harapan untuk sukses lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, lebih memilih tugas dengan resiko sedang, dan tekun dalam usahanya ketika menghadapi tugas yang semakin sulit. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, peneliti memilih Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Bendungan Hilir 09 Pagi Jakarta yang berada ditengah kota dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 30/IX Tempino Jambi yang berada jauh dari pusat kota. Menurut hasil observasi peneliti menemukan perbedaan-perbedaan dari kedua sekolah tersebut, seperti contohnya kualitas tenaga pengajar yang berdeda, gaya mengajar yang berbeda, serta sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran yang berbeda. Dimana guru di SDSN Bendungan Hilir 09 rata-rata berusia muda sehingga gaya mengajar di kelas dan pengaturan kondisi kelas lebih kreatif sehingga membuat siswa merasa belajar jadi menyenangkan. Sementara guru di SDN 30/IX Tempino rata-rata berusia diatas 45 tahun sehingga masih menggunakan gaya mengajar yang konvensional. Untuk fasilitas yang terdapat di sekolah, di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi memiliki fasilitas yang lebih lengkap, seperti ruang laboratorium sebagai sarana untuk mata pelajaran Teknologi Informatika dan Komputer (TIK),

15 sedangkan di SDN 30/IX Tempino masih belum tersedia. Sehingga siswa di SDN 30/IX Tempino kurang pengetahuan tentang ilmu komputer dan internet dibandingkan siswa di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. Dari sisi lapangan sekolah yang disetiap hari Senin digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara bendera, di SDN 30/IX Tempino masih berupa lapangan tanah.

16