BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

The Relationship Between Symptoms and Level Of Cervical Plain Two-View In Patient with Cervical syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Presentase kejadian Cervical syndrome ini 36% dari keluhan nyeri di daerah

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

MIELOPATI SISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Supervisor : Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM

HUBUNGAN BERATNYA PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

Cedera Spinal / Vertebra

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE

makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer, laptop, atau handphone

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB 2 TEMPOROMANDIBULA DISORDER. sejumlah masalah klinis yang berkaitan dengan ganguan pada otot-otot pengunyahan,

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

ABSTRAK GAMBARAN KLINIK DAN RADIOLOGI KASUS LOW BACK PAIN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jantung dan pembuluh darah (26,3%). Ditemukan angka kematian akibat penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Low back pain (selanjutnya disebut LBP) merupakan. salah satu kelainan muskuloskeletal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

LAPORAN PENDAHULUAN HNP

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross-sectional dengan menghubungkan karakteristik gambaran

CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER,

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 )

BAB I PENDAHULUAN. terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Dalam paradigma kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

Nama: Anugerah Ramadhaan Putra Nim: Pembimbing: dr. Haidar Nasution

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

Biomekanika Spine. Sistem muskuloskeletal batang tubuh terdiri dari spine (tulang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

REFLEKSI DIRI MINGGU I

Carpal tunnel syndrome

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, pasien yang datang ke praktik klinik dan mengeluh nyeri leher mencapai 16,6% (Hudaya, 2009). Nyeri yang muncul karena berbagai penyebab, diantaranya : kompresi, kerusakan atau iritasi pada bagian yang sensitif terhadap nyeri seperti annulus fibrosus, ligamentum longitudinal posterior, dan kapsula sendi zygapophyseal. Dengan terlibatnya serabut saraf di servikal akan menyebabkan nyeri dan gangguan neurologis pada saraf tersebut dan tentunya pada organ yang diinervasi saraf tersebut. Nyeri yang muncul bisa berupa nyeri alih, sehingga menyulitkan dokter untuk mendiagnosis pasien dengan penyakit bahu primer dan gangguan saraf perifer. Nyeri leher juga bisa terjadi akibat proses degenerasi pada diskus intervertebralis dengan atau tanpa herniasi dan degenerative arthritis pada sendi zygapophyseal. (Gore, 2001) Foto polos vertebra adalah suatu pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan pancaran sinar-x untuk menggambarkan struktur anatomi tulang dan kelainan-kelainan yang berhubungan, sering dikerjakan berdasar regio yaitu cervical, thoracal, lumbal, thoracolumbal, dan lumbosacral. Foto 1

2 polos tetap merupakan pemeriksaan radiologis yang utama pada sistem skeletal dan merupakan pemeriksaan yang paling sederhana (Patel, 2007 dalam (Bowo, 2011)). Foto polos servikal posisi anteroposterior hanya memberi sedikit informasi mengenai gambaran vertebra servikalis. Maka sangat diperlukan hasil foto pada posisi yang lainnya. Foto polos servikal posisi oblique memberikan gambaran mengenai foramina intervertebra. Gambaran hipertrofi atau pembentukkan spur (osteofit) pada foramina intervertebra terlihat pada foto polos posisi oblique, sementara pada posisi anteroposterior bisa terlihat gambaran penyempitan foramina. Posisi oblique dibuat dengan posisi yang lebih fleksi dan hiperekstensi dibandingkan dengan posisi anteroposterior sehingga memperjelas gambaran penyempitan foramina intervertebralis. (Jackson, 2010) Penilaian radiologis pada foto polos vertebra proyeksi lateral adalah kelengkungan vertebra, diskus intervertebralis, kalsifikasi, susunan columna vertebralis, perubahan corpus seperti osteofit dan lipping, termasuk juga fraktur (Jennie dan Wirawan, 1984 dalam (Bowo, 2011)). Diagnosis kelainan leher bisa ditegakkan berdasarkan riwayat pasien, gejala klinis, dan gambaran radiologi foto polos (Jackson, 2010). Indonesia yang merupakan negara berkembang dan masyarakatnya masih banyak yang menggunakan fasilitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) memiliki keterbatasan dalam mendapatkan fasilitas radiologi yang lengkap. Program ini

3 hanya memberikan fasilitas pemeriksaan radiologi foto polos dengan jumlah foto yang terbatas (Depkes RI, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2009). Padahal untuk mendapatkan gambaran yang mencakup keseluruhan anatomi leher diperlukan foto tiga posisi (anteroposterior, lateral, dan oblique). Bahkan menurut the American College of Radiology Appropriateness Criteria pada pasien dengan keluhan nyeri leher kronis direkomendasikan melakukan foto rontgen lima posisi (anteroposterior, lateral, open-mouth, dan kedua posisi oblique). Dari data diatas sejalan dengan tingginya insidensi nyeri leher (cervical syndrome) maka akan tinggi pula pasien yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi foto polos servikal. Peneliti tergerak untuk melakukan penelitian dengan membandingkan hasil foto polos servikal tiga posisi dan foto polos servikal dua posisi pada pasien dengan cervical syndrome sehubungan dengan banyaknya pasien yang menggunakan fasilitas Jamkesmas (Daffner, 2010). Berikut penulis cantumkan ayat Al-Qur an yang berkenaan dengan penelitian ini, dalam Q.S. An-Nahl : 90

4 Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S. An-Nahl : 90). B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara cervical syndrome dengan gambaran foto polos cervical dua posisi dibandingkan dengan gambaran foto polos cervical tiga posisi? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cervical syndrome dengan gambaran foto polos cervical dua posisi dibandingkan dengan gambaran foto polos cervical tiga posisi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa : 1. Bermanfaat bagi pasien yang mengalami gejala klinis cervical syndrome dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang efisien. 2. Bermanfaat bagi pihak rumah sakit untuk menentukkan pemeriksaan penunjang yang efektif dan efisien.

5 3. Bermanfaat bagi pendidikan, untuk melatih cara berpikir dan melakukan penelitian serta menambah wawasan dalam bidang radiodiagnostik. 4. Bermanfaat untuk penelitian selanjutnya, sebagai dasar teori ataupun sumber kepustakaan, sehingga hasil penelitian ini menjadi suatu karya yang benar-benar bermanfaat. E. Keaslian Penelitian Dari penelusuran yang peneliti lakukan, belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini. Hanya ada beberapa artikel penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan. Penelitian lain membandingkan gambaran radiologis pada foto polos, CT scan, dan MRI. Berikut penulis lampirkan tabel artikel penelitian yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini. Tabel 1.1 Penelitian Cervical syndrome dan Foto Polos Servikal Peneliti/ Tahun Majdaw ati / 2012 Nordin et al, 2008 Subjek Topik Perbedaan Retrospektif Review article 359 artikel Hubungan gambaran radiologi foto polos servikal dengan gejala klinis pada penderita servikal sindrom Assessment of Neck Pain and Its Associated Disorders Penelitian ini membandingkan hasil foto polos 3 posisi dengan servikal sindrom Pada penelitian ini, peneliti hanya menilai hasil radiologi foto polos servikal 3 posisi dan 2 posisi pada kasus nyeri leher non-trauma.

6 Ofiram et al / 2009 Prospektif 48 pasien Cervical degenerative index: a new quantitative radiographic scoring system for cervical spondylosis with interobserver and intraobserver reliability testing Penelitian ini menggunakan foto polos 4 posisi (AP, lateral, flexion, extension). Nykanen et al, 2007 Cross sectional 179 karyawati Do Cervical Degenerative Changes In Women with Chronic Neck Pain Affect Function? Peneliti tidak hanya mengambil subjek penelitian wanita dengan kasus degeneratif saja.