PENCEGAHAN KOROSI DENGAN BOILER WATER TREATMENT (BWT) PADA KETEL UAP KAPAL.

dokumen-dokumen yang mirip
II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

Penentuan Kesadahan Dalam Air

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

2. WATER TREATMENT 2.1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

PEMELIHARAAN AIR KETEL BANTU DI KAPAL. Paulus Suhardi Waluyo Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

INFO TEKNIK Volume 7 No. 2, Desember 2006 (97-102)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR. Ca Mg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat

SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

PENGENDALIAN KOROSI PADA KETEL UAP

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASAM, BASA, DAN GARAM

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

8. ASIDI-ALKALINITAS

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN

K I M I A A I R. A N A L I S I S K I M I A Asiditas dan Alkalinitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran bahan bakar (sumber panas lainnya) sehingga terjadi perpindahan panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

Antiremed Kelas 11 Kimia

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

( khususnya air minum ) cukup mengambil dari sumber sumber air yang ada di

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

SOAL dan PEMBAHASAN Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M!

Variasi Teknologi Pengurangan Kesadahan Dalam Pengolahan Air Minum

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

NAMA : CRISTOPEL L TOBING NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN BOILER WATER TREATMENT (BWT) PADA KETEL UAP KAPAL. Sulaiman Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT This paper explained about a using of Boiler Water Treatment (BWT) as corrosion protection for boiler on ship. BWT used as addition on boiler water, which used destilat water. As experiment results, BWT used on destilat water and destilat - seawater mixed given not koagulan patch on. The simulation given not satisfied results, caused by good not equipment. Key word : Boiler Water Treatment, corrosion protection. 1. PENDAHULUAN. BWT adalah suatu zat kimia tunggal atau campuran yang ditambahkan pada air ketel yang sudah berada dalam ketel uap kapal, yang berfungsi untuk: a. Mencegah korosi pada dinding ketel b. Mencegah terbentuknya kerak. Dengan penambahan BWT dalam air ketel diharapkan ketel akan tahan lama karena korosi terhadap dinding ketel dihambat dan pemakaian bahan bakar tidak boros karena tidak terjadi kerak pada dinding ketel. Sebagaimana diketahui kerak pada dinding ketel merupakan penghantar panas yang jelek sehingga air dalam ketel lama akan mendidih dan akan terjadi over heating pada tabungtabung pemanas. Air ketel yang digunakan pada kapal dapat berasal dari : a. Air laut yang diuapkan (didestilisasi di kapal). b. Air tawar yang diambil di kapal. Pada kapal yang menggunakan air ketel hasil destilisasi dari air laut, komposisi zat padat yang terlarut kurang lebih sebagai berikut : a. Kalsium bikarbonat Ca ((HCO 3 ) 2 ) : 180 PPM b. Kalsium sulfat CaSO 4 : 1.220 PPM. c. Magnesium sulfat MgSO 4 : 1.960 PPM. d. Mangesium Clorida MgCl 2 : 3.300 PPM. e. Natrium clorida NaCl : 25.620 PPM. Sebagaimana diketahui, logam utama pembentuk kerak adalah logam kalsium dan magnesium. Dari hasil analisis diatas jelas bahwa apabila air laut masuk ke dalam ketel, maka segera akan terjadi pembentukan kerak dan korosi terutama kalau ada gas oksigen yang terlarut. Pada penggunaan air ketel hasil destilisasi tidak mungkin didapat air murni dalam arti bebas mineral, oleh sebab itu maka perlu adanya zat tambahan untuk mencegah korosi, dalam hal ini zat tambahan yang digunakan untuk mencegah korosi pada ketel uap kapal adalah Boiler Water Treatment (BWT). 2. PERMASALAHAN Mengingat pentingnya penggunaan BWT, untuk mencegah korosi pada ketel uap kapal maka yang akan dibahas adalah: a. Mengapa terjadi korosi dan terdapat kerak pada dinding ketel uap kapal? b. Sampai sejauh mana kemampuan BWT dalam mencegah korosi dan kerak pada dinding ketel uap kapal? c. Bagaimana cara memproduksi BWT dan bagaimana pengontrolan kualitasnya? KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 35

3. PEMBAHASAN 3.1.TERJADINYA KOROSI PADA KETEL UAP KAPAL. Korosi adalah perusakan dinding ketel dari permukaan dinding ke arah dalam. Korosi pada ketel uap kapal dapat dibedakan menjadi : a. Korosi dinding sebelah dalam (bagian yang terkena air). b. Korosi dinding sebelah luar (bagian yang terkena api). Pada kesempatan kali ini hanya akan diuraikan mengenai korosi dinding bagian dalam yang disebabkan oleh air ketel uap yang mengandung kotoran. Gambar 1 Korosi bentuk pitting. Hubungan antara derajat korosi, alakalinitas dan kandungan oksigen yang terlarut dapat digambarkan seperti pada gambar 2 dan 3. Korosi dinding sebelah dalam dapat berbentuk : a. Lubang (Pitting). Pitting adalah bentuk korosi berupa lubang lubang, terutama disebabkan oleh air ketel yang ph nya antara 6 dan 9 dan mengandung oksigen yang terlarut. Peristiwa ini sesungguhnya adalah proses elektrokimia. Permukaan logam apabila kontak dengan atmosfir, cenderung berubah menjadi kondisi alamiahnya. Bila oksigen terlarut dalam air, maka terbentuklah oksida besi yang berwarna merah pada permukaannya dan oksida ini akan terbentuk terus sehingga seluruh besi tersebut menjadi berkarat. Bila kadar oksigen yang terlarut terbatas, oksida tidak akan terjadi tetapi permukaan besi menjadi kusam. Warna kusam ini sebenarnya adalah terbentuknya sebuah lapisan tipis dari oksida besi pada permukaan logam yang tidak teroksidasi secara penuh sebagaimana terjadi pada oksida besi yang berwarna merah. Pada alkalinitas tertentu lapisan tipis ini menjadi lebih stabil dan dapat memberikan perlindungan lebih baik pada besi. Gambar 2 Hubungan derajat korosi, alkalinitas serta kandungan oksigen terlarut. Gambar 3 Hubungan ph dengan derajat korosi. b. Penipisan (General Wasting). Bentuk korosi ini terjadi apabila air ketel yang terkontaminasi dengan air laut yang cenderung akan menjadi sedikit asam. Hal ini mungkin karena KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 36

dekomposisi dari garam magnesium klorida pada temperature tinggi. MgCl 2 + 2H 2 O Mg(OH) 2 + 2HCl c. Bentuk korosi-korosi lain seperti korosi karena kelelahan logam, korosi karena kelebihan kaustik soda dan lain-lain tidak langsung akibat dari kondisi air ketel. 3.2. TERBENTUKNYA KERAK (SCALE) PADA KETEL UAP KAPAL. Kelarutan dari suatu garam tergantung dari keadaan garam itu sendiri secara alamiah, temperatur larutan, adanya zat padat lain dan gas yang terlarut, dan tekanan yang diberikan kepada larutan tersebut. Kebanyakan garam lebih larut pada temperatur tinggi daripada temperatur rendah, tetapi ada garam yang kelarutannya akan menurun pada kenaikan temperatur. Pada saat penguapan berjalan dalam ketel, maka air akan menjadi uap tetapi garam-garam yang terlarut akan tetap dalam larutdan sehingga konsentrasinya akan naik. Keadaan ini dimana jumlah garam yang terlarut lebih besar daripada kelarutannya menyebabkan garam akan terlempar dari larutannya dan membentuk kerak yang padat dan menempel pada permukaan ketel. Analisa kimia menunjukkan bahwa zat utama dari kerak yang keras adalah kalsium sulfat dan kalsium silikat serta magnesium silikat. Akibat pembentukan kerak terutama menyebabkan : a. Efisiensi ketel menurun. b. Kerak mencegah konveksi panas dari dinding metal kepada air. 3.3. KEMAMPUAN BWT DALAM MENCEGAH KOROSI. Fungsi utama BWT adalah mencegah korosi dan mencegah terbentuknya kerak. Oleh sebab itu kemampuan BWT yang diharapkan adalah : a. Mampu mengendapkan garam-garam yang dapat mengerak agar dapat menjadi endapan berupa lumpur yang tidak lengket pada dinding ketel. b. Mampu mempertahankan zat-zat pengendap dalam jumlah kecil tetapi cukup, dan alkalinitas dari air ketel. c. Mampu menurunkan kadar oksigen terlarut hingga minimum. d. Mampu mencegah pembentukan busa yang berakibat makin cepat terbentuknya kerak. Zat-zat kimia yang dapat memenuhi tuntutan di atas adalah zat-zat alkali garam-garam fosfat, zat tambahan organic dan zat-zat pengusir oksigen. Zat-zat komponen BWT diantaranya adalah : 1) Zat alkali, yang biasa digunakan adalah : a. Kalsium hidroksida Ca(OH)2. Cara kerja kalsium hidroksida adalah mengendapkan garam yang menyebabkan kesadahan temporer yaitu kalsium dan magnesium bikarbonat. b. Natrium karbonat Na2CO3. Natrium karbonat bereaksi dengan garam yang menyebabkan kesadahan permanen, mengendapkan CaCO 3 dan MgCO 3. c. Natrium hidroksida NaOH (Kaustik Soda). Zat padat warna putih mudah larut dalam air dan menimbulkan panas, membentuk larutan yang sangat alkalis, di udara terbuka akan meleleh karena mengikat lembap udara, tetapi lama kelamaan akan memadat lagi karena adanya CO 2 dalam udara. Kaustik soda mengendapkan garamgaram yang menyebabkan kesadahan temporer menjadi kalsium karbonat dan magnesium hidroksida. 2) Garam fosfat. Garam fosfat yang biasa digunakan adalah : a. Natrium heksameta fosfat (NaPO3)6 b. Dinatrium hydrogen fosfat Na2HPO4. c. Trinatrium fosfat Na3PO4. 3) Zat tambahan organik. Bermacam-macam zat tambahan organik dapat ditambahkan ke dalam air ketel. Zat tambahan organic yang ditambahkan antara lain : KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 37

a. Tanin. b. Tepung. c. Amine. 4) Zat pengusir oksigen. Jumlah oksigen yang terlarut dalam air ketel sangat berpengaruh pada proses korosi, terutama pada tekanan di atas 300 lb/sq. in. Zat pengusir oksigen antara lain Natrium sulfit (Na 2 SO 3 ) dan hydrazine (N 2 H 4 ). Hasil tiap batch dilakukan uji coba kemampuan menaikkan ph dan kemampuan mencegah terjadinya kerak. Uji coba dengan skala laboratorium dengan simulasi yang paling mendekati keadaan verdamper dan ketel sesuai peralatan yang ada. a. Kemampuan menaikkan ph (guna mencegah korosi) dilakukan dengan menggunakan diagram dibawah ini. 3.4. CARA MEMPRODUKSI BWT. Bwt yang diroduksi pada saat ini adalah BWT khusus untuk kapal perang, dengan komponen penyusunnya antara lain : a. Natrium Karbonat. b. Natrium Fosfat c. Amylum (Starch). Cara memproduksi BWT adalah sebagai berikut : Gambar 4 Diagram hubungan alkalinitas, kapasitas air ketel dan BWT yang diperlukan.. 1) Bahan baku ditimbang tiap batch 50 100 Kg. 2) Kemudian bahan baku dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk menghaluskan. 3) Setelah itu ke dalam mixer selama 30 menit. 4) Kemudian langkah selanjutnya adalah memasukkan ke dalam mesin pengisi. Perkantong plastic diisi 500 gram. Proses dari 1 sampai dengan 4 dilakukan dilakukan dalam ruangan yang kelembabannya telah diturunkan untuk mencegah penggumpalan garam fosfat. 5) Proses selanjutnya adalah melapisi sekali lagi dengan plastic. Antara plastic dalam dan luar diberi silicagel sebagai pengikat kelembaban. 6) Cap tanggal produksi dan nomor batch. 3.5 CARA MENGONTROL KUALITAS BWT. Setiap kemasan bahan baku dilaksanakan pemeriksaan identifikasi dan kemurnian. b. Kemampuan mencegah terjadinya kerak dilakukan dengan membuat simulasi verdamper (alat untuk menyuling air laut menjadi destilat) dan ketel uap. Pada uji coba yang telah dilakukan diambil 3 sampel yaitu air destilat, air destilat 75 % ditambah air laut 25 % (sebagai simulasi kontaminasi air ketel dengan air laut akibat adanya kebocoran) dan air tanah yang biasa juga dipakai sebagai feedwater untuk kapal uap. Cara pengujian sebagai berikut : 1. Cek ph masing-masing, ambil 500 ml dan tambahkan BWT sesuai perhitungan. 2. Panasi hingga 400 ml, tambahkan : a. Untuk air destilat murni tambahkan 100 ml air destilat sehingga volume kembali 500 ml. b. Untuk air destilat campuran dengan air laut tambahkan 75 ml air destilat dan 25 ml air laut hingga volume menjadi 500 ml. KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 38

c. Untuk air tanah, tambahkan 100 ml air tanah sehingga volume menjadi 500 ml kembali. 3. Cek ph lagi, kalau perlu tambahkan BWT untuk mencapai ph 9.6 11. 4. Ulangi pemanasan lagi, dan selanjutnya dikerjakan seperti di atas sebanyak 3 kali. Apabila pada labu destilat tidak terdapat endapan yang tidak melengket pada dasar labu dapat disimpulkan bahwa BWT yang diuji coba telah memenuhi syarat. Pada percobaan yang telah dilaksanakan, labu yang berisi air destilat dan campuran air destilat dengan air laut terdapat endapan koloid yang tidak menempel pada dasar labu dan akan ikut bila cairan di atasnya dituang. Pada labu yang berisi air tanah terdapat endapan dan sebagian menempel pada dasar labu. Pada simulasi verdamper dan ketel uap masih terdapat banyak kekurangan mengingat simulasi disesuaikan dengan peralatan yang ada, kekurangan itu antara lain : DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonimous, 1970, Boiler Corrosion and Water Treatment, Ministry of Defence, Royal Navy. 2. Anonimous, 1986, Main Boiler, The Royal Netherlands Navy. 3. Depkes R. I., Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB) 4. Gustaf, A. Gaffert., 1962, Steam Power Station, Kogakusha Company, LTD. Tokyo. 5. Uhlig H, Herbert and R. Winston Revie, 1991, Corrosion and Corrosion Control, 3 Rd. ed, John Wiley & Sons, Newyork. a. Simulasi verdamper dan ketel uap terbuat dari gelas tahan panas. b. Tekanan uap di atas simulasi ketel sebesar 1 Atm sehingga temperature maksimum yang dicapai sebesar 100 o C. c. Air yang telah berubah menjadi uap tidak kembali lagi ke ketel sebagai kondensat, akibat sistem terbuka. 4. KESIMPULAN BWT digunakan pada air ketel uap kapal sebagai zat tambahan untuk menghindari terjadinya korosi. Dari percobaan diperoleh hasil bahwa BWT yang digunakan pada air destilat dan campuran air destilat dengan air laut menghasilkan suatu koloid yang tidak menempel pada dasar labu, sedangkan untuk BWT yang digunakan pada air tanah menghasilkan endapan yang sebagian menempel pada dasar labu. Pada simulasi verdamper dan ketel uap masih terdapat banyak kekurangan mengingat simulasi disesuaikan dengan peralatan yang ada. KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 39