PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KAKAO OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH METE OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING KACANG

DAMPAK PEMANFAATAN LIMBAH BUAH SEMU METE TERFERMENTASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA JUNTAL KECAMATAN KUBU KARANGASEM

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004). Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku ko

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI INTRODUKSI LIMBAH PERTANIAN dan PROBIOTIK BIO - CAS

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Pertumbuhan Sapi Bali Jantan yang Dipelihara di Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Kering

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Materi

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

PENGARUH PENGGUNAAN PAKAN SUPLEMEN DALAM RANSUM BASAL KUALITAS RENDAH TERHADAP KECERNAAN ENERGI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE DI PETERNAKAN RAKYAT

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI HASIL SILANGAN MELALUI PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

LUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

logo lembaga [ X.291] Ir. Annas Zubair, M.Si Serli Anas, S.Pt Dwi Rohmadi, S.Pt Jaka Sumarno, STP Sukarto

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

MATERI DAN METODE. Materi

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN KULIT UMBI UBI KAYU ( Manihot Utilissima ) Fermentasi Aspergillus Niger TERHADAP PAKAN KONSENTRAT PADA DOMBA LOKAL JANTAN

KAJIAN PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DAN UREA MOLASES BLOK (UMB) UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ahmad Nasution 1. Intisari

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KAKAO OLAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI (Feeding of Processed Cacao by-product to Growing Bali Cattle) SUPRIO GUNTORO, SRIYANTO, NYOMAN SUYASA dan MADE RAI YASA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Jl. Bypass Ngurahrai, Denpasar ABSTRACT Bali cattle meat demand, both in Bali region and other province is being increase by the years. Most of farmers in Bali have used supplement forage (concentrate) in their keeping, such as rice and wheat bran. But, those supplements has had expensive price caused have competition forage using with pig keeping. Meanwhile, in cacao farming, its eggshell waste has 72% from the total of cacao pods and it was most wasting. The research about processed cacao waste as a supplement feed use for Bali cattle fattening was carried out at desa Wanagiri, kecamatan Selemadeg, kabupaten Tabanan. Before used, the eggshell of cacao was cut up, fermented by Aspergillus niger, and then dried and rolled until to be powder. The research use 24 Bali cattle for fattening (bull) that have initial weight between 259 264 kg divided to be 3 treatment group with 8 replication for each treatment that is P0 ( the farmer s existing keeping that the cattle was gave by legume and grass), P1 ( P0 + processed cacao powder by 2 kg/head/day and P3 (P1 + Bio-Cas probiotic 5 cc/head/day. The result of proximate analysis test shown that by processing of cacao waste, the protein content of eggshell cacao was increase from 8,11% to 16,61% in average, while the crude fiber content was decrease. Within 12 weeks treatment, the body weight gain shown that the P0 achieved 292 g and P2 521 g; it was increase 71, 4% and had significant effect statically (P < 0,05). For the cattle that has P2 treatment, the body weight gain was 636 g/head/day; it was have significant effect statically (P < 0,05) compared with P0 and P1. It was that using processed cacao waste as a supplement fodder is effective and the cattle weight gain will be better because Bio-Cas has growth stimulus content when combined with Bio-Cas probiotic. Key Words: Cacao Waste, Bali Cattle, Weight Gain ABSTRAK Permintaan daging sapi Bali baik di Bali maupun di luar Bali makin meningkat. Dalam usaha penggemukan sebagian petani di Bali telah menggunakan pakan penguat (konsentrat) antara lain berupa dedak padi atau dedak gandum. Namun kedua bahan tersebut harganya relatif mahal karena juga banyak digunakan untuk pakan babi. Dipihak lain dalam usaha tani kakao, limbahnya berupa cangkang (72% dari total buah gelondongan) banyak terbuang. Sebuah penelitian telah dilakukan di Desa Wanagiri, Kecamatan Selemadeg Tabanan untuk memanfaatkan limbah (cangkang) kakao olahan sebagai pakan penguat sapi Bali yang digemukkan. Sebelum digunakan cangkang kakao dicacah, kemudian difermentasi dengan Aspergillus niger, selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga berbentuk tepung. Penelitian menggunakan 24 ekor sapi Bali jantan dengan berat awal antara 259 264 kg yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan (masing-masing 8 ekor sebagai ulangan) yaitu: (1) P0: Sapi diberi pakan hijauan (HMT) sesuai cara petani tradisional (2) P1: sapi diberi pakan seperti pada P0 + tepung limbah kakao olahan 2 kg per ekor per hari dan (3) P2: Sapi diberi pakan seperti P1 + probiotik Bio Cas 5 cc/ekor/hari. Hasil proximate analysis menunjukkan bahwa melalui proses pengolahan, kandungan protein cangkang kakao meningkat dari rata-rata 8,11% menjadi 16,61% sedangkan kandungan serat kasar menurun. Dalam perlakuan selama 12 minggu pertambahan berat badan (PBB) rata-rata sapi P0 = 292 gram, dan P2 = 521 gram, atau meningkat 71,4% yang secara statistik berbeda nyata (P < 0,05). Sedangkan pada sapi P2 rata-rata PBB mencapai 636 g/ekor/hari, yang berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan P0 maupun P1. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan limbah kakao olahan sebagai pakan penguat cukup efektif dan bila dikombinasikan dengan pemberian probiotik Bio Cas, prestasi pertumbuhan sapi akan lebih baik mengingat Bio Cas juga mengandung zat perangsang pertumbuhan. Kata Kunci: Limbah Kakao, Sapi Bali, Pertumbuhan 116

PENDAHULUAN Di daerah Bali, populasi sapi Bali sebanyak 590.949 ekor, dan 92.025 ekor diantaranya adalah sapi jantan muda (ANONIMUS, 2005). Permintaan daging sapi Bali dari tahun ke tahun cenderung meningkat, baik untuk konsumsi lokal, bahan baku industri maupun permintaan dari luar daerah (DKI, Jabar), sehingga mendorong berkembangnya usaha penggemukan (fattening). Dalam usaha penggemukan, disamping pakan hijauan, juga diperlukan pakan konsentrat yang bahannya berupa dedak padi, dedak gandum, bungkil kelapa, ubi kayu atau campuran dari bahan-bahan tersebut dan bahan lain. Namun harga bahan-bahan konsentrat di Bali relatif mahal, karena banyak diperlukan untuk pakan babi, sehingga hal ini sering menjadi kendala dalam usaha penggemukan sapi (GUNTORO et al., 2003). Disisi lain, sebenarnya terdapat bahan pakan yang jumlahnya cukup besar namun bahan tersebut umumnya masih terbuang, yakni limbah (cangkang) kakao. Tanaman kakao, merupakan tanaman industri dengan produk utama berupa biji yang memiliki nilai ekonomis penting. Disamping menghasilkan biji, dalam proses penanganan hasil juga diperoleh produk ikutan (limbah) berupa cangkang atau kulit buah kakao. Dalam keadaan segar, secara fisik cangkang kakao komposisinya mencapai 73,77% dari berat buah secara kesulurahan (HARYATI dan HARJOSUWITO, 1984). Karena itu potensi limbah ini cukup besar dan terus meningkat sejalan dengan program pengembangan kakao di tanah air. Di daerah Bali luas areal perkebunan kakao 9.339 ha dengan produksi biji kakao 7.034 ton (ANONIMUS, 2006) sehingga diperkirakan terdapat produksi cangkang kakao sekitar 21.000 ton per tahun. Berdasarkan analisa kimia, limbah kakao mengandung zat-zat makanan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan. Menurut ZAINUDDIN et al. (1995) kulit buah kakao mengandung 16,5% protein, 16,5 MJ/kg dan 9,8% lemak dan setelah dilakukan fermentasi kandungan protein meningkat menjadi 21,9%. Penggunaan pada ayam pedaging hingga 5% tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, namun penggunaan di atas level tersebut akan menyebabkan turunnya laju pertumbuhan ayam (ZAINUDDIN et al., 1995). Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya theobromin yakni senyawa heterosiklik yang dapat menghambat pencernaan (Sutardi, dikutip ZAINUDDIN et al., 1995). Melalui proses fermentasi dengan Aspergillus niger, kandungan gizi berbagai limbah, termasuk limbah perkebunan dapat ditingkatkan dan kandungan serat kasarnya dapat diturunkan (KOMPIANG, 2000). Hasil penelitian GUNTORO dan RAI YASA (2005), penggunaan limbah kakao hasil fermentasi, pada ayam Buras petelur hingga 22%, tidak menyebabkan penurunan produktivitas telur, bahkan memberikan peningkatan produktivitas. Melalui proses pengolahan diharapkan pemberian limbah kakao pada sapi akan menghasilkan respon pertumbuhan yang lebih baik, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan penguat alternatif dan tersedia sepanjang tahun. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di desa Wanagiri Kab. Tabanan yang merupakan sentra produksi kakao di Bali, selama 12 minggu (84 hari) dari bulan November 2005 s/d Januari 2006. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 macam perlakukan pakan, masing masing perlakuan menggunakan 8 ekor sapi Bali jantan dengan bobot awal rata-rata 259 264 kg (kisaran = 210 298 kg) sebagai ulangan. Ketiga perlakukan tersebut adalah sebagai berikut: P0 : Kelompok sapi diberi pakan hijauan (HMT) ad libitum, sebagaimana lazimnya dilakukan petani. P1 : Kelompok sapi diberikan pakan seperti pada P0 + tepung limbah kakao 2 kg/ekor/hari. P2 : Kelompok sapi diberikan pakan seperti pada P1 + probiotik Bio Cas 5 cc/ekor/hari. Limbah kakao berupa cangkang setelah dipisahkan dari bijinya di cacah hingga berbentuk serpihan kecil kemudian difermentasi dengan Aspergillus niger selama 5 hari. Selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari selama ± 3 hari, kemudian digiling hingga 117

berbentuk tepung yang siap diberikan pada ternak. Parameter yang diamati adalah (1) komposisi kimia cangkang kakao olahan (2) pertambahan bobot badan (PBB) sapi dan (3) nilai ekonomis. Untuk memperoleh data pertambahan bobot badan dilakukan penimbangan pada awal penelitian dan diulangi setiap 4 (empat) minggu. Data pertumbuhan ternak yang diperoleh diolah dengan Duncant Multiple Test dengan tingkat kepercayaan 5% (P < 0,05). Analisa ekonomi dilakukan dengan analisa input output. konvensional (tanpa Aspergillus niger), kadar protein yang diperoleh 11,04%. Disamping itu, fermentasi dapat menurunkan kandungan serat kasar, (CF) dari 16,42% menjadi 10,15% dengan Aspergillus niger dan 12,44% bila tanpa menggunakan Aspergillus niger (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Aspergilus niger dapat meningkatkan efektivitas fermentasi bahan pakan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisa terhadap kadar theobromin, namun melalui proses fermentasi dan pengeringan diharapkan dapat menurunkan kadar theobromin cangkang kakao. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi fisik dan kimia limbah kakao olahan Berdasarkan hasil evaluasi fisik, diperoleh produksi limbah berupa cangkang rata-rata 72,4% dari berat total buah kakao basah, sedangkan bagian biji dan kulit biji rata-rata 27,6% dari berat total buah. Setelah dilakukan proses fermentasi, limbah dikeringkan pada sinar matahari hingga siap giling, memerlukan waktu 2 3 x 8 jam pada intensitas sinar matahari yang normal (tidak mendung atau hujan). Dari limbah (cangkang) segar, setelah difermentasi, dikeringkan dan digiling diperoleh hasil gilingan berupa tepung dengan rendemen 15 16%. Fermentasi dengan Aspergillus niger menyebabkan meningkatnya kandungan protein cangkang kakao. Hasil analisis proksimat, menunjukkan peningkatan kandungan protein kasar (CP) dari 8,11% pada kakao mentah (sebelum difermentasi) menjadi 16,16%. Sedangkan jika fermentasi secara Pengaruh pemberian limbah kakao olahan terhadap pertumbuhan sapi Pada penimbangan pertama diperoleh bobot awal sapi rata-rata, untuk P 0 : 259,70 kg, P 1 : 264,34.kg dan P 2 : 261,66 kg. Pada penimbangan akhir minggu 12, (84 hari) diperoleh bobot hidup masing-masing P 0 : 284,23 kg, P 1 : 308,10 kg dan P 2 : 315,11 kg. Dengan demikian diperoleh angka PBB masing masing pada P 0 : 292 g, P 1 : 521 g dan P 2 : 636 g/ekor/hari. Terjadi perbedaan yang nyata (p < 0,05) antara P 1 dengan P 0, demikian pula antara P 2 dengan P 0 maupun P 1 (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh penggunaan limbah kakao olahan untuk pakan sapi (12 minggu) Perlakuan Berat awal (kg) Berat akhir (kg) Pertumbuhan (g/ekor/hari) P 0 259,70 284,23 292 a P 1 264,34 308,10 521 b P 2 261,66 315,11 636 c Huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata (P < 0,05) Tabel 1. Kandungan nutrisi limbah (cangkang) kakao sebelum dan sesudah difermentasi Perlakuan limbah Kandungan nutrisi CP CF Fat Ca P Non-fermentasi 8,11 16,42 2,11 0,08 0,12 Fermentasi konvensional 11,04 12,44 2,02 0,13 0,14 Fermentasi dengan Aspergilus niger 16,61 10,15 2,03 0,11 0,10 118

Data tersebut menunjukkan bahwa pemberian limbah kakao olahan mampu meningkatkan pertumbuhan sapi Bali. Respon pertumbuhan sapi akan semakin tinggi pada kombinasi pemberian limbah kakao dengan Bio-Cas. Meningkatnya pertumbuhan sapi yang mendapat limbah kakao olahan disebabkan limbah kakao olahan memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan hijauan sehingga pemberiannya dalam ransum akan meningkatkan jumlah zat-zat makanan yang terserap oleh saluran pencernaan (JAMES dan DAVID, 1998). Hal ini didukung oleh data hasil Proximate analysis, dimana kandungan protein limbah kakao yang terolah meningkat dari 8,11% menjadi 16,61%, sedangkan kadar serat kasar turun dari 16,42% turun menjadi 10,15% (Tabel 1). Disamping itu, fermentasi dan pengeringan dapat mengurangi kandungan theobromin yakni senyawa heterosiklik yang diduga dapat menghambat pencernaan. Hasil penelitian ZAENUDDIN et al. (1995), menunjukkan, melalui proses fermentasi dan pengeringan, kadar theobromin kulit biji kakao dapat ditekan dari 3,62% menjadi 1,68%. Sehingga pemberian limbah kakao olahan secara terus menerus pada sapi tidak berpengaruh negatif, tapi justru dapat mempercepat pertumbuhan. Analisa ekonomi Untuk mengetahui nilai tambah pemberian limbah kakao pada usaha penggemukan sapi dapat dilihat dari analisis input-out put (Tabel 3). Dari hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa penggunaan limbah (cangkang) kakao olahan sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan keuntungan usaha. Tabel 3. Analisa ekonomi penggunaan tepung limbah kakao untuk penggemukan sapi (per ekor per 12 minggu) Parameter Perlakuan P 1 P 2 P 3 Pengeluaran Pengadaan sapi bakalan (bobot awal 260 @ Rp. 15.000.000 3.900.000 3.900.000 3.900.000 Pembelian HMT P 0 (10% BH/HR) = 27,2 x 84 x Rp. 60 P 1 = (10% x BH/hari) = 28,1 x 84 x Rp. 60 137.088 141.624 145.152 P 2 = 28,7 x 84 x Rp. 60 Pakan penguat P 0 = 0 P 1 = 2 kg x 84 x Rp. 600. - 100.800 100.800 P 2 = 2 kg x 84 x Rp. 600 Probiotik (Bio-Cas) P 3 = 0,005 x 84 x Rp. 20.000 - - 8.400 Penyusutan kandang 30.000 30.000 30.000 Upah pemeliharaan = 84 x 2.500 210.000 210.000 210.000 Total pengeluaran 4.277.088 4.382.424 4.394.352 Penerimaan Hasil penjualan ternak P 0 = 284, 5 x Rp. 16.000 P 1 = 303,8 x Rp. 16.000 4.552.000 4.860.800 5.014.400 P 2 = 314,4 x Rp. 16.000 Keuntungan 274.912 478.376 620.048 R/C Ratio 1,06 1,11 1,14 P 0 : Pakan HMT; P 1 : Pakan P 0 + tepung limbah kakao 2 kg/ekor/hari; P 2 : P 1 + Bio-Cas 5cc/ekor/hari - Input berupa tepung limbah kakao sebesar Rp. 600, terdiri dari biaya pembelian bahan baku Rp. 350 (7 kg x Rp. 50), serta biaya prosessing sebesar Rp. 250/kg 119

Hasil analisa ekonomi menunjukkan bahwa pemberian limbah kakao terfermentasi dapat meningkatkan nilai keuntungan sebesar Rp. 203.464 selama 12 minggu yakni dari Rp. 274.912 menjadi Rp 478.376 atau meningkat sebesar 74% dibandingkan dengan pola pemberian pakan secara tradisional. Dimana biaya bahan baku dan biaya proses pengolahan limbah kakao telah diperhitungkan dalam nilai (harga) pakan penguat. Nilai keuntungan tersebut akan semakin tinggi bila pemberian cangkang kakao olahan dikombinasikan dengan pemberian probiotik (Bio-Cas), yakni menjadi Rp. 620.048 per ekor per 12 minggu, atau meningkat: Rp. 345.136 (125,5%) dibandingkan dengan pemberian pakan konvensional (hijauan) saja. Meningkatknya keuntungan, tersebut disebabkan karena meningkatnya out put sebagai akibat peningkatan PBB sapi. Meskipun pada P 1 dan P 2 terjadi peningkatan in put, namun tambahan biaya tersebut relatif kecil dibandingkan out put yang diterima, sehingga R/C ratio meningkat. KESIMPULAN Melalui proses pengolahan (fermentasi) nilai gizi limbah (cangkang) kakao sebagai bahan pakan dapat ditingkatkan. Pemberian limbah kakao olahan untuk pakan sapi yang digemukkan (fattening) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan. Bila pemberian limbah kakao tersebut dikombinasikan dengan pemberian Bio-Cas akan menghasilkan PBB yang lebih tinggi lagi. Penggunaan limbah kakao olahan sebagai pakan penguat dapat meningkatkan keuntungan usaha dan keuntungan tersebut akan lebih tinggi bila penggunaan limbah kakao dikombinasikan dengan pemberian Bio-Cas. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2005. Laporan Cacah Jiwa Ternak Propinsi Bali Tahun 2005. Dinas Peternakan Propinsi Bali, Denpasar. ANONIMUS. 2006. Statistik Perkebunan Propinsi Bali Tahun 2005. Dinas Perkebunan Propinsi Bali, Denpasar. GUNTORO, S. dan I-M. RAI YASA. 2005. Penggunaan Limbah Kakao Terfermentasi Untuk Pakan Ayam Buras Petelur. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Juli 2005. 8(2). GUNTORO, S., I-M. RAI Yasa dan I. M. Londra. 2003. Laporan Hasil Pengkajian Penggunaan Sampah Organik untuk Pakan Sapi Potong. Kerjasama Bappeda Propinsi Bali dengan BPTP Bali. HARJATI, T. dan B. HARDJOSUWITO. 1984. Pemanfatan Coklat sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pektin. J. Menara Perkebunan, Balai Penelitian Perkebunan, Bogor. JAMES BLAKELY and DAVID H. BADE. 1998. The Science of Animal Husbandry. Fourth Edition. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. KOMPIANG, I-P. 2000. Peningkatan Mutu Bahan Baku Pakan. Makalah Seminar Pengembangan Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Denpasar. Denpasar 8 9 Maret 2000. ZAINUDDIN, D., SUTIKNO, T. HARYADI dan HERNOMOADI. 1995. Kecernaan dan Fermentasi Limbah Kakao serta Pemanfaatannya pada Ternak Ayam. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN TA 94/95. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. 120