BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya wacana pembumian kitab suci yang merupakan gejala pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kalam atau firman Allah SWT, yang di turunkan kepada. Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).

BAB 1 PENDAHULUAN. Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia. Adanya komunikasi mengisyaratkan

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Al Qur an merupakan firman Ilahi yang diturunkan kepada Nabi

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

VARIASI MAKNA PADA TERJEMAHAN SURAT AL-MURSALAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Membahas Kitab Tafsir

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

BAB V PENUTUP. 1. Model pengembangan indeks al-qur an ini adalah model Prosedural, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR AN DENGAN METODE MANHAJI NAUFAL AHMAD RIJALUL ALAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, salah satunya yaitu dengan membaca Kitab Suci Al-Qur an dan. memahami isi dari kitab tersebut dengan baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. harapan dari orang tua kepada anaknya. Setiap orang tua yang akan memberikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya wacana pembumian kitab suci yang merupakan gejala pada hampir semua kitab suci agama-agama dunia ketika memasuki zaman moderndengan corak dan gayanya masing-masing-pada gilirannya juga dialami oleh al- Qur an sebagai kitab suci umat islam. Dalam upaya untuk memahami aspek-aspek kebenaran al-qur an, umat islam sebenarnya sejak lama telah mengalami pergulatan intelektual yang cukup serius; meskipun bisa di katakan pergulaan tersebut muncul pada dataran persepsi atau pada aspek metodologis pemahamnya serta pada hasil pemahamannya, bukan pada kesangsian akan kebenaran al-qur an itu sendiri (Fakhruddin, 2002:3). Dengan demikian, dirasakan kebutuhan mengembangkan beberapa peralatan ilmiah untuk mengontrol kemajuan ilmu komentar al-qur an (ilmu tafsir). Karena itu, pertama-tama diakui prinsip bahwa tidak hannya pengetahuan tentang bahasa arab saja yang diperlukan untuk memahami al-qur an secara tepat, tetapi juga tentang idiom-idiom bahasa arab pada zaman Nabi. Dari sini berkembanglah gramatika bahasa arab, ilmu perkamusan, dan kesusastraan arab dengan suburnya. (Rahman, 1994:48). Dalam rangka menganalisis (baca:menafsirkan) teks kitab suci, dalam hal ini al-qur an, perlu diperhatikan aspek makna yang melingkupinya, karena makna tidak

2 bisa di lepaskan dari pemahaman kita terhadap teks dan konteks. Dua istialah ini penting yaitu teks dan konteks hadir bersama karena ia merupakan aspek dari proses yang sama. Ini berarti disamping ada teks tertentu yang sedang dikaji jangan lupa ada yang di sebut konteks. Hanya saja yang di maksud dengan teks lain yang menyertai itu tidak selalu dalam bentuk tulisan dan lisan, melainkan termasuk pula peristiwaperistiwa atau kejadian lainnya dari keselurushan lingkungan teks itu. Itu sebabnya salah satu syarat mufasir harus memahami asbab al-nuzul yaitu ilmu sebab turunnya ayat. Bahkan untuk memahami ayat-ayat al-qur an sebagaimana yang dilakukan dengan pendekatan tafsir maudhui adalah menggunakan pendekatan inter teks-di mana teks-teks yang berbicara tentang tema tertentu di kumpulkan guna menghindari pemahaman yang terputus atau parsial (Fachrurrozi, 2004:22). Al-Qur an tampaknya memilki dua sisi yang saling tarik menarik, sisi ilahi dan sisi insani, yang mengejawantah dalam transhistorikal peristiwa-peristiwa bumi dan historical niali-nilai langit. (Komarudin/1996:9). Oleh karena itu, dalam memahami Al-Qur an disamping harus melalui analogi konseptual antara the world of humen being and the world of god. Juga harus melakukan analogi historieskontekstual dunia Muhammad yang arabik dan dunia umat islam lainnya non arabik. Pernyataan Al-Qur an sendiri sebagai petunjuk tersebut selanjutnya disikapi dengan usaha-usaha menafsirkannya, yakni dengan cara menjelaskan ayat-ayat Al- Qur an yang global menjadi rinci, yang samar menjadi jelas dan lain sebagainya. Upaya menjelaskan Al-Qur an selanjutnya dikenal dengan istilahl tafsir yang

3 didefinisikan diantaranya dengan: suatu ilmu yang didalamnya dibahas tentang Al- Qur an al-karim dari segi dalalahnya kepada yang dikehendaki Allah sekedar yang disanggupi manusia. Disini berarti, untuk memahami al-qur an yang memiliki dua sisi, sisi insani dan sisi ilahi, sedikitnya ada dua pendekatan yang bisa dipakai untuk menafsirkan, pertama, pendekatan gramatikal-tekstual, yaitu pendekatan dengan menggunakan ilmu lughah (ilmu bahasa) bahasa arab untuk mengungkap maksud kandungan serta makna dasarnya. Dan kedua, dengan pendekatan model tafsir bi al-matsur, mengingat Nabi Muhammad memiliki otoritas untuk menjelaskan Al-Qur an yang hidup dalam sebuah konteks histories. Dengan demikian, ketika teks al-qur an diwahyukan dan di baca oleh nabi, ia sesungguhnya telah tertransformasi dari sebuah teks ilahi (nashsh ilahi) menjadi sebuah konsep (mafhum) atau teks manusiawi (nashsh insani). Sebab, secara langsung berubah dari wahyu (tanzil) menjadi interpretasi (ta wil). Dari sini maknamakna yang dikonsepsikan harus dilihat dari konteks bahasa dimana hahasa tersebut dipakai, yaitu arab. Dalam konteks ini, analisis bahasa menjadi signifikan. (Gusmian, 2003:231). Selain hermeneutik, salah satu upaya untuk memahami ayat al-qur an ialah dengan pendekatan semantik, yaitu pendekatan yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan suatu wicara aau system penyelidikan makna dalam suatu bahasa (Fatima, 1993:193). Pada umumnya semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang sau dengan makna

4 yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Izutsu mengemukakan, bahwa metode ini lebih menekankan kepada al-qur an untuk menafsirkan konsepnya sendiri dan berbicara tentang dirinya sendiri dengan memusatkan pembahasan untuk menganalisis struktur semantik terhadap kata-kata yang berharga dalam al-qur an (Izutsu, 1997:3). Selanjutnya ia menjelaskan dalam pengertian yang lebih luas, bahwa semantik merupakan ilmu yang berhubungan dengan fenomena makna. Disini berarti bahwa metode analisis semantik, berusaha mengkaji distribusi kosakata (term-term) yang membentuk jaringan makna dan jaringan konseptual dalam sebuah medan semantik dengan mengejar dan mengkombinasikan unit-unit makna kosakata dari unit yang paling elementer (tendensi makna) hingga unit yang paling sentral. Penelitian ini dilakukan menggunakan judul analisis semantik al-qur an menunjukan bahwa penelitian ini menggunakan metode analisis semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan yang disediakan oleh kosakata al-qur an. ini juga menunjukan dua penekanan dalam studi ini dan al-qur an yang merupakan sisi materialnya. Keduanya sama-sama pentingnya. Tetapi secara praktis, sesuai dengan tujuan kajian ini, aspek pertama barangkali lebih penting dari kedua. Diantara ayat-ayat yang sering diungkapkan, baik dalam teks-teks yang terdapat dalam terjemahan al-qur an dan juga di dalam kamus, ada beberapa kata yang di artikan sama (turunan atau padanannya) dengan kata firqah yaitu golongan (kelompok), kata tersebut adalah thaifah, ahzab, fiah, faujun, dan ma syarun.

5 Dari keenam kata tersebut sama-sama mempunyai sinonim makna gokongan (kelompok) yang tidak formal atau di lembagakan. Karena mempunyai sinonim makna yang sama yaitu bermakna golongan (kelompok), maka bukan berarti harus menunjukan penekanan sama pula, maka peneliti berargumen bahwa kata yang disebutkan dalam berbagai konteks pembicaraan yang dimungkinkan akan melahirkan makna yang berbeda. Dengan kata lain, bahwa penggunaan istilah yang beragam tentang kata firqah dan padanannya memiliki kemungkinan penfsiran dan penekanan makna yang berbeda pula, karena tidak mungkin Allah menggunakan kata-kata berbeda jika maknanya sama saja. Berkaitan dengan kata firqah atau kelompok, Al-Qur an mengungkapkan tentang makna leksikal kelompok ini dengan kata firqah, thaifah, ahzab, fiah, faujun, ma syarun dan kata-kata jadiannya yang tersebar dalam berbagai ayat dan suaratnya. Dengan melihat kepentingan terhadap pemaknaan Al-Qur an yang tepat dan sesuai dengan maksud pengarang dan dapat dipahami atau dimengerti oleh manusia, dalam konteks ini adalah pemaknaan yang tepat terhadap kata firqah dan padanannya dalam Al-Qur an, maka masalah ini menjadi urgen untuk diteliti dan diungkap secara tegas dengan cara melihat secara keseluruhan kata-kata yang berbicara tentang firqah dan padanannya dalam Al-Qur an untuk memperoleh makna yang utuh.

6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan di teliti sebagai berikut Bagaimana tinjauan semantik terhadap makna kata firqah dan padanannya dalam Al-Qur an. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinjauan semantic terhadap makna kata firqah dan padanannya dalam al- Qur an Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang tafsir al-qur an, khususnya dalam penemuan pemahaman yang menyeluruh terhadap makna istilah firqah (golongan) dan padanannya dalam al- Qur an. Penelitian ini diharapkan pula menampilkan makna lain terhadap kata firqah dan padanannya dalam al-qur an. Di samping itu, hasil peneliian ini diharapkan menarik peminat lain, khususnya di kalangan mahasiswa, untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang sama atau yang serupa. Dari hasil penelitian-penelitian itu dapat dilakukan generalisasi yang lebih komprehensif. Apabila hal itu dapat di tempuh, maka ia akan memberi sumbangan yang cukup berarti bagi pengembangan pengetahuan ilmiah terutama tentang pemahaman terhadap makna teks dan kontekstual kata Firqah dan padanannya dalam al-qur an dan relevansinya dengan pemahaman masyarakat terhadap perpecahan golongan atau kelompok.

7 D. Kerangka Berpikir Al-Qur an merupakan satu kesatuan makna pembahasan pada satu bagian tertentu tidak dapat dilepas pisahkan dari bagian-bagian yang lain. Bagian Al-Qur an yang dijelaskan secara umum pada satu tempat akan dijelaskan secara rinci pada tempat lain. Bagian yang belum dijelaskan, dijelaskan ditempat lain. Itu sebabnya, dalam memahami satu bagian Al-Qur an harus juga dilihat bagian-bagian yang lainnya, karena bagian yang satu dengan bagian yang lainnya saling menjelaskan. Al-Qur an merupakan titik sentral dari ajaran islam untuk menjelaskan dan menerangkan guna menyingkap tujuan-tujuan dan rahasia-rahasianya adalah dengan tafsir. Al-Qur an tidak diturunkan secara sekaligus secara keseluruhan dalam satu kesatuan waktu, melainkan dengan bertahap, sebagian demi sebagian. Dan masyarakat arab yang pertama kali bersentuhan dengan Al-Qur an, bukanlah masyarakat yang hampa budaya dan tak berpranata sosial. Dengan demikian penurunan Al-Qur an berikut yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, dalam bentuk sunah senantiasa berinteraksi denga kenyataan yang ada dan peristiwa yang telah dan sedang terjadi pada masyarakat arab. Pemaknaan akan makna telah dicontohkan oleh Rasulullah yang kemudian diikuti oleh para sahabat sampai para mufasir, mereka berusaha untuk mengungkap makna yang terkandung dalam Al-Qur an. Disamping itu, dunia manusia juga merupakan dunia makna-makna, baik tentang kaidah moral maupun pengetahuan yang diwujudkan melalui bahasa. Bahasa bukan hanya sekedar bunyi yang memiliki

8 makna konvensional, juga merupakan totalitas ekspresi perasaan dan pikiran yang berwujud simbol suara, gerak dan huruf. Bahasa yang berwujud bunyi itu juga pada hakikatnya pengganti diri, sistem lambang dan alat untuk komunikasi baik lisan maupun tulisan. Untuk memahami kajian makna, maka kita mengenal metode analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu, menurutnya semantik adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada suatu pengertian konseptual weltanschaung, pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa, terutama pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya. (Izutsu, 1993:3) Makna kata sangat terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Maka sangat mungkin kondisi geografis secara umum berpengaruh terhadap penggunaan bahasa (Parera, 1990:17). Maka karena Al-Qur an diturunkan dalam bahasa arab, kondisi kultural dan ekologis bangsa arab berpengaruh kepada pemahaman bahasa Al-Qur an selain karena Nabi Muhammad Saw adalah orang arab, juga karena bangsa arab terkenal dengan tingkat fashohah dan balagohnya yang tinggi. Kelebihan bahasa arab dibandingkan dengan bahasa yang lainnya adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Naqwib al-attas: Pertama, Struktur linguistiknya dibangun diatas sistem akar-akar kata yang tegas. Kedua, Struktur semantiknya diatur oleh medan semantik (semantic fields) yang tentu, yang menentukan struktur konseptual kosa katanya, dan juga dimanfaatkan oleh sistem akar-akar kata yang tegas.

9 Ketiga, Kata-kata, makna-makna, tata bahasa dan persajakannya dimantapkan secara ilmiah sedemikian rupa, sehingga memelihara kemantapan semantiiknya. (Naqwib al-attas, 1994:16) Dengan demikian sangat bisa diharapakan, seluruh kata yang terdapat dalam Al-Qur an terekam dengan baik. Bahasa arab mempunyai ciri khas yang berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya yang terdapat pada bahasa semit. Perbendaharaan kata bahasa arab sangat banyak bahkan belimpah, baik dari segi akar kata, sinonim, namanama benda (isim), kata keterangan (sifat) dan kata kerja (fiil). (Abdul Ro uf, 1994:16) Sebagian manusia mengira bahwa untuk mengetahui makna kalimat cukup hanya kembali pada kamus atau membaca terjemahan. Dan bila hal ini cukup bagi sebagian kalimat, maka ia tidak cukup bagi kebanyakan yang lainnya. Bahwa makna memiliki lima jenis yaitu: Pertama, Makna asasi (makna dasar), makna markaji (pusat) kadang disebut juga makna konseptual atau makna idroki (cognitive). Kedua, Makna idofi, a rudhi, tsanai atau tadmini yaitu makna yang dimiliki oleh lafadz dengan cara sesuatu yang menunjukan obyeknya kepada makna kognitif. Jenis ini merupakan makna tambahan dari makna dasar, ia tidak memiliki sifat yang tetap dan menyeluruh, akan tetapi berubah dengan perubahan budaya. Ketiga, Makna uslubi, yaitu makna yang mengandung sebagian dari bahasa karena keadaan masyarakat pengguna bahasa dan letak geografis yang sesuai. Keempat, Makna al-nafsi yaitu makna yang menunjukan kepada sesuatu yang mencakup lafadz dari aspek semantik menurut individu.

10 Kelima, Makna ihaaiyun, yaitu makna yang bergantung pada kalimat yang memiliki batasan khusus. (Ahmad Mukhtar, 1988:36-40) Disamping pendekatan bahasa dalam memahami Al-Qur an pada dasarnya dapat didekati dengan sejumlah cara pandang yang beragam seperti teologi, psikologi, sosiologi, tata bahasa, tafsir dan sebagainya. Dan (dengan cara itu) Al-Qur an menunjukan sejumlah perbedaan, tapi merupakan aspek yang sama pentingnya. Maka, penting bagi kita untuk memahami secara jelas relevansi metodologi semantik ini benar-benar membantu dalam mendekati kitab suci umat islam (Izutsu, 1997:1) Penafsiran semantik adalah sebuah tafsir yang tergolong corak kebahasaan. Toishihiko Izutsu (1993:15), mengatakan bahwa cara yang paling baik dalam meneliti adalah mencoba menguraikan kategori semantik sebuah kata menurut kondisi pemakai kata tersebut, keadaan lingkungan serta gambar peristiwa tertentu ketika kata itu digunakan. Hanya berusaha menjawab persoalan itu, maka makna yang benar dari sebuah kata akan kita temukan. Adapun metode analisis semantik yang ditawarkan Izutsu ialah sebagai berikut: Pertama, Memberikan kata padanananya dalam bahasa yang sama. Ini cara yang sangat sederhana dan paling umum digunakan, namun diakuinya bahwa cara ini kurang dapat diandalkan. Kedua, Menyelidiki kata tersebut, jenis, sifat, bentuk perbuatannya, berdasarkan bahasa arab. Dalam hal ini yakni dalam Al-Qur an.

11 Ketiga, Didalam Al-Qur an banyak sekali contoh yang serupa mengenai pengguanaan kata yang sempurna dengan mengumpulkan data kedalam suatau tempat, maka akan diperoleh definisi serta makna asli dari kata tersebut. (Izutsu, 1997:30) Kata Firqah seperti halnya kata-kata lain, disebut dalam Al-Qur an berulangulang disertai dengan penyebutan kata-kata lain senada atau bersinonim dengan makna kelompok seperti kata berikut ini: thaifah, ahzab, fi ah, faujun dan ma syarun. Kata ini dikonotasikan memiliki keterkaitan makna dengan kata firqah. Maka dengan melihat gambaran masalah diatas dianggap penting dan meski diungkap secara tegas dengan cara melihat keseluruhan kata-kata yang berbicara tentang firqah dan padanannya dalam Al-Qur an mesti dilakukan penelitian yang seksama dan komprehensif, yakni dengan menggunakan pendekatan semantik. E. Langkah-Langkah Penelitian Dalam setiap penelitian merupakan hal yang pasti, bahwa langka-langkah penelitian ilmiah sangat dibutuhkan untuk menunjang penelitian. Adapun dalam penelitian ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menganalisis teks atau naskah dengan metode analisis isi, aspek kontekstualitasnya serta penafsiran dengan analisis teori semantik. Disamping metode tersebut, penelitian ini juga menggunakan metode deduktif, untuk memperoleh

12 gambaran tentang detail-detail masalah yang akan dikaji, dan metode induktif untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang akan dikaji. Untuk lebih mendetail, metode penelitian ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisa data-data yang ada kaitannya dengan objek kajian. Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah mengumpulkan data. 2. Sumber Data Penelitian ini merupakan studi literatur, yakni kajian literatur melalui riset kepustakaan yang bersifat kualitatif, yang seluruh sember datanya adalah buku-buku yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan topik pembicaraaan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbagi menjadi dua bagian, pertama sumber primer, yaitu Al-Qur an al-karim dan kedua: sumber sekunder, yaitu literatur yang mendukung data primer, yaitu buku-buku dan kitab-kitab tafsir ada kaitannya dengan penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini adalah semuanya akan diperoleh melalui metode book survey, yaitu suatu metode yang dilakikan dengan cara membaca, mempelajari, dan menelaah sumber data baik primer maupun sekunder. Adapun tekhnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, Menginventarisasi ayat-ayat tentang firqah dan padanannya dalam Al-Qur an

13 Kedua, Mempelajari dan meneliti ayat-ayat firqah kemudian menghimpunnya serta mengklasifikasikan menjadi bagian yang akan ditelaah. Ketiga, Meneliti hubungan (munasabah) ayat dengan ayat atau dengan ayatayat lain dengan berbagai bentuk hubungan lain. Keempat, Meneliti sifat dan keadaan kata tersebut pada konteks ayat per ayat dalam Al-Qur an. Kelima, Melakukan pendekatan terhadap analisis-analisis yang dibutuhkan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari literature-literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, baik dengan literature yang menjadi data primer maupun sekunder. 4. Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menganilisis data makna kata firqah dan padanannya dalam Al-Qur an dengan mengguanakan teori semantik, baik dari segi kontekstual maupun makna-maknanya.