JUMLAH KROMOSOM DAN ANAK INTI IKAN TAWES DIPLOID (Puntius gonionotus Blkr.)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp)

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

BAB III BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Kejutan Dingin pada Pembentukan Individu Triploid Ikan Patin (Pangasius Sp)

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Perbaikan Mutu dan Peningkatan Produksi Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) Melalui Rekayasa Set Kromosom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Road-map Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

III. METODE PENELITIAN

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENGARUH PEMBERIAN LAMA WAKTU KEJUTAN SUHU TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN GINOGENESIS IKAN KOI (Cyprinus carpio)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

ANALISA JUMLAH KROMOSOM IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus) TETRAPLOID YANG DIHASILKAN DENGAN METODE KEJUTAN PANAS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PREPARASI KROMOSOM IKAN BATAK Tor soro DENGAN TEKNIK JARINGAN PADAT BIDANG KEGIATAN: PKM-AI

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

TEKNIK DIAGNOSTIK IKAN

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada tanggal 17 Februari 28 Februari 2014.

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

II. BAHAN DAN METODE

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Lampiran 1 Lay out penelitian I

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

3 METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

II. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

Transkripsi:

Jumlah Kromosom dan Anak Inti Ikan Tawes Diploid (Puntius gonionotus Blkr.) (Sukaya Sastrawibawa) JUMLAH KROMOSOM DAN ANAK INTI IKAN TAWES DIPLOID (Puntius gonionotus Blkr.) Sukaya Sastrawibawa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor Bandung 40600 ABSTRAK Penentuan jumlah kromosom ikan tawes diploid dilakukan dengan metode jaringan padat, sedangkan prosedur untuk mempersiapkan sediaan anak inti hampir sama dengan metode tersebut, kecuali pewarnaannya menggunakan Perak Nitrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kromosom ikan tawes diploid adalah 50, dan jumlah maksimum anak inti tiap selnya adalah enam, dengan frekuensi 20,88%. Kata Kunci : Kromosom, anak inti, Ikan Tawes THE NUMBER OF CHROMOSOME AND NUCLEOLI OF DIPLOID JAVA CARP (Puntius gonionotus Blkr.) ABSTRACT Determination of chromosome number of diploid Java Carp (Puntius gonionotus Blkr) had been carried out by solid tissue method. Procedure of nucleoli preparation was similar to the aforementioned method, except for its stained using Silver Nitrate. The results of the experiment indicated that the number of diploid Java Carp chromosome was 50, and maximum number of nucleoli per cell was six with the frequency of 20.88%. Keywords : Chromosome, nucleoli, Java Carp PENDAHULUAN Latar belakang Ikan tawes (Puntius gonionotus Blkr.) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya teknologi budidaya ikan, diperlukan pula benih-benih ikan yang berkualitas baik. Perbaikan sifat-sifat keturunan pada tumbuhan maupun hewan telah banyak dilakukan oleh manusia agar dapat mengambil manfaat yang maksimal daripadanya. Salah satu cara perbaikan sifatsifat keturunan yang dapat diterapkan pada ikan adalah melalui manipulasi 21

Jurnal Bionatura, Vol. 5, No. 1, Maret 2003 : 21-28 genetik, yaitu antara lain melalui rekayasa kromosom, seperti poliploidisasi dan hibridisasi. Poliploidisasi adalah proses terbentuknya individu dengan somatik selnya memiliki tiga (triploid), empat (tetraploid), lima (pentaploid) atau lebih set kromosom. Ikan tawes diploid (2n) adalah ikan yang biasa terdapat di perairan umum dan sudah dibudidayakan oleh para petani ikan di Indonesia. Namun apabila jenis ikan ini akan dikembangkan menjadi ikan tawes triploid atau dihibridkan dengan jenis ikan lainnya maka karakter biologisnya antara lain jumlah kromosom dan jumlah maksimum anak intinya per sel harus diketahui terlebih dahulu. Menurut Phillips et al., (1986) serta Carman (1990), jumlah set kromosom, ukuran sel darah merah, dan jumlah maksimum anak inti per sel dapat digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara ikan diploid dan triploid. Anak inti merupakan struktur menonjol yang terdapat dalam tiap sel eukariot. Menurut Subowo (1979) dengan mikroskop cahaya dalam sebuah inti terlihat sebuah atau lebih bangunan basofil yang ukurannya lebih besar daripada butir-butir atau gumpalan kromatin. Seringkali anak inti menempel pada selubung inti. Di sekitar anak inti terdapat kromatin yang berbentuk benangbenang halus setebal 10 nm. Adanya kromatin yang mengelilingi anak inti menyebabkan warna basofil dalam pengamatan dengan mikroskop cahaya. Menurut Gardner dan Snustad (1984) keberadaan anak inti telah diketahui sejak tahun 1774, tetapi baru pada tahun 1960-an disadari pentingnya struktur ini sebagai pembuat ribosom yang terdapat dalam sitoplasma. Subowo (1979) menyatakan bahwa ribosom diperlukan dalam sintesis protein, oleh karena itu dalam sel yang sedang aktif membuat protein, dalam sitoplasmanya akan memiliki anak inti (nucleolus) yang membesar. Menurut Carman (1990) dari beberapa ikan mas diploid dan triploid yang diteliti menunjukkan adanya satu atau dua buah anak inti per sel pada individu diploid, sedangkan pada individu triploidnya terdapat satu, dua, atau tiga anak inti per sel. Pada individu ikan tawes diploid belum diketahui jumlah maksimum anak inti per selnya maupun jumlah kromosomnya, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah kromosom dan jumlah maksimum anak inti per sel ikan tawes diploid sehingga dapat digunakan untuk menguji tingkat keberhasilan poliploidisasi pada ikan tawes. METODE PENELITIAN Ikan tawes yang digunakan sebagai bahan penelitian berasal dari hasil perkawinan secara buatan dengan menggunakan metode hipofisasi. Induk ikan tawes, baik jantan maupun betina berasal dari Balai Benih Ikan Cikoneng, Ciparay, Kabupaten Bandung. Tiga buah akuarium yang masing-masing berukuran 30 cm X 30 cm X 60 cm digunakan sebagai wadah pemeliharaan ikan tawes uji. Setiap akuarium dilengkapi dengan alat aerasi, alat pemanas air 22

Jumlah Kromosom dan Anak Inti Ikan Tawes Diploid (Puntius gonionotus Blkr.) (Sukaya Sastrawibawa) (electrical water heater), dan termometer air raksa sebagai alat pengukur suhu air. Masing-masing akuarium diisi 60 ekor larva ikan tawes. Selama 14 hari pertama, larva ikan diberi makanan nauplii Artemia sp., selanjutnya ikan diberi cacing rambut (Tubifex sp.) dan pellet komersial secara ad libitum. Setiap hari, sisa makanan disifon dan volume air di dalam akuarium dipertahankan dengan jalan menambah air secukupnya. Prosedur pembuatan sediaan kromosom Pembuatan sediaan dan pengambilan jaringan mengikuti metode teknik jaringan padat yang dikembangkan oleh Kligerman dan Bloom (1977). Ikan tawes contoh yang telah berumur dua bulan diambil masing-masing tiga ekor dari setiap akuarium secara acak. Masing-masing ikan contoh disuntik dengan kolkisin 0,05% dalam NaCl 0,85% dengan dosis 1 ml per 100 g berat badan. Ikan yang telah disuntik ditempatkan dalam akuarium dengan sirkulasi udara yang baik selama 5 6 jam. Selanjutnya ikan dibius dengan FA-100 dan dibedah untuk diambil jaringan insang dan ginjalnya. Kemudian jaringan direndam dalam larutan hipotonik berupa larutan KCl 0,075 M selama 40 60 menit. Volume KCl dan jaringan perbandingannya dibuat 10 : 1. Larutan hipotonik kemudian diganti dengan larutan Carnoy dua kali masing-masing 40 menit. Larutan Carnoy dibuat dengan cara mencampurkan asam asetat glacial dan etanol dengan perbandingan 3 : 1. Sampai dengan tahap ini pemrosesan dapat ditunda dan jaringan disimpan dalam lemari pendingin bersuhu 4 0 C. Selanjutnya, sisa larutan fiksatif pada jaringan diupayakan hilang dengan cara meletakannya di atas kertas tisu. Jaringan tersebut ditempatkan ke dalam gelas obyek cekung, kemudian ditambahkan 3 4 tetes asam asetat 50%. Secara perlahan-lahan jaringan dipotong-potong atau digoyang-goyang sehingga terbentuk suspensi sel. Suspensi sel disedot dengan menggunakan pipet tetes yang selanjutnya diteteskan pada gelas obyek yang telah hangat di atas hot plate (suhu sekitar 45 0 50 0 C) dan segera diisap kembali hingga terbentuk beberapa cincin yang berdiameter 1 1,5 cm, kemudian dibiarkan kering udara. Pewarnaan dilakukan dengan larutan Giemsa 10% selama 20 menit pada suhu kamar atau dengan perak nitrat (AgNO 3 ) pada suhu 35 0 40 0 C. Sediaan dibilas dengan akuades dan setelah kering udara siap untuk diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 X dan 1000 X. Prosedur pembuatan sediaan anak inti Sediaan anak inti dipersiapkan dengan metode yang dikembangkan oleh Tsukamoto (1987) dalam Azwar (1994). Jaringan yang digunakan adalah sirip. Proses selanjutnya sama dengan proses pembuatan sediaan kromosom, namun tidak menggunakan perlakuan kolkisin dan pada pewarnaan digunakan perak nitrat. 23

Jurnal Bionatura, Vol. 5, No. 1, Maret 2003 : 21-28 Pewarnaan dimulai dengan menaruh sediaan pada kotak pewarna (staining box) yang suhunya dipertahankan antara 35 0 45 0 C. Di atas gelas obyek diteteskan larutan A sebanyak 2 tetes. Larutan A dibuat dengan melarutkan 10 g AgNO 3 dalam 20 ml akuades. Selanjutnya diteteskan pula larutan B lalu dicampur dan disebarkan ke seluruh permukaan sediaan dengan menggunakan tusuk gigi. Larutan B dibuat dengan melarutkan 2 g gelatin dalam 50 ml gliserin sambil diaduk hingga jernih. Larutan disimpan dalam freezer dan bila digunakan dapat dicairkan dalam air hangat kemudian ditambahkan 2 tetes asam formiat per 10 ml larutan sambil digoyang-goyang. Kotak pewarna ditutup selama 20 menit. Penutupnya dilapisi kain dan busa agar uap air tidak jatuh mengenai gelas obyek. Setelah itu, sediaan dibilas dengan akuades. Sediaan yang telah kering diamati di bawah mikroskop cahaya dan dilakukan pengambilan gambarnya pada pembesaran 400 X dan 1000 X. HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom ikan tawes Hasil pengamatan jumlah kromosom dari 9 ekor ikan tawes contoh disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Distribusi kromosom ikan tawes diploid normal No Ikan Jumlah Plates Jumlah Kromosom 48 49 50 51 1 9 0 1 8 0 2 15 0 2 12 0 3 14 0 1 13 0 4 18 1 0 16 1 5 7 0 1 5 1 6 21 0 2 19 0 7 23 3 1 19 0 8 16 1 1 14 0 9 19 2 1 16 0 Total 142 8 10 122 2 % 100 5,6 7,0 86,0 1,4 24

Jumlah Kromosom dan Anak Inti Ikan Tawes Diploid (Puntius gonionotus Blkr.) (Sukaya Sastrawibawa) Gambar 1. Kromosom ikan tawes diploid normal (2n = 50) Dari Tabel 1 dan Gambar 1 terungkap bahwa jumlah kromosom ikan tawes diploid normal dengan frekuensi tertinggi adalah 50 (86,0%). Adanya jumlah kromosom yang kurang atau lebih dari 50 diduga akibat bertumpuknya kromosom atau penambahan kromosom dari inti sel lain karena proses pemotongan atau penggoyangan jaringan pada pembuatan sediaan kromosom. Anak inti Dari hasil pengamatan sediaan anak inti (nucleolus), pada tiap sel semua individu contoh ikan tawes diploid normal ditemukan satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam anak inti (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi jumlah anak inti tiap sel ikan tawes diploid (2n) Jumlah dan persentase anak inti tiap sel No. Ikan Jml Sel 1 2 3 4 5 6 Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) 1 216 35 16,20 26 12,04 2 0,93 35 16,20 31 14,35 87 40,28 2 210 30 14,29 42 20,00 13 6,19 41 19,52 22 10,48 62 29,52 3 237 26 10,97 25 10,55 19 8,02 75 31,64 42 17,72 50 21,10 4 228 24 10,53 27 11,84 29 12,72 57 25,00 45 19,74 46 20,17 5 211 19 9,00 29 13,74 40 18,96 37 17,54 56 26,54 30 14,22 6 232 27 11,64 21 9,05 24 10,34 78 33,62 53 22,85 29 12,50 7 188 23 12,23 22 11,70 14 7,45 49 26,06 46 24,47 34 18,09 8 189 28 14,82 17 8,99 21 11,11 52 27,51 44 23,28 27 14,29 9 203 18 8,87 15 7,39 15 7,39 61 30,05 58 28,57 36 17,73 Ratarata (%) 12,06 11,70 9,23 25,24 20,89 20,88 25

Jurnal Bionatura, Vol. 5, No. 1, Maret 2003 : 21-28 Dari Tabel 2 terungkap pula bahwa tiap sel ikan tawes diploid mempunyai rata-rata anak inti satu (12,06%), dua (11,70%), tiga (9,23%), empat (25,24%), lima (20,89%) dan enam (20,88%). Dengan demikian, jumlah maksimum anak inti ikan tawes diploid normal adalah enam (Gambar 2). Gambar 2. Anak inti sel ikan tawes diploid (2n) Keterangan: AI = anak inti sel (nucleolus) Sebagai bahan perbandingan, Santosa (1991) telah melakukan penelitian jumlah inti per sel ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid dan triploid. Hasilnya terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase jumlah anak inti per sel ikan mas diploid dan triploid Jumlah anak inti per sel Ploidi Jumlah Ikan 1 2 3 Diploid 30 57,0 43,0 0 Triploid 30 33,0 46,0 21,0 Sumber: Santosa, 1991 Pada Tabel 3 terlihat bahwa ikan mas diploid mempunyai jumlah maksimum anak inti adalah dua (43%), sedangkan ikan mas triploid mempunyai jumlah maksimum anak inti per selnya adalah tiga (21%). 26

Jumlah Kromosom dan Anak Inti Ikan Tawes Diploid (Puntius gonionotus Blkr.) (Sukaya Sastrawibawa) Phillips et al., (1986) telah melakukan pengamatan jumlah anak inti per sel pada embrio ikan trout pelangi (Salmo gairdneri) triploid dan menemukan 3 anak inti per sel dengan persentase sekitar 75%. Pada ikan trout triploid yang berumur 6 bulan, persentase terdapatnya 3 anak inti per selnya adalah 43%. Terdapatnya 3 anak inti per sel pada individu ikan salmon yang berumur 1-2 tahun adalah 36%. Dengan demikian diketahui bahwa pada jaringan embrio yang aktif menbelah, persentase terdapatnya jumlah maksimum anak inti pada ikan triploid cukup tinggi. Persentase tersebut akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur ikan. Menurut Gardner dan Snustad (1984) anak inti berfungsi sebagai pabrik ribosom dari sel yang berperan dalam sintesis protein. Peningkatan jumlah anak inti pada individu triploid kemungkinan besar merupakan konsekuensi dari bertambahnya kebutuhan sel yang secara fisik membesar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah kromosom ikan tawes diploid normal adalah 50, sedangkan jumlah maksimum anak inti tiap selnya adalah enam, dengan frekuensi 20,88%. Saran Perlu diungkapkan pada penelitian berikutnya mengenai jumlah maksimum anak inti tiap sel ikan tawes diploid dan triploid pada setiap kelas umur yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Azwar. 1994. Pengaruh triploidisasi dan hibridisasi terhadap karakter fenotipe ikan mas (Cyprinus carpio L.). Tesis S-2. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal. (Tidak dipublikasi). Carman, O. 1990. Ploidy manipulation in some warm water fish. Thesis. Tokyo University. Japan. 90 hal. (Tidak dipublikasi). Gardner, E.J., and D.P. Snustad. 1984. Principles of genetics. John Wiley ansons. New York, USA. Kligerman, A.D., dan S.E. Bloom. 1977. Rapid chromosome preparation from solid tissues of fishes. J. Fish. Res. Board Can. 34: 266-269. Phillips, R.B., K.D. Zajicek, P.E. Ihsen, dan C. Johnson. 1986. Application of silver staining to the identification of triploid fish cell. Aquaculture, 54: 313-319. 27

Jurnal Bionatura, Vol. 5, No. 1, Maret 2003 : 21-28 Santosa, R. 1991. Keberhasilan triploidisasi pada hibrid ikan mas (Cyprinus carpio L.) betina dengan ikan tawes (Puntius javanicus Blkr.) jantan pada Kejutan panas 2, 3, 4 menit setelah pembuahan. Skripsi. Fak. Perikanan IPB (Tidak dipublikasi). Subowo. 1979. Biologi sel. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. 83 hal. 28