Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

dokumen-dokumen yang mirip
Pengolahan awal metode magnetik

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

BAB III DASAR TEORI. permeabilitas medium magnetik (untuk ruang hampa µ = 1). per satuan muatan P1 didefenisikan sebagai kuat

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. TEORI DASAR. Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785 menyatakan bahwa gaya magnetik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

TEORI DASAR. batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Physics Communication

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

MENGIDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON DI KEPULAUAN ARU SELATAN, PAPUA BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET. Tri Nurhidayah, Muhammad Hamzah, Maria

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

Analisis Medan Magnet Bumi Sebelum dan Sesudah Kejadian Gempa (Studi Kasus: Gempa 18 November 2014 di Sabang)

Unnes Physics Journal

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

Koreksi-Koreksi pada Pengolahan Data Geofisika (Part II :Metode Magnetik)

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan Panasbumi Mapane Tambu

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Transkripsi:

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan) Zainul Arif 1, Piter Lepong 2, 1 Laboratorium Geofisika, Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Mulawarman 2 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Mulawarman *Corresponding Author: zainularif.fisika@gmail.com 1, pit.lepong@gmail.com 2 Abstract Mineral magnetik, magnetit, pirotit, ilmenit didistribusikan secara luas melalui kerak bumi. Pengukuran-pengukuran medan magnetik yang diambil dalam daerah formasi-formasi geologi tersebut akan menunjukkan medan anomali magnetik. Anomali-anomali tersebut bisa besar atau kecil bergantung pada tingkat magnetisasi dan reaksi formasi pada medan bumi pada daerah itu. Dalam studi kasus ini, digunakan metode geomagnetik mengunakan proton preccession magnetometer untuk survei magnetik daerah Pelaihari dan data magnetik hasil survei tersebut dikoreksi untuk mendapatkan medan anomali magnetik. Kemudian medan anomaali magnetik diproses menggunakan filter reduce to pole dengan tujuan memperjelas anomali di daerah tersebut. Dari analisis dapat disimpulkan daerah yang memiliki prospek bijih besi berada pada tiga daerah yang memiliki prospek bijih besi dengan luas 3.286M 2, 2.070M 2, 2.834 M 2, Total luasan derah yang prospek bijih besi 8.190 M 2 Keywords: anomali magnetik, reduce to pole, contour, bijih besi Pendahuluan Secara geologi indonesia memiliki potensi sumber kekayaan mineral yang cukup besar dan belum semuanya dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya mineral adalah semua bahan galian yang terdapat di bumi yang dapat dipakai untuk kebutuhan hidup manusia. Sumber daya mineral merupakan modal nasional yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang pembangunan. Namun, pemanfaatan sumberdaya mineral tersebut harus memperhatikan konservasi dan upaya untuk kelestarian fungsi ekosistem(onisan, 2013). Bumi memiliki suatu medan magnet yang disebabkan oleh sumber yang berasal dari dalam inti bumi. Bumi berlaku sepeti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu medan magnet yang mengelilinginya. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11 0 dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi. Menurut IGRF(2000), melalui perhitungan posisi simetris dimana dipole magnetik memotong permukaan bumi, letak kutub utara magnet bumi adalah 79,3 N, 71,5 W dan 79,3 S, 108,5 E untuk kutub selatan (Blakely, 1995). Metode geomagnetik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang memanfaatkan medan magnet bumi untuk mendeteksi sesuatu yang ada dibawah permukaan bumi. Metode ini sering digunakan untuk survei pendahuluan dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi, batuan, mineral, maupun sebagai monitoring kegiatan vulkanisme Tujuan penelitian ini adalah Menentukan daerah yang memiliki prospek bijih besi dengan mengunakan metode geomagnetik di daerah Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan Teori Batuan di dalam bumi mengandung mineral-mineral yang sebagian juga memiliki sifat kemagnetan. Mineral tersebut terinduksi medan magnet bumi dan menimbulkan medan magnet sekunder (Bakrie, 2008). Hal inilah yang menjadi dasar metode geomagnet. Metode geomagnet didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya anomali benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Gaya magnetik Charles Augustin de Coulomb (1785) menyatakan bahwa gaya magnetik berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak antara dua muatan magnetik, yang persamaannya mirip seperti hukum gaya gravitasi Newton. Dengan demikian, apabila dua buah kutub M1 dan M2 dari monopole magnetik yang berlainan terpisah pada jarak 450

r, maka persamaan gaya magnetic dinyatakan seperti berikut, (1) Dengan adalah permeabilitas 0 medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga satu( Rusli, 2007). Kuat medan magnet Kuat medan magnet adalah besarnya medan magnet pada sutu titik dalam ruang yang timbul sebagai akibat dari sebuah kutub yang berada sejauh r dari titik tersebut. Kuat medan H didefinisikan sebagai gaya persatuan kuat kutub magnet, dapat di tuliskan sebagai : H= (2) Bila dua buah kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet +p dan -p, keduanya terletak dalam jarak l, maka momen magnetik M dapat ditulis sebagai r M 1 r M pl 1 (3) Dengan M adalah vektor dalam arah unit vekor r 1 dari kutub negatif ke kutub positif (Rosanti, 2012). Intensitas Magnetik Beda magnet dapat di pandang sebagai sekumpulan dari sejumlah momen momen magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut di letakkan pada medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Oleh karena itu, itensitas kemagnetan I adalah tingkat kemampuan menyearahnya momenmomen magnetik dalam medan luar, atau didefinisikan sebagai momen magnet persatuan volume I M V (4) Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu di magnetisasi di tentukan oleh suseptibilitas kemagnetan atau k, yang di tuliskan sebagai : I kh (5) Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang di pergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam bentuk tersebut semakin banyak dijumpai mineral mineral yang bersifat magnetik. Medan magnet bumi Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti bumi, namun tidak berimpit dengan garis utaraselatan geografis Bumi. Sedangkan kuat medan magnet sebagian besar berasal daridalam bumi sendiri (98%) atau medan magnet dalam (internal field),sedangkan sisanya (2%) ditimbulkan oleh induksi magnetik batuan di kerakbumi maupun dari luar angkasa.. Beberapa alasan sehingga bumi memiliki medan magnetik, diantaranya; 1. Kecepatan rotasi Bumi yang tinggi 2. Proses konveksi mantel dengan inti luar bumi (bersifat kental). 3. Inti dalam (padat) yang konduktif, kandungan yang kaya besi. Pada Gambar 3 menjelaskan mengenai medan magnet dinyatakan sebagai besar dan arah (vektor), arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (penyimpangan terhadap arah utara-selatan geografis) dan inklinasi (penyimpangan terhadap arah horisontal kutub utara magnet). Gambar 1. (a) Deklinasi adalah besar sudut penyimpangan arah magnet utara terhadap arah utara geografis, (b) Inklinasi adalah besar sudut penyimpangan arah medanmagnet terhadap arah horisontal (Batt, Cathy, 2009). Elemen-elemen Medan Magnet Bumi Komponen medan magnet bumi biasa disebut elemen medan magnet bumi, mempunyai tiga arah utama yaitu komponen arah utara, komponen arah timur dan komponen ke arah bawah. 451

pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km 2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian : 1. Medan magnet utama (main field) 2. Medan magnet luar (external field) 3. Anomali medan magnetik Gambar 2. Elemen medan magnet bumi (Blakely, 1995) Reduksi ke Kutub Metode reduksi ke kutub (reduce to pole) magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses interpretasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi bendanya sebagaimana dapat dilihat pada gambar 5 Reduksi ini dilakukan dengan cara mengubahsudut inklinasi dan deklinasi menjadi 90 0 dan 0 0. Pada koordinat kartesian ketiga komponen tersebut dinyatakan X, Y, Z. Elemen-elemen isinya adalah : 1. Deklinasi (D) adalah sudut utara magnet bumi dengan komponen horisontal yang dihitung dari utara menuju timur (sudut antara utara geomagnetic dan utara geografis). 2. Inklinasi (I) adalah sudut antara medan magnet total dengan bidang horisontal yang dihitung dari horisontal menuju ke bidang vertikal ke bawah (sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total). 3. Intensitas horisontal (H) adalah magnitudo dari mean magnet total pada arah horisontal 4. Medan magnet total adalah magnitudo dari medan vektor magnet total Hubungan antara komponenkomponen medan magnet tersebut adalah : tand = sind = (6) Gambar 3. Anomali magnetik dan anomali hasil reduksi ke kutub (Blakely, 1995). Baranov dan Naudy (1964) telah mengembangkan metode transformasi ke kutub untuk menyederhanakan interpretasi data medan magnetik pada daerah-daerah berlintang rendah dan menengah. Metode reduksi ke kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses interpretasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi bendanya. (10) tan I = sin I = (7) H= (8) F = (9) Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil 452

Hasil dan Pembahasan Gambar 4. anomai magnetik total Berdasarkan hasil dari peta anomali magnetik yang berupa original grid selanjutya di lakukan filter reduce to pole sehingga di dapat kontur sebagai daerah prosepek bijih besi di daerah tersebut. Survei pendahuluan dilakukan dengan mengambil data geologi yang meliputi singkapan batuan dan morfologi daerah penelitian. Survei pendahuluan dilakukan untuk menentukan lintasan dan stasiun pengukuran yang akan digunakan untuk pengambilan data Proton memory magnetometer yang berfungsi sebagai base diletakkan di suatu titik dan dioperasikan untuk mengambil data magnetik dengan selang waktu dua menit. Proton memory magnetometeryang berfungsi sebagai rover dioperasikan di di lokasi (lintasan dan stasiun yang telah ditentukan).selama pengukuran di titik-titik yang telah ditentukan, dilakukan juga pengambilan data koordinat pengukuran dan mencatat informasi yang ada di titik tersebut, seperti singkapan batuan. Setelah pengambilan data dengan proton memory magnetometer, berupa nilai medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik di lintasan dan stasiun pengukuran, maka dilakukan koreksi-koreksi terhadap medan magnetik total di setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran tersebut dengan tujuan mendapatkan nilai anomali magnetik. Koreksi-koreksi tersebut meliputi koreksi spiking, koreksi harian, koreksi IGRF. Setelah koreksi yang mencakup koreksi spiking, koreksi harian, koreksi IGRF dilakukan pada medan anomali total maka akan didapatkan medan anomali magnetik ΔH. Medan anomali ΔH ini selanjutnya diolah untuk mendapatkan peta anomali magnetik (original grid) yang memiliki koordinatkoordinat pengukuran (lintang dan bujur) dan nilai anomali magnetik dalam satuan nanotesla berdasarkan skala warna. Gambar 5. peta anomali magnetik dengan filter reduce to pole Dalam studi kasus ini digunakan proton memory magnetometer untuk survei magnetik di daerah Pelaihari.Rancangan penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu survei pendahuluan, pengambilan data, koreksi data, pengolahan data, dan interpretasi dengan tujuan mengetahui 453

9573200 9573100 9573000 9572900 9572800 9572700 Hasil peta kontur anomali magnetik yang dihasilkan oleh filter reduce to pole ini lebih memperjelas penyebab anomali yang berasal dari benda itu sendiri karena magnetisasi yang dilakukan tepat di atas benda (magnetisasi asimetri dan efek medan anomali magnetik yang lain dihilangkan) sehingga peta kontur anomali magnetik ini yang digunakan dalam menentukan daerah prospek bijih besi. Dengan nilai medan anomali magnetik yang tinggi dengan rentang 400 nt hingga 750 nt pada koordinat lintang 253305 hingga 253329 dan koordinat bujur 9572690 hingga 9572788, maka di daerah koordinat inilah diduga daerah prospek bijih besi. 9572600 253300 253400 253500 Gambar 6.(a) medan anomali tinggi (b) medan anomali rendah Pada gambar kontur, nilai magnetik diskalakan dalam warna dalam urutan nilai medan magnetik terendah ke tertinggi, dari hitam (terendah) ke merah (tertinggi). Nilai medan magnetik berkisar dari -450 nt sampai 400 nt, terletak pada koordinat lintang (garis horisontal) dari 253300 hingga 253500 dan koordinat bujur (garis vertikal) dari 9572600 hingga 9573200. Nilai medan magnetik yang tinggi (merah) dengan nilai 350 nt sampai 400 nt berada pada koordinat 253321, 9572650, yang berdasarkan informasi yang didapat pada saat pengukuran, permukaannya merupakan daerah gunung, terdapat kerikil di permukaan dan 253504, 9573055 daerah Semak belukar (dirintis). Terdapat kontras medan anomali magnetik berwarna biru ke hitam berada pada koordinat lintang 253400 hingga 253520 dan koordinat bujur 9572756 hingga 9572870, dengan rentang nilai anomali magnetik dari -200 nt hingga -450 nt. Nilai medan anomali magnetik yang paling rendah (hitam) dengan nilai -300 nt sampai -450 nt berada pada koordinat 253408, 9572844, yang permukaannya merupakan daerah lembah. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan oleh filter reduce to pole sedikit lebih besar dibanding nilai medan anomali magnetik pada peta kontur original grid karena reduce to pole melakukan magnetisasi tepat di atas benda dan efek medan dari anomali lain dihilangkan. Seperti pola anomali magnetik pada peta kontur original grid, pola anomali magnetik cenderung tergabung membentuk suatu pola anomali magnetik yang besar. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan Daerah prospek bijih besi dengan mengunakan metode geomagnetik di daerah Pelaihari, Kab Tanah Laut, didapat melalui peta kontur anomali magnetik yang dihasilkan oleh filter reduce to pole diperoleh 3 daerah yang memiliki prospek bijih besi dengan luas 3.286M 2, 2.070M 2, 2.834 M 2, Total luasan derah yang prospek bijih besi 8.190 M 2 Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Geofisika FMIPA Universitsas Mulawarman Samarinda atas fasilitas yang diberikan untuk melakukan penelitian ilmiah. Daftar Pustaka [1] Batt,Cathy.2009. Archaeomagnetism. Tanggal akses: 25 november 2015. http://www.brad.ac.uk/archaeomagneti sm/archaeomagneticdating/introduction -to-archaeomagnetism/magnetic-field/ [2] Blekely, R.J. 1995. Potential theory in gravity and magnetic applications. Cambridge Univ Press. New York. [3] Candra, Rotua.2011. Menentukan Daerah Prospek Bijih Besi Menggunakan Metode Geolistrik di Daerah C Dengan Data Pendukung Geomagnetik. Universitas Indonesia. [4] L. Ahern, Judson. 2009. Earth's Magnetic Field. Tanggal akses: 11 november 2015. 454

http://geophysics.ou.edu/solid_earth/no tes/mag_earth/earth.htm. [5] Nuha, Dafiqiy ya lu ulin.2012. pemodelan Struktur Bawah permukaan daerah sumber air panas songgoriti kota batu berdasarkan data geomagnetik. (online), dalam jurnal Neutrino Vol.4. No.2 april 2012. [6] Onisan. 2013. Application geomagnetic method to identification chromit mineral s in sukorejo village, kalidawir district, Tulungagung regency. Universitas malang. [7] Rosanti, Dian Farida. 2012. Korelasi antar suseptibilitas magnetik dengan unsur logam berat pada sekuensi tanah di pujon malang. Skripsi: Universitas negeri Malang. 455