MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON 1.1 Definisi Bahan Beton Beton sebagai bahan konstruksi atau struktur bangunan, sudah dikenal bahkan digunakan sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu. Walaupun istilah semen portland baru dikenal pada abad 19, namun bangunan beton sudah dikenal pada jaman Romawi. Menurut SNI 03 2847 2002, beton adalah bahan yang didapat dengan mencampurkan semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Bila bahan beton tersebut dituangkan ke dalam acuan yang di dalamnya dipasang baja tulangan, maka akhirnya menjadi beton bertulang yang telah mengeras. Beberapa macam beton menurut SNI 03 2847 2002 adalah sebagai berikut : a. Beton bertulang : adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja. b. Beton normal : beton yang mempunyai satuan 2200 kg/m 3 sampai 2500 kg/m 3 dan dibuat dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. c. Beton polos : beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum. d. Beton pracetak : elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan. e. Beton prategang : beton bertulang yang telah diberi tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja. f. Beton ringan : beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai satuan tidak lebih dari 1900 kg/m 3. I - 1
g. Beton ringan pasir : beton ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir normal. h. Beton ringan total : beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami. 1.2 Persyaratan Keawetan Beton Sesuai dengan peraturan SNI 03 2847 2002 pasal 6, dijelaskan beberapa persyaratan keawetan beton, yaitu sebagai berikut : a. Rasio air semen (w/c ratio) Rasio air semen yang disyaratkan pada tabel 1.1 dan tabel 1.2 harus dihitung menggunakan semen, sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 atau ASTM C 845, ditambah dengan abu terbang dan bahan pozzolan lainnya sesuai dengan ASTM C618, kerak sesuai dengan ASTM C 989, dan silika fume sesuai dengan ASTM C 1240, bilamana digunakan. b. Pengaruh lingkungan Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan pada tabel 1.1 harus memenuhi rasio air semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang ditetapkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 1.1 Persyaratan untuk pengaruh lingkungan khusus Kondisi lingkungan Rasio air semen fc minimum 2) maksimum 1) (Mpa) Beton dengan permeabilitras rendah yang terkene 0,50 pengaruh lingkungan air 28 Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi pada beton yang terpengaruhlingkungan yang mengandung 0,40 35 klorida dari garam atau air laut CATATAN 1). Dihitung terhadap dan berlaku untuk beton normal 2). Untuk beton normal dan beton ringan I - 2
c. Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat 1) Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam larutan atau tanah harus memenuhi persyaratan pada tabel 1.2, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan mempunyai rasio air semen maksimum dan kuat tekan minimum sesuai tabel 1.2. 2) Kalsium klorida sebagai bahan tambahan tidak boleh digunakan pada beton yang dipengaruhi oleh lingkungan sulfat yang bersifat hingga sangat, seperti ditetapkan pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Persyaratan untuk beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat Paparan lingkungan sulfat Sulfat (SO 4 ) dalam tanah yang dapat larut dalam air (persen terhadap ) Sulfat (SO 4 ) dalam air (mikron gran per gram) Jenis semen Rasio air semen maksimum dalam (beton fc minimum (beton ringan dan normal) MPa normal) ringan 0,00 0,10 0 150 - - - sedang 0,10 0,20 150 1500 II, IP(MS), 0,50 28 IS(MS), P(MS), I(PM)(MS), I(SM)(MS) * 0,20 2,00 1500 10000 V 0,45 31 sangat >2,00 > 10000 V + Pozzolan 0,45 31 CATATAN : semen campuran sesuai ketentuan ASTM C 595 I - 3
d. Perlindungan tulangan terhadap korosi 1) Untuk perlindungan tulangan di dalam terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi batasan yang diberikan pada tabel 1.3. diperlukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji sesuai degan ASTM C 1218. Tabel 1.3 kandungan ion klorida maksimum untuk perlindungan baja tulangan terhadap korosi Jenis komponen struktur Ion klorida terlarut ( Cλ - ) pada beton persen terhadap semen Beton prategang 0,06 Beton bertulang yang terpapar lingkungan klorida selama masa layannya 0,15 Beton bertulang yang dalam kondisi kering atau terlindung dari air selama masa layannya 1,0 Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30 2) Persyaratan nilai air semen dan kuat tekan beton pada tabel 1.1 dan persyaratan tebal selimut beton harus dipenuhi apabila beton bertulang akan berada pada lingkungan yang mengandung klorida yang berasal dari air garam, air laut atau cipratan dari sumber garan tersebut. 1.3 Perbandingan Kekuatan Beton Pada Berbagai Umur Apabila tidak ditentukan dengan percobaan-percobaan, maka untuk keperluan perhitungan-perhitungan kekuatan dan/atau pemeriksaan mutu beton, perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur terhadap beton yang berumur 28 hari, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : I - 4
Tabel 1.4 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365 Semen portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35 Semen portland dengan kekuatan awal tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20 Penggunaan tabel di atas harus dengan anggapan : a. benda uji harus dipelihara dalam keadaan lembab. b. benda uji harus dalam ruangan yang bertemperatur rata-rata 20 o C secara terus menerus. I - 5